Anda di halaman 1dari 16

Bab I

Orientasi Materi

Para mahasiswa yang posisinya sebagai calon ilmuwan atau ilmuwan muda,
diharapkan memiliki kompetensi tentang seluk-beluk filsafat, khususnya dalam
hal-hal berikut ini:
1. Memahami pengertian filsafat secara umum
2. Memahami manfaat filsafat secara umum
3. Memahami kedudukan filsafat sebagai ilmu
4. Memahami kaitan filsafat dengan ilmu-ilmu yang lain
5. Memahami berbagai cabang filsafat beserta karakteristiknya masing-masing
6. Memahami aliran-aliran filsafat beserta karakteristiknya masinng-masing
7. Memahami peran filsafat dalam pemikiran dan praktik pendidikan
8. Memahami penerapan filsafat dalam tiap komponen pendidikan
9. Memahami masalah-masalah filosofis dalam praktik pendidikan
10. Memahami perlunya guru memilliki wawasan filosofis dalam tugasnya
11. Memahami kedudukan pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan.

Pembahasan filsafat terkait sebelas kompetensi tersebut akan disajikan pada


bab-bab dalam buku ini dan setiap bab dicantumkan kompetensi dasar serta
indikator yang diharapkan.,

1
Bab II
Memahami Pengertian Filsafat

A. Pengertian filsafat ditinjau dari asal kata


Dari berbagai tulisan terkesan bahwa tidak ada kesamaan pendapat tentang
asal mula kata filsafat. Sebagian orang berpendapat bahwa kata filsafat
berasal dari bahasa arab falsafah yang dikaitkan dengan kata sofiah yang
berarti bijaksana dan kata sufi sebagai sebutan bagi orang yang ahli
berfilsafat. Menurut pendapat ini, istilah filsafat selanjutnya berkembang di
daratan Eropa, dibawa oleh prajurit salah satu kerajaan di Eropa yang
melakukan penyerangan besar-besaran ke jazirah Arab. Di pihak lain ada
yang berpendapat bahwa kata filsafat justu berasal dari bahas latin (Yunani)
dan merupakan penyatuan dua kata philo yang berarti teman, sahabat, yang
mungkin ada kaitan dengan bahasa Inggris fellow, dan kata sophia yang
artinya sama dengan arti dalam bahasa Arab, yaitu bijaksana. Namun juga ada
yang berpendapat bahwa dalam kata filsafat tersebut kata kuncinya bukan
kebijaksanaan, tetapi kebenaran, sehingga kata filsafat diartikan sebagai cinta
kebijaksanaan atau cinta kebenaran.
B. Pengertian filsafat menurut para filosof
a. Menurut Plato, “Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran asli.”
b. Aristoteles mengartikan filsafat sebagai “ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika,
ekonomi, politik dan estetika.”
c. Bernard Russel mengartikan filsafat sebagai “ the attent to answer ultimate
question critically.”
d. Sedangkan Al-Farabi memaknai filsafat sebagai pengetahuan tentang
hakikat sebagai yang sebenarnya
e. Immanuel Kant mengartikan filsafat sebagai pengetahuan yang menjadi
pangkal pokok segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya: apa yang

2
dapat diketahui (etika), sampai di mana harapan kita (agama), apa itu
manusia (antropologi).
C. Pengertian filsafat menurut beberapa penulis buku filsafat
a. Prof. IR Poedjawijatna dalam bukunya Pembimbing ke Arah Alam
Filsafat, mengartikan filsafat sebagai : “ ingin mengerti dengan mendalam
atau cinta pada kebenaran.”
b. Hasbullah Bakry dalam bukunya Sistematika Filsafat, mengartikan filsafat
sebagai “ sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu secara
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan bagaimana hakikatnya, sejauh yang
dapat dicapai manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya
setelah mencapai pengetahuan.”
D. Pengertian filsafat menurut kamus
Menurut kamu Bahasa Indonesia, filsafat diartikan sebagai pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai segala yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya.
E. Pemaduan arti filsafat
Untuk mendapatkan pengertian filsafat yang bersifat umum antara lain dapat
ditempuh dengan memadukan unsur-unsur yang ada pada semua rumusan
yang ada memasukkan juga unsur-unsur yang tidak sama, tetapi tidak
mengurangi jiwa dari semua rumusan yang ada.
Kajian empirik tentang unsur-unsur rumusan filsafat dapat ditelaah sebagai
berikut.
1. Eksistensi filsafat
2. Apa yang dilakukan orang yang berfilsafat
3. Apa yang difilsafatkan
4. Apa tujuan orang berfilsafat
5. Bagaimana berpikir berfilsafat
6. Genus dan spesies term filsafat

