Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HAKIKAT METODE DAKWAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Dakwah

Dosen Pengampu: Dr. H. Isep Zaenal Arifin

Disusun oleh :

Marno Sampurna 1184010107

Marwah Fadlilah 1184010108

Muhamad Rafi 1184010117

Muhammad Zulfa Al-Rosyid 1184010124

Nabila Nursilawati 1184010126

Naely Nurbayati 1184010128

Nova Nurulita 1184010137

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentu kami tidak akan sanggup menyelsaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah atas semua nikmat yang Allah
limpahkan sehingga makalah dengan berjudul “Hakikat Metode Dakwah” dapat
terselesaikan dengan baik.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca agar makalah ini dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang mendukung khususnya kepada Dosen Mata Kuliah Filsafat Dakwah yang
telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Bandung, 3 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Masalah..................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik.................................3
B. Pengertian Metode Dakwah................................................................................4
C. Bentuk Metode Dakwah.....................................................................................5
D. Metodologi Dakwah.........................................................................................14
E. Metode Ilmu Dakwah.......................................................................................15
F. Metodologi Ilmu Dakwah.................................................................................16
BAB III........................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................18
A. Kesimpulan.......................................................................................................18
B. Saran.................................................................................................................19
DAFTAR SUMBER....................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang selalu mendorong umatnya untuk selalu aktif
melakukan kegiatan dakwah, telah memberikan alternatif dan solusi bagi
pelaksananya. Hal ini tidak dapat di pungkiri bahwa sejalan dengan perkembangan
kehidupan umat manusia, akhirnya dakwah sering berhadapan dengan problematika
tersendiri, sehingga kurang mencapai tujuan akhir yakni sebuah perubahan.

Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali dijumpai kenyataannya bahwa tata cara
memberikan sesuatu lebih penting dari sesuatu yang diberikan. Ungkapan diatas
menyatakan bahwa metode lebih penting dari materi. Ungkapan tersebut sangat
relevan dengan kegiatan dakwah. Dakwah harus dikemas dengan cara dan metode
yang tepat. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan kontekstual.

Oleh karena itu, sangatlah penting untuk kita mengetahui hakikat metode dakwah
yang dilihat dari pengertian metode dakwah itu sendiri, pembagian atau bentuk-
bentuk metode dakwah, dan mengetahui perbedaan metode dan metodologi dakwah,
metode dan metodologi ilmu dakwah jika dilihat dari pengertian dan bentuk-
bentuknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik?
2. Apa pengertian metode dakwah ?
3. Apa saja bentuk-bentuk metode dakwah?
4. Apa itu metodologi dakwah?
5. Apa itu metode ilmu dakwah?
6. Apa itu metodologi ilmu dakwah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami apa itu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik

1
2. Untuk mengetahui pengertian metode dakwah.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk metode dakwah.
4. Untuk mengetahui metodologi dakwah.
5. Untuk mengetahui metode ilmu dakwah.
6. Untuk mengetahui metodologi dakwah.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-
istilah tersebut adalah pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke


dalam strategi pembelajaran. Strategi dalam kegiatan pembelajaran dapat diartikan
dalam pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Dalam pengertian sempit
bahwa istilah strategi itu sama dengan pengertian metode yaitu sama-sama
merupakan cara dalam rangka pencapaian tujuan. Dalam pengertian luas sebagaimana
dikemukakan Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera
masyarakat yang memerlukannya.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh


sejak titik awal sampai dengan sasaran.

3
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, sebab


secara umum menurut kamus Purwadarminta (1976), metode adalah cara yang telah
teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode berasal dari kata method (Inggris), artinya melalui, melewati, jalan atau cara
untuk memeroleh sesuatu. Berdasarkan pengertian tersebut di atas jelas bahwa
pengertian Metode pada prinsipnya sama yaitu merupakan suatu cara dalam rangka
pencapaian tujuan, dalam hal ini dapat menyangkut dalam kehidupan ekonomi, sosial,
politik, maupun keagamaan. Unsur–unsur metode dapat mencakup prosedur,
sistimatik, logis, terencana dan aktivitas untuk mencapai tujuan.

