Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang sopan santun bisa dikatakan sebagai suatu tingkah laku
seseorang dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai dengan kodratnya, tempat,
waktu dan kondisi lingkungannya dimana seseorang itu berada, sehingga
membuat seseorang itu akan sukses dalam pergaulannya atau dalam hubungan
sosialnya dan akan sukses dalam kehidupan keseluruhannya.
Sopan santun yang benar ialah lebih menonjolkan pribadi yang baik dan
menghormati siapa saja. Semua orang sudah mengerti apa itu sopan santun,
karena sifat ini telah ditanamkan sejak kecil pada diri individu tersebut.
Keberhasilan sopan santun ditentukan oleh apapun dan hal apa saja.
Misalnya sopan santun yang buruk disebabkan oleh lingkungan yang tidak ada
tata tertibnya, individu yang tak pernah mengenal pentingnya kepribadian,
kurangnya pengenal sopan santun yang diajarkan oleh orang tua sejak dini
serta pembawaan diri individu itu sendiri. Kemudian sopan santun yang baik
dapat dipengaruhi oleh latar belakang individu itu sendiri. Pendidikan yang
cukup, pembawaan diri yang baik terhadap situasi apapun, tutur kata yang
dijaga, terkadang faktor gen juga dapat mempengaruhi individu tersebut.
Sopan santun sangat penting untuk diterapkan, terutama dalam
bermasyarakat, karena ini sangat erat kaitannya terhadap masyarakat. Sekali
saja ada pelanggaran terhadap norma kesopanan, pelanggar akan mendapat
sanksi dari masyarakat sekitar.
Dalam makalah ini insyaallah akan dibahas mengenai yang berkaitan
dengan adab sopan santun yang lebih memfokuskan pada adab memanggil
orang lain, adab pemanggilan terhadap bawahan dan atasan serta adab
menghargai setiap perilaku positif yang dijelaskan dalam hadis.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi pokok permasalahan makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari sopan santun?

1
2. Jelaskan hadis tentang adab memanggil orang lain ?
3. Jelaskan hadis tentang panggilan terhadap bawahan dan atasan?
4. Jelaskan hadis tentang menghargai setiap perilaku positif?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari sopan santun
2. Untuk mengetahui dan memahami hadis yang berkaitan dengan adab
memanggil orang lain
3. Untuk mengetahui dan memahami hadis yang berkaitan dengan panggilan
terhadap bawahan dan atasan
4. Untuk mengetahui dan memahami hadis yang berkaitan dengan menghargai
setiap perilaku positif

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sopan Santun
Secara etimologis sopan santun berasal dari dua kata, yaitu kata sopan dan
santun. Keduanya telah digabung menjadi sebuah kata majemuk. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, sopan santun dapat diartikan sebagai berikut:
sopan artinya hormat dengan tak lazim (akan, kepada) tertib menurut adab
yang baik, atau bisa dikatakan sebagai cerminan kognitif (pengetahuan).
Sedangkan santun artinya halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya)
sopan, sabar dan tenang, atau bisa dikatakan cerminan psikomotorik
(penerapan pengetahuan sopan ke dalam suatu tindakan).
Sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan
sekelompok manusia di dalam masyarakat dan dianggap sebagai tuntunan
pergaulan sehari-hari masyarakat itu1.
Sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi
sehari-hari setiap orang, karena dengan menunjukkan sikap sopan santunlah,
seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan dengan keberadaannya sebagai
makhluk sosial dimana pun tempat ia berada. Dalam kehidupan bersosialisasi
antar sesama manusia sudah tentu memiliki norma-norma dalam melakukan
hubungan dengan orang lain, dalam hal ini sopan santun dapat memberikan
banyak manfaat atau pengaruh yang baik terhadap diri sendiri maupun orang
lain2
Bentuk Sikap Sopan santun merupakan salah satu bentuk dari akhlak al-
karimah3. Definisi akhlak sendiri adalah hal-hal yang berkaitan dengan sikap,
perilaku dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, sasarannya,
makhluk-makhluk lain, dan dengan Tuhan. Dalam menanamkan perilaku sopan
santun dalam berperilaku dapat dimulai dengan meningkatkan dan

1
Lilliek Suryani, “Upaya Meningkatkan Sopan Santun Berbicara dengan Teman Sebaya
melalui Bimbingan Kelompok”, Jurnal Mitra Pendidikan,Vol. 1 No. 1 (Maret, 2017), hlm 115.
2
Ibid.
3
Nasruddin, Akhlak, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2015) hlm :289.

