Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Berkat Rahmat dan Hidayah-Nya,
Kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah "Pengantar Filsafat" ini.

Makalah yang berjudul " Pengantar Filsafat " ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas dari materi mata kuliah Pengantar Filsafat. Sehubungan dengan
terselesaikannya tugas mata kuliah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan
dari semua pihak, oleh karenanya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar -
sebesarnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi
pembaca dan masyarakat umum semoga makalah ini bermaanfaat.

Bragung, 7 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 03

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 03


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 04
C. Tujuan .................................................................................................. 04

BAB II PEMBAHASAN MASALAH............................................................ 05

A. Pengertian Filsafat ................................................................................. 05


B. Filsafat Sebagai Ilmu Pengetahuan ....................................................... 06
C. Fungsi dan Tujuan Filsafat .................................................................... 08
D. Objek Kajian Filsafat ............................................................................ 09

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 10

Kesimpulan ....................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kata “Filsafat” barangkali untuk sekarang sudah tidak asing lagi


kedengarannya. Hal ini karena sering digunakan dalam berbagai konteks,
misalnya Filsafat Umum, Filsafat Pendidikan, Filsafat Islam, Filsafat Yunani,
Fakultas Filsafat dan sebagainya. Namun demikian, bagi mereka yang mendengar
kata tersebut akan mempunyai asosiasi yang bermacam-macam. Hal ini tidak aneh
karena kata filsafat tidak menunjuk sesuatu yang kongkret seperti kata-kata lain.
Misalnya, kata “ekonomi” memberikan asosiasi toko, uang, bank, PT, dan lain-
lain.

Kata “hukum” memberikan asosiasi hakim, jaksa, pembela, pengadilan,


dan lain-lain. Kata “kedokteran” memberikan asosiasi perawat, obat-obatan,
rumah sakit, bidan, dan sebagainya. Sedang kata “filsafat” menimbulkan asosiasi
dengan hal-hal yang tidak kongkrit, tidak riil bahkan seolah-olah sulit dimengerti,
serba sukar, berhubungan dengan hal-hal yang ada di dunia lain, pokoknya serba
sukar, serba ruwet dan yang sejenisnya.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, perlu ditegaskan bahwa filsafat


tidaklah sesulit yang dibayangkan, tidaklah hanya mengandung pengertian-
pengertian yang abstrak tetapi juga kongkrit, tidak hanya teori tetapi juga praktik.
Tidak hanya dalam angan-angan tetapi juga berhubungan dengan kehidupan
manusia sehari-hari. Misalnya, masalah baik buruk dibicarakan oleh cabang
filsafat yang dinamakan etika, masalah indah tidak indah dibicarakan oleh
estetika, masalah manusia dibicarakan oleh filsafat manusia, masalah
kemasyarakatan dibicarakan oleh filsafat sosial dan lain-lain.

Masalah-masalah tersebut bukan masalah abstrak tetapi justru masalah


kongkrit yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan uraian singkat
tersebut diharapkan muncul pemahaman baru bahwa filsafat itu tidak sukar, tidak
sulit dan dapat dipelajari oleh setiap orang, karena filsafat itu adalah hasil
pemikira dan setiap orang mempunyai alat berfikir.

3
a. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat ?
2. Bagaimana kedudukan filsafat sebagai ilmu pengetahuan?
3. Apa saja fungsi dan tujuan filsafat ?
4. Apa saja objek kajian dalam filsafat?

b. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian filsafat.
2. Untuk mengetahui dan memahami kedudukan filsafat sebagai ilmu
pengetahuan.
3. Untuk mengetahui tentang fungsi dan tujuan filsafat.
4. Untuk mengetahui dan memahami objek kajian dalam filsafat

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia, kata berangkai dari
kata philein yang berarti mencitai, dan sophia berarti kebijaksanaan. Philosophia
berarti: Cinta atau kebijaksanaan (Inggeris: Love of wisdom, Belanda
Wijsbegeerte. Arab: Muhibbu al- Hikmah). Orang yang berfilsafat atau orang
yang melakukan filsafat disebut “filsuf” atau “filosof”, artinya pencinta
kebijaksanaan.1 Versi lain menjelaskan bahwa: Filsafat dapat ditinjau dari dua
segi, yaitu dari segi semantik dan segi praktis: Segi Semantik
Kata filsafat berasal dari bahasa Arab: falsafah (hikmah), yang berasal dari
bahasa Yunani, philo sophia =pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosophia
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Inggris
philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”. Maksudnya
semua orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana dan disebut “filosuf”.2
Filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan, seorang filosuf adalah pencari
kebijaksanaan, ia adalah pencinta kebijaksanaan dalam arti hakikat. Seorang
filosuf mencintai atau mencari kebijaksanaan dalam arti yang mendalam atau
mencari kebenaran sampai ke dasar- dasarnya. Orang yang cinta kepada
pengetahuan disebut philosopher, dalam bahasa arabnya disebut failasuf. Pencinta
pengetahuan ialah orang yang menjadikan tujuan hidupnya, atau mengabdikan
dirinya kepada pengetahuan. Filsafat dan pengetahuan saling berkaitan antara
keduanya segi praktis.

