Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PENELITIAN KRITIS/PSIKOTERAPI PENDEKATAN SUFISTIK

“ Kode Etik Psikoterapi Islam “

Disusun oleh kelompok 5 :

EGIA ULIL MERILIA


NABILA REZKY PALENZA
IRAWAN SAPUTRA

DOSEN PENGAMPU :

ROSHINTA EREZKA, S.Psi,I, M.Pd

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI ( IAIN )

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji & syukur atas rahmat & ridho Allah SWT, karena
tanpa Rahmat & Ridhonya, kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selsai
tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan kepada ibuk Roshinta Erezka, S.Psi,I, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Penelitian Kritis/Psikoterapi Pendekatan Sufistik yang membimbing
kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
rekan kelompok yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data data dalam
pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Kode Etik Psikoterapi
Islam

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah yang sempurna.

Kerinci, Februari 2023

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3

BAB I ................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
C. Tujuan .................................................................................................................. 5

BAB II ............................................................................................................................. 6

PEMBAHASAN .............................................................................................................. 6

A. Kode Etik Psikoterapis Islam ............................................................................ 6


B. Kode Etik Berkenaan Dengan Psikoterapis ..................................................... 7
C. Kode Etik Berkaitan Dengan Proses Psikoterapi Islam .................................. 8
D. Kode Etik Menjaga Ukhuwah Islamiyah ....................................................... 11
E. Kode Etik Didasarkan Atas Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar ............ 12

BAB III........................................................................................................................... 13

PENUTUP ...................................................................................................................... 13

A. KESIMPULAN ................................................................................................. 13
B. SARAN ............................................................................................................... 13
C. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perspektif bahasa kata psikoterapi berasal dari kata “psyche” dan
“therapy”. Psyche mempunyai arti antara lain Jiwa dan hati, dalam mitologi
Yunani, psyche adalah seorang gadis cantik yang bersayap seperti sayap kupu-kupu.
Jiwa digambarkan berupa gadis dan kupu-kupu simbol keabadian, Ruh, akal dan
diri. Menurut Freud, merupakan pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan psikologis,
terdiri dari bagian sadar (Conscious) dan bagian tidak sadar (Unconscious). Dalam
bahasa Arab psyche dapat dipadankan dengan “nafs” dengan bentuk jamaknya
“anfus” atau “nufus”. Ia memiliki beberapa arti, diantaranya : jiwa, ruh, darah,
jasad, orang, diri dan sendiri. Dari beberapa arti secara etimologis tersebut, dapat
difahami , bahwa psyche atau nafs adalah bagian dari diri manusia dari aspek yang
lebih bersifat rohaniah dan paling tidakk lebih banyak menyinggung sisi yang dalam
dari eksistensi manusia, ketimbang fisik atau jasmaniahnnya. Adapun kata
“therapy” (dalam bahasa Inggris) bermakna pengobatan dan penyembuhan,
sedangkan dalam bahasa Arab kata therapy sepadan dengan ‫ اإل عز ش فبء‬yang
berasal dari ‫ ش ف – عفب فء‬- ‫ فش ش‬,yang artinya menyembuhkan (Pujiastuti 2019).
Psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih
tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis.
Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu
dalam mengatasi gangguan emosional dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran,
dan emosinya seperti halnya proses reedukasi (pendidikan kembali), sehingga
individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah
psikisnya. Dalam memahami tentang tujuan psikoterapi harusnya menengok dari
beberapa teknik yang digunakan, karena penggunaan teknik-teknik psikologis
untuk penyembuhan gangguan atau penyakit mental. Dalam kaitannya dengan
tujuan psikoterapi dalam Islam dapat diartikan sebagai perbaikan pengalaman dan
penyesuaian atau bisa disebut membersihkan diri. Dengan demikian psikoterapi
dengan menggunakan pendekatan agama sebagai cara untuk mendiagnosa penyakit
yang berhubungan dengan gangguan rohani manusia (Cahyadi 2016).