3
melaksanakan tindakan-tindakan yang mempunyai etika baik seperti: shalat,
mengaji, bertutur kata baik.4
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sopan
santun adalah tingkah laku atau akhlak al-karimah yang dimiliki oleh individu
yang diperlihatkan kepada orang lain yang didapatkan dari hasil pergaulan
individu baik di dalam keluarga, masyarakat atau tempat yang lain.
B. Penjelasan Hadis
1. Adab memanggil orang lain
a. Hadis LM No. 1390

.‫صلَّى اللُّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم اَ ْح َس َن النَّا ِس ُخ ْل ًقا‬ ٍ َ‫ث أَن‬ ِ


َ ُّ ‫ َكا َن النَّيِب‬: ‫ال‬
َ َ‫ ق‬.‫س‬ ُ ْ‫َحدي‬
ٍ‫(( يَاأَبَاعُمرْي‬:‫اخاء قَا َل‬ ِ ٍ ِ
َ َ َ ‫ فَطْي ٌم َو َكا َن إِ َذ‬, ‫ال لَهُ أَبُ ْوعُ َمرْي‬ ُ ‫َخ يُ َق‬
ٌ ‫ َو َكا َن ل يْ أ‬,

‫ب بِِه‬
ُ ‫ َما َف َع َل النُّغَْي ُر ؟)) نُغٌَر َكا َن َي ْل َع‬.
b. Terjemahan Hadis
Anas R.A berkata : Adalah nabi saw sebaik baik manusia budi pekerti,
aku mempunyai adik yang baru disapih bernama Abu Umair. Dan Nabi
saw biasa jika datang kerumah lalu bertanya pada adikku : Ya Abu
Umair, bagaimana keadaan burung nughair, karena ia biasa main dengan
burung itu.(Bukhari, Muslim)5
c. Pelajaran dalam Hadis
Pelajaran yang dapat diambil dari hadist di atas adalah apabila kita ingin
memanggil orang lain panggillah dengan nama yang disukainya, dan
jangan memanggil seorang dengan panggilan ia benci dan jangan
mengolok-olokkan orang lain karena dengan mengolok-olokkan orang
yang kita panggil maka ia akan marah dan merasa sedih dengan apa yang
kita ucapkan dan sesungguhnya Allah SWT memerintah kita untuk

4
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994) hlm. 1
5
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Lu’Lu’ Wal Marjan 2 Himpunan Hadist Shahih
Disepakati oleh Bukhari dan Muslim, ter. Salim Bahreisy, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2006), hlm.
827.

4
melakukan perbuatan yang terpuji bukan dengan melakukan perbuatan
yang menyakiti orang lain. Dan apabila kita berbicara tapi menyakiti
orang lain sebaiknya kita diam saja.
d. Hadis LM No. 1400

‫ط ِم َن الَْي ُه ْو ِد َعلَى َر ُس ْو ِل‬ ِ ُ ‫ح ِدي‬


ٌ ‫ َد َخ َل َر ْه‬: ‫ت‬ ْ َ‫ قَال‬,‫ث َعائ َشةَ َر ِضيَ اللُّه َعْن َها‬ ْ َ
‫ َعلَْي ُك ُم‬:‫ت‬ ُ ‫ َف ُق ْل‬,‫ َف َفهَ ْمُت َها‬.‫ك‬ َّ : ‫صلَّى اللُّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َف َقالُْوا‬
َ ‫الس ُام َعلَْي‬ ِ
َ ‫اللَّه‬
‫اعا ئِ َشةُ! فَِإ‬ ِ
َ َ‫ ي‬، ً‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم (( َم ْهال‬ َ ِ‫ال َر ُس ْو ُل اللَّه‬َ ‫ َف َق‬.ُ‫الس ُام َواللَّ ْعنَة‬
َّ
‫ يَ َار ُس ْو َل اللَّ ِه ! أَ َومَلْ تَ ْس َم ْع َما‬: ‫ت‬ ِِ ِّ ُّ‫َّن اللَّه حُيِ ب‬
ُ ُ‫ َف ُقل‬, )) ‫الر فْ َق ىِف اْ لأَ ْم ِر ُكلّه‬
ِ ِ
))‫ َو َعلَْي ُك ْم‬:‫ت‬ ُ ‫(( َف َق ْد ُق ْل‬: ‫صلَّى اللُّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ال َر ُس ْو ُل اللَّه‬ َ َ‫قَالُْوا ؟ ق‬
e. Terjemahan Hadis:
Aisyah r.a berkata : Serombongan orang Yahudi datang kepada Nabi saw
dan berkata : Assammu alaika, maka aku mengerti langsung aku jawab :
Alaikum asaamu walla’natu. Rasulullah saw bersabda : Tenang hai
‘Aisyah, sesungguhnya Allah suka tenang lunak dalam semua hal. Lalu
aku tanya : Ya Rasulullah, apakah engkau tidak mendengarkan apa yang
mereka katakan ? jawab Nabi saw : aku telah menjawab wa alaikum. Dan
itu telah kembali pada mereka. (Bukhari, Muslim)6
f. Pelajaran dalam hadis
Dari Hadist di atas dapat diambil pelajaran bagaimana adab kita
terhadap seorang non-muslim yang mengucapkan salam terlebih dahulu
kepada kita. Dan dari hadist tersebut dapat dilihat bahwa saat orang
Yahudi mengucapkan “Assammu alaika” yang artinya kematian atas
kalian dengan tidak sopan dan Aisyah menjawab dengan “ wa alaikum
al-samu wa al- la’nat” dengan tergesa-gesa dan Nabi Muhammad SAW
menjawab salam orang non muslim dengan mengucapkan “ Wa
alaikum”. Mengenai hadis ini menggambarkan tentang kelembutan

