Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Berfilsafat kerap dianggap sebagai
kegiatan yang hanya dilakukan oleh para arif bijaksana. Olah pikir hampir selalu
dihubungkan dengan para cendikiawan, kaum terpelajar dan mereka yang mempunyai
waktu luang. Orang awam atau kebanyakan masyarakat seolah-olah tidak berfilsafat dan
mereka dianggap kurang berfikir.

Filsafat telah berhasil merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia
dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain
di dunia semua kejadian diduinia ini dipengaruhi oleh para dewa, karena para dewa harus
ditakuti dan disembah. Dengan filsafat, pola fikir yang tertuju pada para dewa harus
dirubah dengan akal sehat atau rasio mereka.

Untuk berfilsafat mereka dapat berpikir bebas dalam alam filsafat itu, bukanlah
berpikir sesuka hati mereka, membabi buta dan tanpa aturan melainkan bebas terikat,
yaitu berfikir bebas yang berlandaskan ilmu dan ketetapan yang ada serta tidak
menyimpang. Seorang agamawan yang berfikir dengan sedalam-dalamnya tanpa sesuatu
maksud selain mencari yang haq dan kebenaran yang selalu mengindahkan disiplin dan
hukum-hukum berpikir akan sampailah kepada kebenaran itu.
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Filsafat itu sendiri?


2. Apa definisi dari Imu itu sendiri?
3. Apa definisi dari Agama itu sendiri?
4. Bagaimana Perbedaan dan Ruang Pembahasan Filsafat, Ilmu dan Agama?

C. Tujuan Makalah

1. Menjelaskan definisi Filsafat


2. Menjelaskan definisi Ilmu
3. Menjelaskan definisi Agama
4. Menjelaskan Perbedaan dan Ruang Pembahasan Filsafat, Ilmu, dan Agama.

D. Manfaat Makalah

1. Pembaca mampu mengerti definisi Filsafat dengan baik


2. Pembaca mampu mengerti definisi Ilmu dengan baik
3. Pembaca mampu mengerti definisi Agama dengan baik
4. Pembaca mampu mengerti Perbedaan dan Ruang Pembahasan Filsafat, Ilmu, dan
Agama dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat

Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu: philosophy, adapun istilah filsafat dalam bahasa
Yunani adalah philosophia, yang terdiri dari dua kata: philos (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
pengalaman praktis, inteligensi). Jadi, secara etimologi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam
bahasa Arab disebut failasuf.1

Kendati istilah filsafat lebih tepat adalah falsafat yang berasal dari bahasa Arab, kata
filsafat sebenarnya bisa diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian kata Arab yang
diindonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalnya. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi dengan mengenai hakikat segala yang
ada, sebab, asal, dan hukumnya.

Adapun definisi pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah:

1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang
seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar yang nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauanpengetahuan: hakikatnya,
keabsahannya dan nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang
diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan
dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat.2

Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun
titik tekanannya. Bahkan, Moh. Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat
tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam definisinya.
Oleh karena itu, biarkan saja seseorang meneliti filsafat dahulu kemudian menyimpulkan
sendiri.3

Phytagoras (572-497 SM) adalah filosof yang pertama kali menggunakan kata filsafat,
dia mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi kedalam tiga tipe: mereka yang
mencintai kesenangan, mencintai kegiatan dan mencintai keijaksanaan. Tujuan
kebijaksanaan dalam pandangan menyangkut kemajuan menuju keselamatan dalam hal
keagamaan.4 Shopia mengandung arti yang luas daripada kebijaksanaan, yaitu: 1.)
Kerajinan, 2.) Kebenaran pertama, 3.) Pengetahuan yang luas, 4.) Kebajikan intelektual,
5.) Pertimbangan yang sehat, 6.) Kecerdikan dalam memutuskan hal-hal praktis. Dengan

1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 7.
2
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), hlm. 242.
3
Bakhtiar, Filsafat, hlm. 7.
4
Ali Mudhafar, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1996), Cet. I, hlm. 2.
demikian asal usul kata filsafat itu sangat umum, yang intinya adalah mencari keutamaan
mental (the persuit of mental excellence).

