Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TAFSIR AYAT-AYAT KONSELING

“KEPRIBADIAN DAN STRATEGI KONSELOR MENURUT

AL-QUR’AN

(QS. ALI-IMRAN/ 3: 159 & QS. AN-NAHL/ 16: 125)”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Irwan Syahputra, S.Ag, MA

Kelompok VIII

Anjani Farras Arifany (0303193202)

Fahmi Ramadhan Purba (0303192110)

Rey Rizky Damanik (0303192079)

Sri Hartati Munthe (0303192070)

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kepribadian dan Strategi
Konselor Menurut Al-Qur’an (Qs. Ali-Imran/ 3: 159 & Qs. An-Nahl/ 16: 125) ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Irwan
Syahputra, S.Ag, MA pada Tafsir Ayat-ayat Konseling. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Kepribadian dan Strategi Konselor Menurut Al-Qur’an
(Qs. Ali-Imran/ 3: 159 & Qs. An-Nahl/ 16: 125) bagi para pembaca juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irwan Syahputra, S.Ag, MA, selaku
dosen Tafsir Ayat-ayat Konseling yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 01 Mei 2020

Penyusun Kelompok VIII

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A. Pengertian dan Ciri-ciri Kepribadian Konselor.........................................3
1. Pengertian Kepribadian Konselor..........................................................3
2. Ciri-ciri Kepribadian Konselor..............................................................3
B. Pengertian, Jenis-jenis dan Tujuan Strategi Bimbingan Konseling ..........5
1. Pengertian Strategi Bimbingan dan Konseling......................................5
2. Jenis-jenis Strategi Bimbingan dan Konseling......................................6
3. Tujuan Strategi Bimbingan dan Konseling............................................6
C. Kepribadian & Strategi Konselor Menurut Tafsir Al-Qur’an....................6
1. Qs. Ali-Imran/ 3: 159.............................................................................6
2. Qs. An-Nahl/ 16: 125.............................................................................9
BAB III PENUTUP.....................................................................................14
A. Kesimpulan dan Saran.............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam yang disebarkan oleh Nabi Muhammad saw. Diyakini mampu mengambil
alih dan menjamin terwujudnya hakikat kemanusiaan yang mampu memakai, menyikapi
hidup serta kehidupan secara hakiki baik jasmani maupun raohani. Sumber ajaran Islam yaitu
Al-Qur’an dan hadits, yang mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai
akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang
dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian
sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, mencintai
kebersihan mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan sikap-sikap positif lainnya.1
Proses pengembangan diri pada manusia tidak berlangsung secara instan. Ada banyak
proses yang harus dilalui seorang manusia untuk mencapai pengaktulaisasi dirinya. Salah satu
cara untuk membantu pengembangan pribadi manusia ialah dengan bimbingan dan konseling.
Seorang ahli yang melakukan proses bimbingan dan konseling disebut sebagai konselor.
Konselor merupakan tenaga profesional yang memiliki kode etik, sehingga tidak semua orang
bisa disebut sebagai konselor. Untuk menjadi konselor yang profesional, seorang konselor
harus menjadi konselor yang efektif. Konselor yang efektif adalah konselor yang memiliki
tiga hal pokok, yaitu pengetahuan akademik, kualitas pribadi dan keterampilan konseling.2
Konselor Islami harus melandaskan proses bimbingan dan konselingnya kepada Al-Qur’an
dan hadits. Konselor Islami sebagai pembimbing harus memiliki pandangan yang lurus dan
stabil serta berpegang teguh pada agama Allah (agama Islam). Konselor Islami diwajibkan
untuk memelihara agamanya, ihsannya dan imannya supaya keterampilannya sebagai
pembimbing mampu dikesinambungkan dengan kinerjanya sehari-hari dalam membimbing
dan mengentaskan permasalahan konseli (klien). Bila seorang konselor Islami tidak mampu
menyeimbangkan antara iman, ihsan dan agamanya di kehidupan sehari-hari maka ia juga
tidak mampu membina, membentuk dan mengerahkan konselinya (klien) ke arah yang lebih
baik dan efektif. Karena sejatinya manusia yang beragama akan kembali ke fitrahnya.