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kode Etik Psikoterapi Islam ?
2. Bagaimana Kode Etik Berkenaan Dengan Psikoterapis ?
3. Bagaimana Kode Etik Berkaitan Dengan Proses Psikoterapi Islam ?
4. Bagaimana Kode Etik Menjaga Ukhuwah Islamiyah ?
5. Bagaimana Kode Etik Didasarkan Atas Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar ?

C. TUJUAN
1. Memahami Kode Etik Psikoterapi Islam.
2. Memahami Kode Etik Berkenaan Dengan Psikoterapis.
3. Memahami Kode Etik Berkaitan Dengan Proses Psikoterapi Islam.
4. Memahami Kode Etik Menjaga Ukhuwah Islamiyah.
5. Memahami Kode Etik Didasarkan Atas Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kode Etik Psikoterapi Islam
Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yaitu watak kesusilaan atau kebiasaan. Secara
umum etika berkaitan dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin
“MOS” dalam bentuk jamaknya ialah “Mores” yaitu kebiasaan atau cara hidup seseorang
dengan melakukan perbuatan yang baik dan menghindari beberapa hal tindakan yang
buruk. Pengertian antara etika dan moral cenderung sama, tapi berbeda dalam peristiwa
sehari-hari, sebab moralitas lebih cenderung pada penilaian perbuatan yang dilakukan, tapi
etika merupakan sebuah pengkajian dalam sistem nilai yang berlaku. Sedangkan etika
dalam bahasa Arab ialah akhlak, yaitu perilaku seseorang dengan budi pekerti.
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun
bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat maka masuk dalam kategori norma
hukum.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku dan berbudaya. Tujuan kode etik agar profesionalisme
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa atau nasabahnya. Adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Sehingga bisa melindungi hubungan antara klien dengan terapis seperti yang di ketahui
hubungan antara klien dan terapis adalah hal yang penting. Klien membocorkan banyak
informasi pribadinya pada terapis. Karena pada saat itu seorang terapis memiliki kekuasaan
yang besar pada klien, hal yang penting bahwa standar etika yang tinggi harus dipenuhi
dalam praktek psikoterapi (Pujiastuti 2019).
Psikoterapi dapat juga dikatakan perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologis
terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional, di mana seorang ahli
sengaja menciptakan hubungan profesional dengan klien/pasien dengan tujuan
menghilangkan, mengubah, atau menurunkan gejala-gejala yang ada; memperbaiki tingkah
laku yang rusak; serta meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang
positif.
Dengan demikian, terapi atau psikoterapi tidak bisa terlepaskan dari bimbingan
konseling, karena pada dasarnya manusia tidak bisa luput dari permasalahan, baik
permasalahan itu kecil dan sederhana di mana seseorang bisa mengatasinya dengan

6
kekuatan mental dan agama yang ia yakini, maupun masalah yang besar, sulit dan rumit, di
mana seseorang tidak bisa keluar dari tanpa bantuan, arahan, dan bimbingan orang lain,
dalam hal ini termasuk peranan konselor yang profesional (Lahmuddin 2012).
B. Kode Etik Berkenaan Dengan Psikoterapis
a. Memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang psikoterapi dan agama Islam
Sebelum terapi diberikan kepada klien yang mengalami permasalahan atau
gangguan kejiwaan, maka setiap konselor haruslah mengetahui penyebab munculnya
masalah atau gangguan tersebut, sehingga seorang psikoterapis harus memiliki
ketrampilan dalam bidang psikoterapi sehingga kegiatan terapi, penyembuhan atau obat
yang diberikan kepada konseli/klien dapat sesuai dengan permasalahan yang dirasakan
oleh klien (Lahmuddin 2012).

