Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BK KELUARGA
Tentang

“ PENGERTIAN KONSELING PERNIKAHAN DAN KELUARGA, RUANG


LINGKUP KONSELING PERNIKAHAN DAN KELUARGA ”

Disusun oleh :
Kelompok V

1. Nurma 2012020029

2. Wahyuni Fitri Tamara 2012020027

Dosen Pengampu :
Dr.Abdul Rahman M.A & Khadijah M.Pd

BIMBINGAN KONSELING ISLAM (A)

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM IMAM BONJOL PADANG

1
2023 M / 1444 H

1
KATA PENGANTAR

Assala’alakum Warahmatullahhi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah bimbingan konseling keperawatan islam ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya penulis tidak dapat menyeleseikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpahkan kepada baginda kita yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Yang
kita nanti-nanti syafa’atnya diakhirat nanti. Penulis menyadari makalah BK keluarga ini masih
memerlukan penyempurnaan terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan
saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah
BK keluarga ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.

Padang, 02 Maret2023

Kelompok V

2
DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………………………

Kata Pengantar……………………………………………………………………….

Daftar isi……………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………

B. Batasan Masalah…………………………….……………………………………

C. Tujuan…………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Konseling Perkawinan dan Keluarga…………………………………….


B. Ruang Lingkup Konseling Perkawinan dan Keluarga…………………………….
C. Tujuan Konseling Perkawinan dan Keluarga……………………………………..
BAB. III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………

B. Saran………………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Banyak orang yang mencari bantuan dalam kapasitasnya sebagai pasangan suami-isteri atau
sebagai anggota dari sebuah sistem keluarga. Mereka menyadari bahwa masalah mereka
bersumber dari hubungan mereka yang mengalami gangguan, dan gangguan tersebut akan
berdampak terhadap kehidupan perkawinan dan keluarga mereka secara keseluruhan, termasuk
akan berdampak bagi anak-anak mereka sebagai anggota keluarga. Pada kondisi seperti inilah
dibutuhkan layanan konseling perkawinan dan keluarga dari seorang konselor yang profesional.
Dalam latar profesi bimbingan dan konseling di Indonesia, belum terlalu jelas dan spesifik siapa
yang berhak disebut konselor profesional dalam bidang konseling perkawinan dan keluarga.
Karena itu kami berpendapat, bahwa salah satu jenis konselor yang dapat memberikan layanan
konseling perkawinan dan keluarga adalah konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling
(Guru BK) di sekolah. Telah diuraikan pada Bab 1 “Orientasi Konseling Perkawinan dan
Keluarga”, kebutuhan layanan konseling perkawinan dan keluarga bagi Konselor atau Guru BK
di sekolah didasarkan pada beberapa pertimbangan utama, yaitu dari segi perluasan mandat
konselor (counseling for all), kenyataan bahwa keluarga sebagai hulu problem siswa,
pemberdayaan keluarga, dan revitalisasi peran Guru BK/Konselor. Pertimbangan lainnya, adalah
belum terlalu jelas dan spesifik konselor profesional dalam bidang konseling perkawinan dan
keluarga, sebagian besar warga masyarakat belum memahami arti dari konseling perkawinan dan
keluarga. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, paparan dalam bab ini berisi kajian tentang konsep
dasar konseling perkawinan dan keluarga, dengan sistematika definisi, tujuan, fungsi, peran
konselor, dan model-model konseling perkawinan dan keluarga.

B. BatasanMasalah

Beberapa batasan makalah ini adalah sebagai berikut :


A. Defenisi Konseling Perkawinan danKeluarga

B. Ruang Lingkup Konseling Perkawinan danKeluarga


C. Perbedaan Konseling Perkawinan dan Keluarga Dengan KonselingIndividual
D. Tujuan Konseling Perkawinan dan Keluarga

C. Tujuan
A. Memahami tujuan konseling pernikahan dan keluarga
B. Memahami fungsi konseling pernikahan dan keluarga
C. Membantu mencari Solusi untuk klien yang mengalami permasalahan dengan
tujuandan fungsi pernikahan dankeluarga.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian konseling pernikahan dankeluarga


