Anda di halaman 1dari 13

PEMIKIRAN KEFILSAFATAN DALAM ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Sejarah Pemikiran Islam

Disusun Oleh :
Ahmad Kamal Akil
(80100221052)

Dosen Pembimbing
Dr. Andi Aderus, Lc., M.A.
Dr. Indo Santalia, M. Ag

PRODI DIRASAH ISLAMIYAH


KONSENTRASI SYARI’AH HUKUM ISLAM
PROGRAM MAGISTER
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berfikir adalah perbuatan yang selalu dilakukan oleh umat manusia,
dan berpikir adalah sebuah keistimewaan yang dianugrahkan oleh Allah swt
kepada umat manusia. Kemampuan pendayagunaan akal yang dianugrahkan
oleh Allah merupakan hal yang dapat membedakan antara kita dengan
makhluk-makhluk lainnya. Mereka para ilmuan dan filsuf yang tersohor
memaparkan berbagai definisi-definisi perihal ilmu Filsafat apalagi dalam
filsafat Islam, akan tetapi setiap definisi mereka berbeda-beda namun tidak
juga bertentangan, bahkan dapat dikatakan saling melengkapi dan saling
mengisi dan akhirnya kesamaan itu yang saling menghubungkan setiap
definisi tersebut.
Filsafat merupakan suatu cara atau metode berfikir yang terang dan
jelas tentang seluruh kenyataan yang ada, filsafat dapat memotivasi nalar kita
untuk menggapai kebenaran yang kemudian dapat membawa umat manusia
kepada pemahaman, dan maka dengan pemahaman tersebut dapat membawa
manusia kepada tindakan-tindakan ataupun aktivitas yang lebih layak.
Berbicara mengenai filsafat Islam, maka sesungguhnya yang dibahas
adalah perkembangan pemikiran umat Islam dalam masalah ketuhanan,
kerasulan atau kenabian, alam semesta, dan manusia yang tetap berlandaskan
nilai dan ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat
ditarik rumusan masalah di dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud filsafat?
2. Bagaimana objek kajian dari filsafat?
3. Apa yang dimaksud filsafat Islam?
4. Bagaimana sejarah awal mula filsafat Islam?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat
1. Pengertian Filsafat
Definisi filsafat, dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan
pemikiran-pemikiran kefilsafatan, antara satu filsuf dengan filsuf lainnya
sering berbeda, dan bahkan banyaknya hampir sama dengan filsuf-filsuf
itu sendiri. Definisi filsafat dapat dilihat dari dua aspek, yakni secara
bahasa dan secara istilah.
a. Filsafat secara Bahasa atau Etimologi
filsafat, yang ada di dalam bahasa Arab dikenal sebagai
istilah falsafah sedangkan yang ada dalam bahasa Inggris diketahui
istilah philosophy yang kemudian kata tersebut berasal dari bahasa
Yunani, yaitu philosophia. Kata philosophia itu sendiri terdiri dari dua
kata, yaitu philein yang diartikan cinta (love) dan kata sophia yang
diartikan sebagai kebijaksanaan (wisdom), maka secara bahasa atau
etimologi kata filsafat diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan (love
of wisdom) dan kemudian diinterpretasi dengan makna yang sedalam-
dalamnya. Oleh karena itu, seorang ahli filsafat atau filsuf merupakan
pencari kebijaksanaan ataupun pecinta kebijaksanaan. Istilah filsafat
awal mulanya dipakai oleh Pythagoras tahun 582-496 SM. Makna dari
filsafat kala itu belum terlalu jelas dan detail, adapun definisi istilah
filsafat seperti yang banyak ditemui dan digunakan sekarang ini
digunakan oleh Socrates pada tahun 470-399 M dan para filsuf-filsuf
lainnya termasuk filsuf-filsuf Islam.1 
b. Filsafat secara Terminologi
Adapun secara istilah atau terminologi kata filsafat banyak
mengandung makna-makna. Adapun beberapa pengertian filsafat yang
dipaparkan oleh para filsuf yang kemudian dapat menggambarkan
filsafat adalah sebagai berikut:

1
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar  (Cet. I ; Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 4.