Seorang psikoterapis islam harus menyadari bahwa bantuannya di butuhkan


oleh penderita (klien). Karena ia harus mampu mengukur kemampuan dirinya untuk
tugas tersebut. Pengetahuan tersebut diperoleh dari studi tentang pengetahuan psikolog
secara umum dan psikoterapi secara khusus, serta pengetahuan agama islam dan
pengalamannya. Jika trapis tidak mampu mengatasi masalah kasus tertentu ia harus
mengalihkan klien kepada ahli tertentu. Misalnya penyakit psikosis, yang memerlukan
obat disamping psikoterapi yaitu psikiater (dokter jiwa).

Perlu di ketahui juga masalah atau penyakit mental yang melanda klien ada yang
berasal dari dalam diri seseorang; dan ada juga yang berasal dari luar diri manusia.
Untuk mengetahui sumber-sumber masalah bagi manusia perlu digali faktor-faktor
penyebabnya sehingga seseorang dapat menghindari masalah tersebut, demikian juga
halnya bagi konselor, dengan mengetahui penyebab masalah terjadi pada
seseorang/klien, maka konselor lebih mudah memberi terapi yang sesuai kepada klien
tersebut (Lahmuddin 2012).
b. Memiliki sifat ikhlas dan jujur
Psikoterapi islam itu sendiri memiliki tujuan salah satunya memberikan
pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmanniah dan rohaniah, spiritual dan
moralnya (Amiruddin 2016). Dan fungsi dari terapis dalam terapi islam adalah sebagai
pembimbing bagi klien untuk mencapai taraf nafs yang lebih tinggi. Terapis membantu
klien untuk mengenali dirinya, mengatasi problem atau gangguan yang dialami,
memberikan petunjuk, dan teknik-teknik yang dilakukan.

7
Dalam diri terapis haruslah ada sifat ikhlas dan sabar dalam menghadapi klien.
Ikhlas dalam memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan adalah amat
penting. Karena orang yang sedang mengalami masalah berat dalam psikisnya,
biasanya dikusai oleh kedaan emosi yang menegangkan, sehingga daya fikirnya kurang
berfungsi dengan baik. Seorang terapis islami bukan hanya dituntut memiliki
pendidikan dan pengetahuan tentang psikoterapi islam, tetapi juga dituntut untuk
memiliki hati yang ikhlas dan sabar, karena setiap klien memiliki permasalahan yang
berbeda dan cara mengungkapkannya pun pasti berbeda. Disinilah peran penting
terapis, ia memberikan pemahaman kepada klien secara ikhlas dan sesuai dengan ajaran
agama islam sendiri.
c. Memiliki sifat keteladanan (uswatun hasanah)
Seorang psikoterapi islami hendaknya dapat menjadi suri teladan yang baik
dalam hal beriman, ibadah, dan akhlak. Klien akan menerimanya, bila ia merasa senang
atas perlakuan dan pertolongan yang diberikan kepadanya.

C. Kode Etik Berkaitan Dengan Proses Psikoterapi Islam


a. Psikoterapis Islam menghargai harkat dan martabat klien sebagai manusia makhluk
ciptaan Allah yang paling sempurna.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang terindah dan paling
sempurna (kamal). Kamal atau kesempurnaan manusia terletak pada kesetabilan dan
keseimbangan nilai-nilainya. Manusia dengan segala kemampuan yang ada pada
dirinya dapat dianggap sempurna, ketika tidak hanya cenderung pada satu nilai dari
sekian banyak nilai yang ia miliki. Ia dapat dianggap sempurna ketika mampu
menyeimbangkan serangkaian potensi insaninya untuk menjadi insan kamil. Insan
kamil menurut Murtadha Muthahari adalah manusia yang seluruh nilai insaninya
berkembang secara seimbang dan stabil. Namun demikian, seringkali nilai-nilai insani
yang berkembang tidak selaras dengan nilai-nilai yang lain (Umami 2010).
Menurut pandangan agama Islam, manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan
dengan bentuk dan pencitraan yang paling indah serta sempurna. Ahmad Daudi
memperkuat hal ini dengan mengatakan bahwa kesempurnaan manusia bukan saja
karena manusia sebagai makhluk terindah di bumi yang sesuai dengan citra-Nya, tetapi
karena ia juga merupakan pencerminan dari Al-Asma’ul Husna yang dibekali dengan
berbagai potensi untuk menjalankan hidup dan kehidupannya

