Anda di halaman 1dari 20

PEMIKIRAN PENDIDIKAN BERBASIS FILSAFAT

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“PENGEMBANGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM”

Dosen Pengampu: Muhammad Heriyudanta, M.Pd.I

Disusun Oleh: Kelompok Dua (2) / PAI-H

1. Ardita Novitasari (201200245)


2. Defi Nurfitasari (201200261)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena atas berkah dan limpahan rahmat serta
nikmat keimanan, keislaman, kesempatan dan kesehatan yang diberikan kepada
penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemikiran
Pendidikan Berbasis Filsafat” sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengembangan
Pemikiran Pendidikan Islam.

Tidak lupa pula penulis ucapkan salam serta shalawat kepada junjungan
kita Nabiyullah Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi kita semua.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui atau memahami tentang
bagaimana pemikiran pendidikan berbasis filsafat.

Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, khususnya untuk penulis. Kritik dan saran dari pembaca akan
sangat berarti untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini juga bisa menjadi motivator bagi penulis untuk penulisan makalah
selanjutnya yang lebih baik dan bermanfaat.

Ponorogo, 23 Agustus 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan
berpikir pula merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah swt kepada
kita manusia. Akal yang diberikan oleh-Nya merupakan suatu pembeda antara
kita dengan makhluk lainnya. Para ilmuan-ilmuan yang terkemuka
memberikan definisi tentang ilmu Filsafat namun masing-masing definisi
mereka berbeda akan tetapi tidak bertentangan, bahkan saling mengisi dan
saling melengkapi dan terdapat kesamaan yang saling mempertalikan semua
definisi itu. Hal tersebut baik untuk menambah wawasan kita karena dengan
mengetahui pengertian dari para ilmuan-ilmuan sebelum kita, kita banyak
belajar dari sana.

Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang
seluruh kenyataan, filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih
kebenaran yang dapar membawa manusia kepada pemahaman, dan
pemahaman membawa manusia kepada tindakan yang lebih layak.

Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita
lakukan pada kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam kebiasaan ilmu
pengetahuan. Akan tetapi secara kritis, dalam arti: setelah segala sesuatunya
diselidiki problem-probelm apa yang dapat ditimbulkan oleh pertanyaan-
pertanyaan yang demikian itu dan setelah kita menjadi sadar dari segala
kekaburan dan kebingungan, yang menjadi dasar bagi pengertian kita sehari-
hari.1

Pendapat ini benar adanya, sebab intisari berfilsafat itu terdapat dalam
pembahasan bukan pada defenisi. Namun, defenisi filsafat untuk dijadikan
patokan awal diperlukan untuk memberi arah dan cakupan objek yang

1
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,  (Jakarta: Pt. Rajawali Pers, 2005), 5.
dibahas, terutama yang terkait dengan filsafat ini. Karena itu, disini
filsafat mempunyai banyak peranan bagi manusia seperti: mendobrak
keterkungkungan pikiran manusia, pembebas pikiran manusia, sebagai
pembimbing, penghimpun ilmu pengetahuan, dan sebagai pembantu
pengetahuan. Secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran agar
dapat membawa manusia kepada pemahaman, dan kepada tindakan yang lebih
layak.

Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta


pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi
salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik. Tugas filsafat adalah
melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan spekulatif)
secara mendalam dan memdasar melalui proses pemikiran yang sistematis,
logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup dan
kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan pandangan dasar yang
berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohani pokok) yang berkembang
dalam pusat kemanusiaan manusia (natropologi centra).
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari filsafat?

2. Bagaimana cara berpikir filsafat?

3. Apa pengertian dari filsafat pendidikan?

4. Apa pengertian dari filsafat pendidikan Islam?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara berpikir filsafat.

3. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat pendidikan.

4. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat pendidikan Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Filsafat

Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan

antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda serta hampir sama

banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari

dua segi yakni secara etimologi dan terminologi.