Plato (427-347 SM) mengatakan bahwa objek filsafat adalah penemuan kenyataan
atau kebenaran absolut (keduanya sama dengan pandangan), lewat dialektika. 5
Sementara Aristoteles (384-332 SM), tokoh utama filosof klasik, mengatakan bahwa
filsafat menyelidiki sebab dan asas segala dalam dari wujud. Karena itu, ia menamakan
filsafat dengan teologi atau filsafat pertama. Aristoteles sampai pada kesimpulan
bahwa setiap gerak didunia ini digerakkan oleh yang lain. Karena itu diperlukan
penetapan penggerak pertama yang mentebbkan gerak itu, sedangkan dirinya sendiri tidak
bergerak. Penggerak pertama ini sama sekali terlepas dari materi, sebab kalau ia materi
maka ia juga mempunyai potensi gerak. Allah, demikian Aristoteles, sebagai penggerak
Pertama adalah Aktus Murni. Dan ia adalah seorang filosof Yunani kuno yang
mengatakan bahwa filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, dan kadang-kadang
disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi).

B. Definisi Ilmu

Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusiadari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia.6 Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya.7
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat,
ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang
bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika
lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret.
Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak
matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi
perawat.
Secara Etimologi, Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm"8 yang berarti memahami, mengerti,
atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti
memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah
sosial, dan sebagainya.

5
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, hlm. 162-164.
6
Prof. Dr. C.A. van Peursen: Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief
Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Pustaka Sutra, Bandung 2008. Hal 7-11.
7
Prof. Dr. C.A. van Peursen: Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku B. Arief Sidharta.
Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Pustaka Sutra, Bandung 2008. Hal 7-11
8
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qu'ran, Grafindo, Jakarta, 1996, hal. 7.
Adapun beberapa ciri-ciri utama Ilmu menurut terminologi, antara lain adalah:
1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis dapat diukur,
dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan
kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi.
2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan
satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang
mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan secara logis
3. Ilmu tidak memerlukan lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran
perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalam dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan
teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
4. Di pihak lain, yang seringkali berkaitan dengan konsep ilmu (pengetahuan ilmiah)
adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada
dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu. Kendati demikian, rupanyabaik
untuk tidak memasukkan persyaratan ini dalam definisi ilmu, karena objektivitas ilmu
dan kesamaan hakiki daya persyaratan ini pda umumnya terjamin.
5. Ciri hakiki lainnya dari ilmu adalah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu
tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banya
pengamatandan ide yang berpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan
berfikir metodis, tertata rapi. Alat bantu metodologis yang penting adalah terminologi
ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
6. Kesatuan setiap ilmu bersumberdi dalam kesatuan objeknya. Teori skolastik mengenai
ilmu membuat perbedaan antara objek material dan objek formal. Yang terdahulu
adalah objek konkret yang disimak ilmu. Sedangkan yang belakangan adalah aspek
khusus atau sudut pandang terhadap objek material. Yang mencirikan setiap ilmu
adalah objek formalnya. Sementara objek material yang sama dapat dikaji oleh
banyak ilmu lain. Pembahian objek studi mengantar ke spesialisasi ilmu yang terus
bertambah. gerakan ini diiringi bahaya pandangan sempit atas bidang penelitian yang
terbatas. Sementara penangkapan yang luas terhadap saling berkaitan seluruh realitas
lenyap dari pandangan.9
Adapun beberapa definisi Ilmu menurut para ahli, diantaranya adalah:
Mohammad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya,
maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya
dari dalam.10
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah empiris, rasional,
umum dan sistematik, serta serentak.11
Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif
dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.12
Ashley Montagu, Guru Besar Antropolog di Rutgers University menyimpulkan
bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari

9
Lorens Bagus, Kamus, hlm 307-308.
10
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, hlm. 47.
11
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, hlm. 47.
12
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, hlm. 47.
pengamatan, studi, dan percobaan yang menentukan kakikat prinsip tentang hal
yang sedang dikaji.13