Sedangkan teknik dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan


metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.1

B. Pengertian Metode Dakwah


Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu meta (melalui) dan hodos
(jalan, cara). Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan,
dalam bahasa Arab disebut dengan thariqat dan manhaj yang mengandung arti tata
cara, sementara itu dalam Kamus Bahasa Indonesia metode artinya cara yang teratur
dan berfikir baik baik untuk maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang
bersistem untuk memudahkanpelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut
dengan metode adalah suatu cara yang sudah diatur dangan petimbangan yang
matang untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi metode dakwah adalah cara-cara tertentu
1
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195404021980112001-
IHAT_HATIMAH/Pengertian_Pendekatan,_strategi,_metode,_teknik,_taktik_dan.pdf

4
yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu
tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa
pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented
menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.2

Dalam sumber lain disebutkan bahwa pengertian metode dakwah adalah segala
cara yang harus ditempuh dalam mengakkan dakwah untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan, yaitu terciptanya kondisi kehidupan mad’u yang al-salaam, baik di
dunia maupun di akhirat, dengan menjalani syari’at Islam secara keseluruhan.3

Metode dakwah bersifat dinamis dan konstektual, sesuai dengan karakter objek
yang dihadapi. Dalam perspektif ini, taka da pemutlakan terhadap suatu metode atau
pendekatan dakwah. Kekuatan pilihan suatu metode sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor eksternal diluar metode itu sendiri, seperti materi yang hendak disajikan, dan
terlebih lagi, kepada siapa dakwah itu dilakukan (keberadaan mad’u)?4

C. Bentuk Metode Dakwah


Landasan umum bentuk metode dakwah adalah Al-Qur’an, terutama bentuk-
bentuk metode dakwah , sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl
(16):25. Didalamnya dijelaskan terdapat tiga metode dakwah yang disesuaikan
dengan kondisi objek dakwah, yaitu hikmah, maw’izhah al-Hasanah dan
mujaadalah.

1. Metode Hikmah

Kata hikmah acapkali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu


pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan

2
http://digilib.uinsby.ac.id/11089/5/Bab%202.pdf
3
Sukayat ,Tata,Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi ‘Asyarah,(Bandung:Simbiosa Rekatama
Media,2015),hal 30
4
Ismail, Ilyas dan Hotman Prio. 2011. Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan peradaban Islam.
Jakarta: Kencana Prenada Media Gruop h.199

5
apa yang didakwahkan atas kemauannya sendiri, tanpa ada paksaan, konflik,
maupun rasa tertekan.5

Menurut al-Qahtâny, hikmah dalam konteks metode dakwah tidak dibatasi hanya
dalam bentuk dakwah dengan ucapan yang lembut, targhib (nasihat motivasi),
kelembutan dan amnesti, seperti selama ini dipahami orang. Lebih dari itu,
hikmah sebagai metode dakwah juga meliputi seluruh pendekatan dakwah dengan
kedalaman rasio, pendidikan (ta'lim wa tarbiyyah), nasihat yang baik (mau'izat al-
hasa- nah), dialog yang baik pada tempatnya, juga dialog dengan para penentang
yang zalim pada tempatnya, hingga meliputi kecaman, ancaman, dan kekuatan
senjata pada tempatnya. Dari sini diperoleh pemahaman bahwa pendekatan
hikmah adalah induk dari semua metode dakwah yang intinya menekankan atas
ketepatan pendekatan terkait dengan kelompok mad'u yang dihadapi. Dalam pada
itu, ketepatan pilihan metode sesuai dengan klasifikasi mad'u yang dihadapi tidak
diragukan lagi sebagai kunci kesuksesan dakwah. Bagi al-Qahtany, ada tiga hal
yang menjadi tiang (arkdn dakwah dengan hikmah, yakni ilmu (al-'ilm),
kesantunan (al-hilm), dan kedewasaan berpikir (al-anat). Dakwah hikmah dengan
ilmu, berarti mengerti tentang seluk-beluk dan dasar-dasar keimanan di samping
perlu juga memahami ilmu- ilmu inovasi yang dapat memperdalam keimanan
mad'u. Adapun dakwah dengan kesantunan (bi al-hilm), adalah suatu bentuk
pendekatan dakwah yang mengambil jalan tengah antara dua titik ekstrem,
emosional dan kepandiran. Seorang vang berdakwah dengan hikmah, kata al-
Qahtány, mampu mengendalikan emosinya yang berlebihan di hadapan mad'u
sehingga ia tidak kehilangan kemampuannya untuk memikirkan atau menilai
sesuatu tanpa dasar rasional. Adapun rukun terakhir dalam dakwah hikmah,
dakwah dengan kedewasaan berpikir (bi al-anat), menghendaki pendekatan yang
matang dalam menyampaikan dakwah, tidak tergesa-gesa yang membuat dai
berbuat serampangan tanpa perhitungan. Seorang dai yang arif (hakim), lanjut al
Qahtany, harus memupuk karakter ini dalam jiwanya agar tidak sampai berbuat

