FILSAFAT ILMU
Disusun Oleh :
Kelompok I :
Dosen pengampu :
1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, diantara
sekian banyak nikmat tuhan yang dilimpahkannya kepada penulis. Karenanya penulis
dapat menyelesaikan makalah Filsfat Ilmu yang berjudul “ Pengenalan Dasar-Dasar
Filsafat “ dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Pembimbing. Dalam proses
penyusunan tugas ini kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik. Oleh
karena itu, melalui kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang terkait yang tepat
membantu menyelesaikan makalah ini. Segala sesuatu yang salah datangnya dari
manusia dan seluruh hal yang benar datangnya dari nikmat Tuhan Yang Maha Esa.
Meski begitu, tentu makalah ini masih jauh dari kesem-purnaan .Oleh karena itu,
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan makalah ini. Harap penulis semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi pembaca umumnya
Kelompok I
DAFTAR ISI
Cover………………………………………………………………………………….
Kata pengantar.........................................................................................................
Daftar isi.....................................................................................................................
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang .....................................................................................................
B. Rumusan masalah ..............................................................................................
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Filsafat…………………………………………………………
B. Objek Kajian Filsafat……………………………………………………...
C. Ciri-Ciri Berfikir Kefilsafatan……………………………………………..
D. Beberapa Gaya Berfilsafat…………………………………………………
E. Cabang-Cabang Filsafat……………………………………………………
F. Prinsip-Prinsip Dalam Berfilsafat………………………………………….
Daftar pustaka.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat
dipisahkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang munculnya pada masa
Yunani kuno. Makna kata filsafat sendiri adalah cinta kearifan, arti kata tersebut
belum memperhatikan makna kata yang sebenarnya dari kata filsafat. Sebab
pengertian mencintai belum memperlihatkan keaktifan seseorang filiosof untuk
memperoleh kearifan. Aliran yang mengawali periode pada Yunani kuno adalah
sofisme, gambaran yang diberikan para tokoh aliran ini terlihat jahat dan tidak
memiliki moral namun, sebenarnya mereka memiliki jasa yang lumayan besar
dalam perkembangan filsafat dan ada yang menganggap bahwa aliran sofisme
merusak dunia filsafat.
Dalam sejarah filsafat ada saat-saat yang diangga penting sebagai patokan
sesuatu era, karena selain punya ciri khas pada zamannya, suatu aliran filsafat
bisa meninggalkan pengaruh yang penting dalam sejarah peradaban manusia.
Abad pertengahan selalu dia has sebagai zaman yang khas, karena dalam abad-
abad itu perkembangan alam pikiran di Eropa sangat terkendala oleh keharusan
untuk disesuaikan dengan ajaran agama. Setiap ajaran filsafat harus diuji sejauh
mana tidak bertentangan dengan ajaran agama dan interpretasi yang
dikembangkan dalam lingkungan gereja dan biara. Dalam lingkungan ini
ditegaskan pendirian, bahwa tindakan keimanan (act of faith) harus dibedakan
1
Muchsin, Ikhtisar Materi Pokok Filsafat Hukum, cet ke-1, ( Surabaya: Stih”iblam, 2004), h. 3.
secara tegas dari tindakan penalaran (act ofreason). Apabila terjadi perbedaan
atau pertentangan antara keduanya, maka keimanan harus diunggulkan di atas
penalaran.2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini diantaranya :
1.Apa Itu Pengertian Filsafat ?
2.Apa Saja Objek Kajian Filsafat ?
3.Bagaimana Ciri-Ciri Berfikir Kefilsafatan ?
4.Bagaimana Gaya Berfilsafat ?
5.Apa Saja Cabang-Cabang Filsafat ?
6.Apa Saja Prinsip-Prinsip Dalam Berfilsafat ?