6
Ibid., 832-833.

5
Nabi bahkan saat menghadapi musuhnya yang secara terang-terangan
menghinanya dengan mengucapkan perkataanyang kasar padanya.
Salam mengandung do’a keselamatan dari segala perkara yang
membahayakan atau merugikan baik dimasa yang akan datang. Do’a
yang terkandung dalam ucapan ini jangkauannya cukup luas
dibandingkan dengan ucapan selamat pagi atau selamat siang dengan
demikian ucapan selamat ini pada akhirnya tidak biasa di setarakan
dengan ucapan-ucapan selamat lainnya.
Dalam kamus Al-Munawwir ada kata" (‫الم عليكم‬LLL‫ ) الس‬semoga
keselamatan bagimu”.7 Ada yang mengartikan kata salam adalah damai,
pernyataan hormat. Salam berarti selamat atau sejahtera. Dalam istilah,
salam adalah penghormatan (tahiyyat) berupa doa as-salam 'alaikum
atau lengkapnya as-salam 'alaikum wa rahmat Allah wa barakatuh
(Semoga keselamatan dan kesejahteraan selalu menyertaimu, begitu pun
rahmat Allah dan berkah-Nya), yang disampaikan seseorang kepada
orang lain. Jadi dapat disimpulkan apabila ada seorang non-muslim
mengucapkan salam maka kita menjawab dengan wa alaikum yang
artinya semoga atas mu juga.
g. Kaitannya dengan Konseling Hadis No 1390 & 1400
Dari hadis di atas dapat dikaitkan dengan konseling yaitu apabila
kita melakukan konseling dengan klien harusnya kita berbicara dengan
kata-kata yang baik dan yang ia sukai agar klien tersebut merasa
nyaman dan lebih terbuka saat melakukan proses konseling dan jangan
sampai menyakiti hati mereka. Dan saat proses konseling apabila klien
berkata kasar dan yang tidak kita sukai hendaknya kita membalasnya
dengan lemah lembut dan baik dan jangan membalas dengan
keburukan.

2. Panggilan terhadap Bawahan dan Atasan


7
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia,
(Surabaya:Pustaka Progresif,1997) hlm. 655