5
Sukayat,Tata, op. cit. hlm 31

6
sesuatu yang bukan pada tempatnya, sehingga menghambat penyampaian
dakwahnya.6

Dari isi Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah, 2:269, dapat disimpulkan bahwa hikmah'
adalah "kemampuan ruhani yang diberikan Allah kepada manusia yang
dikehendaki-Nya". Orang yang diberi hikmah akan memperoleh banyak kebaikan
dan berbuat kebajikan untuk ke- pentingan dirinya maupun masyarakat. Allah
adalah pemilik dan pemberi hikmah bagi manusia, karena Allah mempunyai
nama/sifat al-Hakim. Istilah hakim mengingatkan orang kepada lembaga
pengadilan yang berfungsi sebagai pemberi keadilan. Allah sebagai Hakim
memang mempunyai sifat Maha-adil.7

2. Maw’izhah al-Hasanah

Maw'izhah al-Hasanah adalah memberikan nasihat yang baik kepada orang lain
dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa
yang baik, dapat diterima, berkenan di hati, lurus pikiran sehingga pihak yang
menjadi objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya sendiri dapat
mengikuti ajaran yang disampaikan. Dakwah bukanlah propaganda. Menurut Ali
Musthafa Ya'kub, dalam Sejarah dan Metode Dakuwah Nabi, dikatakan bahwa
Maw'izhah al-Hasanah adalah ucapan yang berisi nasihat yang baik dan
bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen-argumen yang
memuaskan sehingga pihak audiensi dapat membenarkan apa yang disampaikan
oleh subjek dakwah.8

Pendekatan dakwah melalui mau'izhah hasanah dilakukan dengan perintah dan


larangan disertai dengan unsur motivasi (targhib) dan ancaman (tarhib) yang
diutarakan lewat perkataan yang dapat melembutkan hati, menggugah jiwa, dan
mencairkan segala bentuk kebekuan hati, serta dapat menguatkan keimanan dan
petunjuk yang mencerahkan. Pendekatan dakwah ini secara praktikal terdiri dari
6
Ismail,Ilyas dan Hotman Prio, op. cit. hlm 202
7
Ismail,Nawari,Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya,Jakarta:PT Bulan Bintang, hlm 19
8
Sukayat,Tata, op. cit. hlm 31

7
dua bentuk, pengajaran (ta'lim) dan pembinaan (ta’dib). Dakwah mau'izhah
hasanah dalam bentuk ta'lim dilakukan dengan menjelaskan keyakinan tauhid
disertai pengamalan implikasinya dari hukum syariat yang lima, wajib, haram,
sunah, makruh dan mubah dengan penekanan tertentu sesuai dengan kondisi
mad'u dan memperingatkan mad'u dari bersikap gemampang (al-taháwun)
terhadap salah satunya. Contoh dari bentuk dakwah dengan pendekatan mau'izah
hasanah melalui ta'lim dalam al-Qur'an misalnya dapat di telaah lewat firman
Tuhan QS. al-Baqarah/2: 222-223. Adapun pendekatan dakwah maui'zhah
hasanah melalui pembinaan yaitu dilakukan dengan penanaman moral dan etika
(budi pekerti mulia) seperti kesabaran, keberanian, menepati janji, welas asih,
hingga kehormatan diri, serta menjelaskan efek dan manfaatnya dalam kehidupan
bermasyarakat, di samping menjauhkan mereka dari perangai-perangai tercela
yang dapat menghancurkan kehidupan seperti emosional, khianat, pengecut,
cengeng dan bakhil. Selanjutnya dai yang menghendaki mau'izah hasanah yang
tepat sasaran, kata al-Qahtâny, harus memerhatikan lima hal ini. Pertama,
memerhatikan dengan saksama jenis kemungkaran yang berkembang sesuai
dengan konteks waktu dan tempat. Kedua, mengukur skala prioritas kemungkaran
yang mesti lebih dahulu ditangani sesuai derajat kerusakannya di masyarakat.
Ketiga, memikirkan efek yang ditimbulkan lebih jauh oleh kemungkaran ini dari
segi psikis, sosial, kesehat- hingga finansial. Keempat, menghadirkan argumentasi
agama terkait dengan efek kemungkaran tersebut, bisa dari ayat al-Qur'an, hadis
Nabi, perkataan sahabat atau nasihat ulama. Kelima, jika mau, nasihat-nasihat ini
dapat didokumentasikan dalam bentuk tulisan bertema yang mengupas bahaya
suatu kemungkaran dalam hidup manusia serta memotivasi mereka untuk
bertobat. Adapun jika mau'izhah hasanah tersebut dimaksudkan untuk memotivasi
amal saleh, maka langkah-langkahnya berikut ini. Pertama, merenungkan secara
mendalam keistimewaan dan efek kebaikan amalan tersebut dalam kehidupan
sosial. Kedua, menghadirkan argumentasi yang berisi motivasi amal saleh
tersebut. Ketiga, jika mau dibuat dokumentasi bertema seperti di atas.9

