Keperawatan Keluarga
Disusun oleh
1. Defndra Yudha Pramana (108116037)
2. Anjas Upi Rachmawati (108116056)
3. Desy Nur Annisa (108116059)
4. Icha Cahya Puspita (108116065)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makaah tentang Konseling
Keluarga sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-
ketentuan yang ada.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah.
2
3. Apa tujuan konseling keluarga ?
4. Apa saja proses dan tahapan konseling keluarga ?
5. Apa saja pendekatan koseling keluarga ?
6. Apa peran konselor dalam konseling keluarga ?
C. Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
permasalahan yang dialami seorang anggota keluarga akan efektif diatasi jika
melibatkan anggota keluarga yang lain. Pada mulanya konseling keluarga terutama
diarahkan untuk membantu anak agar dapat beradaptasi lebih baik untuk
mempelajari lingkungannya melalui perbaikan lingkungan keluarganya (Brammer
dan Shostrom,1982). Yang menjadi klien adalah orang yang memiliki masalah
pertumbuhan di dalam keluarga. Sedangkan masalah yang dihadapi adalah
menetapkan apa kebutuhan dia dan apa yang akan dikerjakan agar tetap survive di
dalam sistem keluarganya
Adapun inti dari pelaksanaan konseling keluarga sebagai salah satu layanan
profesional dari seorang konselor didasari oleh asumsi dasar sebagai berikut:
1. Terjadinya perasaan kecewa, tertekan atau sakitnya seorang anggota
keluarga bukan hanya disebabkan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh
interaksi yang tidak sehat dengan anggota keluarga yang lain.
2. Ketidak tahuan individu dalam keluarga tentang peranannya dalam
menjalani kehidupan keluarga.
3. Situasi hubungan suami-isteri dan antar keluarga lainya.
4. Penyesuaian diri yang kurang sempurna dalam sebuah keluarga sangat
mempengaruhi situasi psikologis dalam keluarga.
5. Konseling keluarga diharapkan mampu membantu keluarga mencapai
penyesuaian diri yang tinggi diantara seluruh anggota keluarga.
5
6. Interaksi kedua orang tua sangat mempengaruhi hubungan semua anggota
keluarga.
6
3. Terlatih dan terampil dalam melaksanakan konseling keluarga.
4. Mampu menampilkan ciri-ciri karakter dan kepribadian untuk menangani
interaksi yang kompleks pasangan yang sedang konflik dan mendapatkan
latihan untuk memiliki keterampilan khusus.
5. Memiliki pengetahuan yang logis tentang hakikat keluarga dan kehidupan
berkeluarga.
6. Memiliki jiwa yang terbuka dan fleksibel dalam melaksanakan konseling
keluarga.
7. Harus obyektif setiap saat dalam menelaah dan menganalisa masalah.
7
Berdasarkan kenyataan ada 5 jenis relasi hubungan dalam konseling keluarga
, yaitu:
1. Pengembangan Rapport
Pengembangan seyogyanya telah dimulai begitu klien memasuki ruang
konseling. Upaya ini ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor , yakni:
Kontak mata, Perilaku non-verbal (perilaku attending, bersahabat/akrab,
hangat, luwes keramahan, senyum, menerima, jujur/asli, penuh perhatian
dan terbuka). Bahasa lisan/verbal (sapaan sesuai dengan teknik-teknik
konseling), seperti ramah menyapa, senyum dan bahasa lisan yang halus.
Tujuannya adalah agar suasana konseling memberikan keberanian dan
kepercayaan diri klien untuk menyampaikan isi hati dan bahkan rahasia
batinnya kepada konselor.
Dalam menciptakan rapport, terdapat kesulitan tersendiri, baik itu
dialami oleh konselor maupun klien berikut beberapa kendalanya,
Kendala-kendala yang dialami konselor adalah, sebagai berikut:
a. Konselor kurang mampu menstabilkan emosinya, dilihat dari latar
belakangnya yang juga bermasalah.
b. Konselor yang terikat dengan sistem nilai.
c. Konselor kurang memahami atau menguasai teori dan teknik
konseling.
8
c. Klien berpengalaman konseling.
Menurut Brammer (1979:51) pada prinsipnya proses konseling itu terdiri atas
dua fase dasar yakni: Fase membina hubungan konseling, dan memperlancar
tindakan positif.
9
d. Genuine, yaitu konselor apa adanya dalam bersikap, jujur, sesuai dengan
dirinya sendiri.
e. Empati, yaitu konselor dapat merasakan apa yang dirasakan oleh klien.
Secara garis besar, tahapan konseling dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu;
10
E. Pendekatan Konseling Keluarga
11
3. Pendekatan Struktural
Minuchin (1974) beranggapan bahwa masalah keluarga sering
terjadi karena struktur kaluarga dan pola transaksi yang dibangunn tidak
tepat. Seringkali dalam membangun struktur dan transaksi ini batas-batas
antara subsistem dari sistem keluarga itu tidak jelas.