1. Pengertian Konseling Pernikahan

Konseling pernikahan adalah upaya membantu pasangan calon suami istri oleh konselor
profesional, sehingga mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya melalui cara yang saling menghargai, toleransi, dan dengan komunikasi yang penuh
pengertian, sehingga tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan
kesejahteraan seluruh anggota keluarga.1
Para ahli dan praktisi konseling beragam dalam mendefinisikan konseling perkawinan dan
keluarga. Keberagaman itu terjadi oleh karena terdapatnya perbedaan para ahli dan praktisi
tersebut dalam latar belakang teori, sudut pandang, unit studi, dan keunikan pengalaman dalam
melakukan praktik selaku konselor perkawinan dan keluarga. Namun demikian, untuk
memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang konseling perkawinan dan keluarga, dalam
paparan berikut dikemukakan definisi-definisi konseling perkawinan dan definisi-definisi
konseling keluarga dari beberapa ahli,teoretisi, dan praktisi konseling. Konseling perkawinan
(marriage counseling) disebut juga sebagai konseling untuk pasangan suami-isteri. Bimbingan
konseling perkawinan pada awalnya dilaksanakan bukan karena inisiatif kalangan profesional,
tetapi kebutuhan dan permintaan pasangan. Mereka memiliki sejumlah masalah sehubungan
dengan perkawinan, mereka dan berkeinginan untuk mengkonsultasikan masalah ke konselor.
Bimbingan dan konseling perkawinan pada akhir- akhir ini cukup menarik perhatian. Karena
cukup banyak keluarga yang mengalami keretakan akibat kurang adanya pengertian antara suami
dan istri yang berakibat cukup jauh antara lain terlantarnya anak-anak, dan putusnya hubungan

1
Willis, Sofyan S,konseling Keluarga,( Bandung : Alfabeta 2021 ) hal 165
6
antara suami istri. Maka dari itu untuk menjaga agar hal-hal seperti di atas tidak
berkembang dengan subur maka dengan bimbingan dan konseling perkawinan diharapkan akan
dapat memperkecil ataupun mengadakan hal-hal yang tidak diharapkan Dalam kehidupan
keluarga sehingga kebahagiaan dalam keluarga dapat tercapai.2

Konseling perkawinan secara umum adalah konseling yang diselenggarakan sebagai


metode pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional, metode membantu pasangan
suami-isteri untuk memecahkan masalah dan cara menentukan pola pemecahan masalah yang
lebih baik. Konseling perkawinan adalah upaya membantu pasangan (calon suami-isteri, dan
suami-isteri) oleh konselor profesional, agar mereka dapat berkembang dan marnpu
rnemecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang saling menghargai, toleransi,
dan komunikasi yang penuh pengertian, sehingga tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan,
kemandirian, dan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarganya.

Dari definisi-definisi konseling perkawinan tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling


perkawinan adalah bantuan yang diberikan oleh konselor profesional kepada pasangan suami-
isteri yang bermasalah atau kurang harmonis untuk membantu pasangan suami-isteri yang
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena adanya problem di antara mereka dengan
tujuan agar komunikasi suami-isteri menjadi harmonis. Defenisi konseling keluarga menurut
beberapa ahli :

1. Thantawy (1993: 48) mendefinisikan “konseling keluarga sebagai bantuan yang


berkenaan dengan masalah-masalah keluarga, meliputi hubungan antaranggota
keluarga (ayah, ibu, anak), peranan dan tanggung jawab masing-masing anggota
keluarga”.

2. Vincent (Corsini, 1984: 447) mendefinisikan konseling keluarga sebagai: “The attempt
to modify the relationship in a family to achieve harmony." Artinya, konseling
keluarga ialah bantuan yang dimaksudkan untuk mengubah hubungan-hubungan yang
tidak harmonis di dalam suatu keluarga agar keluarga tersebut mencapai hubungan-

2
Kustiah Sunarty, Alimuddin Mahmud, Konseling Perkawinan dan Keluarga (Semarang : Universitas Negeri
Semarang 2016) hal
7
3. hubungan yang lebih harmonis.