9
Ismail,Ilyas dan Hotman Prio, op. cit. hlm 205

8
3. Mujaadalah

Mujaadalah adalah berdiskusi dengan cara yang baik dari cara-cara berdiskusi
yang sudah ada. Mujaadalah merupakan cara terakhir yang digunakan untuk
berdakwah dengan orang-orang yang memiliki daya intelektualitas dan cara
berpikir yang maju, seperti digunakan untuk berdakwah dengan ahli kitab. Oleh
karena itu, Al-Quran memberi perhatian khusus tentang berdakwah dengan ahli
kitab karena mereka memang telah dibekali pemahaman keagamaan dari utusan
terdahulu. Al-Quran melarang berdebat dengan mereka kecuali dengan jalan yang
baik.

"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani)
melainkan dengan cara yang baik. Kecuali dengan orang-orang yang zalim di
antara mereka" (QS. Al Ankabut [29]: 46).

Berbekal ayat tersebut, umat muslim dilarang berdebat dengan ahli kitab, kecuali
dengan cara yang baik, sopan santun, lemah lembut, dan menunjukkan ketinggian
budi umat Islam, kecuali jika mereka menampakkan keangkuhan dan kezaliman.10

Hikmah sebagai induk dari metode dakwah juga meliputi pendekatan dakwah
melalui debat yang terpuji (al-jidal bi al lati hiya ahsan). Pendekatan dakwah ini
dilakukan dengan dialog yang berbasis budi pekerti yang luhur, tutur kalam yang
lembut, serta mengarah kepada kebenaran dengan disertai argumentasi
demonstratif rasional dan tekstual sekaligus, dengan maksud menolak argumen
batil yang dipakai lawan dialog. Debat yang terpuji dalam dakwah tidak memiliki
tujuan pada dirinya sendiri. Ia lebih ditujukan sebagai wahana (wasilah) untuk
mencapai kebenaran dan petunjuk Allah SWT. Dakwah melalui pendekatan ini
sangat tepat diterapkan kepada kelompok mad'u yang masih dalam pencarian
kebenaran tetapi bukan termasuk kelompok awam (al-mutawasitin). Termasuk
dalam kelompok ini adalah orang-orang nonmuslim yang bersahabat. Mereka bisa

10
Sukayat,Tata, op. cit. hlm 32

9
didekati dengan dakwah metode ini. Dialog terpuji dengan mereka pertama kali
dimaksudkan bukan untuk mengajak mereka beriman dalam arti mengimani
kerasulan Nabi Muhammad, tetapi untuk berislam hidup damai berdampingan
dengan umat muslim dan bersama mewujudkan kehidupan yang manusiawi dan
beradab, seperti ajakan Nabi melalui suratnya kepada orang-orang nonmuslim
baik di Romawi,, Habsyah maupun Persia dan lainnya. Tujuan utama dialog ini
adalah mencari titik temu (common platform, arab: kalimat al-sawa) yang dapat
mempererat kebersamaan di tengah banyaknya perbedaan atau pertentangan.
Dialog mencari kesepakatan ini difokuskan pada hal-hal yang prinsipil, karena di
sana letaknya kesamaan dan bukan hal-hal yang parsial dan partikular tempatnya
pertentangan dan perseteruan. Jika dalam proses pencarian kesepakatan itu
mereka membuka hati dan menerima hidayah Islam itu sangat baik, tetapi jika
mereka sebatas sepakat saja tanpa beriman, mereka tidak boleh di paksa dengan
alasan apa pun, karena Allah Maha Mengetahui siapa yang menyimpang dari
jalan-Nya dan siapa orang mendapat petunjuk.