Dilihat dari segi praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam
berpikir. Berfilsafat berarti berpikir. Namun, tidak semua orang yang berpikir
berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-
sungguh. Sebuah semboyang mengatakan bahwa: setiap manusia adalah filosuf.
Semboyang ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi, secara

1
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Vet; III; Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999). h. 1
2
Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, ( Cet.I; CV. Pustaka Setia: 1997). h. 11

5
umum semboyang ini tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir
adalah filosuf.

Berdasarkan uraian di atas di pahami bahwa filosuf hanyalah orang yang


memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam sampai
keakar-akarnya. Tegasnya filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari
dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam- dalamnya. Dengan kata lain,
filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat
kebenaran segala sesuatu.3

Pythagoras (572-497 SM) adalah orang yang pertama yang menggunakan


istilah philosophia. Ketika ditanya apakah ia seorang yang arif, Phytagoras
menyebut dirinya philosophis yang berarti pencinta kearifan atau kebijaksanaan.
Dari banyak sumber diketahui bahwa sophia mempunyai makna lebih luas
daripada sekedar “kearifan”. Jadi filsafat pada mulanya mempunyai makna yang
sangat umum yaitu upaya untuk mencari keutamaan mental.

B. Filsafat sebagai Ilmu Pengetahuan

Filsafat sebagai ilmu karena di dalamnya pengertian filsafat mengandung


empat pertanyaan ilmiah, yaitu: bagaimanakah, mengapakah, kemanakah, dan
apakah.4

Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-sifat yang dapat ditangkap atau


yang tampak oleh indera. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat
deskrioptif (penggambaran).

Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) suatu objek.


Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab akibat).

Pertanyaan ke mana menanyakan tentang apa yang terjadi dimasa lampau,


masa sekarang dan masa yang akan datang. Jawaban yang diperolehnya ada tiga
jenis pengetahuan, yaitu pertama, pengetahuan yang timbul dari hal-hal ya

3
Mustofa, Filsafat Islam, (Cet. I; CV. Pustaka Setia, 1997). h. 9
4
Ahmad Syadali dan Mudzakir, Op.cit., h. 13

6
selalu berulang-ulang (kebiasaan), yang nantinya pengetahuan tersebut dijadikan
sebagai pedoman.

Kedua, pengetahuan yang timbul dari pedoman (hukum) yang terkandung


dalam adat istiadat/kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

Ketiga, Pengetahuan yang timbul dari pedoman (hukum) yang dipakai


sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan. Jelasnya, pengetahuan yang diperoleh
dari jawaban ke manakah adalah pengetahuan yang bersifat normatif.

Keempat, Pengetahuan apakah yang menanyakan tentang kakikat atau inti


mutlak dari suatu hal. Hakikat ini sifatnya sangant dalam (radix) dan tidak lagi
bersifat empiris, sehingga hanya dapat dimengerti oleh akal. Jawaban atau
pengetahuan yang diperoleh ini kita akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya
sangat umum, universal, abstrak.

Dari pernyataan di atas diketahui, kalau ilmu-ilmu yang lain (selain


filsafat) bergerak dari tidak tahu kepada tahu, sedang filsafat bergerak dari tidak
tahu kepada tahu selanjutnya ke hakikat atau secara radikal. Filsafat mencari suatu
kebenaran dengan mempergunakan akal atau rasio.

Untuk mencari/memperoleh pengetahuan hakikat, haruslah dilakukan


dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal untuk menghilangkan keadaan, sifat-
sifat secara kebetulan (sifat-sifat yang tidak harus ada/aksidensia), sehingga
akhirnya tinggal keadaan/sifat yang harus ada (mutlak) yaitu subtansia, maka
pengetahuan hakikat dapat diperolehnya.5

Filsafat sebagai induk dari ilmu-ilmu pengetahuaan lainnya, pengaruhnya


sampai saat ini masih terasa. Khusus orang yang mendapat gelar Doktor di luar
negeri bukan hanya ilmu filsafat tetapi juga ilmu-ilmu lain seperti sejarah, pisika,
psikologi dan lain-lain diberi gelar Ph.D (Doktor of Philosophy). Padahal Ph.D.
seharusnya hanya digunakan untuk ilmu filsafat saja, ini menandakan bahwa
filsafat itu selalu eksis namun sudah ditinggalkan oleh ilmu-ilmu khusus, jadi
filsafat selalu terkait dengan ilmu-ilmu khusus.
5
Asmoro Achmadi, Filsafat umum, (Ed. I. Cet. 8; Jakarta: PT. RAJAGrafindo Persada,
2008) h. 5

