Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KONSELING KELUARGA

“SEJARAH DAN DEFINISI KONSELING KELUARGA”

Dosen Pengampu :

Lufti Hidayati Fauziah., S.Psi., M.Si

Oleh :

Damianus Brian Bagas Caesariady 21090000160

Muhammad Eko Efendi 21090000178

Ajeng Maharani 21090000179

Adhella Putri Anugrahi 21090000180

Thatira Mayasari 21090000199

Gabriel Efrapoditus 21090000200

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

2024
KATA PENGANTAR

Memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Konseling Keluarga ini, yang berjudul “Sejarah dan
Definisi Konseling Keluarga”. Tugas makalah yang kami susun ini dibuat dengan maksud
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Keluarga. Kami menghaturkan banyak terima kasih
kepada ibu Lufti Hidayati Fauziah, S.Psi., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Konseling
Keluarga yang telah membimbing kami.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik maupun
saran diharapkan dapat diberikan kepada pembaca untuk lebih menyempurnakan makalah ini
semoga ada manfaatnya. Terima kasih.

Malang, 14 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Arti Konseling Keluarga 5
2.2 Sejarah dari Konseling Keluarga 5

2.3 Apa Tujuan dari Konseling Keluarga 8

2.4 Apa Manfaat dari Konseling Keluarga 8

2.5 Apa dampak dari Konsling Keluarga 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di masyarakat. Keluarga
juga merupakan kelompok sosial terkecil di masyarakat. Dalam pengertian psikologis,
keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan
masing-masing anggotanya merasakan adanya hubungan batin sehingga saling
mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri.
Sedangkan dalam pengertian pedagosis, keluarga adalah kesatuan hidup yang dijalin
oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan
yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Perkawinan bagi manusia merupakan
hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh
keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun psikologis.
Konseling (Tohirin, 2009 : 25) merupakan kontak atau hubungan timbal balik antar dua
orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien yang didukung oleh keahlian
dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku dan
bertujuan bagi klien.
Tiap keluarga akan senantiasa menghadapi berbagai masalah, tetapi kemampuan untuk
mengatasinya tidak terlalu memadai. Karena itu, harus ada usaha-usaha untuk memperkuat
kemampuan keluarga atau anggota keluarga dalam menghadapi berbagai tantangan, baik
dari dalam keluarga itu sendiri maupun dari luar. Usaha itu harus dimulai oleh keluarga itu
sendiri atau oleh seorang ahli dan lembaga yang dapat membantu mencegah persoalan
keluarga bila masalah keluarga itu memerlukan orang lain untuk membantu penyelesaian
konflik keluarga. Maka dari itu diperlukan konseling keluarga untuk membangun ikatan
kelurga yang aman dan harmonis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Konseling Keluarga?
2. Bagaimana Sejarah dari Konseling Keluarga?
3. Apa Tujuan dari Konseling Keluarga?
4. Apa Manfaat dari Konseling Keluarga?
5. Apa dampak dari Konsling Keluarga?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari Konseling Keluarga.
2. Untuk mengetahui sejarah dari Konseling Keluarga
3. Untuk mengetahui tujuan dari Konseling Keluarga.
4. Untuk mengetahui manfaat dari Konseling Keluarga.
5. Untuk mengetahui dampak dari Konseling Keluarga.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Arti Konseling Keluarga

Konseling Keluarga yaitu metode yang dirancang dan difokuskan pada keluarga
dalam usaha untuk membantu memecahkan masalah perilaku klien, serta sebagai proses
pelatihan yang difokuskan kepada orang tua klien untuk mengembangkan potensi dalam
menghadapi masalah yang dialami dalam berumahtangga.

Konseling Keluarga menurut Wilis (2021), berpendapat bahwa konseling


keluarga merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang diberikan
kepada individu yang menjadi anggota keluarga melalui pembenahan komunikasi
keluarga yang diharapkan dari terbenahinya komunikasi antar keluarga dapat
menciptakan individu mengalami perubahan seperti perkembangan potensi meningkat,
menemukan titik terang dari pemecahan masalah dalam keluarga serta dapat
bekerjasama dalam satu keluarga untuk saling membantu satu sama lain sebagai bentuk
kerelaan dan kecintaan yang tumbuh terhadap keluarga itu sendiri.

2.2 Sejarah Konseling Keluarga

Di Indonesia konseling pertama kali muncul pada tahun 1960 dalam dunia
pendidikan dengan diadakannya Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Malang pada tanggal 20-24 Agustus 1960. Di Indonesia sendiri, konseling terus
berkembang sampai sekarang, baik dalam dunia pendidikan, sosial maupun keagamaan.
Konseling keluarga di Indonesia muncul dari kasus-kasus siswa yang para konselor
(guru BK) hadapi, seperti kasus anak-anak yang senang menyendiri bahkan tertutup
pada lingkungan, dari kasus tersebutlah muncul konseling keluarga dimana konselor
(guru BK) membantu memecahkan masalah anak tersebut dengan mengikutsertakan
keluarganya untuk diwawancarai.