Kategori mad'u munafik yang diperlakukan sebagai muslim juga didekati melalui
metode dakwah dialog terpuji. Metode ini dimaksudkan untuk mempertegas
kebenaran yang masih mereka sangsikan, mengikis kepura-puraan beragama, dan
merobohkan segala bentuk formalisasi beragama. Metode ini juga dapat
mempertegas warna keimanan mereka apakah lebih dekat untuk beriman atau
akut dalam kekafiran yang membuat kaum muslim dapat jelas bersikap dan mem-
perlakukan mereka, apakah harus lunak atau keras (ghilzah). Dengan begitu,
diharapkan mereka tidak lagi menjadi beban bagi dakwah Islam atau tidak lagi
menjadi musuh dalam selimut. Dalam bentuk sikap moral gejala-gejala
kemunafikan yang bisa tumbuh dalam jiwa siapa saja dari kaum beriman juga
mesti dipangkas dengan dialog yang baik atau mau'izhah hasanah tergantung dari
tingkat pemahamannya.11

11
Ismail,Ilyas dan Hotman Prio, op. cit. hlm 207

10
Berbeda dengan dua metode sebelumnya, metode dakwah yang ketiga ini lebih
bersifat komunikatif. Artinya ada interaksi (feedback) aktif antara mad’u dengan
materi dakwah yang disampaikan da’i. Namun yang perlu digaris bawahi di sini
adalah bahwa diskusi atau perdebatan dakwah, jenis ini bukan dalam rangka
menekan, menghina, mengalahkan dan menjatuhkan lawan bicara, tetapi lebih
sebagai upaya memberi peringatan, pengertian guna menemukan kebenaran.
Pakar tafsir dalam memahami surat al-Nahl 125 mempunyai pendapat yang sama,
meskipun dalam redaksi yang berbeda, yaitu bantahan yang membawa kepada
petunjuk dan kebenaran. Artinya melakukan dakwah dengan debat terbuka,
sehingga bantahan atas tanggapan para audiens dapat diterimanya dengan senang
hati, tanpa menimbulkan kesan yang tidak baik bagi mereka kepada juru da’i. Jika
terdapat tanggapan balik, maka jawabannya harus dengan menggunakan
argumentasi yang logis dan jelas, sehingga antara kedua yang sedang
bermujadalah sampai pada suatu kebenaran tanpa menimbulkan kebencian dan
permusuhan.12

Pada garis besarnya, bentuk dakwah ada tiga, yaitu: Dakwah lisan (da’wah bi al-
lisan), Dakwah Tulis (da’wah bi al-qalam) dan Dakwah Tindakan (da’wah bi
al-bal). Berdasarkan ketiga bentuk dakwah tersebut maka metode dan teknik
dakwah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Metode Ceramah

Metode ceramah atau mubadlarah atau pidato ini telah dipakai oleh semua Rasul
Allah dalam menyampaikan ajaran Allah. Sampai sekarangpun masih merupakan
metode yang paling sering digunakan oleh para pendakwah sekalipun alat
komunikasi modern telah tersedia. Ibadah shalat Jumat juga tidak sah jika tidak
disertai ceramah agama yaitu Khotbah Jumat. Umumnya, ceramah diarahkan
kepada sebuah publik, lebih dari seorang. Oleh sebab itu, metode ini
disebut public speaking (berbicara didepan publik). Sifat komunikasinya lebih
banyak searah (monolog) dari pendakwah ke audiensi, sekalipun sering juga
12
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/FILDAK/metode%20dakwah%20menurut%20al%20quran.pdf

11
diselingi atau diakhiri dengan komunikasi dua arah (dialog) dalam bentuk tanya
jawab. Umumnya, pesan-pesan dakah yang disampaikan dengan ceramah bersifat
ringan, informatif, dan tidak mengandung perdebatan. 13

2. Metode Diskusi

Metode ini dimaksudkan untuk mendorong mitra dakwah berpikir dan


mengeluarkan pendapatnya serta ikut menyumbangkan dalam suatu masalah
agama yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban (Zakiah
Darajat, 1981: 179). Abdul Kadir Munsyi (1981: 4-6) mengartikan diskusi dengan
perbincangan suatu masalah di dalam sebuah pertemuan dengan jalan pertukaran
pendapat di antara beberapa orang.