1. Filsafat Secara Etimologi

Kata filsafat dalam bahasa Arab dikenal denga istilah Falsafah dan

dalam bahasa Inggris dikenal istilah Phylosophy serta dalam bahasa

Yunani dengan istilah Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata

philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kehijasanaan

(wisdom) sehingga secara etimologis inilah filsafat berarti cinta

kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.

Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari

kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan olch Phytagoras (582-

486 SM). Arti filsafat pada waktu itu, kemudian filsafat itu diperjelas

seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates

(470-390 SM) dan filsuf lainnya.2

2. Filsafat Secara Terminologi

Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat.


Hal ini disebabkan batasan dari filsafat itu sendiri banyak maka sebagai
gambaran diperkenalkan beberapa batasan sebagai berikut. Plato,
2
Suaedi, “Pengantar Filsafat Hukum”,(Bogor : IPB Press, 2018), 17-18.
berpendapar bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang ada karena kebenaran itu
mutlak di tangan Tuhan.

 Aristoles, berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang

meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika.

logika, retorika, etika, dan estetika.

 Prof. Dr. Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir

radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akaranya suatu

hal yang hendak dipermasalahkan.

 Immanuel Kant, filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa

mengatakan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan

yang mencakup di dalamnya empat persoalan:

a) apa dapat kita ketahui, dijawab oleh metafisika?

b) apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika?

c) apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi? dan

d) sampai di mana harapan kita, dijawab oleh agama?

 Rene Descartes, mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan)

tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.

B. Cara Berpikir Filsafat

Sadar atau tidak, ketika kita bersentuhan dengan filsafat, sebenarnya


kita sedang melakukan kegiatan berpikir dan bagaimana kita berpikir,
demikian pula sebaliknya. Kegiatan dan cara berpikir yang kita lakukan,
secara keseluruhan, merupakan inti dari pengetahuan kita sendiri. Pada
bagian ini kita akan membahas filsafat sebagai cara berpikir. Untuk itu kita
perlu mengetahui karakteristik berpikir dalam filsafat. Ada enam
karakteristik berpikir dalam filsafat yaitu (a) menyeluruh, (b) mendasar,
(c) spekulatif, (d) reflektif, (e) kritis, dan (f) postulatif3

a) Menyeluruh

Berpikir secara menyeluruh adalah mencermati objek yang


menjadi kajian yang tidak dipandang hanya dari satu sisi saja.
Seseorang berpikir secara menyeluruh bagaikan seseorang yang sedang
menengadah ke langit, atau seorang pendaki gunung yang melihat ke
bawah. Pada saat orang menengadah ke langit, dia ingin mengetahui
dirinya dalam kesemestaan galaksi. Dia tidak hanya berpikir tentang
galaksi yang ada di langit saja tetapi dia juga berpikir tentang
keberadaannya di bumi yang dia pijaki. Demikian pula seperti
seseorang yang berada di puncak gunung, maka dia dapat melihat
lembah dan ngarai di bawahnya. Jadi, berpikir secara menyeluruh ini
merupakan berpikir sampai batas-batas pembeda objek yang kita kaji
atau cermati. Batas-batas pembeda objek di sini mengacu pada batas-
batas pengetahuan kita terhadap objek yang sedang kita cermati, dan
olehnya itu, kita tidak hanya berpikir dan mencermati sesuatu hanya
dari satu sudut pandang atau satu pengetahuan saja tetapi dari berbagai
sudut atau pengetahuan sehingga pengetahuan yang kita peroleh
dilahirkan dari kegiatan secara menyeluruh. Inilah yang dimaksud
dengan berpikir secara menyeluruh.4

b) Mendasar

Berpikir secara mendasar adalah berpikir sampai ke pondasi dari

ilmu atau pengetahuan yang kita kaji. Dalam berpikir secara mendasar,

kita harus melakukannya secara sistematis, tidak hanya memikirkan

pada tataran praxis saja tetapi juga teknis, dan metodologis sampai

pada yang intinya yaitu filsafat. Misalnya kita berpikir secara

mendasar tentang belajar. Kita tidak bisa hanya memikirkan bahwa


3
Kebung,. Filsafat Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: Prestasi Pustaka,2011), 11.
4
Ibid, 13.
belajar adalah seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati

dan didasari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (peserta didik)

agar memperoleh perubahan perilaku, tetapi kita juga berpikir bahwa

upaya untuk memanusiakan manusia sebagai bagian dari proses

belajar, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai

salah satu landasan kita dalam berpikir. Di sini, hal yang mendasar

adalah bahwa peserta didik pada hakikatnya adalah manusia. Secara

filsafat, pendekatan yang digunakan untuk mengkaji belajar adalah

humanisme, maka titik pokoknya yang kita kaji adalah sisi manusia.