1
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 1.
2
Makmun Khairani, Psikologi Konseling, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), hlm. 127.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan ditelaah dan dikaji
adalah bagaimana kepribadian dan strategi konselor menurut Al-Qur’an (Qs. Ali-Imran/ 3:
159 & Qs. An-Nahl/ 16: 125)?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai pada panulisan ini adalah untuk mengetahui
kepribadian dan strategi konselor menurut Al-Qur’an telaah Qs. Ali-Imran/ 3: 159 & Qs. An-
Nahl/ 16: 125 melalui metode penafsiran yang bertujuan untuk membahas secara mendalam
terhadap isi suatu informasi tertulis dalam suatu teks. Sehingga didapatkan gambaran
kepribadian dan strategi konselor Islami yang hakiki.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI KEPRIBADIAN KONSELOR


1. Pengertian Kepribadian Konselor
Kepribadian konselor merupakan titik tumpu yang berfungsi sebagai penyeimbang antara
pengetahuan mengenai dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik. Ketika titik tumpu ini
kuat, pengetahuan dan keterampilan bekerja secara seimbang dengan kepribadian yang
berpengaruh pada perubahan perilaku positif dalam konseling.
Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang dalam kegiatan
utamanya scara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang intsruksional
dan bidang kurikuler, dan pembinaan siswa. Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang
administrative dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan hanya akan
menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik namun kurang
memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Oleh sebab itu,
adanya bimbingan dan konseling secara langsung antara seorang konselor dengan konseli
atau klien sangat dibutuhkan.
Pentingnya bimbingan dalam pendidikan, menuntut seorang konselor memiliki syrat-
syarat yang selayaknya ia miliki sebagai seorang pembimbing untuk kelancaranya dalam
melaksanakan Bimbingan Konseling.
2. Ciri-ciri Kepribadian Konselor
Carlekhuff menyebutkan sembilan sifat kepribadian dalam diri konselor yang dapat
menumbuhkan orang lain, yaitu:
1) Empati
Empati adalah kemampuan sesorang untuk merasakan secara tepat apa yang dirasakan dan
dialami oleh orang lain dan mengkomunikasikan persepsinya. Orang yang memiliki tingkat
empati tinggi akan menampakkan sifat bantuannya yang nyata dan berarti dalam
hubungannya dengan orang lain, sementara mereka yang rendah tingkat empatinya
menunjukkan sifat yang sevara nyata dan berarti merusak hubungan antarpribadi.
2) Respek
Respek menunjukkan secara tak langsung bahwa konselor menghargai martabat dan nilai
konseli sebagai manusia. Hal ini mengandung arti juga bahwa konselor menerima kenyataan;
setiap konseli mempunyai hak untuk memilih sendiri, memiliki kebebasan, kemauan dan
mampu membuat keputusannya sendiri.

3
3) Keaslian (Genuiness)
Keaslian merupakan kemampuan konselor manyatakan dirinya secara bebas dan
mendalam tanpa pura-pura, tidak bermain peran, dan tidak mempertahankan diri. Konselor
yang demikian selalu tampak keaslian pribadinya, sehingga tidak ada pertentangan antara apa
yang ia katakan dan apa yang ia lakukan. Tingkah lakunya sederhana, lugu dan wajar.
4) Kekonkretan (Concreteness)
Kekonkretan menyatakan ekspresi yang khusus mengenai parasaan dan pengalaman orang
lain. Seorang konselor yang memilki kekonkretan tinggi selalu memelihara hubungan yang
khusus dan selalu mencari jawaban mengenai apa, mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana
dari sesuatu yang ia hadapi. Gagasan pikiran dan pengalamannya diselidiki secara mendalam.
Konselor yang memilki kekonkretan selalu memelihara keserasian dalam hubungan dengan
orang lain dan mencegah konseli melarikan diri dari masalah yang dihadapinya.
5) Konfrontasi (Confrontasi)
Konfrontasi terjadi jika terdapat kesenjangan antara apa yang dikatakan konseli dengan
apa yang ia alami, atau antara yang ia katakan pada suatu saat dengan apa yang ia katakan
sebelum itu. Variabel ini tidak dikontrol sepenuhnya oleh konselor, tetapi hal ini dapat
dilaksanakan jika konselor merasakan cocok untuk dikonfrontasikan. Dalam situasi konseling
umpanya terdapat banyak macam kemungkinan untuk dikonfrontasi.
6) Membuka Diri
Membuka diri adalah penampilan perasaan, sikap, pendapat, dan pengalaman-pengalaman
pribadi konselor untuk kebaikan konseli. Konselor mengungkapkan diri sendiri dan
membagikan dirinya kepada konseli dengan mengungkapkan beberapa pengalaman yang
berarti yang bersangkutan dengan masalah konseli.
7) Kesanggupan (Potency)
Kesanggupan dinyatakan sebagai kharisma, sebagai suatu kekuatan yang dinamis dan
magnetis dari kualitas pribadi konselor. Konselor yang memiliki sifat potensi ini selalu
menampakkan kekuatannya dalam penampilan pribadinya. Ia dengan jelas tampak menguasai
dirinya dan ia mampu menyalurkan kompetensinyan dan rasa aman kepada konseli.
8) Kesiapan (Immediacy)
Kesiapan adalah sesuatu yang berhubungan dengan perasaan diantara konseli dengan
konselor pada waktu kini dan disini. Tingkat kesiapan yang tinggi terdapat pada diskusi dan
analisis yang terbuka mengenai hunungan antarpribadi yang terjadi antara konselor dengan
konseli dalam situasi konseling. Hal ini sangat penting karena variabel ini menyediakan
kesempatan untuk menggarap berbagai masalah kesukaran konseli dalam proses hubungabn,