8
Kesempurnaan manusia selain karena berbagai potensi, juga karena dilengkapi
dengan potensi ruh. Pembahasan tentang ruh manusia disandarkan kepada firman Allah
dalam surat Al-Isra’ ayat 85 sebagai berikut:

Dan juga penghargaan atau perhatian itu perlu ditunjukan, misalnya ketika klien
berbicara, mengeluh, mengadukan penderitaan yang dialaminya, atau ketika
menggambarkan perlakuan yang diterimanya dari orang tua, teman atau guru, maka
psikoterapis hendaknya mendengarkan dan memperhatikan semuanya itu, lalu
menanggapinya dimana perlu dan jangan sampai memotong pembicaraannya (Sartini
2021).
b. Menjaga amanah (rahasia) klien.
Apapun pokok pembicaraan antara klien da psikoterapis, tidak boleh diceritakan
kepada orang lain ( orang tua, guru, kepala sekolah) dan sebagainya oleh psikoterapis.
Sedangkan klien boleh melakukannya jika ia menghendaki. Rahasia klien adalah hak
miliknya sendiri. Semua peristiwa, pembicaraan dan perbbuatan klien dalam ruang
terapi, harus dirahasiakan, boleh jadi klien merasa malu atau tidak suka keadaannya
diketahui oleh orang lain. Jika klien menyangka bahwa rahasianya dibocorkan kepada
orang lain, mungkin ia tidak mau melanjutkan perawatannya, walaupun dilanjutkan
juga, ia tidak mau terbuka lagi atau ia berdusta, maka hal tersebut akan mengganggu
proses terapinya
Seperti yang di sebutkan di dalam azas kerahasiaan yaitu sesuatu yang
dibicarakan antara klien dan konselor tidak boleh disampaikan ataupun tidak boleh
diketahui oleh orang lain. Dimana dalam kegiatan pelayanan bimbingan
konseling adanya pembicaraan mengenai hal-hal yang pribadi dari klien tersebut. Sebab
dengan merahasiakan hal tersebut, secara tidak langsung kita membangun kepercayaan
klien dan membuat ia nyaman untuk bercerita lebih dalam.

9
c. Menjaga niai ukhuwah Islamiyah.
Ukhwah Islamiyah adalah hubungan yang dijalanin oleh rasa cinta dan didasari
oleh akidah dalam bentuk persahabatan bagaikan satu bangunan yang kokoh. Ukhuwah
berarti persaudaraan, dari akar kata yang mulanya berarti memperhatikan. Ukhuwah
fillah atau persaudaraan sesama muslim adalah suatu model pergaulan antar manusia
yang prinsipnya telah digariskan dalam al-Quran dan al-Hadits (Anshori 2016).

(innamal-mu`minụna ikhwatun fa aṣliḥụ baina akhawaikum wattaqullāha la'allakum


tur-ḥamụn)

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat (Q.s al-hajurat:10)”.
Dengan dorongan agama akan tercapailah bermacam-macam kebaikan
sehingga terwujud persatuan yang kokoh kuat. Dari persatuan yang kokoh tersebut akan
timbullah kemampuan yang besar untuk mencapai kemenangan dalam setiap
perjuangan. Mereka yang memenuhi syarat-syarat perjuangan itulah orang-orang yang
sukses dan beruntung.
d. Pelaksanaan psikoterapi Islam harus sesuai dengan ketentuan Islam (syari‟at)
Perkembangan dan kemajuan zaman menimbulkan banyak menimbulkan
perubahan dalam berbagai segi kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi menimbulkan perubahan-perubahan di dalam berbagai aspek kehidupan
seperti aspek sosial, politik, ekonomi dan industri, bahkan dalam aspek kehidupan
religius.
Allah berfirman dalam Al-quar’an:

Artinya:
“Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian (QS. Al-Isrâ’: 82)” (Amiruddin 2016).