4. Perez (1979: 25) mendefinisikan konseling keluarga sebagai: "An interactive process
which seeks aids the family in regaining a homeostasis balance with all the members
are comfortable." Artinya, konseling keluarga ialah proses interaktif untuk membantu
keluarga mencapai keseimbangan agar setiap anggota keluarga merasa senang.

5. Goldenberg (2004: 229) mengemukakan definisi konseling keluarga sebagai berikut:


"Is a psychotherapeutic technigue for exploring and attempting to alleviate the current
interlocking emotional within a family system by helping it's members change the
family's disfunctional transactional patterns together.” Pengertian konseling keluarga
yang terkandung dalam batasan tersebut adalah konseling keluarga merupakan teknik
psikoterapiutikuntuk mengungkapkan dan berusaha meringankan problem-problem
emosional dalam sistem keluarga dengan cara menolong anggota keluarga mengubah
pola-pola transaksional dan fungsi-fungsi keluarga yang terganggu secarabersama-
sama.

Dari definisi-definisi konseling keluarga tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling keluarga
adalah bantuan yang diberikan kepada anggota keluarga yang bermasalah, dengan tujuan agar
mereka mampu memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi sehingga menjadi
well adjusted person dan keluarga sebagai suatu sistem sosial kembali menjadi harmonis dan
fungsional.

Konseling perkawinan pada awalnya berorientasi kepada bantuan terhadap masalah-


masalah yang ada hubungannya dengan permasalahan suami-isteri, khususnya masalah hubungan
seksual, dan problem perkawinan pada umumnya. Kemudian beralih kepada pandangan modern
yakni pasangan suami-isteri atau keluarga adalah suatu sistem. Jika suami terganggu maka akan
terganggu pula isterinya, sehingga sistem keluarga itu bisa tidak berfungsi.

2. Pengertian konseling keluarga

Sedangkan pengertian konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada
8
individu-individu anggota keluarga melalui sistem keluarga dengan membenahi komunikasi
agar berkembang potensi mereka optimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar
kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan toleransi penghargaan
dan kasih sayang. Konseling keluarga adalah untuk memperlancar komunikasi di antara keluarga
yang mungkin karena satu hal terputus. Para anggota keluarga berusaha secara bersama-sama
untuk mengembangkan komunikasi di antara mereka. Terjadinya hambatan komunikasi mungkin
disebabkan oleh beberapa hal seperti terjadinya konflik antara keluarga misalnya suami dengan
istri, kakak ,adik, dan sebagainya. Konseling keluarga dan pernikahan berperan untuk
membenahi sistem keluarga agar komunikasi, toleransi, penghargaan, dan kemandirian anggota
keluarga selalu terjadi. Sehingga anggota keluarga semuanya merasa betah dan bertanggung
jawab atas kebutuhan sistem keluarga. Konseling keluarga pada dasarnya merupakan penerapan
konseling pada situasi yang khusus. Konseling keluarga ini secara khusus fokus pada masalah-
masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga, yang penyelenggaraannya melibatkan
anggota keluarga. Merujuk pada definisi-definisi konseling perkawinan dan keluarga yang telah
diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa konseling perkawinan dan keluarga merupakan
salah satu bentuk proses bantuan profesional yang diberikan kepada suami-isteri dan anggota
keluarga lainnya, baik secara sendiri-sendiri, berpasangan, atau secara bersama-sama dengan
cara meninjau sistem keluarga secara keseluruhan dan mengembangkannya ke arah well adjusted
person, sehingga keluarga sebagai suatu sistem sosial kembali menjadi harmonis dan fungsional,
dan bebas dari gangguan patologis.

B. Ruang lingkup konseling pernikahan dan keluarga

1. Ruang lingkup konseling keluarga

Ruang lingkup konseling keluarga dalah sebagai berikut:

1. Membahas tentang dinamika kehidupankeluarga.

2. Membahas tentang pola interaksi antarkeluarga.

3. Membahas tentang kondisi lingkungan kehidupankeluarga.

9
4. Membahas tentang problema yang terdapat dalamkeluarga.