3
1) Al Farabi
Ahli filsafat ini mengungkapkan bahwa ilmu filsafat
merupakan ilmu (pengetahuan) ataupun wawasan perihal
bagaimana hakikat alam semesta.
2) Hasbullah Bakry
Adapun menurut Hasbullah Bakry, filsafat merupakan ilmu
yang mencari segala sesuatu atau apapun itu, secara mendalam
berkaitan dengan ketuhanan, manusia dan alam semesta, sampai
dapat membuahkan pengetahuan dan wawasan mengenai
bagaimana sebenarnya kapasitas yang mampu digapai oleh nalar
manusia dan bagaimana seharusnya sikap yang ditunjukkan
manusia setelah menggapai pengetahuan tersebut.2
3) Plato
Plato memaparkan bahwasanya filsafat merupakan ilmu
atau wawasan yang mengupayakan untuk menggapai ilmu
pengetahuan tentang kebenaran yang hakiki.
4) Aristoteles
Adapun menurut seorang filsuf yang tersohor juga, yaitu
Aristoteles, ilmu filsafat adalah pengetahuan dan wawasan yang
mencakup perihal kebenaran yang kemudian terkandung di
dalamnya  ilmu-ilmu logika, metafisika, etika, estetika (filsafat
keindahan), retorika, ekonomi dan bahkan ilmu politik.
5) Notonegoro
Notonegoro juga memberikan definisi bahwa ilmu filsafat
itu menelaah atau mencari sesuatu yang menjadi objek kajiannya
dari sudut esensinya yang bersifat mutlak dan secara mendalam,
serta tetap dan juga tidak mengalami perubahan, maka dikatakan
sebagai hakikat.

2
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar , h. 5

4
Sedangkan Ali Mudhofir di dalam buku beliau “Surajiyo”
memaparkan definisi filsafat secara beragam, berikut adalah beberapa
pengertian yang diungkapkan oleh beliau.
a. Filsafat diartaikan sebagai sikap
Filsafat merupakan suatu sikap mengenai alam semesta dan
kehidupan. Maka yang dimaksud filsafat sebagai sikap adalah
menyelidiki atau menelaah secara terbuka, toleran, kritis, selalu siap
bersedia menyelidiki suatu masalah dari segala aspek sudut pandang.
b. Filsafat didefinisikan sebagai metode
Filsafat menjadi sebuah metode, maksudnya adalah metode
berpikir secara benar dan mendalam yang bersifat reflektif,
penyelidikan atau penelusuran yang memakai alasan yang kuat,
bernalar dengan teliti dan hati-hati. Filsafat juga berupaya agar
pemikiran seluruh pengalaman-pengalaman manusia dilakukan secara
jelas dan mendalam.
c. Filsafat didefinisikan sebagai analisis secara logis perihal bahasa dan
penjelasan mengenai makna istilah,
Banyak dari ahli filsafat menggunakan cara analisis untuk
menerangkan definisi suatu kata atau istilah dan penggunaan
bahasanya. Beberapa ahli filsafat mengungkapkan bahwasanya analisis
mengenai makna bahasa adalah tugas utama dalam filsafat dan adapun
menganalisis konsep atau cara sebagai fungsi tunggal dari filsafat. Para
ahli filsafat analitis seperti G. Ryle, L. Wittgeenstein, J. L. Austin, G.
E. Moore, B. Russel, dan filsuf lainnya berpandangan bahwa yang
ingin dicapai filsafat adalah menghilangkan berbagai kesamaran
dengan metode menerangkan definisi dari istilah atau semacam
ungkapan yang digunakan di dalam suatu pengetahuan dan
diaplikasikan dalam aktivitas keseharian. Mereka berprinsip bahwa
bahasa adalah objek kajian dan laboratorium para ahli filsafat, yaitu
tempat menanam dan kemudian mengembangkan gagasan-gagasan.

