DOSEN PEMBIMBING :
NAMA KELOMPOK:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu. Pembahasannya yang luas sering kali membuat
kita acap kali berpikir sampai manakah batasan batasan daripada ilmu filsafat ini. Dalam
kesempatan kali ini kami selaku penulis makalah ingin menuangkan sudut pandang sudut
pandang yang mungkin bias menjadi acuan dalam diskusi mengenai ruang lingkup serta
Batasan Batasan dari Filsafat secara umum. Menyadari keterbatasan akan akal manusia,
mungkin pembahasan kami hanya akan mencangkup sebagian kecil daripada filsafat itu
sendiri.
BATASAN ILMU DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU
Term Filsafat berasal dari 2 suku kata, yakni Phylo dan Shopia yang berarti
Cinta dan Kebijaksanaan. Secara bahasa filsafat berarti mencintai kebijaksanaan,
Adapun secara istilah berarti mencari kebenaran menurut ukuran-ukuran tertentu.
Ilmu pengetahuan diasumsikan lahir dari hasil pemikiran manusia melalui kajian
filsafat secara mendalam, sehingga filsafat diasumsikan sebagai induk dari segala
macam ilmu pengetahuan. Ilmu diidentikan dengan term pengetahuan (knowledge).
Jadi filsafat ilmu adalah filsafat tentang pengetahuan (the phylosophy of knowledge).
Namun ada juga yang memaknai istilah ilmu setara dengan science. Dalam kajian
filsafat ilmu, term ilmu pengetahuan (knowledge) diartikan sebagai segala sesuatu
yang telah diketahui oleh manusia.
Sedangkan ilmu logika adalah disiplin ilmu sebagai cabang dari filsafat yang
menjelaskan tentang cara berfikir dan alat untuk mencari pengetahuan yang benar.
Prinsip dasar logika terbagi empat, yaitu: prinsip kontradiksi, prinsip identitas, prinsip
persamaan, prinsip perbandingan dan prinsip hubungan sebab akibat. Berfikir
sistematis menurut ilmu logika ditujukan untuk mencintai kebenaran, mencari
klasifikasi dari segi persamaan dan perbedaan, memperoleh definisi yang tepat dan
menemukan kesimpulan yang dianggap benar.
Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli
filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli
filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan
secara terminologi.
1. Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia.
Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti
kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan
(love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah
pencinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras
(582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu
diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470-
399 M) dan para filsuf lainnya. [1]
2. Filsafat secara Terminologi
Secara terminologi dalam arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan batasan dari
filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa batasan.
a. Plato
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai
pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
b. Aristoteles
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang
didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika (filsafat keindahan).
c. Al Farabi
Filsuf Arab ini mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakikat
bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
d. Hasbullah Bakry
Menurut Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai ketuhanan, alam semesta dan juga manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan
bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.[2]
e. Notonegoro
Notonegoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari
sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang
disebut hakikat.
Adapun Ali Mudhofir dalam buku Surajiyo memberikan arti filsafat sangat beragam, yaitu
sebagai berikut.
a. Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Sikap secara filsafat adalah
sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu bersedia meninjau suatu problem
dari semua sudut pandang.
b. Filsafat sebagai suatu metode
Filsafat sebagai metode, artinya cara berpikir secara mendalam (reflektif), penyelidikan yang
menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti. Filsafat berusaha untuk memikirkan
seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas.
c. Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah, kebanyakan
filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa.
Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa merupakan tugas pokok
filsafat dan tugas analisis konsep sebagai satu-satunya fungsi filsafat. Para filsuf analitis
seperti G. E. Moore, B. Russel, L. Wittgeenstein, G. Ryle, J. L. Austin, dan yang lainnya
berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan berbagai kekaburan dengan cara
menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dipakai
dalam kehidupan sehari-hari. Mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan laboratorium
para filsuf, yaitu tempat menyemai dan mengembangkan ide-ide.