5. Membahas tentang fungsikeluarga.

6. Membahas tentang perubahan peranankeluarga.

7. Membahas pola interaksi orangtua dengananak.

8. Membahas konflik dalam keluarga.3

2. Ruang lingkup konseling perkawinan

Konseling Pernikahan (Perkawinan) lebih menekankan pada masalah- masalah pasangan


suami-isteri. Konseling Pernikahan (Perkawinan) bebeda dengan konseling pranikah dan
konseling keluarga. Konseling pranikah (premarital counseling) merupakan konseling yang
diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan dengan rencana
pernikahannya, seperti: dalam rangka membuat keputusan agar lebih mantap dan dapat
melakukan penyesuaian di kemudian hari secara lebih baik Sedangkan konseling keluarga
(family counseling) secara umum dibatasi sebagai konseling yang berhubungan dengan masalah-
masalah keluarga, seperti: hubungan peran di keluarga, masalah komunikasi, tekanan dan
peraturan keluarga, ketegangan orang tua-anak, dan lain-lain Pemecahan masalah yang dialami
oleh anggota keluarga perlu adanya keterlibatan anggota keluargalainnya.45

Konseling keluarga diartikan sebagai salah satu teknik pemberianbantuan yang diberikan oleh
konselor kepada anggota keluarga, termasuk siswa yang bermasalah dalam kedudukannya
sebagai anggota keluarga,dengan tujuan agar mereka dapat memecahkan sendiri masalah-
masalahnya, yang pada gilirannya mereka dapat kembali menjadi well adjusted person dan
keluarga sebagai suatu sistem sosial kembali menjadi harmonis dan fungsional. Sementara
konseling perkawinan adalah cabang dari konseling keluarga dengan tujuan agar komunikasi
suami-isteri menjadi harmonis. Dengan kata lain, konseling perkawinan adalah upaya konselor
profesional untuk membantu pasangan suami-isteri yang mengalami kesulitan dalam komunikasi

3
Sri Lestari. 2012. Psikologi keluarga. Jakarta: Kencana
5
Prof. Dr. H. Soeharto, M.Pd; Guru Besar Bidang Bimbingan dan Konseling; Universitas Sebelas Maret

10
karena adanyap roblem di antara mereka.

C. Pandangan Al-Qur’an Tentang Konseling Perkawinan


Al-Qur’an tidak membicarakan konseling perkawinan secara rinci, tetapi sebagai kitab
petunjuk, nasehat dan obat, Al-Qur’an memberikan sinyal-sinyal atau gambaran umum melalui
ayat- ayat tentang konseling perkawinan. Karenanya, tugas dari ilmuwan untuk merangkai ayat-
ayat yang berserakan tersebut dalam satu pemahaman yang utuh tentang konseling perkawinan.
Sebelum pernikahan, Al-Qur’an mengajarkan kepada manusia untuk memilih pasangan yang
sesuai dengan pilihannya. Memasuki kehidupan berumah tangga, Al- Qur’an memberikan
petunjuk dan sekaligus konseling apabila terjadi konflik yang menimpa kehidupan rumah tangga.
Al-Qur’an mengajarkan manusia agar membentuk keluarga sehat yang bersandarkan nilai-nilai
agama yang dianggap lebih abadi dan bersifat universal. Al-Qur’an mengajarkan kepada manusia
agar mempersiapkan generasinya menjadi generasi yang kuat dan berkualitas (QS. An-Nisa: 9).
Untuk melanggengkan hubungan antara suami dan isteri, Al-Qur’an mendidik pasangan suami
isteri agar menggauli isterinya dengan cara yang ma’ruf (QS. An-Nisa). Al-Qur’an juga mendidik
manusia agar keduanya saling melengkapi, saling melindungi, dan saling membutuhkan.
Hubungan suami isteri bagaikan pakaian yang menjadi kebutuhan dasar manusia, “mereka (para
isteri) menjadi pakaian bagi kamu dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka” (QS. Al-Baqarah:
187). Al-Qur’an memberikan penekanan agar suami isteri saling menjaga rahasia di antara
keduanya (QS. An-Nisa: 34, at-Tahrim ayat 3). Al-Qur’an menjaga keutuhan keluarga adalah
perlunya menjalin komunikasi yang intensif kepada seluruh anggota keluarga Jika adanya
permasalahan dalam pernikahan maka konseling Al-Qur’an yang diberikan kepada keluarga
tersebut meliputi: Hendaknya suami isteri mengadakan pendekatan-pendekatan dengan jalan
musyawarah untuk mencari solusi yang sebaik- baiknya bagi persoalan yang mereka hadapi.
Apabila seorang isteri melakukan suatu pelanggaran, maka kepadanya diberikan sanksi dari hal-
hal yang ringan hingga hal-hal yang dapat menyulitkan isteri, Jika persoalan suami dan isteri
tersebut tidak dapat diselesaikan oleh suami isteri, maka hendaknya membentuk badan perdamaian
yang diambil dari wakil masing-masing keluarga isteri dan suami. Al-Qur’an memberikan
petunjuk secara praktis tentang konseling perkawinan, diawali dari konseling pra pernikahan,