C. Definisi Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, gama yang berarti "tradisi"14. Sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin
religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya
dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
mile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri
atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat
beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui
rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini
diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-
agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan
suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu
terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik
perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya
menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar
biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada
bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri.
Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Samadan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya
saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan
cara menghambakan diri, yaitu:
Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal
dari Tuhan.
Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan.
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan
manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia,
penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur
pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

13
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, hlm. 48.
14
Menurut kamus Sanskerta-Inggris Monier-Williams (cetakan pertama tahun 1899) pada entri gama: ...a
traditional doctrine or precept, collection of such doctrines, sacred work [...]; anything handed down and fixed
by tradition (as the reading of a text or a record, title deed, &c.)
Lebih luasnya lagi, Agama juga bisa diartikan sebagai jalan hidup. Yakni bahwa seluruh
aktifitas lahir dan batin pemeluknya itu diatur oleh agama yang dianutnya. Bagaimana kita
makan, bagaimana kita bergaul, bagaimana kita beribadah, dan sebagainya ditentukan oleh
aturan/tata cara agama.
Definisi Agama meurut para ahli:

Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut semua agama yang diakui secara
resmi oleh negara, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Sedangkan semua
sistem keyakinan yang tidak atau belum diakui secara resmi disebut religi.15
Agama sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia
dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan
manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Secara
khusus, agama didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-
tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi
dan memberi tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib dan
suci. Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi
dan mutlak tentang eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di
dunia dan di akhirat. Karena itu pula agama dapat menjadi bagian dan inti dari sistem-
sistem nilai yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi
pendorong serta pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masyarakat tersebut
untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya.16

D. Perbedaan dan Ruang Pembahasan Filsafat, Ilmu dan Agama

1. Perbedaan Filsafat dan Ilmu


a. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu
bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang
masing-masing secara kaku dan berkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak
berkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
b. Objek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non-fragmentaris, karena
mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan
mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Disamping
itu, objek formal ilmu itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cra ide-ide manusia
itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
c. Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan daya
spekulasi, kritis dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat
oendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan
pragmatis, sedangkan keguanaan filsafat timbul dari nilainya.
d. Filsafat memuat pernyataan yang lebih luas dan mendalam berdasarkan nilai-nilai
realita sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara
logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.

15
Koentjaraningrat. 1974. "Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan", pp. 137-142. Jakarta: Gramedia.
16
Parsudi Suparlan dalam Robertson, Roland (ed). 1988. "Agama: Dalam Analisis dan Interpretasi Sosiologis",
pp. v-xvi. Jakarta: CV Rajawali.
e. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam
sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab
yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).

