Anda di halaman 1dari 11

KOMUNIKASI NONVERBAL DAN BAHASA SEBAGAI

EKSPESI KEBUDAYAAN

Dosen Pengampu :
Drs. Syaiful Bahri,M.Pd
Evi Rahmiyati, S.Pd., M.Ed

Di susun oleh kelompok 3:


Ceudah Shaumy 2006104030079
Cut Ihda Radhinni 2006104030091
Rachmi Karamika 2006104030083
Reihan Febriana 2006104030078
Sita Octavia 2006104030032
Ummu Hanik Thasa 2006104030031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Nonverbal...............................................................................5
2.2 . komunikasi nonverbal dengan ekspresi kebudayan.................................6
2.3 Ekspresi Kebudayaan dalam konseling.......................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................10

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan cerminan nilai sebuah budaya. Melalui komunikasi,


kita dapat mengetahui apa yang diutamakan dan dianggap penting oleh sebuah
budaya. Kepercayaan, nilai, perilaku masyarakat di dalamnya direfleksikan dalam
komunikasi. Budaya membentuk pola dan gaya komunikasi.
Setiap budaya memiliki bentuk komunikasi yang berbeda-beda. Budaya Amerika
sebagai contoh, memiliki bentuk komunikasi yang bersifat langsung, tidak menyukai
basa- basi, memiliki banyak informasi dalam pesan verbal, dan jarang yang
tertanam dalam konteks. Sementara itu, budaya Jepang memiliki bentuk komunikasi
yang bersifat tidak langsung, informasi yang diberikan seringkali tidak melalui kata-
kata, banyak memberikan makna implisit, dan mampu mengartikan perasaan tanpa
harus menyatakan secara verbal.Kedua contoh budaya tersebut dikategorikan Edward
T Hall (1976) sebagai budaya konteks tinggi (high context culture) dan budaya
konteks rendah (low context culture). Dalam budaya konteks tinggi, gaya
komunikasi dipengaruhi oleh
kedekatan hubungan, hierarki sosial, dan norma perilaku yang kuat (Kim dkk, 1998).
Budaya konteks tinggi memiliki ciri khas yaitu banyak menggunakan komunikasi
nonverbal untuk menyatakan makna implisit. Sebaliknya, dalam budaya konteks
rendah, makna secara eksplisit dinyatakan melalui komunikasi verbal. Budaya
konteks rendah ditandai oleh komunikasi langsung dan linier oleh penggunaan kata-
kata yang konstan dan terkadang tidak pernah berakhir. Komunikasi bersifat
langsung, tepat, dramatis, terbuka, dan didasarkan pada perasaan atau niat sejati
(Gudykunst & Ting Tommey, 1988).

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud komunikasi nonverbal?
2. Bagaimana yang dimaksud komunikasi nonverbal dengan ekspresi kebudayan ?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan ekspresi kebudayaan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari Komunikasi nonverbal
2. Untuk mengetahui maksud dari komunikasi nonverbal dengan kebudayaan
3. Untuk mengetahui maksud dari ekspresi kebudayaan.

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Nonverbal

Komunikasi verbal dalam praktek berkomunikasi di kehidupan kita sehari-


hari. Arti penting komunikasi verbal begitu terasa dalam kehidupan kita hingga
seringkali kita tidak menyadarinya. Meski demikian, bukan hanya komunikasi secara
verbal saja yang berperan penting dalam interaksi sosial kita. Terbukti, porsi
komunikasi verbal dalam keseluruhan proses komunikasi manusia bahkan tidak
mencapai presentase 40%. Selain komunikasi verbal, ada bentuk komunikasi lain yang
lebih mendominasi hingga mencapai porsi sekitar 65% yaitu komunikasi nonverbal.
Komunikasi nonverbal merupakan cara manusia dalam berkomunikasi tanpa
menggunakan aspek bahasa. Untuk berkomunikasi secara nonverbal, seseorang dapat
menggunakan dua saluran, yakni saluran yang kelihat dan saluran parabahasa.
Saluran yang kelihatan adalah saluran komunikasi yang dapat dilihat secara langsung
oleh mata kita. Saluran yang kelihatan mencakup perilaku ekspresif seperti ekspresi
wajah, isyarat, gestur, dan penampilan. Sedangkan saluran parabahasa merupakan
saluran yang berkaitan dengan aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami oleh
seseorang. Saluran parabahasa atau yang disebut juga dengan vocalica meliputi nada,
keras lembutnya suara, mutu suara, kecepatan bicara, intonasi, dan bentuk ucapan.
Tak dapat dipungkiri, sebagian besar waktu hidup manusia banyak dihabiskan untuk
berkomunikasi satu sama lain. Kita telah mengurai kompleksitas praktek
berkomunikasi manusia dan konteks yang menaungi ketika proses komunikasi
tersebut berlangsung. Mau tidak mau, komunikasi yang dilakukan tidak hanya
semata berupa komunikasi verbal. Manusia tidak dapat menghindar dari bentuk
komunikasi nonverbal yang secara sederhana kita kenal dalam bahasa isyarat berupa
raut muka, gestur, dan lain sebagainya. Komunikasi nonverbal sendiri bisa
ditemukan dalam seluruh proses komunikasi lintas budaya di berbagai belahan bumi.
Meski demikian, terdapat perbedaan pola komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh
masyarakat yang menganut budaya komunikasi konteks tinggi dan rendah.
Masyarakat yang menganut budaya komunikasi konteks tinggi merupakan
masyarakat yang menganut budaya kolektif sehingga selain proses komunikasinya
5
berbelit-belit, mereka juga cenderung