10
Sesungguhnya Al-Qur’an sangat berpengaruh dalam kejiwaan kaum muslimin.
Al-Qur’an merupakan obat atau penawar terhadap segala problema dan penyakit dalam
jiwa manusia. Sehingga Zahrani mengungkapkan bahwa Al-Qur’an sebagai pelajaran
bagi manusia yang memebentuk nilai-nilai kemanusiaan yang mulia. Al-Qur’an
membentuk kepribadian yang kokoh dan merupakan sebaik-baik terapi mental.
Psikoterapi islam harus sesuai dengan ketentuan islam (syari’at) karena
Psikoterapi Islam tidak semata-mata membebaskan orang-orang dari penyakit, tetapi
juga perbaikan kualitas kejiwaan seseorang.

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip tersebut, konseling Islam menyasar kepada


individu dan masyarakat dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Layanan
konseling yang diberikan dilakukan oleh dan untuk masyarakat sesuai dengan nilai-nilai
dan pandangan Islam mengenai hakikat manusia, terkait dengan ajaran Islam dan melalui
proses yang sesuai dengan ajaran Islam (Akhmadi 2016).

D. Kode Etik Menjaga Ukhuwah Islamiyah


Terdapat 10 kode etik untuk menjaga Ukhuwah Islamiah:
1. Setiap muslim memandang sesama muslim sebagai saudara seiman karenanya dia
mamperlakukan saudara seimannya dengan penuh kasih sayang, kejujuran, empati, dan
solidaritas bukan dengan rasa benci, antipati, dan cenderung melukainya.
2. Setiap muslim merasa wajib mengembangkan persaudaraan keimanan, kearah sikap
dan budaya saling membantu dan melindungi.
3. Setiap muslim mengutamakan kehidupan berjamaah dan dapat mendayagunakan
organisasi sebagai alat dakwah dan perjuangan. Dalam hal ini, organisasi hanyalah alat
bukan tujuan.
4. Setiap organisasi / lembaga islam memandang organisasi / lembaga islam lainnya
sebagai mitra penunjang, karenanya dikembangkan budaya kerjasama dan perlombaan
meraih kebaikan bukan budaya pertetntangan, permusuhan, dan persaingan tidak sehat.
5. Dalam kehidupan politik, seperti pada pemilihan untuk jabatan politis, setiap muslim
dan organisasi/lembaga islam mengedepankan kebersamaan dan kepentingan bersama
umat islam dan dan meletakkannya di atas kepentingan organisasi.
6. Sesama pemimpin dan tokoh umat islam wajib menghidupkan silaturahim tanpa
memandang perbedaan suku, etnik, organisasi, kelompok atau aliran politik.
7. Setiap pemimpin dan tokoh umat islam perlu menahan diri untuk tidak mempertajam
dan mempertentangkan masalah khilafiyah, keragaman ijtihadm dan perbedaan mazhab