2. Perbedaan Filsafat dan Agama


Ada dua perkataan yang sering dipahami secara keliru, yaitu filsafat dan agama.
Keduanya meliputi bidang yang sama, yaitu pada bidang yang terpenting, yang menjadi
persoalan hidup dan mati dan bukan persoalan yang remeh.
Perbedaan filsafat dan agama terletak bukan pada bidangnya, melainkan dalam cara
kita menyelidiki bidang itu sendiri. Filsafat berarti memikir sedangkan agama berarti
mengabdikan diri, orang yang belajar filsafat tidak saja mengetahui soal filsafat saja,
melainkan lebih dari itu mereka dapat berpikir. Begitu juga dengan orang yang belajar
agama, tidak hanya mengetahui pengetahuan agama, tetapi memerlukan cara bagaimana
dapat membiasakan diri dengan hidup beragama.
Seorang ahli agama, yang bernama William Temple, berkata : Filsafat itu telah
menuntut pengetahuan untuk memahami, sedangkan agama adalah menuntut pengetahuan
untuk beribadat. Ia juga mengatakan ; Pokok dari agama bukan pengetahuan tentang
Tuhan, melainkan hubungan antara seorang manusia (makhluk) dengan Tuhannya.
Pendapat lain juga diutarakan oleh C.S. Lewis; dia menyatakan adanya perbedaan
antara dua hal, yaitu enjoyment dan contemplation. Untuk memahami dua kata tersebut
ada salah satu contoh sebagai berikut ; Seorang laki-laki mencintai seorang wanita, rasa
cinta tersebut dinamakan enjoyment. Sedangkan memikirkan rasa cintanya dinamakan
contemplation. Agama dapat dibandingkan dengan enjoyment tersebut, secara kongkrit
dapat disamakan dengan rasa cinta seseorang, sedangkan filsafat itu adalah
contemplation, yakni memikirkan yang dicintai tentang rasa cintanya tersebut.
Suatu perbedaan yang lain adalah, bahwa agama banyak berhubungan dengan hati,
sementara filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang. Serta
perbedaan yang lebih jauh antara filsafat dengan agama ialah, bahwa filsafat walaupun
tenang dalam pekerjaannya, tetapi dapat mengeruhkan pikiran pemeluknya. Sedangkan
dalam agama, walaupun memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan
pengabdian diri akan tetapi mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.
Oleh karena itu, berfikir atau berfilsafat adalah hal penting dalam mempelajari agama,
karena manusia telah banyak berpengalaman dan telah banyak melakukan kekeliruan
dalam berpikir. Maka, telah dapat pula mengadakan macam-macam cara atau metode
untuk menghindari diri dari kekeliruan-kekeliruan tersebut.

3. Perbedaan Ilmu dengan Agama


Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki
kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan
(ritual), cebderung eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari hal yang baru,
tidak terlalu terikat dengan etika, progresif, bersifat inklusif dan objektif. Kendati ilmu
dan agama berbeda, keduanya memiliki persamaan, yakni sama-sama bertujuan memberi
ketenangan dan kemudahan bagi manusia.
Agama memberi ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati,
sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia.
Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, hamper semua kitab suci
menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu sebanyak mungkin.
Agama dan ilmu juga memiliki kesamaan lain, yakni sama-sama mendesai masa
depan manusia. Desain agama lebih jauh dan abstrak, sedangkan desain ilmu dan
teknologi lebih pendek dan kongkrit.desain agama untuk memberikan ketenangan hidup
setelah hidup, dan ilmu mendesain untuk hidup pada masa depan di dunia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang
menelaah hal-hal yang mutlak yang tetap tidak berubah yang disebut hakekat.
2. Pengertian Ilmu
Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat empiris, sistematis, dapat diukur dan
dibuktikan, atau pengetahuan yang teratur dan lebih terspesialisaikan.
3. Pengertian Agama
Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.
4. Perbedaan dan Pembahasan Ruang Filsafat, Ilmu dan Agama:
a. Perbedaan Filsafat dan Ilmu, filsafat bersifat non-fragmatis karena mencari
pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar.
Sedangkan ilmu bersifat fragmatis, spesifik dan intensif.
b. Perbedaan Filsafat dan Agama, Agama diibaratkan rasa cinta yang dirasakan
seseorang, sedangkan filsafat adalah pemikiran rasa cinta pada hal-hal yang
dicintainya.
c. Perbedaan Ilmu dan Agama, Ilmu memberikan kita solusi bagaimana kita
menjalani hidup dengan akal sehat kita yang menenangkan, sedangkan Agama
akan memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji setelah mati nanti.

B. Saran

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi Perbedaan Filsafat, Ilmu
dan Agama, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam memenuhi tugas
Mata Kuliah Filsafat Ilmu di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada.

Penulis berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, M.A, Prof. Dr. Amsal. 2012. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.
Prof. Dr. C.A. van Peursen: Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya. Dikutip dari buku
B. Arief Sidharta. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu Itu?, Pustaka Sutra, Bandung
2008. Hal 7-11.
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Qu'ran, Grafindo, Jakarta, 1996, hal. 7.
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008.
Halaman 8.
MH, Amin Jaiz, Pokok-pokok Ajaran Islam, Korpri Unit PT. Asuransi Jasa Indonesia
Jakarta, 1980.

Anda mungkin juga menyukai