Sedangkan awal mula munculnya konseling keluarga di dunia dapat kita amati
dari sejarah konseling dunia itu sendiri, sejarah konseling dimulai dari munculnya
gerakan bimbingan di Amerika Serikat. Munculnya konseling dilatarbelakangi oleh
kebutuhan masyarakat, dimana orang tua kebingungan perihal karir anaknya, konseling
yang pertama kali muncul pun yaitu konseling di ranah pendidikan atau bimbingan
vokasional.
Konseling harus terus berevolusi sampai saat ini, berikut kronologis evolusi konseling :

a) Era Tahun 1900 – 1909


Periode ini merupakan awal munculnya konseling, tiga tokoh yang terkenal di
periode ini adalah Jesse B. Davis, Frank Parsons, dan Clifford Beers. Mereka
merupakan tokoh awal munculnya konseling melalui bimbingan karir di sekolah-
sekolah. Ketiganya hampir memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengembangkan
karakter siswa, mencegah dari masalah, serta membantu para siswa dalam
menentukan karir kehidupan mereka untuk masa yang akan datang.

b) Era Tahun 1910 – 1970


Pada periode ini konseling mulai lebih dikenalkan lagi, hal ini dibuktikan dengan
didirikannya The National Vocational Guidance Association (NVGA) di tahun
1913. Pada periode ini pemerintah Amerika Serikat mulai memanfaatkan konseling
untuk membantu veteran perang. Pada tahun 1942 muncul teori konseling Non-
Directive yang dibawa oleh Carl Rogers dalam bukunya yang berjudul Counseling
and Psychoterapy.
Pada tahun 1957 dalam sidang tahunan American Othopsychiatric Association
(AOA) oleh Bowen dicatat sebagai munculnya family therapy, hal ini dianggap
sebagai sejarah awalnya munculnya konseling keluarga di tingkat nasional di
negara Amerika Serikat. Pada dekade ini muncul pengujian ide-ide dan literatur,
dari sini juga munculah psikiatris Donald Jackson yang mendirikan Mental
Research Institute (MRI) di Palo Alto yang fokus bahasannya pada family therapy.

c) Era Tahun 1980 – 1990


Pada periode ini konseling sudah semakin berkembang, hal ini ditandai dengan
munculnya standarisasi dan sertifikasi bagi para konselor. Pada periode ini juga
munculnya konseling multikultural yang dilatarbelakangi oleh rasialisme yang
semakin meningkat pada era itu

Sofyan S.Willis (2021:132) dalam bukunya berpendapat bahwa proses konseling


keluarga berbeda dengan proses konseling individual hal ini disebabkan oleh faktor
klien yang lebih dari satu (anggota keluarga). Setiap anggota keluarga memiliki
perbedaan dalam pemikiran hal ini tentu bersifat emosional dimana konselor harus
melibatkan dirinya secara penuh dalam proses konseling keluarga.
Adapun Willis (2021) hubungan yang akan terlibat dalam proses konseling keluarga
meliputi ;
1. Hubungan klien dengan konselor;
2. Hubungan klien dengan klien lain;
3. Hubungan konselor dengan sebagian kelompok anggota keluarga;
4. Hubungan konselor dengan seluruh anggota keluarga

Dalam proses konseling keluarga seorang konselor harus memiliki kemampuan


keterampilan konseling yang baik serta wawasan konseling yang luas karena dalam
melaksanakan tugas konseling keluarga tentu seorang konselor harus melalui
tahapan-tahapan konseling (Willis, 2021: 133), adapun tahapan-tahapannya sebagai
berikut :
a). Pengembangan Rapport
Pada tahap awal proses konseling diupayakan seorang konselor dapat
mengembangkan rapport, yang dimaksud pengembangan rapport yaitu proses
membangun hubungan yang baik antara keluarga yang menjadi konseli dengan
peneliti yang berperan sebagai konselor sehingga diharapkan hubungan tersebut
dapat menghasilkan keterbukaan konseli.

b). Pengembangan Apresiasi Emosional


Pada tahap ini keluarga yang diteliti diharapkan dapat terlibat seluruhnya sehingga
terjadi interksi yang dinamik antar anggota keluarga yang menyebabkan mereka
ingin menyelesaikan masalahnya.

c). Fase Membina Hubungan Konseling


Tahap ini merupakan tahap penting dalam konseling, karena pada tahap ini hasil
dari konseling didapatkan. Apabila tahapan-tahapan tersebut dilewati dengan baik,
dapat dipastikan proses konseling keluarga tersebut akan berjalan dengan lancar dan
berhasil.
2.3 Tujuan Konseling Keluarga