C. Tujuan.
Tujuan dari pemuatan makalah ini sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas makalah kelompok dua dalam mata kuliah Konseling Karir
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Konsep Konseling Karir
2
Fuad Hasan, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, cet.2, 2001), h.53
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengrtian Filsafat
1. Pengertian Filsafat Secara Etimologi
Pada dasarnya jika kita cermati lebih lanjut kata filsafat berasal dari kata
falsafah (bahasa Arab) dan piloshsophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa
Yunani philoshophia terdiri dari dari dua kata “Philos” yang berarti cinta dan
“Shopia” berarti kebijaksanaan.3 Berarti jika kedua kata tersebut disambungkan
maka akan bermakna mencintai kebijaksanaan. Arti kebijaksanaaniitu sendiri
berarti pula kebenaran di dalam perbuatan. Jika orang beriman ia berinsip bahwa
kebenaran yang mutlak itu hanya ada pada Tuhan, dan manusia hanya bisa
mencari kebenaran itu karena didorong oleh cintanya akan kebenaran tersebut.
Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai segala sesuatu dengan
memandang sebab-sebab yang terdalam, tercapai dengan budi murni.3
Menurut catatan sejarah, kata Philosopia ini pertama kali digunakan oleh
Pythagoras, seorang filosof Yunani yang hidup pada 582-496 sebelum Masehi.
Cicero (106-43 SM), seorang penulis Romawi terkenal pada zaman-nya dan
sebagian karyanya masih dibaca hingga saat ini, mencatat bahwa kata „filsafat‟
dipakai Pythagoras sebagai reaksi terhadap kaum cendekiawan pada masanya
yang menamakan dirinya „ahli pengetahuan.‟ Pythagoras menyatakan bahwa
pengetahuan itu begitu luas dan terus berkembang. Tiada seorangpun yang
mungkin mencapai ujungnya. Jadi, jangan sombong menjuluki diri kita „ahli‟ dan
„menguasai‟ ilmu pengetahuan. Bukan itu maksud kata kebijaksanaan. Kata
Pythagoras, kita ini lebih cocok dikatakan sebagai pencari dan pencinta
pengetahuan dan kebijaksanaan, yakni filosof.5 Pernyataan Pythagoras memang
diabaikan dan diselewengkan oleh banyak pihak terutama oleh kaum „sophist‟.
Mereka seakan men- jadi orang yang paling tahu dan bijaksana. Mereka
mempergunakan kefasihan bahasa dan kelihaian bersilat lidah untuk meyakinkan
masyarakat dan merebut pengaruh.4
Perlu diketahui bahwa telah banyak para ahli filsafat yang memberikan
pengertian dan definisi tentang filsafat. Akan tetapi, terdapat keragaman dalam
3
Burhanuddin Salam, Filsafat Manusia Antropologi Metafisika, Bina aksara,
Jakarta, 1988, h. 5
4
Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat... h.5
memberikan pengertian dan merumuskan definisi tersebut. Hal ini terjadi karena
masing-masing ahli filsafat atau filsuf itu mempunyai konsep yang berbeda
dengan filsuf yang lain dan memiliki dasar pemikiran dan pandangan yang
berbeda pula.
Filsafat Ilmu Objek Material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri,
yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara
umum.Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan
akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam
5
Suraiyo, Filsafat Ilmu Perkembagannya di Indonesia Suatu Pengantar,
(Jakarta: Bumi Aksara 2013), h.3
6
Hasbullah Bakry, Sistematik Filsafat,(Jakarta: Wiaya, 1986), h. 11
7
Abu Bakar Aceh, Sejarah Filsafat ... h. 9
8
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat...h. 69
(kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi). Filsafat ketuhanan dalam
konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan.
Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan
juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari
yang lain.
3. Koheren
4. Rasional
10
Asmoro Achmad, Filsafat Umum.. h.20
D. Beberapa Gaya Berfilsafat
Ada beberapa gaya berfilsafat :
1. Berfilsafat yang terkait erat dengan sastra. Artinya, sebuah karya filsafat
dipandang memiliki nilai-nilai sastra yang tinggi. Acapkali orang
mengidentikkan ilsafat dengan sastra sebab ekspresi filsafat memang
membutuhkan ungkapan bahasa yang tak jarang mengandung nilai-nilai
sastra, namun sesungguhnya kurang tepat mengatakan bahwa semua karya
sastra mengandung dimensi filsafat sebab masing-masing bidang memiliki
kekhasannya sendiri-sendiri.