3
Bab III
Filsafat di Tengah-Tengah
Berbagai Karya Budaya

A. Filsafat sebagai sarana meningkatkan taraf hidup manusia


Dalam perkembanganya manusia menggunakan pikirannya untuk mengelola
dirinya sendiri dan lingkungannya untuk kepentingan hidupnya. Ketika dari
lingkungan yang tersedia sudah tidak ada lagi makanan, manusia tidak
langsung mati atau punah, tetapi manusia dapat berpikir bagaimana dapat
tetap memperoleh makanan yaitu misalnya dengan menanam tanaman yang
dapat dimakan. Dalam perkembangannya manusia tidak hanya memerlukan
makanan atau hal-hal di ballik kenyataan indra, dan kegiatan berpikir yang
seperti inilah yang kemudian disebut dengan kegiatan berfilsafat.
Dengan menenmukan suatu yang hakiki, kebenaran yang paling benar,
pemikir itu yakin bahwa semua orang akan mengakui kebenaran itu sebagai
satu-satunya kebenaran, dan kalu semua orang mau menggunakan kebenaran
yang satu itu sebagai pengangan atau landasan hidupnya, maka dunia akan
damai, tidak ada pertentangan pendapat dengan segala akibatnya. Tentu saja
dengan syarat bahwa untuk setiap hal dapat dikembalikan pada kebenaran
yang satu itu dan semua manusia mau menggunakan kebenaran itu untuk
semua yang dilakukan. Kalu kondisi damai itu bisa terwujud mak semuanya
akan berjalan lancar dan muaranya adalah kehidupan yang damai.

B. Kaitan antara filsafat dan ilmu-ilmu di luar ilmu filsafat


a. Filsafat sebagai ilmu
Ditinjau dari perkembangan ilmu, filsafat dipandang sebagai ilmu yang
pertama kali muncul dan sekaligus sebagai induk dari segala ilmu. Orang
menggambarkan apa yang terjadi di alam semesta ini terkait adanya
kekuatan yang berasal dari makhluk lain yang dibayangkan sebagai
bentuk-bentuk yang beraneka ragam dan disembah-sembah agar berbuat
baik dan tidak berbuat aniaya kepada manusia. Pemikiran seperti ini terjadi

4
secara universal yang dalam bahasa budaya disebut mitos atau dalam
bahasa religi disebut kepercayaan animisme, dinamisme, dan sebagainya.
b. Perbedaan persamaan antara ilmu filsafat dan ilmu-ilmu lain
Perbedaan antara ilmu filsafat dan ilmu-ilmu lain dapat dilihat dari:
1. Kedalaman pembahasan
2. Sifat kebenaran
3. Cara memperoleh kebenaran
4. Daya jangkau
5. Tugas
6. Pemanfaatan
7. Keterkaitan filsafat dengan keberadaan ilmu-ilmu yang lain
c. Kaitan antara filsafat dan teknologi
Kaitan antara dua hal ini dapat dilihat dalam dua bentuk yaitu pengaruh
perkembangan teknologi terhadap filsafat dan pengaruh penerapan
teknologi terhadap perubahan sudut pandang manusia.
1. Pengaruh teknologi terhadap keberadaan filsafat
Dengan perkembangan teknologi, mungkin saja orang yang semula
mengikuti paham idealistis berubah menjadi berpandangan pragmatis.
Perubahaan bisa terjadi pada seseorang atau mungkin pada waktu
pergantian generasi. Orang yang semula mempertahnakn kesucian
sebelum menikah mungkin saja akan berubah pendapatnya bahwa yang
penting tidak akan ketahuan aibnya oleh orang lain. Dan orang itu lalu
menggunakan hasil yang berupa alat kontrasepsi. Jadi pandangan
filosofis manusia dapat berubah karena perkembangan teknologi.
2. Pengaruh filsafat terhadap teknologi
Dalam hal penggunaan hasil teknologi merupakan aspek aksiologinya
filsafat terhadap teknologi. Kalau orang berpegang pada prinsip ilmu
tidak bebas nilai maka pengembangan teknologi dan penggunaan hasil
teknologi harus mempertimbangkan filsafat yang dianut masyarakat
tempat ilmuwan berada.