c) Spekulatif

Semua ilmu yang berkembang saat ini bermula dari sifat

spekulatif. Spekulatif ini merupakan salah satu karakteristik berpikir

filosofis. Memang, dalam filsafat pemikiran diawali dari keraguan,

namun spekulasi itu tidak dilakukan secara sembarang melainkan

didasarkan pada pemikiran yang matang. Artinya, berpikir spekulatif

di sini bukan coba-coba tanpa dasar pemikiran. Dalam berpikir

spekulatif, kita juga memikirkan konsekuensinya, kita bisa menilai

mana spekulasi berpikir yang dapat diandalkan dan mana yang tidak.

Tentu harus ada kriteria kebenaran yang dijadikan dasar. Spekulasi

yang digunakan untuk membangun ilmu tersebut dapat

dipertanggungjawabkan dan ini dapat dianggap sebagai postulat.

Postulat merupakan pikiran dasar pengetahuan berdasarkan cara

pandang yang telah dianalisis secara reflektif dan kritis dan dianggap

benar.
d) Reflektif

Berpikir reflektif adalah proses berpikir secara aktif, terus

menerus, gigih, dan mempertimbangkan dengan saksama tentang

segala sesuatu yang dipercaya kebenarannya dengan alasan yang

mendukungnya dan menuju pada suatu kesimpulan. berpikir reflektif

adalah proses berpikir kritis melalui penalaran untuk mengemukakan

alasan-alasan dalam mendukung suatu keyakinan dan untuk

mengevaluasi keyakinan tersebut dengan sebaik mungkin. Berpikir

reflektif menyatakan bahwa pemikiran filsafat tidak cenderung

membenarkan diri, tetapi selalu terbuka, direnungkan secara berulang-

ulang dan mendalam. Proses ini digunakan untuk mencari inti terdalam

dari pemikiran tersebut, juga menemukan titik-titik simpul secara utuh

dengan inti kehidupan manusia yang luas dan problematis. Jadi, sikap

kehati-hatian dalam menarik kesimpulan dilakukan dengan mencari

fakta-fakta untuk mendukung kebenaran.

e) Kritis

Berpikir kritis adalah proses menentukan kebenaran, ketepatan,

atau penilaian terhadap sesuatu yang ditandai dengan mencari alasan

dan alternatif, dan mengubah pandangan seseorang berdasarkan bukti.

Konsep dasar berpikir kritis adalah mampu memahami atau mencari

tahu apa masalahnya (atau konflik, kontradiksi) untuk mengarahkan

pada berpikir tujuan khusus dari pemecahan masalah; memahami

kerangka acuan atau sudut pandang yang terlibat; mengidentifikasi dan

memahami asumsi yang mendasari; mengidentifikasi dan memahami


konsep-konsep dasar dan ide-ide yang sedang digunakan; mengutip

bukti, data, dan alasan dan interpretasi mereka.

f) Postulatif

Postulat merupakan cara padang yang tidak perlu diverifikasi

secara empiris. Cara pandang ini bisa diterima atau bisa ditolak karena

tidak berdasarkan fakta empiris (observasi ilmiah). Ilmu dalam

mengemukakan konklusinya selalu bersandar pada postulat-postulat

tertentu. Setiap filsuf mempunyai postulasi sendiri mengenai berbagai

objek pemikiran. Itulah sebabnya setiap filsuf cenderung untuk

menyusun ontologi, epistemologi, dan axiologi pengetahuan secara

berbeda-beda sesuai dengan postulasi masing-masing. Dari berpikir

postulat ini melahirkan pendekatan-pendekatan dalam memandang

ilmu.

C. Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan bisa dikatakan sebagai suatu pendekatan dalam

memahami dan memecahkan persoalan-persoalan yang mendasar dalam

pendidikan, seperti dalam menentukan tujuan pendidikan, kurikulum, metode

pembelajaran, manusia, masyarakat, dan kebudayaan yang tidak bisa

dipisahkan dari dunia pendidikan itu sendiri. Namun, ada sementara

kalangan, filosuf, atau negara semisal Amerika Serikat yang meletakkan

filsafat pendidikan atas dasar pengkajian beberapa aliran filsafat tertentu,

seperti prag-matisme, realisme, idealisme, dan eksistensialisme, lalu dikaji

bagaimana konsekuensi dan implikasinya dalam dunia pendidikan. Perbedaan

filsafat umum dengan filsafat pendidikan yakni filsafat pendidikan hanya


membahas ontologi (realitas), epsitimologi (kebenaran), dan aksiologi (nilai)

dari ilmu-ilmu pendidikan saja. Sementara filsafat secara umum, kajiannya

lebih luas dan mencakup filsafat-filsafat lainnya. Filsafat pendidikan adalah

bagian dari filsafat umum. Dalam konteks ini, pendidikan tidak bisa

dilepaskan dari aliran filsafat yang melandasinya.5 Filsafat dengan ilmu

pengetahuan dapat saling bertemu dan berkembang sejalan sebab kedua-

duanya menggunakan metode pemikiran reflektif (berterusan) dalam usaha

untuk menghadapi fakta-fakta dunia dan kehidupan. Keduanya menunjukkan

sikap kritik, dengan pikiran terbuka dan kemauan yang tidak memihak, untuk

mengetahui hakikat kebenaran.

Filsafat pendidikan merupakan aplikasi ide-ide filosofis ke dalam

masalah-masalah pendidikan. Begitupun sebaliknya, praktik-praktik

pendidikan juga bisa menyumbang gagasan terhadap perbaikan ide-ide

filosofis tersebut. Sebab pendidikan itu berkaitan dengan dunia ide juga

aktivitas praktis. Ide-ide yang baik memiliki implikasi yang baik pula

terhadap praktik-praktik pendidikan.6

Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapangan

pendidikan. Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan dapat dikatakan

spekulatif, preskriptif, dan analitik. Filsafat dalam pendidikan merupakan

terapan dari filsafat umum, maka dalam membahas filsafat pendidikan akan

berangkat dari filsafat. Dalam arti, filsafat pendidikan pada dasarnya

menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari

filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan,


5
Ardi Sembodo Widodo, Pendidikan Dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat,
( Yogyakarta: Idea Press, 2015), 1.
6
Amka, Filsafat Pendidikan, (Sidoarjo : Nizamia Learning Center, 2015), 26.
dan nilai. Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti

materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat

pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka

ragam alirannya, maka filsafat dalam pendidikan pun kita akan temukan

berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.7

Peran filsafat pendidikan adalah untuk  memberikan gagasan orisinil

tentang semua aspek pendidikan khususnya tujuan pendidikan. Dikatakan

bahwa filsafat pendidikan memberikan pandangan yang berbeda, namun

dapat membantu dalam memberikan pendidikan sesuai kebutuhan

masyarakat. Filsafat pendidikan memberikan fondasi tanggung jawab kepada

calon-calon guru tentang hakikat setiap praktik pembelajaran di sekolah.

Kajian filsafat melatih mereka untuk memikirkan setiap apa yang harus

dilakukan dan alasan- alasannya. Aliran-aliran filsafat pendidikan

diantaranya: aliran progresivisme, konstruktivisme, dan aliran filsafat

humanisme.

1. Aliran progresivisme, aliran progresivisme ini menghendaki

lembaga pendidikan memiliki model pengembangan kurikulum

pendidikan islam yang bersifat fleksibel, dinamis, tidak kaku, tidak

terkait dengan doktrin doktrin tertentu, bersifat terbuka, memilki

relevansi dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

pendidikan.