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir,
tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari-hari atau
bahkan dalam kebiasaan ilmu pengetahuan. Akan tetapi secara kritis, dalam arti: setelah
segala sesuatunya diselidiki problem-probelm apa yang dapat ditimbulkan oleh pertanyaan-
pertanyaan yang demikian itu dan setelah kita menjadi sadar dari segala kekaburan dan
kebingungan, yang mmenjadi dasar bagi pengertian kita sehari-hari.[3]
Barangkali karena rumitnya mendefinisikan filsafat dan ternyata hasilnya juga relatif sangat
beragam, maka Muhammad Hatta tidak mau terlalu gegabah memberikan definisi filsafat.
Menurut dia sebaiknya filsafat tidak diberikan defenisi terlebih dahulu, biarkan saja orang
mempelajarinya secara serius, nanti dia akan faham dengan sendirinya. Pendapat Hatta ini
mendapat dukungan dari Langeveld. Pendapat ini memang ada benarnya, sebab inti sari
filsafat sesungguhnya terdapat pada pembahasannya. Akan tetapi – khususnya bagi pemula –
sekedar untuk dijadikan patokan awal maka defenisi itu masih sangat diperlukan.
Pendapat ini benar adanya, sebab intisari berfilsafat itu terdapat dalam pembahasan bukan
pada defenisi. Namun, defenisi filsafat untuk dijadikan patokan awal diperlukan untuk
memberi arah dan cakupan objek yang dibahas, terutama yang terkait dengan filsafat ini.
Karena itu, disini dikemukakan beberapa defenisi dari para filosof terkemuka yang cukup
representatif, baik dari segi zaman maupun kualitas pemikiran.[4]
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan filsafat
sebagai :
a. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal mengenai hakikat segala yang ada, sebab, dan
hukumnya.
b. Teori yang mendasari alam pemikiran atau suatu kegiatan
c. Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology.
Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami sesuatu secara sistimatis,
radikal dan kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk, melainkan proses, proses yang
nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi atau cara berfikir yang dilakukan secara
reflektif atau mendalam untuk menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi dalam
kehidupan dengan menggunakan alasan yang diperoleh dari pemikiran kritis yang penuh
dengan kehati-hatian. Filsafat didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen,
tetapi dengan menggunakan pemikiran yang mendalam untuk menggungkapkan masalah
secara persis, mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang tepat.
Pemahaman yang mendorong timbulnya filsafat pada seseorang karena adanya sikap heran
atau takjub yang melahirkan suatu pertanyaan. Pertanyaan itu memerlukan jawaban dan
untuk mencari jawaban tersebut perlu adanya pemikiran-pemikiran yang mendalam untuk
menemukan kebenarannya. Sehingga melahirkan keseriusan untuk melakukan penyelidikan
secara sistimatis. Jadi dengan berfilsafat maka keinginan untuk mengetahui fenomena-
fenomena dapat dimengerti dengan lebih mudah.
Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh, filsafat yang
mencoba menggabungkan kaasimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi
suatu pandangan dunia yang konsisten. Para filsuf berhasrat meninjau kehidupan tidak
dengan sudut pandaang yang khusus sebagaimana di lakukan oleh seorang ilmuawan. Para
filsuf memakai pandangan yang menyeluruh terhadap kehidupan sebagai suatu totalitas.
Tujuan filsafat adalah mengambil alih hasil-hasil pengalaman manusia dalam bidang
keagamaan, etika, dan ilmu pengatahuan, kemudian hasil-hasil tersebut di renungkan secara
menyeluruh Dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh beberapa kesimpulan umum tentang
sifat-sifat dasar alam semesta, kedudukan manusia di dalamnya serta berbagai pandangan ke
depan.
2. Tujuan
Tujuan dari mempelajari filsafat antara lain.
a. Mampu mengetahui dan memahami segala sesuatu berdasar pengetahuan secara mendalam
dan komprehensif melalui penalaran yang kritis, logis, sistematis dan universal untuk
menemukan kebenaran yang dikehendaki.
b. Mampu menjelaskan kembali aspek-aspek yang dipelajari dalam filsafat secara kritis,
logis, sistematis dan universal berdasarkan standar kebenaran tertentu.
c. Mampu mengimplementasikan aspek-aspek yang dipelajari dalam filsafat secara praktis.