5
d. Kaitan filsafat dengan agama
Kaitan positif filsafat dengan agama terlihat bahwa apa yang dicari filsafat
ada kemiripan dengan apa yang diajarkan agama. Filsafat mencari hakikat,
kebenaran terakhir, kebenaran satu-satunyam, penyebab pertama dari
segala yang ada. Dan filsafat memberikan jawaban yang beraneka ragam,
baik yang berupa benda, proses maupun keadaan. Melalui agama, orang
menemukan jawaban tersebut dari firman Tuhan, sedangkan filsafat
mencari jawaban dengan cara berfilsafat.
e. Kaitan filsafat dengan politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum dan
pendidikan
Hubungan filsafat dengan politik, sosial dan ekonomi, serta hukum perlu
ditinjau empat unsur kebudayaan tersebut, baik sebagai ilmu maupun
sebagai aktivitas. Sebagai ilmu, keempat bidang Ilmu tersebut, dan juga
ilmu-ilmu yang lain, harus mengikuti kaidah-kaidah filsafat. Artinya
semua ilmu harus memenuhi empat pilar pokok filsafat, yaitu mana
ontologinya, mana epistemologinya, dan mana aksiologinya. Sedangkan
aktivitas masyarakat, penerapan ilmu-ilmu tersebut harus mengingat
pertimbangan filsafat, khususnya pola aksiologinya, karena dalam
memikirkan atau membuat kebijakan dalam berbagai aktivitas manusia ada
hal-hal yang tidak dapat dipecahkan oleh ilmu itu sendiri.
Tentang kaitan antara filsafat dan pendidikan dapat dipahami dari
kenyataan bahwa memang ada masalah-masalah pendidikan yang dapat
dipecahkan dengan secara teknis saja, ada yang sebaiknya dipecahkan
secaran ilmiah, dan ada juga yang harus dipecahkan dengan pemikiran
filsafat. Filsafat diperlukan untuk pemikiran yang menyangkut semua
komponen pendidikan seperti tujuan, isi, metode, alat, media, maupun
untuk pemikiran yang menyangkut permasalahan yang terjadi dalam
praktik pendidikan, seperti ketidakberhasilan pendidikan ketidaktepatan
kebijakan, masalah ujian, dan sebagainya.

6
Bab IV
Aliran dan Cabang Filsafat

1. Aliran-aliran filsafat
a. Idealisme
Ajaran pokok idealisme dapat dilihat dari ajaran Fichte (1762-1814)
maupun ajaran Shelling (1775-1854) tentang manusia (Atang Abdul
Hakim: 261-264). Menurut dua filosof tersebut manusia dalam upaya
mengenali objek di luar dirinya dengan menangkap objek melalui indranya
dan baru melalui proses intelektualnya manusia benar-benar mengenali
objek dalam bentuk pengertian yang bersifat abstrak. Jadi, yang menjadi
hakikat manusia sendiri adalah bukan seperti yang dapat dilihat oleh mata
atau ditangkap dengan indra yang lain, karena seorang manusia dengan
manusia yang lain jelas berbeda dalam segala hal.
b. Empirisme
Aliran empirisme berpendapat bahwa pengetahuan dan pengalaman
manusia didapat dari hubungan manusia dengan lingkungannya melalui
alat indra, bukan melalui pikiran.
c. Positivisme
Aliran ini mirip dengan aliran empirisme, bagi positivisme hakikat sesuatu
adalah benar-benar pengalaman indra, tidak ada campur tangan yang
bersifat batiniah.
d. Pragmatisme
Secara umum, ajaran pragmatisme dalam filsafat dapat dilihat dari salah
seorang tokohnuya, yaitu William James (1842-1910) yang oleh
Poedjawijatna disitir pendapatnya bahwa pengertian atau keputusan itu
benar jika ada praktik dapat dipergunakan.
e. Materialisme
Materialisme berpendapat bahwa keberadaan dan kebenaran semua yang
ada di dunia ini adalah materi atau benda semata-mata. Istilah-istilah ide,
jiwa, roh, kekuatan magis dan sebagainya, keberadaannya hanya

7
merupakan akibat atau bentukan dari materi. Wujud keberadaan manusia
misalnya tidak laian adalah keberadaan jasmaninya, tidak ada wujud lain,
termasuk keberadaan jiwa dan roh.
Dalam hal yang menyangkut kebutuhan manusia, materialismw yang
ekstrem berpendapat bahwa semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi
melalui pemenuhan kebutuhan materi. Kebutuhan manusia untuk hidup
bermasyarakat dengan baik, untuk mewujudkan manusia yang jujur,
disiplin, rajin, dan memiliki nilai-nilai moral yang lain, harus melalui
pemenuhan kebutuhan materi terlebih dahulu.