5
Maka ilmu filsafat merupakan pengetahuan perihal upaya untuk
menjawab persoalan-pesoalan terakhir, tidak dengan cara dogmatis atau
dangkal sama halnya yang dilakukan di kehidupan yang dijalani sehari-
hari atau bahkan dalam kebiasaan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun
sebaliknya yaitu, secara mendalam dan kritis, Maksudnya adalah sesudah
segala halnya diteliti, masalah-masalah apa yang kemudian dapat
diakibatkan oleh persoalan-persoalan tersebut dan manakala telah sadar
dari segala-segala kebingungan dan kesamaran, yang menjadi acuan bagi
definisi kita yang sehari-hari.3
Pendapat ini ada benarnya, karena hakikat filsafat ada pada
pembahasannya, bukan pada definisinya. Namun demikian, definisi
filsafat yang akan digunakan sebagai tolak ukur awal, diperlukan untuk
memberikan arah dan ruang lingkup terhadap objek yang dibahas,
terutama yang berkaitan dengan filsafat ini. Oleh karena itu, berikut
beberapa definisi dari para filsuf terkemuka yang cukup representatif, baik
dari segi waktu maupun kualitas pemikirannya.4
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mendefinisikan filsafat sebagai:
a. Pengetahuan dan penyelidikan dengan nalar tentang sifat segala
yang ada, penyebab dan hukumnya.
b. Teori yang melandasi alam pemikiran atau suatu kegiatan
c. Ilmu dengan inti logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.
Dilihat pada umumnya, filsafat berarti upaya seseorang untuk
mendapatkan pemahaman sesuatu dengan cara sistematis, kritis dan
radikal. Filsafat di sini bukanlah sebuah produk, melainkan sebuah proses,
sebuah proses yang akan menentukan apakah sesuatu dapat diterima atau
tidak. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu
kajian atau cara berpikir yang dilakukan secara reflektif atau mendalam
untuk menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan
dengan menggunakan akal yang diperoleh dari berpikir kritis yang penuh
3
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Cet. II; Jakarta: Pt. Rajawali Pers, 2005), h. 5.
4
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, h. 6.

6
kehati-hatian. Filsafat digali tidak dengan melakukan eksperimen, tetapi
dengan menggunakan pemikiran yang mendalam untuk mengungkapkan
masalah secara tepat, menemukan solusi dengan memberikan argumen dan
alasan yang tepat.
2. Ruang Lingkup
Objek penelitian filsafat ada 2, yaitu: objek material, yaitu objek
yang dianggap sebagai segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada,
atau dengan kata lain cakupannya sangat luas, baik empiris maupun
abstrak, serta hal-hal yang menyangkut Tuhan. Objek formanya adalah
penyelidikan yang mendalam.
Tujuan filsafat adalah untuk menemukan kebenaran yang hakiki.
Jika kebenaran yang sebenarnya disusun secara sistematis, maka ia
menjadi filsafat yang sistematis. Filsafat sistematika biasanya dibagi
menjadi tiga cabang utama filsafat, yaitu teori pengetahuan, teori alam,
dan teori nilai.
Objek yang dipikirkan oleh ahli filsafat adalah segala sesuatu yang
ada, sehingga sangat luas. Tentang objek material ini hampir sama dengan
objek material ilmu pengetahuan. Perbedaannya adalah dalam dua hal.
Pertama, sains menyelidiki objek material empiris; filsafat menyelidiki
objek juga, tetapi bukan bagian empiris, melainkan bagian abstrak. Kedua,
ada objek material filsafat yang tidak dapat diselidiki oleh ilmu
pengetahuan, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek material yang
selamanya tidak empiris. Jadi objek material filsafat masih lebih luas dari
objek material ilmu pengetahuan.5
Selain obyek material, ada lagi obyek formal, yaitu sifat  penye-
lidikan. Obyek forma filsafat ialah penyelidikan yang mendalam. Artinya,
ingin tahunya filsafat adalah ingin tahu bagian dalamnya.
Kata mendalam artinya ingin tahu tentang obyek yang tidak empiris.
Penyelidikan sains tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu sampai 