Sofyan S.Willis (2021: 88) dalam bukunya berpendapat bahwa tujuan-tujuan konseling keluarga
terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus yaitu:

a). Tujuan Umum Konseling Keluarga:

 Sebagai proses pemberian bantuan berupa penyadaran bahwa anggotaanggota dalam


sebuah keluarga haruslah belajar saling menghargai secara emosional karena dinamika
keluarga adalah kait-mengait di antara anggota keluarga
 Untuk membantu anggota keluarga menyadari jika dalam sebuah keluarga bermasalah
maka akan mempengaruhi kepada pemikiran, harapan dan interaksi antar anggota dalam
sebuah keluarga tersebut
 Diharapkan dari proses konseling keluarga tercapailah keseimbangan yang menjadikan
keluarga tersebut mengalami pertumbuhan yang meningkat dalam setiap anggotanya
 Untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh dari wujud hubungan
parental

b). Tujuan Khusus Konseling Keluarga

 Sebagai upaya peningkatan toleransi agar terciptanya dorongandorongan dari anggota


lain terhadap keunggulan-keunggulan anggota lain.
 Sebagai upaya pengembangan toleransi terhadap anggota dalam sebuah keluarga yang
mengalami kekecewaan, masalah, maupun rasa sedih yang disebabkan oleh sistem
keluarga tersebut ataupun disebabkan oleh diluar sistem keluarga tersebut.
 Sebagai sarana pengembangan potensi-potensi yang dimilki oleh individu dalam sebuah
keluarga dengan cara satu sama lain saling menyemangati, memberikan saran dan
motivasi.
 Mengembangkan persepsi orang tua yang sesuai dengan anggota dalam keluarga
tersebut

2.4 Manfaat Konseling Keluarga

Konseling keluarga menawarkan berbagai manfaat bagi keluarga, antara lain:

a. Meningkatkan komunikasi dan hubungan antar anggota keluarga:


 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk saling memahami dan
menghargai satu sama lain.
 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk berkomunikasi secara
lebih efektif dan terbuka.
 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk membangun hubungan
yang lebih kuat dan sehat.

b. Membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah :


 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang
dihadapi.
 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk mengembangkan solusi untuk
masalah yang dihadapi.
 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk menerapkan solusi yang telah
dikembangkan.

c. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk menghadapi stres:


 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk mengembangkan mekanisme
koping yang sehat untuk menghadapi stres.
 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk membangun sistem dukungan
yang kuat.
 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk meningkatkan resiliensi.

d. Mencegah terjadinya masalah keluarga di masa depan:


 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk belajar dari pengalaman masa
lalu.
 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk mengembangkan pola
komunikasi dan interaksi yang sehat.
 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk membangun hubungan yang
lebih kuat dan sehat.

e. Manfaat lainnya:
 Konseling keluarga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup anggota keluarga.
 Konseling keluarga dapat membantu meningkatkan kesehatan mental anggota keluarga.
 Konseling keluarga dapat membantu meningkatkan prestasi belajar anak-anak.
2.5 Dampak dari Konseling Keluarga

Konseling keluarga dapat memberikan dampak positif bagi keluarga, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Berikut adalah beberapa dampak positif konseling keluarga :

a. Dampak Positif Jangka Pendek :


1. Meningkatnya komunikasi dan hubungan antar anggota keluarga :
 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk saling memahami
dan menghargai satu sama lain. Hal ini dapat meningkatkan komunikasi
dan hubungan antar anggota keluarga menjadi lebih terbuka, jujur, dan
suportif.
2. Berkurangnya konflik dan pertengkaran :
 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk belajar cara
menyelesaikan konflik dan pertengkaran dengan cara yang sehat. Hal ini
dapat mengurangi frekuensi dan intensitas konflik dalam keluarga.
3. Meningkatnya rasa saling percaya dan dukungan :
 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk membangun rasa
saling percaya dan dukungan satu sama lain. Hal ini dapat membuat
anggota keluarga merasa lebih aman dan nyaman untuk berbagi masalah
dan perasaan mereka.
4. Meningkatnya keterampilan koping :
 Konseling keluarga membantu anggota keluarga untuk mengembangkan
keterampilan koping yang sehat untuk menghadapi stres dan masalah. Hal
ini dapat membantu anggota keluarga untuk lebih mudah mengatasi situasi
yang sulit.

b. Dampak Positif Jangka Panjang :


1. Meningkatnya kesehatan mental anggota keluarga :
 Konseling keluarga dapat membantu meningkatkan kesehatan mental
anggota keluarga dengan cara mengurangi stres, kecemasan, dan depresi.
Hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup anggota keluarga secara
keseluruhan.
2. Meningkatnya prestasi belajar anak-anak :
 Konseling keluarga dapat membantu meningkatkan prestasi belajar anak-
anak dengan cara menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan
membantu anak-anak untuk lebih fokus pada pelajaran.