f. Naturalisme
Menurut ajaran naturalisme, manusia adalah salah satu benda alam dan
segala sesuatu tentang manusia mengikuti atau tunduk pada hukum
kebendaan alam.
g. Sekularisme
Dalam bidang pendidikan sekularisme tampak pada adanya pemisahan
materi keilmuan dan keterampilan dalam kurikulum dengan materi
keagamaan atau moral, atau yang lebih ekstrim lagi adalah tidak diberikan
pendidikan moral yang banyak terjadi pada negara-negara demokrasi
modern

2. Cabang dan aliran filsafat


1. Dalam Eerste Nederlanche Systematiche Ingerichte Encyclopedia (ENSIE)
disebutkan cabang-cabang filsafat :
1. Metafisika
2. Logika
3. Filsafat mengenal
4. Filsafat pengetahuan
5. Filsafat alam
6. Filsafat kebudayaan
7. Filsafat etika

8
8. Filsafat antropologi
2. Ajaran Plato
1. Dialektika
2. Fisika
3. Etika
3. Ajaran Aristoteles
1. Logika
2. Filsafat teotritik
3. Filsafat praktis

3. Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas tentang hakikat segala
sesuatu. Pembahasan metafisika ditempatkan pada urutan pertama karena
kenyataannya manusia, secara keseluruhan maupun secara individual,
cenderung menaruh perhatian yang pertama pada sesuatu yang paling jauh
dari dirinya, yaitu di balik alam, baru memperhatikan alam, dan justru
manusia sendiri diperhatikan kemudian. Hal ini dapat dikaitkan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan secara umum, yaitu yang muncul pertama
adalah ilmu filsafat, disusul ilmu-ilmu kealaman, baru kemudian ilmu-ilmu
sosial.

4. Logika
Logika adalah cabang filsafat yang memberikan pedoman untuk berpikir
benar dan mendapatkan hasil berpikir yang benar dan mendapatkan hasil
berpikir yang benar. Pedoman berpikir benar dikupas dalam logika formil dan
mendukung logika formil ini ada logika materil, yang menentukan harus
benarnya bahan yang dipikirkan. Logika formil bersifat universal,
kebenarannya sama untuk semua orang, sedangkan kebenaran materil tidak
universal, mungkin berbeda dengan orang yang satu dengan orang lain.
Materi logika terdiri dari term, proporsi dan konklusi.

9
5. Filsafat etika
Aliran-aliran dalam filsafat etika
a. Aliran naturalisme
b. Aliran hedonisme
c. Aliran vitalisme
d. Aliran utilitisme
e. Aliran idealisme
f. Aliran theologis

6. Filsafat estetika
Estetika merupakan aspek hidup manusia yang lebih banyak menyangkut
ranah perasaan manusia dan oleh karena itu lebih bersifat subjektif. Oleh
karena itu, persoalan penilaian indah atau tidak indahnya sesuatu tidak dapat
diukur dengan kriteria yang benar-benar baku. Hal ini merupakan salah satu
penyebab terjadinya aliran-aliran dalam penciptaan dan pemanfaatan karya
seni sebagai wujud rasa keindahan.

7. Filsafat manusia
Filsafat manusia adalah cabang filsafat yang menelaah tentang manusia. Dari
berbagai bahasan tentang manusia, baik yang dilakukan manusia di berbagai
belahan bumi maupun dalam berbagai kurun waktu, didapatkan berbagai
aspek pembahasan tentang manusia.

8. Filsafat ilmu
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mengkaji segala persoalan yang
berkaitan dengan ilmu dari sudut pandang filsafat. Satu hal yang harus
dicermati dalam konsep filsafat adalah bahwa filsafat sendiri merupakan
ilmu, sehingga makna ilmu dalam filsafat ilmu yang dimaksudkan adalah
ilmu secara umum, termasuk filsafat sendiri seabagai ilmu.