11
pasca pernikahan hingga memberikan petunjuk dalam menyelesaikan berbagai masalah yang
dihadapi dalam berumah tangga. Al-Qur’an membimbing manusia menyiapkan generasi sehat &
kuat dalam menghadapi tuntutan zaman. Petunjuk praktis yang diajarkan Al-Qur’an menjadikan
pedoman bagi para konselor dalam mengembangkan konseling perkawinan yang selama ini masih
didominasi oleh konsep konseling yang bersumber dari Barat atau non muslim.

D. Tujuan Konseling Perkawinan danKeluarga

Satir mengemukakan bahwa hasil yang diharapkan dari suatu proses konseling perkawinan
dan keluarga adalah agarsuami isteri selaku klien atau anggota keluarga selaku klien dapat
bertransaksi dengan baik, menafsirkan persaingan, melihat diri sendiri sebagaimana suamiatau
isteri dan anggota keluarga lain melihatnya, mengemukakan kepada orang lain tentang apa yang
diinginkan, menyatakan ketidaksetujuan, membuat pilihan-pilihan, belajar melalui pengalaman,
bebas dari pengaruh masa lalu, dan dapat mengemukakan pesan-pesan yang jelas dan congruent
dengan perilakunya.

Perez menyatakan terdapat empat tujuan umum konseling perkawinan dan keluarga, sebagai
berikut:

1. Membantu pasangan suami-isteri dan anggota keluarga belajar danmemahami bahwa


dinamika perkawinan keluarga merupakan hasil pengaruh hubungan antar anggota
keluarga.

2. Membantu pasangan suami-isteri dan anggota keluarga agar dapat menerima kenyataan
bahwa apabila salah seorang dari pasangan suami-isteri dan anggota keluarga memiliki
permasalahan, hal itu akan berpengaruh terhadap persepsi, harapan, dan interaksi
pasangansuami-isteri dan anggota keluarga lainnya. Memperjuangkan (dalam konseling),
sehingga setiap pasangan suami- isteri dan anggota keluarga dapat tumbuh dan
berkembang guna mencapai keseimbangan dan keselarasan. Mengembangkan rasa
penghargaan dari pasangan suami-isteri dan seluruh anggota keluarga terhadap anggota
keluarga yang lain.

12
Dari studi terhadap buku-buku yang berisi uraian tentang konseling perkawinan dan keluarga
(Corsini,1984;danCottone,1992) dapat dikemukakan rangkuman tujuan konseling perkawinan dan
keluarga, sebagai berikut:

1. Tujuan kognitif

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasangan suami-isteri dan anggota keluarga


mengenai diri sendiri, hakikat kehidupan perkawinan, hakikat kehidupan dalam keluarga sebagai
suatu sistem, dinamika kehidupan suami isteri dalam perkawinan, dan dinamika kehidupan
anggota keluarga dalam kehidupan berkeluarga. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
pasangan suami-isteridan anggota keluarga lainnya, terutama anggota keluarga usia
remaja,tentang kehidupan psikoseksual dan pengaruhnya terhadap kehidupankeluarga.
Menambahkan wawasan pasangan suami-isteri dan suami isteri dananggota keluarga lainnya
tentang siklus kehidupan keluarga, dantugas-tugas perkembangan pada setiap tahap
perkembangan keluarga,dan fase-fase krisis dalam tahap-tahap perkembangan keluarga,
sertapengetahuan praktis sehubungan dengan upaya mengatasi masalah-masalah yang
kemungkinan muncul dalam kehidupan perkawinan dan keluarga.

