Anda di halaman 1dari 13

Tugas Filsafat Ilmu

Ujian Tengah Semester

NUUR SHOLIHA SALIMIN

B1B121289

JURUSANMANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS UNIVERSITAS HALUOLEO
Tugas membuat ringkasan materi kuliah filsafat ilmu dengan topik berikut
ini :
1) Pemikiran filsafat:
a. pengertian filsafat
b. pengertian ilmu
c. Pengertian pengetahuan,
d. karakteristik berpikir filsafat,
e. obyek filsafat,
f. ahli filsafat/filsuf terkemuka dunia,
2. Dasar dasar ilmu pengetahuan:
a. pengertian penalaran
b. hakekat penalaran
c. pengertian logika,
d. pendekatan deduktif,
e. pendekatan induktif,
f. sumber sumber pengetahuan
3. jelaskan ontologi
4. jelaskan epistemologi
5. jelaskan aksiologi
6. pengetahuan mistik.
1. Pemikiran Filsafat Filsafat
a. Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan
pemikiran kefilsafatan antara satu ahli filsafat dan ahli
filsafat lainnya selalu berbeda serta hampir sama banyaknya
dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat
ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan
terminologi.
 Filsafat secara etimologi
Kata filsafat dalam bahasa Arab dikenal denga istilah
Falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal istilah
Phylosophy serta dalam bahasa Yunani dengan istilah
Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein
yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti
kebijasanaan (wisdom) sehingga secara etimologis
istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of
wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan
demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari
kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan
oleh Phytagoras (582−486 SM). Arti filsafat pada
waktu itu, kemudian filsafat itu diperjelas seperti
yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan
oleh Socrates (470−390 SM) dan filsuf lainnya.
 Filsafat secara terminologi
Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh
istilah filsafat.
Filsafat adalah feeling (lave) in wisdom. Mencintai
mencari menuju penemuan kebijaksanaan atau kearifan.
Mencintai kearifan dengan melakukan proses dalam arti
pencarian kearifan sekaligus produknya.
Pengertian filsafat tersebut memberikan pemahaman
bahwa filsafat adalah suatu prinsip atau asas keilmuan untuk
menelusuri suatu kebenaran objek dengan modal berpikir
secara radikal.
Objeknya mengikuti realitas empiris dikaji secara
filsafat untuk menelusuri hakikat kebenarannya suatu entitas
menggunakan metode yang disebut metode ilmiah
(kebenaran ilmiah).
b.Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “alima” dan
berarti pengetahuan. Pemakaian kata ini dalam bahasa
Indonesia kita ekuivalenkan dengan istilah “science”.
Science berasal dari bahasa Latin: Scio, Scire yang juga
berarti pengetahuan.
Ilmu adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai
macam pengetahuan. Dengan “pengetahuan ilmu”
dimaksud pengetahuan yang pasti, eksak, dan betul- betul
terorganisir. Jadi, pengetahuan yang berasaskan kenyataan
dan tersusun baik.
c. Pengertian Pengetahuan
Secara etimologis pengetahuan berasal dari kata
dalam bahasa Inggris yaitu “knowledge”. Dalam
encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Sementara
secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi
tentang pengetahuan.
Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa
yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu
tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan
pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi
pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu.
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan
(knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui
manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
Orang pragmatis, terutama John Dewey tidak
membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara
knowledge dengan truth). Jadi, pengetahuan itu harus benar,
kalau tidak benar adalah kontradiksi.
Berikut ini macam-macam jenis ilmu.
i. Ilmu praktis, ia tidak hanya sampai
kepada hukum umum atau abstraksi,
tidak hanya terhenti pada suatu teori,
tetapi juga menuju kepada dunia
kenyataan. Ia mempelajari hubungan
sebab-akibat untuk diterapkan dalam
alam kenyataan.
ii. Ilmu praktis normatif, ia memberi
ukuran-ukuran (kriterium) dan norma-
norma.
iii. Ilmu proktis positif, ia memberikan
ukuran atau norma yang lebih khusus
daripada ilmu praktis normatif. Norma
yang dikaji ialah bagaimana membuat
sesuatu atau tindakan apa yang harus
dilakukan untuk mencapai hasil
tertentu.
iv. Ilmu spekulatif ideografis, yang
tujuannya mengkaji kebenaran objek
dalam wujud nyata dalam ruang dan
waktu tertentu.
v. Ilmu spekulatif nomotetis, bertujuan
mendapatkan hukum umum atau
generalisasi substantif.
vi. Ilmu spekulatif teoretis, bertujuan
memahami kausalitas. Tujuannya
memperoleh kebenaran dari keadaan
atau peristiwa tertentu.
d. Filsafat memiliki karakteristik seperti :
1. Filsafat sebagai berpikir secara kritis
2. Filsafat adalah berpikir dalam bentuk yang
sistematis
3. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut
4. Filsafat adalah berpikir secara rasional
5. Filsafat bersifat komprehensif