5
Munawwaroh, Djunaidatul dan Tanenji, Filsafat Pendidikan (Perspektif Islam Dan
Umum), (Jakarta: UIN Jakarta Press. 2003), h. 8

7
batas obyek itu dapat diteliti secara empiris. Jadi, sains menyelidiki
dengan riset, filsafat meneliti dengan memikirkannya.
B. Filsafat Islam
1. Pengertian
Filsafat Islam adalah pengembangan pemikiran Muslim dalam
masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang diterangi
oleh ajaran Islam. Adapun definisi secara spesifik seperti yang ditulis oleh
para penulis Islam sebagai berikut:6
a. Ibrahim Madzkur, filsafat Islam adalah pemikiran yang lahir di dunia
Islam untuk menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam
semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat.
b. Ahmad Fuad Al-Ahwany, filsafat Islam adalah penjelasan yang
berkaitan dengan alam dan manusia yang didasari oleh ajaran Islam.
c. Muhammad Atif Al-Iraqy, filsafat Islam secara umum meliputi ilmu
kalam, ilmu ushul fiqh, ilmu tasawuf, dan ilmu-ilmu lain yang
diciptakan oleh para intelektual Muslim. Makna secara khusus adalah
pokok-pokok atau dasar-dasar pemikiran filosofis yang dikemukakan
oleh para filsuf muslim.
Jelaslah bahwa filsafat Islam adalah produk pemikiran Muslim
secara keseluruhan. Pemikiran muslim ini merupakan buah dari dorongan
ajaran Al-Qur'an dan Hadits.

Sejarah Adanya Filsafat Islam


Pada saat datang ke daerah Timur Tengah di abad 4 SM. Alexander
Agung tidak hanya membawa militer tetapi juga warga sipil. Tujuannya
tidak hanya untuk memperluas wilayahnya di luar Makedonia, tetapi juga
untuk menanamkan budaya Yunani di daerah yang dia masuki. Untuk itu
ia mengadakan asimilasi antara orang Yunani yang dibawanya, dengan
penduduk setempat. Dengan cara ini filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani

6
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 17.

8
berkembang di Timur Tengah, dan pusat-pusat peradaban Yunani seperti
di kota Iskandariah (diambli dari nama Alexander) muncul di Mesir.7
Ketika para sahabat Nabi menyampaikan dakwah Islam ke daerah-
daerah tersebut, terjadilah perang antara kekuatan Islam dan kekuatan
Kekaisaran Bizantium di Mesir, Suriah dan Irak, dan kekuatan Kekaisaran
Persia di Iran. Daerah-daerah ini, dengan kemenangan pasukan Islam
dalam peperangan tersebut, akhirnya jatuh di bawah kekuasaan Islam.
Tetapi orang-orang, sesuai dengan ajaran Al-Qur'an, bahwa tidak ada
paksaan dalam agama dan kewajiban umat Islam untuk hanya
menyampaikan dakwah dan ajaran yang dibawa oleh Nabi, tidak dipaksa
oleh para sahabat untuk masuk Islam. Mereka masih memeluk agama
aslinya.
Dari warga non-Muslim ini, muncul kelompok yang tidak senang
dengan aturan dan ajaran Islam dan karena itu ingin menggulingkan Islam.
Mereka juga menyerang Islam dengan mengedepankan argumentasi
berdasarkan filosofi yang mereka peroleh dari Yunani.
Dari sisi Islam, muncul kelompok yang melihat bahwa serangan
tersebut tidak dapat dilawan kecuali dengan menggunakan argumentasi
filosofis pula. Untuk itu mereka mempelajari filsafat dan ilmu
pengetahuan Yunani. Tingginya posisi akal dalam pemikiran Yunani
mereka temukan sejalan dengan tingginya posisi akal dalam Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi. Maka muncul dalam sejarah pemikiran Islam dalam
panggung teologi rasional yang dipelopori oleh kaum Mu'tazilah.
Teologi rasional Mu'tazilah inilah, dengan keyakinan akan
kedudukan akal yang tinggi, kebebasan manusia untuk berpikir dan
bertindak serta adanya hukum-hukum alam Tuhan, yang menyebabkan
perkembangan Islam, tidak hanya filsafat, tetapi juga ilmu pengetahuan,
pada periode antara abad kedelapan sampai duabelas Masehi.
Filsafat dibagi menjadi 3 periode. Periode pertama berasal dari
Yunani, Tokoh seperti Socrates, Plato dan Aristoteles. Periode kedua yang