2. Berfilsafat yang dikaitkan dengan sosial politik. Artinya, sebuah karya
filsafat dipandang memiliki dimensi-ddimensi ideologis yang relevan
dengan konsep negara.
3. Berfilsafat yang terkait erat dengan metodologi. Artinya para filsuf
menaruh perhatian besar terhadap persoalan–persoalan metode ilmu.
Sebagaimana yang dikatakan Descrates bahwwa untuk memperoleh
kebenaran yang pasti kita harus mulai dengan meragukan segala sesuatu,
sikap yang demikian inilah disebut skeptis metodis. Namun ppada ahirnya
tidak ada satupun yang dapat diragukan.
4. Berfilsaat yang ddikaitkan dengan kegiatan analisis bahasa. Tujuan utama
filsafat adalah untuk mendapatkan klarifikasi logis tentang pemikiran
bukan seperangkat doktrin, melainkan suatu kegiatan.
5. Berfilsafat yang dikaitkan dengan menghidupkan kembali pemikiran
filsafat di masa lampau. Filsaat mengacu pada penguasaan sejarah filsafat.
Mengkaji teksteks filoso is dari para filsuf terdahulu merupakan cara
mempelajari filsafat.
6. Berfilsafat dikaitakan dengan filsafat tingkah laku atau etika. Etika yang
dipandang sebagai satu-satunya kegiatan filsafat yang paling nyata
sehingga dinamakan juga dengan praksiologis, bidang ilmu praktis.
E. Cabang-Cabang Filsafat
Filsafat terdiri dari tiga cabang utama yaitu ontologi, epistemologi
dan aksiologi. Ketiga cabang sebenarnya adalah satu kesatuan:
1. Ontologi, berbicara tentang esensi (segalanya). Ini adalah pengetahuan
tentang sifat segala sesuatu.
2. Epistemologi, cara memperoleh pengetahuan tersebut.
3. Aksiologi, pembahasan tentang penggunaan ilmu tersebut.11
Ontologi mencakup berbagai filsafat seperti logika, metafisika,
11
Ahmad Tafsir, “Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan” (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010), 67.
kosmologi, teologi, antropologi, etika, estetika, dll. Epistemologi hanya
mencakup cabang yang disebut epistemologi yang berurusan dengan
perolehan pengetahuan filosofis. Aksiologi hanya mencakup satu cabang
filsafat, yaitu aksiologi, yang berkaitan dengan penggunaan pengetahuan
filosofis.12
1. Ontologi
Ontologi berarti pembelajaran tentang makna "ada" dan "berada", kualitas
esensial dari apa yang ada dalam bentuknya yang paling abstrak. Ontologi sendiri
berarti memahami hakikat pengetahuan, yang dalam hal ini adalah ilmu
komunikatif.
Contoh pertanyaan di bidang ini adalah: Apa itu ilmu komunikasi? Apa yang
dipelajari ilmu komunikasi? Apa objek kajiannya? Bagaimana hakikat
komunikasi yang menjadi objek kajiannya?
Ilmu komunikasi dipahami melalui objek material dan objek formal. Secara
ontologis, ilmu komunikasi dipahami sebagai objek material sebagai sesuatu yang
monoteistik, atau pada tingkatan tertinggi sebagai kesatuan dan kesamaan sebagai
wujud atau objek. Memang objek formal melihat ilmu komunikasi sebagai
perspektif yang kemudian menentukan ruang lingkup penelitian itu sendiri.13
2.Epistemologi
a. Objek Filsafat
Isi dari setiap cabang filsafat ditentukan oleh obyek yang dipelajari
(berpikir). Seberapa jauh Anda bisa berpikir? Sangat luas. Hanya itu yang bisa
dan bisa terjadi. Subjek penelitian filosofis lebih luas daripada subjek penelitian
ilmiah. Ilmu hanya mempelajari benda-benda yang ada, sedangkan filsafat
mempelajari benda-benda yang ada dan bisa ada.
12
Ahmad Tafsir, 67.