10
Filsafat ilmu mengevaluasi informasi-informasi, prosedur pencarian
kebenaran, ide-ide dasar yang dipakai, dan kriteria kebenaran yang
dipaparkan setiap ilmu yang ada.
Dengan memahami filsafat ilmu, para ilmuwan menyadari bahwa konsep-
konsep dasar, asumsi-asumsi, dalil-dalil, prosedur pemikiran dan penilitian,
serta hasil temuan ilmiahnya, masih terus dipertanggungjawabkan atas sudut
pandang filosofis. Serta dengan memahai filsafat ilmu para ilmuwan akan
terbentuk sikap kritis, berpikir mendalam, komprehensif, objektif dan
universal.

9. Filsafat pendidikan
Filsafat dapat memberikan kontribusi pada pemikiran dan pelaksanaan
pendidikan dalam bentuk memberikan pemikiran dan hasil pemikiran yang
mendalam, yaitu yang berupa hakikat segala sesuatu, khususnya yang terkait
dengan pendidikan. Meskipun pemahaman tentang hakikat bermanfaat untuk
menentukan titik tolak berpikir dan berbuat pendidikan, namun para pemikir
dan pelaksana pendidikan tetap harus mengadakan pilihan secara cerdas,
karena apa yang disebut hakikat yang seharusnya merupakan kebenaran
terakhir, paling benar, tetapi nyatanya terhadap hal yang sama para filosof
menghasilkan hakikat yang berbeda-beda. Cabang-cabang filsafat dapat
memberikan masukan untuk menetapkan alternatif dalam menetapkan
komponen-komponen pendidikan.

11
Bab V
Sudut Pandang Filosofi dalam Pendidikan

1. Kebutuhan pandangan filsafat untuk menetapkan komponen-kompones


pendidikan
a. Pemikiran filsafat yang menyangkut penetapan tujuan pendidikan
b. Pemikiran filsafat yang menyangkut peserta didik
c. Pandangan filosofis tentang pendidik
d. Pandangan filosofis tentang keimbangan hubungan antara pendidik dan
peserta didik
e. Pandangan filosofis tentang materi pendidikan
f. Pandangan filosofis yang terkait alat pendidikan
g. Pandangan filosofis terkait metode pendidikan
h. Pandangan fiosofis terkait manajemen pendidikan
i. Pandangan filsafat tentang belajar

2. Aliran-aliran filsafat pendidikan


a. Aliran progresivisme
Secara umum, progresivisme berpijak pada aliran filsafat pragmatisme,
yaitu aliran filsafat yang berpandangan bahwa kebenaran segala sesuatu
ada pada kegunaan praktisnya.
Pandangan progrsivisme terkait dengan pendidikan:
1. Pendidikan harus membawa kemajuan, tidak konservatif, tidak otoriter.
2. Pendidikan harus memperhatikan kemampuan-kemampuan dasar
manusia yang merupakan motor penggerak bagi kemajuan dirinya.
3. Ada ilmu-ilmu yang potensial dapat membantu pemikiran dan praktik
pendidikan
4. Realita yang berupa ide dapat digunakan untuk kemajuan
5. Dalam mencari ilmu pengetahuan lebih menekankan pada pendekatan
induktif, rasional, dan empirik

12
b. Aliran esensialisme
Berbeda dengan aliran progresivisme yang berpendapat bahwa tidak ada
yang sifatnya universal bahwa di samping adanya perubahan juga ada yang
sifatnya abadi, tetap sepanjan zaman yaitu berupa esensinya sesuatu,
intinya sesuatu, hakikat sesuatu yang tidak berubah. Sebagai contoh
meskipun wujud riil manusia dari waktu ke waktu, dari satu tempat ke
tempat lain yang lain berbeda, berubah, tetapi hakikat manusia tetap ada,
yaitu bagaimanapun tetap manusia.
Pandangan esensialisme terkait dengan pendidikan:
1. Tentang apa yang harus diajarkan kepada peserta didik di samping
adanya hal-hal yang berubah sesuai dengan tuntutan zaman, ada materi
pelajaran yang sifatnya tetap, ada pada setiap zaman.
2. Pendidikan harus dapat menemukan hal-hal yang merupakan esensi
tersebut.
3. Kurikulum tidak perlu terlalu banyak menyajikan pengetahuan atau
pengalaman.
c. Aliran perenialisme
Perenialisme adalah suatu pandangan bahwa dalam zaman yang selalu
berubah tetap ada “benang merah” yang menghubungkan zaman yang satu
dengan zaman yang lain, atau antara wilayah yang satu dengan wilayah
yang lain pada zaman yang sama.
Pandangan perenialisme yang menyangkut pendidikan:
1. Tentang kurikulum
 Kurikulum merupakan alat untuk mengembangkan akal dan memori
 Kurikulum harus meliputi pengalaman langsung maupun tidak
langsung
2. Tentang belajar
 Titik tolak belajar adalah bahwa manusia adalah makhluk rasionalis,
titik tolak kemampuan adalah kemampuan berpikir
 Belajar adalah persoalan latihan dan disiplin mental. Yang penting
adalah pengembangan kemampuan dasar.