4
sehingga konseli dapat mengambil manfaat atau keuntungan melalui pengalaman ini. Konseli
dapat belajar mengatur kembali hubungan antarpribadinya dan menemukan dirinya bahwa
situasi konseling memungkinkan ia mengadakan konfrontasi, menunjukkan dirinya sendiri,
dan mengekspresikan perasaannya, baik yang positif maupun negatif kepada orang lain
dengan cukup aman. Dalam hal ini konselor meraasa terbuka dan dapat mendorong konseli
untuk berani menghadapi dirinya dan menunjukkan dirinya secara bebas. Inilah yang
menyebabkan konselor cepat merasa puas.
9) Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Dalam penelitian telah terbukti bahwa aktualisasi diri memiliki korelasi yang tinggi
terhadap keberhasilan konseling. Aktualisasi diri dapat dipakai oleh konseli sebagai model
terutama bagi konseli yang meminta bantuan kepadanya. Aktualisasi diri secara tak langsung
menunjukkan bahwa orang dapat hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara langsaung
karena ia mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk mencapai tujuan hidupnya. Mereka dapat
mengungkapkan dirinya secara bebas dan terbuka. Mereka tidak mengadili orang lain.
Konselor yang mampu mengaktualisasikan dirinya memiliki kemampuan mengadakan
hubungan sosial yang hangat, intim, dan secara umum mereka sangat efektif dalam hidupnya.
B. PENGERTIAN, JENIS-JENIS & TUJUAN STRATEGI
BIMBINGAN KONSELING
1. Pengertian Strategi Bimbingan dan Konseling
Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang merupakan gabungan dari
kata stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, strategos berarti
merencanakan (to plan).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah strategi memiliki pengertian : ilmu dan seni
menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam
perang dan damai; ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dl perang,
dl kondisi yg menguntungkan; rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus; tempat yg baik menurut siasat perang.
Berdasarkan bebrapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu pola
yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan
dalam proses pencapaian tujuan. Strategi ini mencakup tujuan kegiatan, subjek kegiatan, isi
kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang pelaksanaan kegiatan. Adapun strategi yang
diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling disebut dengan istilah strategi layanan
bimbingan dan konseling, yang terdiri dari layanan konseling individu, konsultasi, konseling
kelompok, bimbingan kelompok, dan pengajaran remedial.