Dari beberapa batasan diskusi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa diskusi
sebagai metode dakwah adalah bertukar pikiran tentang suatu masalah keagamaan
sebagai pesan dakwah antar beberapa orang dalam tempat tertentu. Dalam
diskusi, pasti ada dialog yang tidak hanya sekedar bertanya, tetapi juga
memberikan sanggahan atau usulan. Diskusi dapat dilakukan dengan komunikasi
tatap muka, ataupun komunikasi kelompok.

Dibandingkan dengan metode yang lainnya, metode diskusi memiliki kelebihan-


kelebihan antara lain:

1. Suasana dakwah akan lebih hidup, sebab semua peserta mencurahkan


perhatiannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.

2. Dapat Menghilangkan sifat-sifat individualistis dan diharapkan akan


menimbulkan sifat-sifat yang positif pada mitra dakwah seperti toleransi,
demokrasi, berpikir sistematis, dan logis.

3. Materi akan dapat dipahami secara mendalam (Sahudi Siradj, 1989: 42).14

3. Metode Konseling

13
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), hlm. 359
14
Ibid., hal. 367-368

12
Metode konseling merupakan wawancara secara individual dan tatap muka antara
konselor sebagai pendakwah dan klien sebagai mitra dakwah untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya. Seseorang yang merasa kurang percaya diri, merasa
kurang puas, kurang bermakna, merasa dikucilkan lingkungan, sedang ada konflik
dengan teman dekat dan masalah-masalah lainnya, ia bisa datang ke konselor.
Konselor sebagai pendakwah akan membantu mencari pemecahan masalahnya.15

4. Metode Karya Tulis

Metode ini termasuk dalam kategori dakwah bi al-qalam (dakwah dengan karya


karya tulis). Tanpa tulisan, peradaban dunia akan lenyap dan punah. Kita bisa
memahami Al-Qur’an, hadis, fikih para Imam Mazhab dari tulisan yang
dipublikasikan. Metode karya tulis merupakan buah dari keterampilan tangan
dalam menyampaikan pesan dakwah. Keterampilan tangan ini tidak hanya
melahirkan tulisan, tetapi juga gambar atau lukisan yang mengandung misi
dakwah.16

5. Metode Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu metode dalam dakwah bi al-hal (dakwah dengan aksi nyata) adalah


metode pemberdayaan masyarakat, yaitu dakwah dengan upaya untuk
membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya
dengan dilandasi proses kemandirian.17

6. Metode Kelembagaan

Metode lainnya dalam dakwah bi al-hal adalah metode kelembagaan yaitu


pembentukan dan pelestarian norma dalam wadah organisasi sebagai instrumen
dakwah. Untuk mengubah prilaku anggota melalui institusi umpamanya,
pendakwah harus melewati proses fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan

15
Ibid., hal. 372
16
Ibid., hal. 374
17
Ibid., hal. 378

13
(planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) dan
pengendalian (controlling).18

D. Metodologi Dakwah
Pengertian metodologi dakwah menurut ibu Cucu Nurjamilah, M. Ag pada mata
kuliah Ilmu dakwah ialah : Metodologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri
dari method (cara atau jalan) dan logos (teori atau pengertahuan sistematis), ia
semula dianggap bagian dari cabang logika, kemudian dewasa ini dikenal sebagai
bagian baru dalam bidang filsafat sistematis. Secara sederhana metodologi dapat
diartikan studi tentang metode pada umumnya, baik metode ilmiah maupun
bukan, metode yang dikaji dalam metodologi mengandung arti sesuatu tata cara,
tekhnik atau jalan yang telah dirancang atau dipakai dalam proses intelektual guna
memperoloh pengetahuan jenis apapun, baik pengetahuan akal sehat, humanistik
dan historis atau pengetahuan filsafati dan ilmiah.