11
di dalam forum khutbah, pengajian, dan sebagainya, apalagi mengklaim pendapat atau
kelompok tertentu paling benar dan menyalahkan kelompok lain.
8. Hubungan antara sesama organisasi islam haruslah dilandasi pandangan positif
(husnudzhon) dan selalu mengedepankan sikap saling menghargai peran dan kontribusi
masing-masing dalam pembangunan umat.
9. Setiap amal dan prestasi kaum muslimin harus dipandang sebagai bagian dari karya dan
prestasi umat islam secara keseluruhan, dalam arti organisasi islam yang lain wajib
menghormati, menjaga, dan melindunginya.
10. Setiap kaum muslimin harus memandang sesama muslim lain di berbagai negara dan
belahan dunia, sebagai bagian dari dirinya dan berkewajiban berkewajiban untuk
membangun solidaritas dan tolong menolong dalam berbagai bidang kehidupan.
E. Kode Etik Didasarkan Atas Prinsip Amar Makruf Nahi Mungkar
Arti amar ma‟ruf nahi munkar secara terminologi ialah megajak kepada perbuatan yang
baik dan mencegah kepada perbuatan yang munkar. Secara etimologi amar berarti adalah
perintah, ajakan, anjuran, himbauan bahkan juga berarti permohonan. ma‟ruf artinya baik,
layak, patut.
Dalam melaksanakan psikoterapi Islam, hendaknya selalu mengajak kebenaran,
menjauhkan yang mungkar dengan cara mendorong mereka untuk memilih langkah yang
terbaik, sesuai dengan ajaran Islam (Sartini 2021).

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Psikoterapi Islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit,
apakah mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melaui bimbingan Al-Quran dan
Sunnah Nabi Saw. Psikoterapi Islami mengupayakan agar seluruh individu sehat secara
mental dan membantu terciptanya ketenanngan dalam hidup. Berdasarkan dan ajaran
yang diridai dengan tujuan meraih ketenteraman hidup dan mencapai kebahagiaan
dunia akhirat.
Psikoterapi Islam mempercayai bahwa keimanan dan kedekatan terhadap Sang
Penyembuh akan menjadi kekuatan yang sangat berarti bagi kebaikan problem
kejiwaan seseorang. Mencegah berbagai problem kejiwaan dan menyempurnakan
kualitas manusia.

B. SARAN
Diharapkan bagi pembaca untuk menambah informasi dari sumber literasi lain.
Hal tersebut bertujuan agar informasi dan pengetahuan yang didapat semakin lengkap.
C. DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, Agus. 2016. “Pendekatan Konseling Islam Dalam Mengatasi Problema Psikologis
Masyarat.” Diklat Keagamaan 10 (4): 375–85.

Amiruddin. 2016. “Konsep Psikoterapi Dalam Perspektif Islam.” Library.Walisongo.Ac.Id 5


(1): 60–67. https://doi.org/http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/113.

Anshori, Cecep Sudirman. 2016. “Ukhuwah Islamiyah Sebagai Fondasi Terwujudnya


Organisasi Yang Mandiri Dan Profesional.” Jurnal Pendidikan Agama Islam 14 (1):
117–25. http://jurnal.upi.edu/file/08_Ukhuwah_Islamiyah_-_Sudirman.pdf.

Cahyadi, Ashadi. 2016. “Psikoterapi Dalam Pandangan Islam.” Jurnal Pemikiran Keislaman
Dan Tafsir Hadits 5 (2): 107–14.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29300/jpkth.v5i2.1137.

Lahmuddin. 2012. “Psikoterapi Dalam Perspektif Pengertian Dan Model Psikoterapi.” Miqot
36 (2): 388–408. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30821/miqot.v36i2.124.

Pujiastuti, Triyani. 2019. Psikoterapi Islam. Edited by Khayatun Nufus. CV. ELSI PRO. Vol.

13
1. http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/alijaz/article/view/5421.

Sartini, Nopa Three. 2021. “Dzikir Sebagai Psikoterapi Islam Dalam Mengatasi Kecemasan
Menurut Dadang Hawari.” IAIN Bengkulu. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BENGKULU. http://repository.iainbengkulu.ac.id/id/eprint/6581.

Umami, Ida. 2010. Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan. Edited by Suhendi.
BIMBINGAN DAN Konseling. STAIN Jurai Siwo Metro Lampung.

14

Anda mungkin juga menyukai