e. Obyek Filsafat
1. Objek material :
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran
menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh
ilmu itu. Objek materialnya adalah pengetahuan itu sendiri,
yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan
metode ilmiah tertentu, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
2. Objek Formal :
Objek formal adalah suatu pandang dari
mana sang subjek menelaah objek materialnya.
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi)
ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi
manusia. Problem inilah yang akan dikaji dalam
pengembangan ilmu pengetahuan sebagi landasan
ontologi, epistemologi dan aksiologi
f. Filsuf Terkemuka Di dunia
1. Aristoteles
Aristoteles (384-322 SM) pernah menjadi murid
Plato selama 20 tahun hingga Plato meninggal. Ia
senang melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan
pernah menjadi guru Pangeran Alexander yang
kemudian menjadi Raja Alexander Yang Agung.
Selanjutnya, perlu Anda pahami bahwa Ia juga
mendirikan sebuah sekolah yang disebut Lyceum.
Aristoteles merupakan seorang pemikir yang kritis,
banyak melakukan penelitian dan mengembangkan
pengetahuan pada masa hidupnya. Ia banyak menaruh
perhatian pada ilmu kealaman dan kedokteran. Tulisan-
tulisannya dapat dikatakan, meliputi segala ilmu yang
dikenal pada masanya, termasuk ilmu kealaman,
masyarakat dan negara, sastra dan kesenian, serta
kehidupan manusia.
2. Plato
Plato (427-347 SM) mengemukakan pandangannya
bahwa realitas yang mendasar adalah ide atau idea. Ia
percaya bahwa alam yang kita lihat atau alam empiris
yang mengalami perubahan itu bukanlah realitas yang
sebenarnya. Dunia penglihatan atau dunia persepsi,
yakni dunia yang konkret itu hanyalah bayangan dari
ide-ide yang bersifat abadi dan immaterial. Plato
menyatakan bahwa ada dunia tangkapan indrawi atau
dunia nyata, dan dunia ide. Untuk memasuki dunia ide,
diperlukan adanya tenaga kejiwaan yang besar dan
untuk itu manusia harus meninggalkan kebiasaan
hidupnya, mengendalikan nafsu serta senantiasa berbuat
kebajikan. Plato menyatakan pula bahwa jiwa manusia
terdiri atas tiga tingkatan, yaitu bagian tertinggi ialah
akal budi, bagian tengah diisi oleh rasa atau keinginan,
dan bagian bawah ditempati oleh nafsu. Akal budilah
yang dapat digunakan untuk melihat ide serta
menertibkan jiwa-jiwa yang ada pada bagian tengah dan
bawah.

3. Aristoteles
Aristoteles (384-322 SM) pernah menjadi murid Plato
selama 20 tahun hingga Plato meninggal. Ia senang
melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan pernah
menjadi guru Pangeran Alexander yang kemudian
menjadi Raja Alexander Yang Agung. Selanjutnya,
perlu Anda pahami bahwa Ia juga mendirikan sebuah
sekolah yang disebut Lyceum. Aristoteles merupakan
seorang pemikir yang kritis, banyak melakukan
penelitian dan mengembangkan pengetahuan pada masa
hidupnya. Ia banyak menaruh perhatian pada ilmu
kealaman dan kedokteran. Tulisan-tulisannya dapat
dikatakan, meliputi segala ilmu yang dikenal pada
masanya, termasuk ilmu kealaman, masyarakat dan
negara, sastra dan kesenian, serta kehidupan manusia.