Namun, menurut penulis metodologi dakwah adalah cara yang dilalui seorang
da’i dalam menyampaikan pesan dakwah keislamannya atau cara seorang da’i dalam
penerapan pendekatan dakwah, antara lain:

a. Istinbath yaitu proses penularan (istidlal) dalam memahami dan menjelaskan


hakikat dakwah dari al-qur’an dan al-hadis yang produknya berupa teori
utama ilmu dakwah.
b. Iqtibas yaitu proses penalaran (istidlal) dalam memahami dan menjelaskan
hakikat dakwah atau realitas dakwah atau donotasi dakwah dari islam actual,
empiris, historis atau islam yang secara empiris hidup dalam masyarakat.
c. Istiqra yaitu proses penalaran (istidlal) dalam memahami dan menjelaskan
hakikat dakwah melalui penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan mengacu
kepada teori utama dakwah (istinbath) dan teori turunan dari teori utama
(iqtibas).

18
Ibid., hal. 381

14
E. Metode Ilmu Dakwah
Metode ilmu dakwah adalah cara kerja atau langkah dalam ilmu dakwah untuk
mempelajari, merumuskan, dan mengembangkan teori – teori dakwah dan memahami
objek kajian ilmu dakwah.19

Ada beberapa metode Ilmu Dakwah :

1. Metode deduktif ,dalam arti bahwa setiap uraian dakwah dijabarkan dalam Al-
Quran yang juga merupakan sumber utama llmu Dakwah, kemudian
dijabarkan lagi ke dalam Al-Hadis sebagai sumber normatif kedua, kemudian
ilmu-ilmu lain sebagai sumber normatif lainnya.

2. Metode abstraksi merupakan ,perpaduan antara metode deduktif dan induktif


(logika induktif) atau pengamatan terhadap kenyataan-kenyataan yang
digunakan secara bersamaan. Pembahasan Ilmu Dakwah dapat dianalisis lebih
lanjut yang didukung oleh suatu pengamatan induktif. Logika induksi
digunakan dalam pembuktian. Hal ini disebabkan metode eksperimen yang
dipakai dalam ilmu eksakta tidak dapat digunakan dalam penelitian ilmu
sepenuhnya. Dengan demikian, realisasi perintah Allah Swt didukung dan
mempunyai jembatan kerangka ilmiah dalam penjabarannya.

3. Metode komparatif, artinya mengemukakan letak-letak persamaan dan


perbedaan satu sama lain dari berbagai segi yang berhubungan antara
beberapa ilmu yang berdekatan dengan llmu Dakwah, seperti Ilmu
Komunikasi, Ilmu Pendidikan, Ilmu Retorika, dan Ilmu Sosiologi.

4. Metode historis, yaitu uraian dakwah yang dijabarkan dengan


mempertimbangkan wawasan dakwah dan penelitiannya pada masa
permulaan sampai pada masa perkembangannya. Adapun beberapa fungsi
metode ini sebagai berikut

a. Sebagai proses untuk menemukan eksistensi Ilmu Dakwah sebagai ilmu


pengetahuan.
19
https://pengetahuankukeren.wordpress.com/2017/06/19/metode-ilmu-dakwah/

15
b. Sintesis antara berpikir rasio dalam berbagai langkah dan bertumpu pada
data-data empiris.

c. Salah satu syarat yang menjadi ciri khas bahwa Ilmu Dakwah sudah diakui
sebagai ilmu pengetahuan yang eksis.20

F. Metodologi Ilmu Dakwah


Obyek Material

Obyek material adalah materi yang dikaji

Obyek material ilmu dakwah adalah ajaran Islam

Sumbernya adalah:

• Al-Qur’an

• Al-Hadits

• Pendapat Ulama

  Dengan demikian, Ilmu dakwah adalah bagian dari studi Islam (Islamologi)

Obyek Formal

Obyek formal adalah sudut pandang yang digunakan di dalam mengkaji obyek
material

Obyek formal ilmu dakwah adalah cara penyampaian ajaran islam dari seseorang
kepada orang lain atau masyarakat agar islam mewujud menjadi jalan hidup bagi
manusia atau masyarakat sehingga dapat hidup bahagia dunia dan akhirat

Pendekatan

1. Pendekatan adalah ilmu atau teori yang digunakan dalam mengkaji sesuatu
2. Pendekatan ilmu dakwah adalah multidisiplin, yang meliputi

• Ilmu-ilmu keislaman   :