7
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, h. 18

9
merupakan periode tengah adalah filsafat Islam. Filsafat Islam klasik
mulai berkembang pada masa Al-Kindi.8
Al-Kindi adalah seorang Aristotelian, ia mendefinisikan filsafat
sebagai pola pikir manusia untuk mengenal dirinya lebih baik, dari
pemahaman ini al-Kindi mencoba untuk “lebih mengenal dirinya sendiri”
yang kemudian ia gunakan sebagai cara atau alat untuk mengetahui lebih
banyak tentang hal-hal yang lebih besar di alam. Filsafat Al-Kindi juga
mengarah pada al-Ilmu al-Insani wa ilmu al-Ilahi.
2. Tokoh
Dalam filsafat Islam terdapat beberapa tokoh yang dianggap
berpengaruh dan karya-karyanya dikenal oleh sebagian umat Islam saat
ini. Beberapa karakter tersebut antara lain:9

a. Al-Kindi
Al-Kindi atau nama lengkapnya Abu Yusuf Ya'qub bin Ishak
bin Ash-Shabah bin Imran bin Ismail bin Al-Asy'ats bin Qays Al-Kindi
dikenal sebagai tokoh muslim pertama yang memunculkan gagasan
filsafat dan Ia juga yang berpendapat bahwa ajaran Islam sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan filsafat, sehingga keduanya bukanlah hal
yang bertentangan. Tidak hanya ahli sebagai seorang filsuf atau
pemikir Islam yang diakui oleh bangsa barat, Al Kindi juga banyak
menghasilkan karya di bidang ilmu lain seperti aritmatika dan musik.
b. Al-Farabi
Al Farabi atau nama lengkapnya Abū Nasir Muhammad bin al-
Farakh al-Fārābi' adalah seorang ilmuwan dan filsuf Muslim
terkemuka yang mencoba menggabungkan beberapa aliran filsafat,
termasuk filsafat al-Tawfiqhiyah yang berkembang lebih awal dari
pemikiran para filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles , Plotinus.

8
Hadariansyah, Pengantar Filsafat Islam: Mengenal Filusuf-filusuf Muslim dan Filsafat
Mereka, (Banjarmasin: Kafusari Press, 2012), h. 4
9
Hadariansyah, Pengantar Filsafat Islam: Mengenal Filusuf-filusuf Muslim dan Filsafat
Mereka,, h. 5 – 6

