Anda di halaman 1dari 13

BIMBINGAN KONSELING KELUARGA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah BK Keluarga Muslim

Dosen Pengampu:

Dra. Mu’minatul Zanah, M.Ag.

Disusun Oleh:

Meisya Sania Salsabila 1204010089

Nur Azizah BR Sitepu 1204010116

Nurul Mutmainah Masum 1204010118

Semester/ Kelas: 5/C

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.,

Pertama-tama dan yang paling utama, marilah kita panjatkan syukur serta kehadirat Allah
SWT yang senantiasa memberikan berkat, nikmat, dan karunia-Nya, sehingga atas izinnya kami
kelompok 4 berhasil menyelesaikan makalah dengan judul “Bimbingan Konseling Keluarga”. Tak
lupa shalawat serta salam kami curahkan kepada nabi besar kita, yakni Nabi Muhammad SAW.

Pengerjaan penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
BK Keluarga Muslim. Kami menyadari bahwa makalah ini terdapat kekurangan dan belum cukup
untuk dikatakan 'sempurna'.

Kami sampaikan terima kasih terutama kepada Dosen Pengampu mata kuliah BK Keluarga
Muslim, yaitu ibu Dra. Mu’minatul Zanah, M.Ag. yang senantiasa memberikan pengajaran, dan
bimbingan pada mata kuliah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kami
sebagai penyusun makalah. Untuk perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Bandung, 10 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2

C. Tujuan .................................................................................................................................. 2

BAB II............................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3

A. Pengertian Konseling dalam Keluarga................................................................................. 3

B. Sejarah dan Latar Belakang Bimbingan Konseling Keluarga ............................................. 4

C. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Keluarga ............................................................................. 6

BAB III ........................................................................................................................................... 9

PENUTUP....................................................................................................................................... 9

A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah sekelompok orang yang disatukan dalam ikatan perkawinan atau darah
dalam masyarakat. Utamanya setiap keluarga pastinya menginginkan sebuah keluarga yang
harmonis, bahagia, aman dan tentram dunia dan akhirat. Setiap keluarga juga pastinya
menginginkan agar terbebas dari kemiskinan iman serta mampu menciptakan nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

Banyak fitrah yang Allah SWT berikan kepada manusia, salah satunya fitrah hidup
berkeluarga sesuai dengan hukum islam. Karena itu, orang yang berakal dan sehat pastinya
menginginkan keluarga harmonis yang bahagia, sejahtera, damai, dan aman. Keluarga yang
bahagia adalah keluarga yang anggotanya tidak selalu mengalami keresahan yang merusak ikatan
tersebut. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang kebutuhan hidup lahir dan batinnya terpenuhi.
Keluarga damai adalah keluarga yang anggota keluarganya senantiasa damai tentram dan bebas
dari percekcokan atau pertengkaran. Sedangkan keluarga yang aman adalah keluarga yang para
anggotanya menjaga satu sama lain.

Dalam menumbuhkan keluarga, berbagai masalah dalam ketentuan Allah, baik masalah
yang muncul karena tidak sesuai dengan ajaran Al-Quran atau Hadis, dan masalah-masalah dalam
hal dengan lingkungan pastinya akan timbul. Maka konseling keluarga dalam perfektif Islam ini
muncul dan berperan sangat penting sebagai proses bantuan kepada keluarga yang sakinah,
tentram dan damai.

Dalam makalah ini akan dipaparkan berbagai hal yang terkait dengan bimbingan konseling
keluarga. Memaparkan mengenai pengertian konseling dalam keluarga, sejarah dan latar belakang
bimbingan konseling keluarga, dan tujuan dan fungsi bimbingan keluarga itu sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konseling dalam keluarga?
2. Apa sejarah dan latar belakang bimbingan konseling keluarga?
3. Apa tujuan dan fungsi bimbingan keluarga?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konseling dalam keluarga.
2. Untuk mengetahui sejarah dan latar belakang bimbingan konseling keluarga.
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi bimbingan keluarga.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Konseling dalam Keluarga
Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang pembimbing (konselor) kepada
seseorang konseli atau sekelompok konseli (klien, terbimbing, seseorang yang memiliki problem)
untuk mengatasi problemnya dengan jalan wawancara dengan maksud agar klien atau sekelompok
klien tersebut mengerti lebih jelas tentang problemnya sendiri dan memecahkan problemnya
sendiri sesuai dengan kemampuannya dengan mempelajari saran-saran yang diterima dari
Konselor. Sedangkan arti dari keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki
atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak-anak, baik anaknya sendiri
atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Konseling keluarga pada dasarnya merupakan penerapan konseling pada situasi yang
khusus. Konseling keluarga ini secara khusus fokus pada masalah-masalah yang berhubungan
dengan situasi keluarga, yang penyelenggaraannya melibatkan anggota keluarga.