2. Aliran konstruktivisme, aliran ini atas dasar pemahamannya

pendidik merancang pengalaman belajar yang dapat merangsang

7
Abdul Muis Thabran, Filsafat Dalam Pendidikan, (Jember: IAIN Jember Press, 2015),
84.
struktur kognitif anak untuk berpikir, berinteraksi membentuk

pengetahuan yang baru. Pengalaman yang disajikan tidak boleh

terlalu jauh dari pengetahuan peserta didik tetapi juga jangan sama

seperti yang telah dimilikinya. Pengalaman sedapat mungkin berada

di ambang batas antara pengetahuan yang sudah diketahui dan

pengetahuan yang belum diketahui sebagai zone of proximal

development of knowledge. Bagi aliran konstruktivisme, guru tidak

lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-

satunya sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai

fasiltator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Aliran ini lebih menekankan

bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar.

3. Aliran Humanisme, Aliran filsafat Humanisme memandang

manusia, yang dalam hal ini peserta didik sebagai mahluk yang

memiliki potensi dan memiliki kebebasan untuk mengaktualisasikan

potensi tersebut. Manusia pada hakikatnya tidak lepas dari

pendidikan. Manusia akan senantiasa berhubungan dengan

pendidikan, baik langsung maupun tidak langsung. Kurikulum dan

guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap

proses belajar mengaja dan hasil belajar, bahkan sangat menentukan

berhasil tidaknyapeserta didik dalam belajar. Dalam kurikulum

Pendekatan berpusat pada peserta didik (humanistic), memandang

pengajaran lebih holistik dimana belajar difokuskan dengan arah yang


jelas untuk membantumengembangkan potensi peserta didik secara

utuh dan optimal.

D. Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat pendidikan Islam merupakan aplikasi dari filsafat Islam untuk

mengkaji dan menelaah semua persoalan pendidikan. Jadi, yang menjadi

bahan kajian dalam filsafat pendidikan Islam tidak hanya menyangkut

persoalan pendidikan, tetapi terlebih dahulu harus dikaji apa yang menjadi isi

filsafat Islam. Filsafat Islam harus membahas hakikat realitas, hakikat

pengetahuan, dan hakikat nilai. Oleh karena itu, filsafat pendidikan Islam

harus mengkaji beberapa hal, yaitu:8

a) Pandangan Islam tentang realitas;

b) Pandangan Islam tentang pengetahuan;

c) Pandangan Islam tentang nilai;

d) Pandangan Islam tentang tujuan pendidikan;

e) Cara-cara pencapaian tujuan pendidikan, yang juga akan menyangkut

isi pendidikan dan proses pendidikan

Pengertian Filsafat Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep

berfikir tentang pendidikan yang bersumber pada ajaran Islam tentang

hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta

dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh

ajaran Islam.9 Pengertian lain dari Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu

analisis atau pemikiran rasional yang dilakukan secara kritis, radikal,

8
Haris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 20019), 19.
9
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam Membangun Konsep Pendidikan yang Islami,
(Bandung: Citra pustaka Media Perintis, 2011), 16.
sistematis dan metodologis untuk memperoleh pengetahuan mengenai

hakikat pendidikan Islam10

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Filsafat

Pendidikan Islam merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah

yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada Al-Qur’an

dan Al-Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya

para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, Filsafat

Pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan sebagai filsafat pendidikan

yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh

ajaran Islam. Jadi, ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas

etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya

Filsafat pendidikan Islam merumuskan tujuan pendidikan Islam dalam

rangka mencapai tujuan hidup umat Islam. Bila tujuan hidup umat Islam

untuk mencapai derajat ketaqwaan yang sempurna sebagaimana disebutkan

di atas, maka tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan filsafat pendidikan

Islam tentu pengembangan potensi dalam rangka pembinaan peserta

didik/anak didik untuk menjadi manusia muttaqin (bertaqwa). Dengan

demikian, mewujudkan ketaqawaan dalam diri setiap individu umat Islam

guna mencapai posisi manusia muttaqin selain menjadi tujuan akhir

pendidikan Islam sekaligus pula menjadi tujuan hidup setiap muslim.