6
sering menggunakan tanda, simbol, dan kode ketika berkomunikasi. Berbeda dengan
masyarakat yang menganut budaya komunikasi konteks tinggi, masyarakat yang
menganut budaya komunikasi konteks rendah merupakan masyarakat yang lebih
bersifat individualis. Proses komunikasinya cenderung lebih lugas dan tidak berbelit-
belit agar maksud yang ingin disampaikannya lebih mudah dimengerti oleh
komunikan. Oleh karena itu, mereka cenderung lebih jarang menggunakan saluran-
saluran komunikasi nonverbal ketika berkomunikasi.

2.2 komunikasi nonverbal dengan ekspresi kebudayan

Komunikasi nonverbal berhubungan erat dengan interpretasi budaya. Setiap


budaya memiliki komunikasi nonverbal yang unik dan interpretasi yang berbeda-
beda. Adler (1991) menyatakan bahwa tenaga kerja yang heterogen secara budaya
dalam bisnis internasional, ditemukan lebih kompleks dalam menangani interaksi
karyawan yang terlibat dalam kegiatan bisnis. Penafsiran yang beragam dalam
pertukaran ide, informasi, negosiasi, keputusan, menjadi faktor yang membuat
pertimbangan perbedaan ketika mengirim atau menerima pesan nonverbal. Situasi di
mana pesan yang yang memiliki makna tertentu dalam satu masyarakat dapat
memiliki makna yang sama sekali berbeda dalam masyarakat lain. Perbedaan budaya
dalam komunikasi nonvebal dapat menghasilkan interpretasi yang beragam (Adetunji
& Sze, 2012).
Menurut Chen (Adhiputra, 2013) di dalam komunikasi terdapat empat pendekatan
yang harus di pahami yaitu
1) Kekuatan pribadi,
2) Keterampilan-keterampilan komunikasi,
3) Penyesuaian psikologis dan
4) Kesadaran budaya. Pemahaman terhadap ekspresi budaya komunikasi verbal menjadi
hal yang mutlak harus dimiliki oleh konselor untuk dapat menggunakan kata-kata dan bahasa
dalam proses konseling sehingga konseling dapat berjalan secara optimal.

7
Komunikasi Non-verbal sebagai Ekspresi Budaya
Muatan yang pengaruhnya begitu besar dalam proses konseling selain komunikasi
verbal adalah komunikasi non-verbal. Komunikasi non- verbal merupakan komunikasi yang
di dalamnya banyak di ekspresikan dalam bentuk gerak tubuh contohnya 1) Apabila tidak
percaya dengan sesuatu individu akan menggerakan alis ke atas, 2) Mengerakan tubuh
kekanan atau kekiri ketika sudah merasa kebosanan atau ketidak nyamanan 3) Memegang
dahi kalau lupa. Hal tersebut tanpa disadari banyak di pengaruhi oleh muatan budaya
didalamnya.
Menurut Adhiputra (2013) pesan non- verbal dalam suatu budaya akan
diperlihatkan saling berhubungan dengan faktor budaya antara lain: 1) Perilaku non-verbal
sebagai isyarat, 2) Komunikasi non-verbal sebagai komunikasi intensional, 3) Mengetahui
budaya melalui pesan non-verbal, 4) Misinterpretasi non-verbal sebagai rintangan, 5) Kode-
kode non-verbal, 6) Perspektif budaya interkultural, 7) Mengenal budaya melalui bahasa.