3. Meningkatnya resiliensi keluarga :


 Konseling keluarga dapat membantu meningkatkan resiliensi keluarga,
yaitu kemampuan keluarga untuk menghadapi dan mengatasi masalah
dengan baik. Hal ini dapat membuat keluarga lebih siap untuk menghadapi
berbagai tantangan di masa depan.
4. Mencegah terjadinya masalah keluarga di masa depan :
 Konseling keluarga dapat membantu mencegah terjadinya masalah keluarga
di masa depan dengan cara membantu anggota keluarga untuk membangun
pola komunikasi dan interaksi yang sehat.

Meskipun konseling keluarga umumnya memberikan dampak positif, namun dalam beberapa
kasus, konseling keluarga juga dapat memberikan dampak negatif. Dampak negatif ini biasanya
terjadi karena beberapa faktor, seperti :

1. Kurangnya komitmen dari anggota keluarga :


 Konseling keluarga membutuhkan komitmen dari semua anggota keluarga
agar dapat berhasil. Jika salah satu anggota keluarga tidak berkomitmen
untuk mengikuti proses konseling, maka konseling keluarga mungkin tidak
akan efektif.
2. Kurangnya kesiapan anggota keluarga :
 Konseling keluarga membutuhkan kesiapan dari semua anggota keluarga
untuk membuka diri dan berbagi masalah mereka. Jika salah satu anggota
keluarga tidak siap untuk melakukannya, maka konseling keluarga mungkin
tidak akan efektif.
3. Ketidakcocokan antara konselor dan keluarga :
 Konselor yang tidak cocok dengan keluarga dapat membuat konseling
keluarga menjadi tidak efektif.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konseling keluarga merupakan layanan yang penting untuk membantu keluarga
dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Konseling keluarga dapat
memberikan berbagai manfaat bagi keluarga, seperti meningkatkan komunikasi dan
hubungan antar anggota keluarga, membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah,
meningkatkan kemampuan keluarga untuk menghadapi stres, mencegah terjadinya
masalah keluarga di masa depan, meningkatkan kualitas hidup anggota keluarga,
meningkatkan kesehatan mental anggota keluarga, dan meningkatkan prestasi belajar
anak-anak. Penting untuk dicatat bahwa dampak konseling keluarga dapat bervariasi
tergantung pada masalah yang dihadapi keluarga, pendekatan yang digunakan oleh
konselor, dan komitmen dari semua anggota keluarga.

3.2 Saran
Manfaat konseling keluarga dapat bervariasi tergantung pada masalah yang
dihadapi keluarga dan pendekatan yang digunakan oleh konselor. Penting untuk
memilih konselor yang qualified dan memiliki pengalaman dalam konseling keluarga.
Konseling keluarga adalah proses yang membutuhkan waktu dan komitmen dari semua
anggota keluarga.
Penting untuk memilih konselor yang qualified dan memiliki pengalaman
dalam konseling keluarga karena konseling keluarga adalah proses yang membutuhkan
waktu dan komitmen dari semua anggota keluarga. Jika Anda sedang
mempertimbangkan untuk mengikuti konseling keluarga, penting untuk mendiskusikan
hal ini dengan semua anggota keluarga terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Adawia, R., & Hasmira, M. H. (2020). Dukungan Keluarga Bagi Orang Lanjut Usia di
Kelurahan Parupuk Tabing Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Jurnal Perspektif, 3(2), 316.

Afdal. (2015). Pemanfaatan Konseling Keluarga Eksperensial untuk Penyelesaian Kasus


Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jurnal Educatio: Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(1), 76–79.

Ayun, Q. (2017). Pola Asuh Orang Tua dan Metode Pengasuhan dalam Membentuk
Kepribadian Anak. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 5(1), 102.

Hati, P. P. (2013). Konseling Keluarga Dalam Membantu Proses Pemulihan. Journal of


Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Indah, S. (2019). Konseling Keluarga dalam Seting Kehidupan Keluarga ( Aplikasi Pendekatan
Sistem, Logo Terapi dan Perilaku). GUIDING WORLD (BIMBINGAN DAN KONSELING),
2(1), 13–25.

Khumairo, A. (2017). KONSELING KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-


NILAI KEARIFAN LOKAL PADA POLA PIKIR ANAK. Elementary: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 3(1), 61.

Lubis, L., & Asry, W. (2022). Konseling Keluarga (dalam perspektif islam). Perdana
Publishing.

Novia, S. (2019). Layanan Konseling Keluarga Harmonis Pada Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera Bungong Jeumpa Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Aceh.

Anda mungkin juga menyukai