Menurut Foley konseling keluarga adalah upaya mengubah dalam keluarga untuk
mencapai keharmonisan. Seorang pakar konseling Harper juga mengemukakan bahwa konseling
keluarga merupakan proses bantuan terhadap dua orang atau lebih anggota keluarga sebagai suatu
kelompok secara serempak yang dapat melibatkan seorang konselor atau lebih dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan keluarga. Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling
keluarga merupakan proses pemberian bantuan bagi suatu keluarga melalui pengubahan interaksi
antar anggotanya sehingga keluarga tersebut dapat mengatasi masalah yang dihadapinya bagi
kesejahteraan anggota dan keluarga secara keseluruhan.

Konseling keluarga mempunyai tujuan agar dapat meningkatkan fungsi sitem keluarga
yang lebih efektif. Secara khusus konseling keluarga bertujuan untuk membantu anggota keluarga
memperoleh kesadaran tentang pola hubungan yang tidak berfungsi dengan baik dan menciptakan
cara-cara baru dalam berinteraksi untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Di sisi lain,
konseling keluarga juga mempunyai tujuan memusatkan perhatian pada pemecahan masalah
spesifik yang menyebabkan keluarga meminta bantuan konseling kepada seorang konselor.

3
Pada masa lalu, menurut Moursund, konseling keluarga terfokus pada salah satu atau dua
hal, yaitu (1) keluarga terfokus pada anak yang mengalami bantuan yang berat seperti gangguan
perkembangan dan skizofrenia, yang menunjukan jelas-jelas mengalami gangguan; dan (2)
keluarga yang salah satu atau kedua orang tua tidak memiliki kemampuan, menelantarkan anggota
keluarganya, salah dalam mengelola anggota keluarga, dan biasanya memiliki sebagian masalah.

Konseling Keluarga juga disefinisikan sebagai upaya bantuan yang diberikan kepada
individu anggota keluarga melalui system keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar
potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi dasar kemauan atas
membantu anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan kepada keluarga.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan konseling keluarga
adalah penerapan konseling pada situasi yang khusus yakni sebagai upaya untuk membantu
individu anggota keluarga dalam memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi
keluarga dan penyelenggaraannya melibatkan anggota keluarga inti dengan menggunakan
pendekatan sistem, agar potensi setiap anggota keluarga berkembang seoptimal mungkin dan
masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu anggota keluarga berdasarkan kerelaan
dan kecintaan kepada keluarga.

B. Sejarah dan Latar Belakang Bimbingan Konseling Keluarga


Sejarah perkembangan konseling keluarga di dunia berasal dari Eropa dan Amerika Serikat
pada tahun 1919 yakni sesudah perang dunia 1, Magnus Hirschfeld mendirikan klinik pertama
untuk pemberian informasi dan nasehat tentang masalah seks di Berlin Institut for Sexual Science.
Pusat informasi dan advice yang sama didirikan pula di Vienna pada tahun 1922 oleh Karl Kautsky
dan kemudian pusat lain didirikan lagi di Berlin pada tahun 1924. Di Amerika Serikat ada dua
penentu yang masing masing berkaitan dalam perkembangan gerakannya yaitu: (1). Adanya
perkembangan pendidikan keluarga yang diusahakan secara akademik, dan kemudian menjadi
pendidikan orang dewasa. (2). Munculnya konseling perkawinan dan keluarga terutama dalam
masalah-masalah hubungan diantara anggota keluarga (suami, istri dan anak-anak) dalam konteks
kemasyarakatan. Tokoh yang ulung dalam bidang pendidikan kehidupan perkawinan dan keluarga
pada awal sejarah masa lalu adalah Eme Rutherford Gover (1877-1948).