10
Al Farabi juga berpendapat bahwa pada hakikatnya filsafat
mempunyai satu tujuan, yaitu mencari kebenaran tentang suatu hal.
c. Ibnu Rusyd
Abu Walid Muhammad bin Rusyd atau lebih dikenal dengan
nama Ibnu Rusyd merupakan salah satu ilmuwan muslim yang cukup
terkenal. Ia juga salah satu filsuf yang dikenal dengan aliran
rasionalnya. Sebagai seorang filsuf dan pemikir, Ibnu Rusyd
menjunjung tinggi akal dan perannya dalam kehidupan. Ibnu Rusyd
juga berpendapat bahwa akal bekerja berdasarkan pengertian umum
dan mencakup hal-hal yang bersifat parsial atau disebut juz'iyah.
d. Ibnu Sina
Ibnu Sina yang terkenal sebagai ilmuwan di bidang kedokteran
juga dikenal sebagai filsuf muslim. Dia berpendapat bahwa semua
kecerdasan atau akal berasal dari Tuhan dan segala sesuatu yang
menyangkut dasar semua pengetahuan juga berasal dari Tuhan. Ibnu
Sina juga menyatakan bahwa esensi ada di dalam pikiran dan wujud
berada di luar pikiran atau akal. Ia juga banyak membahas tentang
metafisika dan filsafat jiwa.
e. Al-Ghazali
Muhammad bin Ahmad, Al-Imamul Jalil, Abu Hamid Ath Tusi
Al-Ghazali atau lebih dikenal dengan Al Ghazali adalah salah satu
filsuf terkenal yang berasal dari daerah Tusi yang merupakan bagian
dari Negara Persia. Al-Ghazali menghasilkan banyak karya di bidang
filsafat dan pada awalnya ia berpendapat bahwa sains sebenarnya tidak
dapat ditangkap dengan menggunakan panca indera manusia. Al-
Ghazali lebih cenderung percaya pada akal daripada panca indera.
Pada masanya, ia telah menjadi guru besar di Nidzamiyah, Baghdad
selama empat tahun. Beberapa kitab Al Ghazali yang terkenal antara
lain Ihya Ulum Ad-Din, Tahafut al-Falasifah dan Al-Munqidz min
adh-Dhalal.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat memiliki banyak peran bagi manusia, seperti: memecahkan
batas-batas pikiran manusia agar tidak terkungkung, membebaskan pikiran
manusia, sebagai pemandu, penghimpun ilmu-ilmu pengetahuan, dan sebagai
penolong imu pengetahuan. Secara umum, tujuan filsafat adalah untuk
mencapai kebenaran untuk membawa orang pada pemahaman, dan tindakan
yang lebih layak.
Mengenai kronologi munculnya filsafat Islam, beberapa ilmuwan
mengalami sedikit perbedaan, seperti yang dijelaskan oleh Hasyimah Nasution
dalam bukunya “Filsafat Islam”. Ada yang mengatakan bahwa filsafat Islam
lahir hanya karena penerjemahan buku-buku pengetahuan berbahasa Yunani
ke dalam bahasa Arab.
Berbeda dengan yang dijelaskan Hadiansyah dalam bukunya
“Pengantar Filsafat Islam” bahwa filsafat Islam lahir dari Al-Qur'an itu
sendiri, karena banyak ayat yang menyuruh manusia untuk berpikir. Di sisi
lain, karena gencarnya upaya yang dilakukan oleh Alexander The Great
dengan menaklukkan kota-kota penting seperti Mesir, Irak, Syria dan Persia,
maka didirikanlah pusat-pusat kebudayaan di kota-kota penting tersebut yang
turut mengembangkan upaya Alexander dalam mengembangkan ilmu-ilmu
pengetahuan dan filsafat Yunani.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal, 2005. Filsafat Ilmu. Cet. II; Jakarta: Pt. Rajawali
Pers,

Hadariansyah, 2012. Pengantar Ilmu Filsafat Islam: Mengenal Filsuf-


filsuf Muslim dan Filsafat-Filsafat Mereka, Banjarmasin:
Kafusari Press.

Munawwaroh, Djunaidatul dan Tanenji, 2003. Ilmu Filsafat


Pendidikan Perspektif Umum Dan Islam), Jakarta: UIN Jakarta
Press.

Nasution, Hasyimsyah, 1999. Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media


Pratama,

Surajiyo, 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Cet. I; Jakarta: Bumi


Aksara.

13

Anda mungkin juga menyukai