20
Sukayat,Tata, op. cit. hlm 16

16
            Ilmu Fiqh, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Akhlak, dan sebagainya

• Ilmu-ilmu sosial-humaniora

            Sosiologi, Antropologi, Psikologi, Ilmu Politik, dan sebagainya

Metode kajian

1. Kajian Teks: untuk mengkaji dakwah yang sebaiknya atau semestinya terjadi
menurut Al-Qur’an, Al-Hadits, maupun pendapat ulama
2. Kajian lapangan: untuk mengkaji dakwah yang telah terjadi, sejak masa Nabi
Muhammad hingga yang baru saja terjadi saat ini, sebagai bahan kajian dan
evaluasi.
3. Baik kajian teks maupun kajian lapangan mengikuti kaidah-kaidah
metodologi ilmu-ilmu lain, sehingga menghasilkan teori-teori untuk dijadikan
pelajaran untuk berdakwah pada masa yang akan datang

Hasil Kajian

1. Untuk pengembangan ilmu-ilmu keislaman


2. Untuk menjadi bahan belajar bagi para da’i
3. Untuk perbaikan dakwah masa mendatang21

21
https://hafidzdosen.wordpress.com/2013/12/12/metodologi-ilmu-dakwah/

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
sesuatu. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan
ke dalam strategi pembelajaran. Strategi dalam kegiatan pembelajaran dapat diartikan
dalam pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Dalam pengertian sempit
bahwa istilah strategi itu sama dengan pengertian metode yaitu sama-sama
merupakan cara dalam rangka pencapaian tujuan. Sedangkan , metode adalah cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan. Sedangkan teknik dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Sementara
taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual

Adapun metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang
da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan
kasih sayang.

Landasan umum bentuk metode dakwah adalah Al-Qur’an, terutama bentuk-


bentuk metode dakwah , sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl
(16):25. Didalamnya dijelaskan terdapat tiga metode dakwah yang disesuaikan
dengan kondisi objek dakwah, yaitu hikmah, maw’izhah al-Hasanah dan
mujaadalah. Jika diklasifikasikan bentuk-bentuk dakwah itu ada tiga, yakni dakwah
lisan, tulisan, dan tindakan. Dari pembagian dakwah itu, metode dakwah pun dapat
diklasifikasikan seperti, metode ceramah, diskusi, konseling, karya tulis,
pemberdayaan masyarakat, dan kelembagaan.

Perbedaan antara metode dan metodologi dakwah jika dilihat dari pengertian
metodologi, menurut penulis metodologi dakwah adalah cara yang dilalui seorang

18
da’i dalam menyampaikan pesan dakwah keislamannya atau cara seorang da’i dalam
penerapan pendekatan dakwah. Adapun bentuknya adalah metode istinbath, iqtibas,
dan istiqro’i.

Metode ilmu dakwah adalah cara kerja atau langkah dalam ilmu dakwah untuk
mempelajari, merumuskan, dan mengembangkan teori – teori dakwah dan memahami
objek kajian ilmu dakwah. Adapun beberapa metode ilmu dakwah antara lain, metode
deduktif, metode abstraksi, metode komparatif, metode historis.

Sedangkan dilihat dari metodologi ilmu dakwah mencakup objek material yakni
ajaran Islam,objek formal yang berarti sudut pandang yang digunakan di dalam
mengkaji obyek material, pendekatan, metode kajian, dan hasil kajian.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan sehingga tidak sesuai
dengan keinginan pembaca, untuk itu saran sangat kami harapkan agar penulis
makalah selanjutnya kekurangan-kekurangan makalah tersebut dapat penulis
perbaiki.

19
DAFTAR SUMBER

Buku :

Ismail, Ilyas dan Hotman Prio. 2011. Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama
dan peradaban Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ismail,Nawari,2004.Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya,Jakarta:PT
Bulan Bintang.

Moh. Ali Aziz.2012. Ilmu Dakwah.Jakarta: Prenada Media Group.

Sukayat,Tata.2015.Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi


‘Asyarah.Bandung:Simbiosa Rekatama Media.

Jurnal :
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/FILDAK/metode%20dakwah%20menurut%20al
%20quran.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/11089/5/Bab%202.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195404021980112
001-
IHAT_HATIMAH/Pengertian_Pendekatan,_strategi,_metode,_teknik,_taktik_dan.pd
f
Internet :
https://pengetahuankukeren.wordpress.com/2017/06/19/metode-ilmu-dakwah/

20

Anda mungkin juga menyukai