5
2. Jenis-jenis Strategi Bimbingan dan Konseling
Menurut Blocher dan Biggs dalam bukunya Counseling Psychology in Community
Settings3 strategi klinis secara umum untuk semua situasi termasuk dalam seting masyarakat
terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Strategi Pertama
Memberikan perbaikan dengan pengalaman baru, artinya klien atau peserta didik harus
dapat merubah kehidupan tanpa melihat asal-usul masalah mereka. Disebut juga strategi
direktif, proses bimbingan dan konseling berpusat pada konselor (Counselor centered).
2) Strategi Kedua
Dilakukan dengan cara pendekatan umpan balik langsung kepada klien sehingga dapat
membantu klien menyadari apa yang telah ia kerjakan atau yang belum dikerjakan, apa yang
telah dipikirkan dan apa yang belum dipikirkan, dan apa yang telah klien rasakan dan apa
yang belum klien rasakan dalam berbagai situasi. Biasa disebut dengan Strategi Non
directive, dalam proses bimbingan dan konseling, konselor banyak mengarahkan dan klien
lebih aktif menyelesaikan masalahnya atau berpusat pada klien (Clien centered).
3. Tujuan Strategi Bimbingan dan Konseling
Adapun tujuan dari pelaksanaan strategi layanan bimbingan dan konseling secara umum
adalah sebagai berikut:
1) Agar klien mampu untuk mencapai perkembangan diri sebagai manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Agar klien mampu mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis
terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri.
3) Agar klien mampu untuk membangun pola hubungan yang baik dengan teman dalam
peranannya sebagai pria atau wanita.
4) Agar klien mampu untuk memahami kemampuan, bakat, minat serta arah kecendrungan
karir dan apresiasi seni.
5) Agar klien mampu memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam
kehidupan sosial.4
C. KEPRIBADIAN & STRATEGI KONSELOR MENURUT TAFSIR AL-QUR’AN
(QS. ALI-IMRAN/ 3: 159 & AN-NAHL/ 16: 125)
1. Qs. Ali-Imran/ 3: 159

3
Juntika.A dan Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP, (Jakarta: Grasindo, 2005), hal. 120.
4
Ahmad Jundika Nurihsan, Op. Cit. hal. 2

6
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-nya. ”
 Tafsir Jalalayn
(Maka berkat) ma merupakan tambahan (rahmat dari Allah kamu menjadi lemah lembut)
hai Muhammad (kepada mereka) sehingga kamu hadapi pelanggaran mereka terhadap
perintahmu itu dengan sikap lunak (dan sekiranya kamu bersikap keras) artinya akhlakmu
jelek tidak terpuji (dan berhati kasar) hingga kamu mengambil tindakan keras terhadap
mereka (tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu, maka maafkanlah mereka)
atas kesalahan yang mereka perbuat (dan mintakanlah ampunan bagi mereka) atas kesalahan-
kesalahan itu hingga Kuampuni (serta berundinglah dengan mereka) artinya mintalah
pendapat atau buah pikiran mereka (mengenai urusan itu) yakni urusan peperangan dan lain-
lain demi mengambil hati mereka, dan agar umat meniru sunah dan jejak langkahmu, maka
Rasulullah saw. banyak bermusyawarah dengan mereka. (Kemudian apabila kamu telah
berketetapan hati) untuk melaksanakan apa yang kamu kehendaki setelah bermusyawarah itu
(maka bertawakallah kepada Allah) artinya percayalah kepada-Nya. (Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakal) kepada-Nya.
 Tafsir Quraish Shihab
Sebagai wujud kasih sayang Allah kepada kamu dan mereka, kamu bersikap lemah lembut
dan tidak berkata kasar karena kesalahan mereka. Dan seandainya kamu bersikap kasar dan
keras, mereka pasti akan bercerai berai meninggalkanmu. Oleh sebab itu, lupakanlah
kesalahan mereka. Mintakanlah ampunan untuk mereka. Dan ajaklah mereka bermusyawarah
untuk mengetahui pendapat mereka dalam berbagai persoalan yang tidak disebut dalam
wahyu. Apabila kamu telah bertekad untuk mengambil suatu langkah setelah terebih dahulu
5
https://tafsirq.com/3-ali-imran/ayat-159