2. Tujuan efektif

Memperkuat fungs iego dari pasangan suami isteri dan anggota keluarga. Membina
kepuasan diri pasangan suami isteri dan kepuasan anggotakeluarga lain dalam hubungan suami
isteri dan hubungan-hubungan antar-anggotakeluarga. Mengembangkan sikap saling percaya,
kejujuran, dan sikap saling menghargai di antara pasangan suami-isteri dan saling menghargai
antar anggotakeluarga.

3. Tujuan psikomotorik

Mengoptimalkan perkembangan pola-pola interaksi yang harmonis antar-pasangan


suami-isteri dan pola interaksi antar anggotakeluarga. Meningkatkan keterampilan
berkomunikasi antara pasangan suami-isteri dan antar anggota keluarga. Meningkatkan
keterampilan pasangan suami-isteri dan anggota keluarga lainnya untuk menata kembali
13
struktur keluarga dan pola-pola transaksi keluarga yang disfungsional. Mengubah
perilaku-perilaku yang disfungsional (games) dalam upaya mengurangi problem dalam
perkawinan dan keluarga. Meningkatkan kemampuan pasangan suami-isteri dan anggota
keluarga mengatasi konflik yang terjadi dalam kehidupan perkawinan dan keluarga.

14
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Konseling pernikahan adalah upaya membantu pasangan calon suami istri oleh konselor
profesional, sehingga mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya melalui cara yang saling menghargai, toleransi, dan dengan komunikasi yang penuh
pengertian, sehingga tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan
kesejahteraan seluruh anggota keluarga. Para ahli dan praktisi konseling beragam dalam
mendefinisikan konseling perkawinan dan keluarga. Keberagaman itu terjadi oleh karena
terdapatnya perbedaan para ahli dan praktisi tersebut dalam latar belakang teori, sudut pandang,
unit studi, dan keunikan pengalaman dalam melakukan praktik selaku konselor perkawinan dan
keluarga. Namun demikian, untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang
konseling perkawinan dan keluarga, dalam paparan berikut dikemukakan definisi-definisi
konseling perkawinan dan definisi-definisi konseling keluarga dari beberapa ahli,teoretisi, dan
praktisi konseling.

Konseling Pernikahan (Perkawinan) lebih menekankan pada masalah- masalah pasangan


suami- isteri. Konseling Pernikahan (Perkawinan) bebeda dengan konseling pranikah dan
konseling keluarga. Konseling pranikah (premarital counseling) merupakan konseling yang
diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan dengan rencana
pernikahannya, seperti: dalam rangka membuat keputusan agar lebih mantap dan dapat
melakukan penyesuaian di kemudian hari secara lebih baik Sedangkan konseling keluarga
(family counseling) secara umum dibatasi sebagai konseling yang berhubungan dengan masalah-
masalah keluarga, seperti: hubungan peran di keluarga, masalah komunikasi, tekanan dan
peraturan keluarga, ketegangan orang tua-anak, dan lain-lain Pemecahan masalah yang dialami
oleh anggota keluarga perlu adanya keterlibatan anggota keluargalainnya.

15
B. Saran

Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan kami. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kurtiah Sunarty, 2016 Konseling Perkawinan dan Keluarga: Universitas Negeri Makassar
Khusna,Nur Ilma Asmaul dan Nihayatur Rofi’ah. Strategi Layanan BK dalam Bimbingan
Akademik.hal 129-130 diakses 2022.09.19 pada jam 21.05 wib

Prayitno, Marjohan, Yarmis syukur, Yahya Jaya. 2016 Wawasan prefesional Bimbingan dan
Konseling, 2016

Prof. Dr. H. Soeharto, M.Pd; Guru Besar Bidang Bimbingan dan Konseling; Universitas Sebelas
Maret.

Sri Lestari. 2012. Psikologi keluarga. Jakarta: Kencana

Willis, Sofyan S,Konseling Keluarga,( Bandung : Alfabeta 2021 )

17

Anda mungkin juga menyukai