4
Perbedaan yang mencolok antara konseling Amerika Serikat dan Eropa adalah Amerika
Serikat berorientas teoritis (academic setting) misalnya dengan menganut aliran-aliran psikologi
terkenal, sedangkan Eropa hanys berawal dari praktisi (para dokter terutama dokter kandungan)
tanpa memikirkan aspek teoretisnya.

Adapun istilah family conseling (konseling keluarga) sama dengan family therapy.
Kemudian Family terapy lebih populer di AS. Pada masa perkembangan selanjutnya, konseling
keluarga lebih banyak digarap oleh para terapis di bidang psikiatri. Sebelumnya di AS lebih
terkenal istilah family conseling (konseling keluarga). Karena pelopornya adalah para psikolog
seperti Grover.

Konseling keluarga ini distimulasi oleh penelitian mengenai keluarga. yang anggotanya
mengalami schizophrenia. Konseling keluarga berkembang mencapai kemajuan pada tahun 1950-
an. Pada tahun 1960-an. Para pelopor konseling keluaga memutuskan untuk bekerjasama dengan
para konselor yang berorientasi individual.

Teknik-teknik dalam konseling keluarga berkembang dengan pesat memasuki tahun 1970-
an. Inovasi teknik teurapeutik diperkenalkan termasuk pendekatan behavioral yang dikaitkan
dengan masalah-masalah keluarga. Pada tahun 1980-an, konseling perkawinan dan konseling
keluarga menjadi satu. Para praktisi dari berbagai disiplin keahlian bergabung menangani
konseling keluarga sebagai ciri profesional mereka. Pada saat sekarang, konseling keluarga lebih
menekankan pada penanganan masalah-masalah secara kontektual daripada secara terpisah
dengan individu-individu.

Tantangan yang dihadapi oleh konseling keluarga pada tahun 1980-an adalah
mengintegrasikan berbagai pendekatan konseling keluarga dan menggunakan konbinasi-konbinasi
dari teknik-teknik yang dibutuhkan untuk populasi-populasi yang berbeda.

Perkembangan konseling keluarga di Indonesia sendiri tertimbun oleh maraknya


perkembangan bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan dan konseling (BK) di sekolah
pada masa tahun 60-an bahkan sampai pada saat ini dirasakan sebagai suatu kebutuhan, karena
banyak sekali masalah-masalah siswa, seperti kesulitan belajar, penyesuaian sosial, dan masalah
perilaku siswa yang tidak dapat dipecahkan oleh guru biasa. Jadi diperlukan guru BK untuk
membantu siswa.

5
Dalam proses perkembangan konseling keluarga terdapat dua dimensi orientasi yaitu (1)
orientasi praktis yakni kebenaran tentang perilaku tertentu diperoleh dari pelaksanaan proses
konseling di lapangan. Gaya kepribadian konselor praktis dengan gaya konduktor, kepribadiannya
hebat, giat, dapat menguasai audence sehingga mereka terpana. Selamjutnya dengan gaya reaktor,
yaitu kepribadian konselornya cenderung tidak menguasai, menggunakan taktik secara dinamika
kelompok di keluarga. (2) orientasi teoritis, cara yang ditempuh adalah dengan cara penelitian.

Selanjutnya pengelompokan konselor keluarga, yaitu terdapat dua tipe yaitu (1)
pengelompokan konselor (A) menurut Guerin 1976 yang dalam praktiknya, sering memandu
anggota keluarga kearah diskusi-diskusi tentang pengalaman, waktu, ruang dalam sesi-sesi terapi.
(2) kelompok yang berorientasi pada sistem. Guerin 1976 ia mengamati bahwa ada tiga parameter
penting dalam konseling keluarga model ini. (a) fokus terapetik yaitu gejala atau pertumbuhan; (b)
derajat optimisme untuk melunakan perilaku manusia; (c) tipe pendidikan yang ditekankan.

Perkembangan konseling keluarga selanjutnya. Dimulai dari tahun 80-an ditandai dengan
adanya pengorganisasian dalam konseling keluarga bermunculannya literatur yang makin banyak
dalam bidang tersebut. Susan Jones dalam bukunya family Therapy menggunakan perbandingan-
perbandingan pendekatan dalam konseling keluarga yaitu:

1) Integratif (Ackerman)
2) Psikoanalitik (Farmo, Steirlin, Grotjan)
3) Bowenian (Bowen)
4) Struktural (Minuchin)
5) Interaksional (Jackson, Watslawick, Haley, Satir)
6) Social Network (Speck, Attinev, Rueveni)
7) Behavioral (Patterson).

C. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Keluarga


1. Tujuan Bimbingan dan Konseling Keluarga

Tujuan Bimbingan dan Konseling Keluarga terbagi menjadi dua yakni secara khusus dan umum.

a. Tujuan konseling keluarga secara umum adalah:

6
1) Untuk membantu anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai secara emosional
bahwa dinamika keluarga adalah kait mengait diantara anggota keluarga.
2) Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta jika satu anggota keluarga
bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada persepsi, ekspektasi dan interaksi anggota-
anggota lain.
3) Agar tercapai keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan dan peningkatan setiap
anggota.
4) Untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai pegaruh dari hubungan parental.
b. Tujuan konseling keluarga secara khusus adalah:
1) Meningkatkan toleransi dan dorongan anggota keluarga terhadap cara-cara yang istimewa
(idiocyncraticwoys) atau keunggulan anggota lain
2) Mengembangkan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga yang mengalami
frustasi/kecewa, konflik, dan rasa sedih yang terjadi karena faktor sistem keluarga atau
diluar sistem keluarga.
3) Mengembangkan motif dan potensipotensi, setiap anggota keluarga dengan cara
mendorong (mensupport), memberi semangat dan mengingatkan anggota tersebut.
4) Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orang tua secara realistis dan sesuai dengan
anggota-anggota lain.

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling Keluarga


a. Fungsi Pemahaman

Yaitu fungsi bimbingan yang membantu klien agar memiliki pemahaman terhadap dirinya
(potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan
pemahaman ini, diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

b. Fungsi Preventif

Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami
oleh klien. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada klien tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

7
c. Fungsi Pengembangan

Yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor
senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan klien. Konselor secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama
merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan
dalam upaya membantu klien mencapai tugas-tugas perkembangannya.

d. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan)

Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya
pemberian bantuan kepada klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi,
sosial, belajar, maupun karir.

e. Fungsi Penyaluran

Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien memilih kegiatan, atau program apa dalam
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-
ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan
pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga.

f. Fungsi Adaptasi

Yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan. kepala Sekolah/Madrasah dan staf,
konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan,
minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai
mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa
secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan
proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan
kecepatan siswa.

g. Fungsi Penyesuaian

Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien agar dapat menyesuaikan diri dengan diri
dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling keluarga adalah penerapan konseling pada situasi yang khusus yakni sebagai
upaya untuk membantu individu anggota keluarga dalam memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraannya melibatkan anggota keluarga inti
dengan menggunakan pendekatan sistem, agar potensi setiap anggota keluarga berkembang
seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu anggota keluarga
berdasarkan kerelaan dan kecintaan kepada keluarga.

Sejarah atau perkembangan konseling keluarga kini sudah berkembang. Sejarah konseling
keluarga di dunia sendiri berasal dari Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1919. Baru pada
tahun 1950-an konseling keluarga berkembang dan mencapai kemajuan dengan teknik-tekniknya
yang berkembang pada 1970-an. Di Indonesia sendiri konseling keluarga tertimbun oleh maraknya
perkembangan bimbingan konseling di sekolah pada 1960-an.

Tujuan bimbingan konseling keluarga terbagi menjadi secara umum, seperti membantu
anggota keluarga belajar dan menghargai emosional bahwa dinamika keluarga berkaitan diantara
anggota keluarga dan secara khusus, seperti meningkatkan toleransi anggota keluarga terdapat
keunggulan anggota lain. Tujuan bimbingan konseling keluarga sendiri terbagi menjadi fungsi
pemahaman, fungsi preventif, fungsi pengembangan, fungsi perbaikan (penyembuhan), fungsi
penyaluran, fungsi adaptasi dan fungsi penyesuaian.

9
DAFTAR PUSTAKA
Atabik, Ahmad. (2013). Konseling Keluarga Islami (Solusi Problematika Kehidupan Berkeluarga).
Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling, 4(1),175-176.

Muttaqin, Reza. (2022). Konseling Keluarga dalam Perspektif Islam. Jurnal An-Nasyr: Jurnal
Dakwah dalam Mata Tinta, 9(2), 86-89.

Satriah, Lilis. (2017). Bimbingan Konseling Keluarga. Bandung: CV. Mimbar Pustaka.

10

Anda mungkin juga menyukai