Aliran-aliran filsafat pendidikan Islam antara lain:

10
Ibid, 17.
1. Aliran yang pertama yaitu aliran Konservatif (al-Muhafidz).

Mereka memaknai ilmu dengan pengertian sempit, yaitu hanya

mencakup ilmu-ilmu yang bersifat keagamaan.

2.  Sangat berbeda dengan aliran Konservatif ini, kalangan yang

menamakan diri mereka Ikhwan al-Shafa, menganggap semua disiplin

ilmu adalah penting. Mereka lebih luwes dalam merumuskan ilmu

pengetahuan, dan indera adalah sumber utama ilmu pengetahuan.

Kelompok Ikhwan dan tokoh-tokoh yang sealiran dengannya

digolongan ke dalam aliran yang ke-dua yaitu aliran Religius-

Rasional (al-Diniy al-‘Aqlaniy).

3. Aliran yang ke-tiga yaitu aliran Pragmatis (al-Dzarai’iy).

Menurutnya, pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan

ilmu pengetahuan akan tetapi juga untuk mendapatkan keahlian

duniawi dan ukhrowi, keduanya harus memberikan keuntungan.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran

kefilsafatan antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda

serta hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian

filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminologi.

Kemudian cara berpikir filsafat ada enam karakteristik berpikir dalam

filsafat yaitu (a) menyeluruh, (b) mendasar, (c) spekulatif, (d) reflektif, (e)

kritis, dan (f) postulatif.

Filsafat pendidikan bisa dikatakan sebagai suatu pendekatan dalam

memahami dan memecahkan persoalan-persoalan yang mendasar dalam

pendidikan, seperti dalam menentukan tujuan pendidikan, kurikulum,

metode pembelajaran, manusia, masyarakat, dan kebudayaan yang tidak

bisa dipisahkan dari dunia pendidikan itu sendiri. Filsafat pendidikan

merupakan aplikasi ide-ide filosofis ke dalam masalah-masalah

pendidikan. Begitupun sebaliknya, praktik-praktik pendidikan juga bisa

menyumbang gagasan terhadap perbaikan ide-ide filosofis tersebut.

Filsafat pendidikan Islam merupakan aplikasi dari filsafat Islam

untuk mengkaji dan menelaah semua persoalan pendidikan. Filsafat

Pendidikan Islam merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai

masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada

Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli,

khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber.


B. Saran

Filsafat pendidikan Islam merupakan aplikasi dari filsafat Islam

untuk mengkaji dan menelaah semua persoalan pendidikan dan memliki

ciri-ciri sendiri dibanding ilmu filsafat secara umum dan diperlukannya

kajian lebih mendalam mengenai filsafat pendidikan Islam. Demikian

makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi

penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.Penyusun menyadari

bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA

Amka. 2019. Filsafat Pendidikan. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Bakhtiar., Amsal., 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pt. Rajawali Pers,

Hadariansyah. 2012. Pengantar Filsafat Islam: Mengenal Filusuf-filusuf Muslim


dan Filsafat Mereka. Banjarmasin: Kafusari Press.

Hermawan Haris. 2019. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.

Kebung, K. 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Munawwaroh., Djunaidatul dan Tanenji., 2003. Filsafat Pendidikan Perspektif


Islam Dan Umum. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Muis Abdul Thabran. 2015. Filsafat Dalam Pendidikan. Jember: IAIN Jember
Press.

Nasution., Hasyimsyah., 1999. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Salminawati. 2011. Filsafat Pendidikan Islam Membangun Konsep Pendidikan


yang Islami. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Sembodo Ardi Widodo. 2015. Pendidikan Dalam Perspektif Aliran-Aliran


Filsafat. Yogyakarta: Idea Press.

Suaedi. 2018. Pengantar Filsafat Hukum. Bogor: IPB Press.

Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.

Syar’I Ahmad. 2020. Filsafat Pendidikan Islam. Palangkaraya: CV. Narasi Nara.

Anda mungkin juga menyukai