7
melakukan musyawarah, laksanakanlah langkah itu dengan bertawakkal kepada Allah, karena
Allah benar-benar mencintai orang-orang yang menyerahkan urusan kepada-Nya (1). (1)
Musyawarah atau syûrâ adalah salah satu pokok ajaran yang sangat penting dalam Islam.
Dalam adagium Arab-Islam dikatakan, "Orang beristikharah tak akan gagal, orang
bermusyawarah tak akan menyesal." Sesuai dengan kebiasaan gayanya dalam menetapkan
hukum, al-Qur'an hanya menjelaskan prinsip-prinsip umum dan garis besarnya saja.
Selanjutnya, perinciannya diserahkan kepada manusia, sesuai tuntutan ruang dan waktu. Oleh
sebab itu, adakalanya sistem perwakilan dalam suatu pemerintahan, di mana semua anggota
pemerintahan bertanggung jawab kepada parlemen, cocok untuk negara-negara tertentu
seperti Inggris dan Perancis. Pengalaman sejarah membuat mereka terbiasa dengan model
pemerintahan seperti itu. Adakalanya pula sistem presidensial, dengan syûrâ yang relatif luas,
karena keinginan perkembangan cepat dan tidak mau terlalu terganggu oleh jatuh bangunnya
kabinet, lebih cocok untuk negar-negara tertentu seperti Amerika Serikat. Dan, adakalanya
pula syûrâ model pertengahan antara presidensial dan parlementer lebih cocok untuk negara
lain seperti Mesir. Dengan demikian, tiap negara dan kelompok bebas menentukan model
syûrâ yang mereka anggap sesuai dengan dimensi ruang dan waktu masing-masing. Yang
penting, prinsip syûrâ harus terwujud untuk menghindari dominasi dan kesewenang-
wenangan individu. Demikianlah, al-Qur'ân telah mencantumkan prinsip musyawarah sejak
14 abad yang lalu.
 Hubungan ayat tersebut dengan kepribadian dan strategi konselor
Kepribadian konselor muslim yang sesuai dengan isi kandungan QS Ali-imran ayat 159
yaitu sifat sabar. Ayat ini menunjukkan akhlak terpuji Rasulullah yaitu lemah lembut, tidak
bersikap keras dan tidak berhati kasar. Melalui ayat ini Islam menyerukan kaum muslim
untuk mengembangkan akhlak terpuji ini dihati mereka, karena akhlak yang baik merupakan
cerminan dari diri Rasulullah SAW. Tak terkecuali bagi konselor muslim. Seorang konselor
muslim harus memiliki akhlak terpuji karena ia merupakan contoh bagi klien yang
dibimbingnya. Ketika menghadapi klien, seorang konselor harus bersikap sabar, yaitu dengan
menunjukkan sisi lemah lembut dan tidak mudah terpancing emosi terhadap perkataan klien.
Strategi bimbingan konseling Islam. Metode atau strategi yang sesuai dengan QS. Ali-
Imran ayat 159, yaitu metode diskusi kelompok. Diskusi kelompok yaitu komunikasi yang
dilakukan dengan klien yang memiliki masalah yang sama. Metode ini sesuai dengan
penggalan ayat yang artinya “dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Diskusi kelompok dalam bimbingan konseling Islam dilakukan dengan bermusyawarah antar

8
klien yang memiliki permasalahan yang sama dan sama-sama ingin menemukan solusi bagi
masalah yang sedang dihadapi.
2. Qs. An-Nahl/ 16: 125

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
 Tafsir Jalalayn
(Serulah) manusia, hai Muhammad (kepada jalan Rabbmu) yakni agama-Nya (dengan
hikmah) dengan Alquran (dan pelajaran yang baik) pelajaran yang baik atau nasihat yang
lembut (dan bantahlah mereka dengan cara) bantahan (yang baik) seperti menyeru mereka
untuk menyembah Allah dengan menampilkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran-Nya
atau dengan hujah-hujah yang jelas. (Sesungguhnya Rabbmu Dialah Yang lebih mengetahui)
Maha Mengetahui (tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk) maka Dia membalas mereka; ayat ini
diturunkan sebelum diperintahkan untuk memerangi orang-orang kafir. Dan diturunkan
ketika Hamzah gugur dalam keadaan tercincang; ketika Nabi saw. melihat keadaan
jenazahnya, lalu beliau saw. bersumpah melalui sabdanya, "Sungguh aku bersumpah akan
membalas tujuh puluh orang dari mereka sebagai penggantimu."
 Tafsir Quraish Shihab
Wahai Nabi, ajaklah manusia meniti jalan kebenaran yang diperintahkan oleh Tuhanmu.
Pilihlah jalan dakwah terbaik yang sesuai dengan kondisi manusia. Ajaklah kaum
cendekiawan yang memiliki pengetahuan tinggi untuk berdialog dengan kata-kata bijak,
sesuai dengan tingkat kepandaian mereka. Terhadap kaum awam, ajaklah mereka dengan
memberikan nasihat dan perumpamaan yang sesuai dengan taraf mereka sehingga mereka
sampai kepada kebenaran melalui jalan terdekat yang paling cocok untuk mereka. Debatlah
Ahl al-Kitâb yang menganut agama-agama terdahulu dengan logika dan retorika yang halus,
melalui perdebatan yang baik, lepas dari kekerasan dan umpatan agar mereka puas dan
menerima dengan lapang dada. Itulah metode berdakwah yang benar kepada agama Allah
6
https://tafsirq.com/16-an-nahl/ayat-125