13
Ahmad Tafsir, 66.
c. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
3. Aksiologi
Aksiologis Sifat individual etik ilmu pengetahuan berkaitan dengan
kegunaan ilmu itu sendiri, sebagaimana disebutkan dalam aspek epistemologis,
aspek aksiologis sangat erat kaitannya dengan tujuan pragmatis filosofis, yaitu
prinsip kegunaan, yang mengarah pada kepentingan manusia itu sendiri.
Berkembangnya ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan kebutuhan
manusia akan komunikasi. Contoh pertanyaan di bidang ini adalah:Untuk apa
ilmu komunikasi? Apa hubungan antara cara informasi digunakan dan informasi
serta prinsip moral? Bagaimana ilmu komunikasi bergantung pada keputusan
moral? Apa hubungan antara operasi metode ilmiah dalam pencarian untuk
menghasilkan dan menemukan teori dan aplikasi ilmiah komunikatif dengan
standar moral dan professional ?
14
Ahmad Tafsir, 84.
15
Mohammad Adib, “Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan”, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2019), 72.
Yaitu berpikir sampai ke akar-akarnya, sampai pada hakikat atau substansi, esensi
yang dipikirkan. Sifat filsafat adalah radikal atau mendasar, bukan sekedar
mengetahui mengapa sesuatu menjadi demikian, melainkan apa sebenarnya
sesuatu itu, apa maknanya.
2.Berpikir Universal
Yaitu berpikir kefilsafatan sebagaimana pengalaman umumnya. Misalnya
melakukan penalaran dengan menggunakan rasio atau empirisnya, bukan dengan
intuisinya. Sebab, tidak semua orang dapat memperoleh kebenaran dengan
intuisinya, hanya orang tertentu saja semata.
3.Berpikir Logis
Berpikir logis artinya proses berpikir dengan meggunakan logika rasional (lawan
dari irasional) dan dapat diterima oleh akal sehat.
4.Berpikir Konseptual
Yaitu berpikir melampaui batas pengalaman sehari-hari manusia, sehingga
menghasilkan pemikiran baru yang terkonsep dengan terstruktur dan sistematis.
6.Berpikir Sistematis
Yaitu dalam berpikir kefilsafatan antara satu konsep dengan konsep yang lain
memiliki keterkaitan berdasarkan azas keteraturan untuk mengarah suatu tujuan
tertentu.
7.Berpikir Komprehensif
Yaitu dalam berpikir filsafat, hal, bagian, atau detail-detail yang dibicarakan harus
mencakup secara , dipengaruhi oleh pengalaman sejarah ataupun pemikiran
pemikiran yang sebelumnya, nilai-nilai kehidupan sosial budaya, adat istiadat,
maupun religius. Berpikir Bertanggung Jawab Yaitu dalam berpikir kefilsafatan
harus bertanggung jawab terutama terhadap hati nurani sebagai
pertanggungjawaban atas diri sendiri dan kehidupan sosial.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan Karier merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami
diri, memahami apa yang ada dalam diri sendiri dengan baik, serta untuk
mengetahui dengan baik pekerjaan apa saja yang ada dan persyaratan apa
yang dituntut untuk pekerjaan itu. selanjutnya, siswa dapat memadukan apa
yang dituntut oleh suatu pekerjaan atau karier dengan kemampuan atau
potensi yanga ada dalam dirinya. Bimbingan karier merupakan usaha untuk
mengetahui dan memahami diri, memahami apa yang ada dalam diri sendiri
dengan baik, serta untuk mengetahui dengan baik pekerjaan apa saja yang ada
dan persyaratan apa yang dituntut untuk pekerjaan itu. selanjutnya, siswa
dapat memadukan apa yang dituntut oleh suatu pekerjaan atau karier dengan
kemampuan atau potensi yanga ada dalam dirinya.
B. Saran
Berdasarkan makalah diatas penulis menyarankan agar terus menggali dan
mengembangkan pengetahuan mengenai Dasar-Dasar Filsafat. Penulis juga
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah berikutnya
DAFTAR PUSTAKA
AP, Sumarno. 1993. “Pengantar Studi Komunikasi Politik”. Bandung: Orba Sakti.