4. Socrates
Socrates yang hidup antara tahun 469-399 SM adalah
seorang filsuf Yunani. la sangat menaruh perhatian pada
manusia dan menginginkan agar manusia itu mampu mengenali
dirinya sendiri. Menurutnya, jiwa manusia merupakan asas
hidup yang paling dalam. Jadi, jiwa merupakan hakikat
manusia yang memiliki arti sebagai penentu kehidupan
manusia. Berdasarkan pandangannya itu, ia tidak mempunyai
niat untuk memaksa orang lain menerima ajaran atau
pandangan tertentu. Ia justru mengutamakan agar orang lain
dapat menyampaikan pandangan mereka sendiri. Untuk itu, ia
menggunakan metode dialektika, yaitu dengan cara melakukan
dialog dengan orang lain sehingga orang lain dapat
mengemukakan atau menjelaskan pandangan atau idenya.
Dengan demikian, dapat timbul pandangan atau alternatif yang
baru. Socrates tidak meninggalkan tulisan-tulisan tentang
pandangannya, namun pandangan Socrates tadi dikemukakan
oleh Plato, salah seorang muridnya.

2. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan


a. Pengertian Penalaran
Nalar (reason) Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan
menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk
mendapatkan pengetahuan baru. Pengetahuan yang benar berdasarkan
rasional yang abstrak dikembangkan melalui paham rasionalisme, yang
mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya

b. Hakekat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan ‘berpikir’, dan bukan hanya
dengan ‘perasaan’ saja. Tidak semua kegiatan berpikir harus
menyandarkan diri pada penalaran. Tidak semua kegiatan berpikir harus
bersifat logis dan analitis. Penalaran juga merupakan suatu kegiatan
berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menentukan
kebenaran. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir,
merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber
pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir.
Meskipun pernah dikatakan Blais Pascal (1623-1662) bahwa hatipun
mempunyai logika tersendiri, namun patut kita sadari bahwa tidak semua
kegiatan berpikir itu harus menyandarkan diri pada penalaran.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah
tidak sama. Benar bagi kita, belum tentu bagi orang lain; benar bagi
orang lain, belum tentu bagi kita. Maka oleh sebab itu, proses kegiatan
berpikir untuk dapat menghasilkan pengetahuan yang benar, itupun
berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa
yang disebut sebagai ‘kriteria kebenaran’. Dan kriteria kebenaran ini
merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut.
Kemampuan menalar ini, menjadikan manusia mampu mengembangkan
pengetahuan yang merupakan rahasia-rahasia kekuasaan-Nya. Secara
simbolik, manusia memakan buah pengetahuan lewat Adam dan Hawa.
Setelah itu, manusia mau tidak mau harus hidup berbekal pengetahuan
ini. Manusia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana
yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang indah dan mana yang
jelek. Sadar ataupun tidak, mau ataupun tidak, rela ataupun tidak; secara
terus-menerus manusia dipaksa harus mengambil pilihan : mana jalan
yang benar dan mana jalan yang salah, mana tindakan yang baik dan
mana tindakan yang buruk, serta mana yang dikatakan indah dan mana
yang dikatakan jelek. Nah, dalam menghadapi pilihan ini, manusia
berpaling kepada pengetahuan (bukan berpaling dari pengetahuan).

c. Pengertian Logika

Logika adalah cabang atau bagian filsafat yang menyusun,


mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan
formal, dan prosedur-prosedur normatif, serta kriteria yang
sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai
kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional
(Rapar, 1996). Sebagai ilmu, logika berasal dari pandangan
Aristoteles meski ia tidak menyebutnya logika, tetapi filsafat
analitika. Istilah logika digunakan pertama kali oleh Zeno dari
Citium (334-262 SM) dari kata logikos dan kata ini berasal dari
kata logos yang tentunya Anda telah mengetahui artinya, yaitu
akal atau pikiran, sedangkan logikos mempunyai arti sesuatu
yang diutarakan dengan akal. Logika ini akan dibahas tersendiri
dalam modul mengenai argumentasi ilmiah.

d. Pendekatan Deduktif
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari
penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang
dimanakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan
sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mengandung silogisme ini disebut
premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan
premis minor.
e. Pendekatan Induktif
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan
dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat
umum. Sedangkan dipihak lain kita mempunyai logika deduktif
yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari yang bersifat
umum menjadi kasus-kasus bersifat individual. Induktif merupakan
cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum
dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan
yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum

f. Sumber Pengetahuan
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu manusia yang
merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya
makhluk yang mengembangkan pengetahuan namun pengetahuan
tersebut masih terbatas untuk melangsungkan kehidupannya.
Pengetahuan diperoleh dari alat yang merupakan sumber dari
pengetahuan tersebut. Adapun sumber pengetuan itu adalah :
a. Empirisme
Manusia memperoleh pengetahuan dari pengalaman indrawi. Dengan
indera manusia berhubungan dengan hal-hal yang kongkrit material.
Masing-masing indra menangkap aspek yang berbeda mengenai
barang atau makhluk yang menjadi objeknya. Jadi, pengetahuan
indrawi menurut perbedaan indra dan terbatas pada sensibilitas
organ-organ tertentu. Bagaaimana dia mengetahui es itu dingin
karena pernah meraba es tersebut.
John Locke mengemukakan teori tabula rasa. Menurutnya
manusia pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas
pengalamannya mengisi jiwa yang kosong tersebut lalu ia memiliki
pengetahuan. Mula-mula tangkapan indra tersebut sederhana lalu
lama kelamaan menjadi kompleks. David Hume menjelaskan bahwa
manusia tidak membawa pengetahuan bawaan dalam hidupnya.
Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Jadi sumber pengetahuan
utama memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh
dari panca indra. Kelemahan empiriisme adalah :
 Indera terbatas karena benda yang jauh kelihatan kecil padahal tidak.
Indera menipu seperti orang sakit merasakan lidahnya pahit padahal
manis terhadap makanan yang dirasakannya.
 Objek menipu seperti fatamorgana yang membohongi manusia.
 Berasal dari indera dan objek sekaligus. Indera tidak bisa melihat
kerbau sekaligus dan kerbaupun tidak bisa memperlihatkan selutuh
badannya semuanya.
b. Rasionalisme
Aliran ini mengatakan bahwa akal adalah dasar pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Bagi
aliran ini kelemahan alat indra dapat dikoreksi seandainya akal
digunakan. Namun rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indra
dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman indra diperlukan
untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang
menyebabkan akal dapat bekerja, tetapi sampainya manusia
kebenaran adalah karena akal. Descartes mengemukakan bahwa akal
budi dipahamkan sebagai teknik deduktif untuk dapat menemukan
kebenaran. Dengan demikian penalaranlah yang akan menyusun
pengetahuan.

c. Intuisi
Henry Begson mengatakan bahwa intuisi adalah hasil dari
evolusi pemahaman yang tertinggi. Intuisi juga merupakan suatu
pengetahuan yang langsung, mutlak dan bukan pengetahuan yang
nisbi. Aliran yang mirip dengan intuisi adalah iluminasionisme yang
berkembang di kalangan tokoh agama yang disebut dengan ma’rifah
yaitu pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan atau
penyinaran. Pengetahuan tersebut akan diperoleh oleh orang yang
hatinya telah bersih, telah siap dan sanggup menerima pengetahuan
terebut.
Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung itu
diperoleh dengan cara latihan yang dalam Islam disebut dengan
Riyadhah dipakai dalam thariqat atau tasawuf.. Memurut ajaran
tasawuf manusia ditutupi oleh hal-hal material yang dipengaruhi
nafsunya. Bila nafsu bisa dikendalikan, maka kekuatan rasa itu
mampu bekerja dan menangkap objek-objek gaib.Jiwa mampu
melihat alam gaib dan dari situlah diperoleh pengetahuan.
d. Wahyu
Pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia
lewat perantaraan para nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan
dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan
waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi ataas
kehendak Tuhan. Tuhan mensucikan jiwa merke dan diterangkan
jiwa mereka memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.

3. Ontologi
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang
yang ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologis
mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara
ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya
pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia.
Dalam kaitannya dengan kaidah moral atau nilai-nilai hidup, maka
dalam menetapkan objek penelaahan, kegiatan keilmuan tidak
boleh melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia,
merendahkan martabat manusia, dan mencampuri permasalahan
kehidupan.
4. Epistomologi
Epistemologis adalah cabang filsafat yang membahas tentang
asal mula, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran
pengetahuan. Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan epistemologi
mempertanyakan proses yang memungkikan dipelajarinya
pengetahuan yang berupa ilmu.Dalam kaitannya dengan moral atau
nilai-nilai hidup manusia, dalam proses kegiatan keilmuan, setiap
upaya ilmiah harus ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang
dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa mempunyai
kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan
kekuatan argumentasi secara individual. Jadi ilmu merupakan sikap
hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci kebohongan.
5. Aksiologi

Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai


secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan
untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan. Pada
dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk
kemaslahatan manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan
sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia
dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan
kelestarian atau keseimbangan alam. Untuk itu ilmu yang diperoleh
dan disusun dipergunakan secara komunal dan universal. Komunal
berarti ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama,
setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya.
Universal berarti bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi ras,
ideologi, atau agama.

Anda mungkin juga menyukai