9
sesuai dengan kecenderungan setiap manusia. Tempuhlah cara itu dalam menghadapi mereka.
Sesudah itu serahkan urusan mereka pada Allah yang Maha Mengetahui siapa yang larut
dalam kesesatan dan menjauhkan diri dari jalan keselamatan, dan siapa yang sehat jiwanya
lalu mendapat petunjuk dan beriman dengan apa yang kamu bawa.
 Hubungan ayat tersebut dengan kepribadian dan strategi konselor
Kandungan surah An-Nahl ayat 125 secara eksplisit menjelaskan tentang perintah Allah
kepada Rasul dan hamba-Nya untuk menyerukan dakwah dalam hal ini berupa bimbingan
yang lemah lembut penuh kebijaksanaan, pengajaran yang baik, pendidikan dan argumen
yang disertai dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits dan arahan kepada pelaku dakwah untuk sabar,
bertawakkallah kepada Allah, tidak bersedih hati atau berputus asa dengan hidayah Allah.
Namun secara implisit, ayat-ayat tersebut diketahui bahwa pengaplikasian konsep yang
terkandung dalam surah An-Nahl ayat 125, mengarah pada indikator kepribadian seorang
pembimbing. Seorang pembimbing dalam hal ini konselor muslim harus memiliki ilmu
pengetahuan, kebijaksanaan, wawasan yang luas, kecerdasan dalam memilah dan memilih
pengentasan masalah serta seseorang tersebut harus berkepribadian yang taat dan benar-benar
mengembalikan segala sesuatunya pada petunjuk Al-Qur’an dan Hadits.
Strategi bimbingan konseling Islam. Metode atau strategi yang sesuai dengan QS. An-
Nahl ayat 125, yaitu strategi kedua. Strategi kedua dilakukan dengan cara pendekatan umpan
balik langsung kepada klien sehingga dapat membantu klien menyadari apa yang telah ia
kerjakan atau yang belum dikerjakan, apa yang telah dipikirkan dan apa yang belum
dipikirkan, dan apa yang telah klien rasakan dan apa yang belum klien rasakan dalam
berbagai situasi. Strategi ini sesuai dengan penggalan ayat yang artinya “Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Pada strategi kudua dalam proses bimbingan dan konseling, konselor
banyak mengarahkan dan klien lebih aktif menyelesaikan masalahnya atau berpusat pada
klien.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan:
Konsep kepribadian bimbingan konseling Islam yang sesuai dengan QS Ali-Imran ayat
159 adalah sebagai berikut:
1. Musyawarah, merupakan jalan untuk menemukan alternatif penyelesaian masalah. Hal ini
sesuai dengan fungsi kuratif atau korektif bimbingan konseling Islam, metode kelompok,
dan asas musyawarah dalam bimbingan konseling Islam.
2. Tawakkal, yaitu berserah diri kepada Allah. Memiliki kesamaan dengan tujuan dari
bimbingan konseling Islam dan juga kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang
konselor muslim. Lemah lembut dan pemaaf, yang merupakan akhlaq terpuji Rasulullah.
Hal ini sesuai dengan asas sosialitas manusia, asas pembinaan akhlaqul karimah, asas
kasih sayang dalam bimbingan konseling Islam.
Konsep strategi bimbingan konseling Islam yang sesuai dengan Qs. An-Nahl ayat 125
adalah sebagai berikut:
1. Jenis-jenis strategi bimbingan dan konseling terbagi menjadi dua yaitu counselor centered
dan client centered.
2. Tujuan strategi bimbingan dan konseling ialah agar siswa dapat mencapai perkembangan
diri sebagai manusia yang beriman dan bertakwa, mampu mempersiapkan diri, menerima
dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada
diri sendiri, gar klien mampu untuk membangun pola hubungan yang baik dengan teman
dalam peranannya sebagai pria atau wanita, agar klien mampu untuk memahami
kemampuan, bakat, minat serta arah kecendrungan karir dan apresiasi seni, agar klien
mampu memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan
sosial.
Saran:
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.


Sutirna. 2012. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Andi.
Ridwan. 2008. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Abuddin Nata, 2012. Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers.
Makmun Khairani, 2014. Psikologi Konseling, Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
https://tafsirq.com/3-ali-imran/ayat-159
https://tafsirq.com/16-an-nahl/ayat-125

12

Anda mungkin juga menyukai