6
a. Hadis LM No. 1451

َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أَنَّهُ ق‬ ِ ِ


:‫ال‬ َ ِ‫ َع ِن النَّبِ ّي‬,ُ‫ث أَ بِ ْي ُهَريَْر ةَ َرض َى اللُّه َعْنه‬ ُ ْ‫َحدي‬
,‫ َولَْي ُقلْ َسيِّ ِد ْي‬.‫ك‬ َ َّ‫ َو ِضّ ْئ َربَّكَ ا ْس ِق َرب‬,‫ك‬ َ َّ‫َح ُد ُك ْم أَطْعِ ْم َرب‬
َ ‫((الََي ُقلْ أ‬
))‫ي َو َفتَاتِ ْي َوغُالَِم ْي‬ ِ
َ ‫ َوأَْي ُق ْل َفتَا‬. ْ ‫ أُّمَىِت‬,‫ َوالََي ُق ْل أَ َح ُد ُك ْم َعْبد ْي‬.‫ي‬ َ َ‫َم ْوال‬
b. Terjemahan Hadis
Abu hurairah r.a berkata : Nabi saw bersabda: Jangan ada orang yang
berkata : berilah makan kepada robbaka, beri minum kepada robbaka.
Tetapi harus menyebut maula dan sayyidi (majikanku) juga jangan
memanggil hamba dengan kata abdi amati, hendaknya memanggil
fataaya, fataati dan ghulami. (Bukhari, Muslim). Sebab kalimat robbi
menyamai tuhanku dan kata Abdi menyamai hambaku, maka Rasulullah
saw menggunakan kata majikan dan pelayan,buruh8
c. Penjelasan dalam Hadis
Dalam hadits ini dijelaskan, Nabi SAW melarang kepada umat
manusia untuk tidak menyebut majikannya dengan Rabbak yang berarti
Tuhanku, karena Rabbak disini hanya ditujukan kepada Allah SWT yang
Maha pencipta dari segala-galanya. Hanya Allah lah yang lebih pantas
disanjung-sanjung dan dipuji-puji dengan Rabbak, dan beliau lah raja
dari segala raja. Tetapi hendaklah mereka memanggil majikannya dengan
kata “tuanku,tuanku”. Karena itulah kata yang pantas, dan cocok untuk
sesama manusia, karena semua makhluk ciptaan Allah SWT yang belum
sempurna, hanya Allah SWT lah yang maha sempurna.
Begitu juga seorang tuan kepada pelayannya, janganlah mengatakan
kepada mereka “hambaku, hambaku”, tetapi hendaklah ia berkata
“pemudaku, pemudiku, dan pelayanku”, karena kata “hambaku” itu
adalah hanya ditujukan Allah kepada umatnya yang taat beribadah, hanya
Allahlah yang berhak memanggil hambaku karena Dialah yang
menciptakan apa yang ada dilangit dan dibumi.

8
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, op.cit. hlm 865.

7
Jadi, menurut penulis kita dilarang memanggil sesuatu itu menyamai
Allah SWT. Jika panggilan itu untuk Allah SWT maka hanya kepada
Allah SWT lah panggilan itu diucapakan, jangan sampai disamakan
untuk panggil kepada manusia. Serta jangan pula panggilan yang dibuat
oleh Allah SWT untuk manusiaditiru oleh manusia lain karena hanya
Allah SWT lah yang berhak memanggilnya. Maka panggilah, panggilan
kepada manusia lain sesuai yang diajarkan Nabi SAW.
d. Kaitannya dengan Konseling Hadis No. 1451
Dalam kaitannya dengan hadist ini kita bisa analisis dengan
konseling bahwa seorang konselor harus arif dan bijaksana dalam
memberikan contoh panggilan yang tepat yang telah diajarkan oleh Nabi
SAW, kepada klien serta menempatkan sesuatu pada tempatnya.
3. Menghargai setiap Perilaku Positif
a. Hadis LM. 1672

‫صلَّى‬ ِ ِ ِ ِ ِ ُ ‫ح ِدي‬
َ ‫ اسْتَأْذَ َن َر ُخ ٌل َعلَى َر ُس ْول اللَّه‬:‫ َقلَت‬,‫ث َعائ َشةَ َرض َي اللُّه َعْن َها‬ ْ َ
‫ أَ ِوابْ ُن الْ َع ِشْيَر ِة)) َفلَ َّما‬,‫س أَ ُخوالْ َع ِشْيَر ِة‬َ ْ
‫ئ‬ِ‫ ب‬,ُ‫(( ائْ َذنُوا لَه‬:‫ال‬
ْ َ ‫ق‬َ ‫ف‬
َ ‫م‬
َ
َّ‫اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسل‬
ِ ‫ يا رسو َل اللَّ ِه ! ُق ْل‬:‫ ُق ْلت‬.‫ أَالَ َن لَه الْ َكالَم‬,‫دخل‬
ُ‫ت لَه‬ َ ‫ـت الَّذ ْي ُق ْل‬
َ ‫ مُثَّ أَلَْن‬,‫ت‬ َ ُْ َ َ ُ َ ُ َََ
)‫س‬ ُ ‫س (أ َْو َو َد َعهُ النَّا‬ ُ ‫َّاس َم ْن َتَر َكهُ النَّا‬ ِ ‫َي َعائِ َشةُ إِ َّن َشَّرالن‬
ْ ‫ (( أ‬:‫م !قَ َال‬+َ َ‫الْ َكال‬
))‫اتِّ َقاءَفُ ْح ِش ِه‬
b. Terjemahan Hadis
Aisyah r.a berkata: Seorang datang minta izin masuk ke rumah Nabi saw.
Maka Nabi saw bersabda : Izinkan pada sejahat orang dalam suku famili,
kemudian ketika orang itu didalam, nabi saw lunak padanya dalam
bertutur kata. Kemudian sesudah orang itu keluar aku tanya : Orang itu
engkau katakan jahat tetapi engkau lunak dalam berbicara padanya?.
Jawab Nabi saw : Hai aisyah sejahat-jahat manusia adalah yang ditakuti