13
Bab VI
Filsafat Pendidikan Indonesia

1. Teriminologi filsafat pendidikan dalam pemikiran dan praktik pendidikan


Indonesia
Dalam sistem pendidikan di Indonesia sudah tampak adanya dasar
pemikiran filosofis, yaitu dalam bentuk pilihan-pilihan yang paling baik yang
dipakai sebagai dasar pertimbangan penetapan tujuan, materi, metode, alat,
manajemen, dan sebagainya yang merupakan komponen-komponen sistem
pendidikan. Namun dalam memilih konsep-konsep terbaik tersebut tidak
secara jelas menggunakan terminologi filsafat ataupun filsafat pendidikan
yang baku dan yang dipakai di banyak negara di dunia.
Pendidikan di Indonesia tidak secara eksplisit memilih cabang filsafat
mana dan aliran filsafat mana yang dipakai dalam menetapkan kebijakan atau
membuat aturan pelaksanaan. Memang hal ini tampaknya dalam praktik tidak
menimbulkan masalah, tetapi dengan tidak digunakannya dasar filosofis ini
kebijakan dan putusan yang diambil para pemagku kewenangan sangat
mungkin berubah-ubah tanpa dapat dipertanggung jawabkan. Pentingnya
pemikiran filsafat, khususnya menyangkut hakikat, akan dapat memberikan
pegangan yang relatif kokoh dan tahan lama.

2. Pancasila sebagai landasan kebijakan pendidikan di Indonesia


Pancasila diakui sebagai filsafat bangsa Indonesia yang berkembang mulai
zaman purba samapi sekarang dan diharapkan sampai masa-masa selanjutnya.
Bahwa Pancasila dapat dipandang sebagai landasan filosofis bagi pemikiran
dan praktik pendidikan di Indonesia dapat dipahami atas dasar hakikat
pancasila. Hakikat pancasila yang mendukung dipakainya sebagai dasar
filsafat pendidikan adalah:
a. Pancasila diakui sebagai filsafat bangsa dan sebagai dasar negara
b. Pancasila telah ditetapkan sebagai paradigma pembangunan bangsa

14
c. Hakikat Pancasila baik dalam keseluruhannya maupun sila demi sila
telah diberikan rumusan yang jelas
d. Hakikat Pancasila diposisikan sebagai hal yan universal
e. Hakikat Pancasila dapat mencakup ide-ide poko berbagai filsafat yang
ada.

15
IMPLIKASI FILSAFAT PENDIDIKAN

Dalam sistem pendidikan nasional Indonesia tidak dikenal secara eksplisit


istilah Filsafat pendidikan, namun dengan menerapkan Pancasila sebagai dasar
pendidikan. Pancasila dapat dipertanggung jawabkan sebagai dasar filsafat
pendidikan di Indonesia karena Pancasila sendiri hakikatnya juga filsafat, dasar
negara, dan ideologi bangsa dan negara.
Implikasi filsafat bagi pendidikan antara lain sebagai berikut :
1. Bagi pendidikan nasional
Tercapainya dasar dan tujuan pendidikan yang bersandarkan pada nilai-nilai
ideal Pancasila. Implikasi lainnya adalah dalam rangka menentukan program
kurikulum, dan dalam kurikulum tujuan pendidikan harus tergambar dengan
jelas. dan program tersebut mencerminkan arah dan tujuan yang hendak dicapi
dalam proses pendidikan.
2. Tujuan pendidikan
Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas, manusia, pengetahuan dan
hakikat nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan sebenarnya bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap,kreatif,mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggu jawab.
3. Bagi guru
Sangat penting dalam upaya memprofesionalkan pekerjaan guru, dan filsafat
pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja
professional, tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang
harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Implikasi bagi pendidikan
guru akanmengarahkan pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang
produktif, sehingga dapat merancang serta mengimplementasikan program
pendidikan guru dan tenaga kependidikan  yang lulusannya mampu
melaksanakan tugas-tugas keguruan di dalam konteks pendidikan.

16

Anda mungkin juga menyukai