2.3 Ekspresi Kebudayaan dalam konseling

Konseling merupakan proses membantu seorang individu (konseli) yang memiliki


masalah dan menemukan solusi dari masalahnya tersebut. Konseling menurut Walgito
(2005) adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah
kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan
individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Prayitno dan Amti
(2007) menjelaskan bahwa konseling sebagai proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien. Oleh sebab itu konseling adalah proses
membantu yang melibatkan komunikasi. Dalam komunikasi melekat ekspresi budaya
di dalamnya baik secara verbal maupun non-verbal.

8
Komunikasi Verbal sebagai Ekspresi Budaya Muhammad (2009) menjelaskan bahwa
komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-
kata, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam ekspresi budaya komunikasi verbal
banyak di implementasikan dalam kata-kata atau lisan. Konselor dalam proses
konseling harus memahami bahasa yang dimiliki konseli sehingga kata-kata yang di
dengar oleh konselor bisa di respon dan kata-kata yang dikeluarkan oleh konselor bisa
di pahami. Komunikasi setiap individu memiliki perbedaan dan ke khasannya masing-
masing sehingga diperlukan penguatan keterampilan- keterampilan komunikasi untuk
melakukan pendekatan. Pendekatan komunikasi verbal diperlukan karena pesan dan
umpak balik yang sampaikan oleh konselor harus sesuai dengan kondisi konseli.
Komunikasi verbal membantu pemahaman konselor terhadap pengelolaam interkaksi
seperti dalam memberikan perhatian, motivasi dan mendengarkan.
Selain itu pemahaman dalam komunikasi verbal membantu konselor dalam melakukan
proses empati sehingga dapat memberikan Bahasa.
Pelaksanaan proses konseling melibatkan komunikasi yang sangat unik dan merupakan
alat utama dalam melakukan proses konseling. Komunikasi dilakukan oleh konselor
meliputi komunikasi verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal adalah penguasaan
kata- kata dan bahasa sedangkan komunikasi non-verbal adalah pemahaman terhadap
ekpresi gerak tubuh, muka, badan, suara, arti diam dan cara berpakaian. Pemahaman
terhadap komunikasi verbal dan non-verbal mutlak harus dikuasai oleh konselor
sehingga dapat melakukan proses konseling dengan efektif dan tanpa kendala.
Komunikasi verbal dan non-verbal banyak di pengaruhi unsur budaya di dalamnya dan
individu (konseli) akan mengekpresikan budaya itu dalam kehidupannya. Oleh sebab
itu konselor dalam proses konseling harus mampu menguatkan pemahaman budaya
dalam aktivitas konseling seperti proses pertemuan awal dalam menciptakan rapport
sudah ada unsur budaya di dalamnya contohnya menentukan tempat duduk, dalam
budaya Indonesia duduk berhadapan langsung sangat membuat kekakuan dan lebih
nyaman kalau duduk bersampingan, makna sentuhan harus di pertimbangkan bagi
konselor, banyak individu yang berbeda jenis kelamin tidak nyaman untuk di sentuh
misalnya dalam bersalaman maupun penguatan-penguatan yang positif yang
melibatkan sentuhan. Selain itu ucapan yang di sampaikan oleh konseli harus di lihat
dari mana individu itu berasal agar tidak terjadi komunikasi yang salah.
9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi nonverbal merupakan cerminan nilai sebuah budaya. Melalui


komunikasi nonverbal, kita dapat mengetahui apa yang diutamakan dan dianggap
penting oleh sebuah budaya. Kepercayaan, nilai, perilaku masyarakat di dalamnya
direfleksikan dalam komunikasi nonverbal.

Setiap budaya memiliki bentuk komunikasi nonverbal yang berbeda-beda.


komunikasi nonverbal yang digunakan merupakan simbol dari citra. Konseling
merupakan proses membantu seorang individu (konseli) yang memiliki masalah dan
menemukan solusi dari masalahnya tersebut. Muatan yang pengaruhnya begitu besar
dalam proses konseling selain komunikasi verbal adalah komunikasi non-verbal.
Komunikasi non- verbal merupakan komunikasi yang di dalamnya banyak di
ekspresikan dalam bentuk gerak tubuh.

1
DAFTAR PUSTAKA

Adhiputra, A.A.N. (2013). Konseling Lintas Budaya. Bandung: Graha Ilmu

Gibson, R.L dan Mitchell, M.H. (2011). Bimbingan dan Konseling.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hawkins, P. (2012). Creating a Coaching Culture.New York: Bell and Bain Ltd.

Adetunji, R.R & Sze, K.P. 2012. Understanding Nonverbal Communication across
Cultures: A Symbolic Interactionism Approach, I-come,1:1-8.

Anda mungkin juga menyukai