8
orang kejahatannya (yang dibiarkan orang karena kejahatannya)
(Bukhari, Muslim)9
c. Penjelasan dalam Hadis
Dalam hadis ini dijelaskan bahwa rasul mengajarkan kita untuk
bersifat objektif menilai sesuatu. Bahwa seseorang yang jahat sekalipun
kita tidak boleh membencinya tetapi bencilah terhadap kejahatannya.
Karena ketika kita benci terhadap orangnya maka pasti kita tidak akan
mau mendekatinya, bergaul dengannya serta memberikan nasehat
kepadanya. Kita harus berprasangka baik kepadanya.
Maka penulis mengatakan kita itu harus memiliki sikap positif
kepada orang lain, karena belum tentu orang itu jahat kepada kita. Serta
apabila kita memiliki sifat positif kepada orang lain maka, sekalipun
orang itu benar benar jahat, dengan sikap kita lembut dan positif yang
kita perlihat kepada mereka maka kita seakan akan bisa menggambil
hatinya karena sikap kita. Sesungguhya yang kita benci itu kejahatannya
bukan orangnya.
d. Kaitannya dengan Konseling Hadis No. 1672
Dalam kaitannya dengan konseling maka seorang konselor harus
memberikan pemahaman kepada klien bahwa janganlah kita
berprasangka buruk kepada orang lain. Serta sebagai seorang koselor kita
itu harus memiliki sifat lemah lembut walau pun kita telah tau
bagaimana klien ini .

9
Ibid., 1018.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sopan santun adalah tingkah laku atau akhlak al-karimah yang dimiliki
oleh individu yang diperlihatkan kepada orang lain yang didapatkan dari hasil
pergaulan individu baik di dalam keluarga, masyarakat atau tempat yang lain.
Adab memanggil orang lain salah satu bentuk dari contoh sopan santun dalam
hadis dijelaskan apabila kita ingin memanggil orang lain panggillah dengan
nama yang disukainya, dan jangan memanggil seorang dengan panggilan
yang iya benci. Serta apa bila ada seseorang berkata kasar dan yang tidak kita
sukai hendaknya kita membalasnya dengan lemah lembut dan baik dan
jangan membalas dengan keburukan.
Dalam hadis juga dijelaska kita dilarang memanggil sesuatu itu menyamai
Allah SWT. Jika panggilan itu untuk Allah SWT maka hanya kepada Allah
SWT lah panggilan itu diucapakan, jangan sampai disamakan untuk panggil
kepada manusia. Bentuk sopan santun yang dijelaskan lainya yaitu kita harus
memiliki sikap positif kepada orang lain, karena belum tentu orang itu jahat
kepada kita. Serta apabila kita memiliki sifat positif kepada orang lain maka,
sekalipun orang itu benar benar jahat, dengan sikap kita lembut dan positif
yang kita perlihat kepada mereka maka kita seakan akan bisa menggambil
hatinya karena sikap kita.
B. Saran
Dalam makalah ini kami memberikan saran yang mungkin dapat
bermanfaat yaitu sebaiknya kita bisa mengaplikasikan bentuk bentuk sopan
santun yang dijelaskan dalam hadis Nabi Muhammad SAW karena itu
merupakan bentuk tingkah laku yang harus dlaksanakan oleh individu dan
apabila tingkah laku itu dimiliki oleh individu maka dia akan mudah diterima
dimasyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Al-Munawwir Kamus Arab-


Indonesia. Surabaya:Pustaka Progresif.
Asmaran. 1994. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Bagi, Muhammad Fu’ad Abdul. 2006. Al-Lu’Lu’ Wal Marjan 2 Himpunan Hadist
Shahih Disepakati oleh Bukhari dan Muslim. ter. Salim Bahreisy.
Surabaya: PT Bina Ilmu.
Nasruddin. 2015. Akhlak. Jakarta: PT.Raja Grafindo.
Suryani, Lilliek. 2017. “Upaya Meningkatkan Sopan Santun Berbicara dengan
Teman Sebaya melalui Bimbingan Kelompok”. Jurnal Mitra Pendidikan.
Vol. 1 No. 1. hlm 115.

11

Anda mungkin juga menyukai