7
C. Fungsi dan Tujuan Filsafat
1. Fungsi Filsafat

Fungsi filsafat berarti berpangkal pada suatu kebenaran yang fundamental


atau pengalaman yang asasi. Oemar A. Hoessin mengungkapkan bahwa filsafat
itu memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang
tersusun dengan tertib, akan kebenaran. Sementara S. Takdir Alisyahbana
berpandangan bahwa bagi manusia, seorang berfilsafat itu berarti mengatur
hidupnya seinsyaf-insyafnya, sesentral-sentralnya dengan perasaan bertanggung
jawab.

setelah memahami penjelasan singkat mengenai filsafat di atas, maka


dapat disimpulkan bahwa fungsi atau faedah mempelajari filsafat adalah melatih
berfikir serius, kritis, rasional dan logis serta argumentatif, menegembangkan
semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas) dan mengajarkan cara
berfikir yang cermat dan tidak kenal lelah.

2. Tujuan Filsafat

Pada dasarnya tujuan mempelajari filsafat dapat dikemukakan sebagai


berikut:

a. Dengan berfilsafat dapat menjadikan manusia lebih terdidik dan dapat


membangn diri sendiri.
b. bersifat objektifdalam memandang kehidupan ini.
c. berpandangan luas, filsafat dapat menyembuhkan dari kepicikan dan
ego.
d. filsafat mengajarkan untuk mampu berfikir mandiri (tidak taqlid atau
ikut-ikutan).
e. Filsafat memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan
penelitian penalaran agar dapat menyerasikan antara logika, rasa, rasio,
pengalaman dan agama didalam usaha manusia mencpai pemenuhan
kebutuhannya dalm usaha yang lebih lanjut yakni mencapai kehidupan
yang sejahtera dan bahagia.

8
D. Objek Kajian Filsafat

Filsafat sebagai kegiatan berfikir murni manusia (reflective thinking)


meneyelidiki objek yang tidak terbatas. ditinjau dari sudut isi atau subtansi dapat
dibedakan menjadi berikut ini.

a. Objek material ialah menyelidiki segala sesuatu yang tak terbatas dengan
tujuan memahami hakikat ada (realtas dan wujud). objek material filsafat
kesemestaan, keuniversalan, dan keumuman bukan particular secara mendasar
atau sedalam-dalamnya.
b. Objek formal ialah metodologi, sedut, atau cara pandang khas filsafat,
pendekatan dan metode untuk meneliti atau mengkaji hakikat yang ada dan
mungkin ada-baik yang kongkrit fisik dan bukan fisik; abstrak dan spiritual;
maupun abstrak logis, konsepsional, rohaniyah, nilai-nilai agama, dan
metafisika, bahkan mengenai tuhan pencipta dan penguasa alam semesta.

9
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Filsafat adalah akar dari semua ilmu. pernyataan itu akan memberikan
banyak jawaban dari pertanyaan perihal kegunaan filsafat. tanpa pertanyaan
filosofis, tidak akan ada persoalan baru yang harus dipecahkan dan menjadi ilmu
yang berguna bagi kehidupan manusia.

Tujuan mempelajari filsafat ilmu pada dasarnya adalah untuk memahami


pesoalan ilmiah dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu dan penelitian
ilmiah dengan cermat dan kritis.

Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lain adalah bahwa filsafat


mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal sedangkan ilmu-ilmu
pengetahuan objeknya terbatas, khusus lapangannya saja. selain itu filsafat hendak
memberikan pengethuan, insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukkan
sebab-sebab yang terakhir, sedangkan ilmu penegtahuan juga menunjukkan sebab-
sebab tetapi yang tak bagitu mendalam.

Antara filsafat ilmu dengan pendidikan dan dengan filsafat pendidikan


memiliki hubungan yang saling melengkapi. filsafat ilmu dapat membantu
perkembangan pendidikan dan filsafat pendidikan. Di lain pihak, perkembangan
pendidikan dan filsafat pendidikan dan membantu perkembangan filsafat ilmu.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang, Ahamad Saebani, Beni, Filsafat Umum Dari Metodologi
Sampai Teofilosofi, Cet. V; Bandung: CV Pustaka Setia: 2016.

Achmadi, Asmoro, Filsafat umum, Ed. I. Cet. 8; Jakarta: PT. RAJAGrafindo


Persada, 2008.

Alfan, Muhammad. Filsafat Etika Islam. Cet. I; Bandung: CV Pustaka Setia.2011.

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Agama Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia,


Ed. 1,- 2. Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2009.

11

Anda mungkin juga menyukai