Anda di halaman 1dari 22

Etika Profesional, hak

konseli dan tanggung


jawab konselor.
OLEH: TRI DEWANTARI, M.PD
Hakikat Etika

Sebuah kode etik menyediakan struktur atau


pedoman bagi anggota profesi
untuk mengikuti praktik professional dan juga
bagi publik untuk mengantisipasi interaksi
dengan profesi dan anggota.
Berbagai organisasi profesional (konseling,
pekerjaan sosial, psikiatri, psikologi, pernikahan
dan terapi keluarga, layanan manusia) telah
menetapkan kode etik yang memberikan
panduan luas bagi para praktisi kesehatan
mental.
Koocher dan KeithSpiegel (2008) mencatat sejumlah tema
serupa kode etik dari berbagai organisasi profesional, :
1. Mempromosikan kesejahteraan konsumen
2. Berlatih dalam lingkup kompetensi
3. Tidak membahayakan
4. Melindungi kerahasiaan dan privasi klien
5. Bertindak secara etis dan bertanggung jawab
6. Menghindari eksploitasi
7. Menjunjung tinggi integritas profesi

Keterbatasan Kode Etik 2.Pelaksanaan kode etik


(Beymer, 1971; Corey, merupakan hal yang sulit
Corey & Callanan, 2007; 3. Standar-standar yang
Talbutt, 1981): diuraikan dalam kode etik
ada kemungkinan saling
1.Beberapa masalah tidak
bertentangan.
diputuskan dengan kode etik
4. Beberapa isu legal dan etis kurun waktu mungkin
tidak tercakup dalam kode saja dianggap tidak
etik lagi etis di kemudian
hari. 6.Terkadang
5.Kode etik adalah
muncul konflik antara
dokumen sejarah.
peraturan etik dan
Sehingga praktik yang
peraturan legal.
diterima pada suatu
Keterbatasan Kode Etik (Beymer,
1971; Corey,
Corey & Callanan, 2007; Talbutt,
1981):
7.Kode etik tidak 10.Kode etik bukan membahas masalah lintas
dokumen proaktif budaya untuk membantu
8.Tidak semua konselor dalam kemungkinan situasi memutuskan
apa
dibahas dalam kode etik. yang harus dilakukan
9.Sering kali sulit
menampung keinginan dalam suatu situasi semua pihak, yang
terlibat baru.
dalam perbincangan etik
secara sistematis
Tiga Tujuan Kode Etik
1. Tujuan pertama adalah untuk mendidik para profesional tentang perilaku etis yang sehat.
2. Kedua, standar etika menyediakan mekanisme akuntabilitas profesional. Praktisi berkewajiban tidak
hanya untuk memantau perilaku mereka sendiri, tetapi juga untuk mendorong perilaku etis pada
rekan mereka.
3. Ketiga, kode etik berfungsi sebagai membantu mempercepat untuk meningkatkan praktik. Anda
dapat membayangkan kekacauan jika orang berlatih tanpa pedoman sehingga penyelesaian dilema
etik semata-mata berada di tangan masing-masing dokter.

Herlihy dan Corey (2006)

TUJUAN UTAMA KODE ETIK


1. Tujuan utama kode etik adalah untuk melindungi kesejahteraan
klien dengan memberikan apa yang menjadi kepentingan terbaik
mereka.
2. Kode etik juga dirancang untuk melindungi masyarakat dan
membimbing para profesional dalam pekerjaan mereka sehingga
mereka dapat memberikan layanan sebaik mungkin.

FUNGSI KODE ETIK


1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi.
Kode Etik dan Hukum
Masalah etika dalam profesi kesehatan mental diatur oleh undang-undang dan kode profesi.

Contoh kewajiban hukum untuk melaporkan dugaan pelecehan anak. Semua kode etik
menyatakan bahwa praktisi diwajibkan untuk bertindak sesuai dengan undang-undang dan
peraturan pemerintah. Maka penting bahwa praktisi dapat mengidentifikasi masalah hukum
ketika mereka muncul dalam pekerjaan mereka,
Contoh yang lain terkait konflik antara standar hukum dan etika melibatkan konseling anak dibawah
umur. Konselor dapat berkomitmen untuk mengikuti standar etika dalam menjaga kerahasiaan,
namun terkadang orang tua / wali hukum (pengacara,dsb) memiliki hak hukum untuk mengetahui dan
mengungkapkan informasi yang terdapat dalam proses konseling.
PelanggaranBentuk 1. Terhadap yang Sering

Konseli
Terjadi:

a. Menyebarkan/membuka rahasia konseli


kepada orang yang tidak terkait dengan kepentingan
konseli
b. Melakukan perbuatan asusila (pelecehan seksual,
penistaan agama, rasialis).
c. Melakukan tindak kekerasan (fisik dan psikologis)
terhadap konseli.
d. Kesalahan dalam melakukan pratik
profesional (prosedur, teknik, evaluasi, dan tindak
lanjut).
2. Terhadap Organisasi Profesi

a. Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah


ditetapkan oleh organisasi profesi.
b. Mencemarkan nama baik profesi (menggunakan
organisasi profesi untuk kepentingan pribadi dan atau
kelompok).
a.Mendapatkan pengaduan dan informasi dari konseli
dan atau masyarakat
b.Pengaduan disampaikan kepada dewan kode etik di
tingkat daerah
c. Apabila pelanggaran yang dilakukan masih relatif ringan maka
penyelesaiannya
dilakukan oleh dewan kode etik di tingkat daerah.
d. Pemanggilan konselor yang bersangkutan untuk verifikasi data yang
disampaikan oleh konseli dan atau masyarakat.
e. Apabila berdasarkan hasil verifikasi yang
Mekanisme dilakukan oleh dewan kode etik daerah
Penerapanterbukti kebenarannya maka diterapkansangsi sesuai dengan
masalahnya.
Sangsi
Perkembangan Kode Etik
Kode etik dapat mengalami revisi berkala. Hal ini dikarenakan terdapat Isu-isu lain yang muncul yang
dianggap perlu untuk dipertimbangkan dalam merevisi kode etik termasuk pengaruh teknologi pada
konseling.
Dasar Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling:
 Pancasila dan Undang  Peraturan Menteri
Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional
 Undang-Undang Nomor Republik Indonesia
Nomor 27 tahun 2008
20 Tahun 2003 tentang tentang Standar
Sistem Pendidikan Kualifikasi Akademik &
Nasional Kompetensi Konselor. 
 Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia
Republik Indonesia Nomor Nomor 74 Tahun 2008
19 Tahun 2005 tentang tentang Guru  Kode
Standar Nasional Pendidikan Etik ACA tahun 2005
(pasal 28 ayat 1, 2 dan 3  Prinsip Etik Psikolog dan Kode
Etik Profesi APA tahun 2002
tentang standar pendidik dan
tenaga kependidikan)
ISU-ISU ETIS DALAM KONSELING

Anda mungkin juga menyukai