Mengubah struktur dalam keluarga berarti menyusun kembali
keutuhan dan menyembuhkan perpecahan antara dan seputar anggota
keluarga. Oleh karena itu, jika dijumpai keluarga itu dengan memperbaiki
transaksi dan pola hubungan yang baru yang lebih sesuai.
F. Peran Konselor
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Kasus: Berdasarkan pengkajian yang kami dapatkan di desa sukamulyo terdapat seorang remaja yang sedang mengalami masa-masa jatuh
cinta sebut saja Debby umur 17 tahun ,ibunya mengatakan bahwa anaknya yang bernama Debby remaja yang sedang di mabuk asmara,
seiring berjalannya waktu tanpa disadari oleh dirinya mengalami perubahan drastic sehingga ibunya merasa khawatir dengan perubahannya,
di rumah Debby dan ibunya sering bertengkar/ sering mengalami cekcok ,ke khawatiran terhadap purtinya sebagai orang tua karna putrinya
sering keluar malam,jarang pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarga, berpakaian yang tidak seperti biasanya,jarang berkomunikasi
dengan orang tuanya,Debby suka bersuara tinggi ketika di tanya oleh kedua orang tuanya, hal ini terjadi semenjak Debby berpacaran dengan
Praven , ibunya sudah bebrapa kali menegurnya sehingga stiap saat di pulang kerumah selalu saja pembicaraan itu di tandai dengan rasa
emosi dan nada tinggi,saat berkonsultasi dengan perawat ibunya terlihat cemas,terlihat sedikit ketakutan dengan berbicara lirih dan terbata
bata,terlihat hubungan yang kurang akrab antara debby dengan ibunya
1
Diagnosis Keperawatan NOC NIC
Data
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah konseling keluarga
sering 00069 Tidak Setelah dilakukan tindakan a. dukungan pengambilan
betengkar efektifnya keperawatan masalah tidak keputusan
berbicara koping efektifnya koping dapat teratasi 1.1 bantu pasien
dengan nada a. dukungan social mengidentifikasi
suara tinggi Indicator Ir er keuntungan dan
perubahan Bantuan 2 5 kerugian dai setiap
dalam pola yang di alternative pilihan
komunikasi tawarkan 1.2 fasilitasi
2
dapat pasien dan
membantu keluarga
sesuai 1.5 bantu pasien
keinginann menjelaskan
Dukungan 2 5 keputusan pada
emosi orang lain , sesuai
yang di dengan kebutuhan
sediakan
oleh orang b. peningkatan koping
lain 1.6 bantu pasien untuk
menyelesaikan
b. pembuatan keputusan masalah dengan
indikator ir Er konstruktif
Mengidentifikasi 2 5 1.7 berikan penilaian
informasi yang mengenai dampak
relefan dari situasi
Mengetahui 2 5 kehidupan pasien
konteks social terhadap peran dan
hubungan
3
dari sebuah 1.8 gunakan
situasi pendekatan yang
Mengidentifikasi 2 5 tenang dan
urutan yang di memberikan
butuhkan untuk jaminan
mendukung 1.9 dukungan
setiap alternative kesabaran dalam
Memilih di 2 5 mengembangkan
antara suatu hubungan
alternative-
alternatif(pilihan
)
00051 Gangguan
komunikasi
verbal
adanya 10023078 Gangguan Setelah dilakukan tindakan a. konseling
perubahan proses keperawatan masalah tidak 3.1 dukung ekspresi
sikap keluarga perasaan klien
4
tidak adanya gangguan proses keluarga dapat 3.2 bantu pasien
komunikasi teratasi untuk
antara a. fungsi keluarga mengidentifikasi
anggoata Indicator Ir Er masalah
keluarga Anggota 2 5 3.3 tetapkan tujuan
ketika keluarga bisa tujuan
berkomunikasi saling 3.4 gunakan teknik
dengan rasa mendukung refleksi dan
emosi Anggota 2 5 klarifikasi untuk
bersuara keras keluarga bisa memfasilitasi
5
keluarga anggota
dalam resolusi keluarga
konflik 3.6 bantu anggota
keluarga
b. koping keluarga memecahkan
Indicator Ir Er konflik
Menghadapi 2 5 3.7 hargai dan
masalah dukung
keluarga mekanisme
Mengungkapkan 2 5 koping adaptif
persaan secara 3.8 identifikasi sifat
terbuka di antara dukungan
anggota spiritual bagi
keluarga keluarga
Melibatkan 2 5 3.9 kurangi
anggota perbedaan
keluarga dalam harapan antara
pasien dan
anggota
6
pengambilan keluarga
keptusan laiinnya