Disusun oleh:
FAKULTAS DAKWAH
MANAJEMEN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-ZAYTUN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK
2020/2021
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT. Yang mana telah memberikan
rahmad, taufiq dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. Tidak
lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mensukseskan penulisan makalah
ini.
Dengan harapan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi
kami semua, serta untuk kedepannya kami dapat memperbaiki ataupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi. Oleh karna itu, kami sangat mengharap kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
II
Daftar Isi
KATA PENGANTAR....................................................................................................................II
Daftar Isi........................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Interaksi Rabbaniyah............................................................................................................2
B. Interaksi Sosial......................................................................................................................2
A. Kesimpulan...........................................................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................................................9
Daftar Pustaka................................................................................................................................10
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah merupakan suatu komunikasi Islam, yaitu suatu aktivitas komunikasi
yang dilakukan secara sengaja dan sadar yang berupa ajakan kepada jalan Allah dengan
amar ma’ruf nahi munkar untuk meraih kebahagiaan manusia dunia dan akhirat. Ketika
berdakwah, da’i perlu bahkan harus mengetahui kondisi psikologis objek yang didakwahi
(mad’u) agar apa yang disampaikan nantinya dapat tersampaikan dengan baik. Dalam hal
ini, psikologi memberikan jalan bagaimana menyampaikan materi dan menetapkan
metode dakwah kepada manusia yang merupakan makhluk totalitas (psikofisik) dan
memiliki kepribadian baik dari faktor dalam maupun pengaruh dari luar. Dengan
demikian, psikologi dalam proses dakwah mempunyai titik perhatian pada pengetahuan
tentang tingkah laku manusia dalam berinteraksi. Dengan berlandaskan unsur-unsur
kejiwaan atau psikologi, proses dakwah akan berjalan sesuai kebutuhan yang diharapkan
manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
IV
BAB II
PEMBAHASAN
A. Interaksi Rabbaniyah
Secara etimologis rabbaniyah adalah jamak dari kata rabbani. Kata rabbani adalah
menisbahkan sesuatu kepada rabb, yaitu tuhan. Jika di kaitkan dengan manusia kata ini
adalah orang yang mendapat derajat ma’rifat kepada allah atau orang yang sangat
mencintai ajaran agama nya.yang berarti juga mengacu dan berhubungan langsung
kepada Allah.
Rabbani sendiri memiliki aspek yang ditinjau dari segi orientasi dan tujuan. Yaitu
tidak ada kegiatan di dalam agama yang tidak bertujuan dan dikaitkan kepada Allah.
Salah satunya tercermin dalam doa iftitah (sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku,
dan matiku, hanya untuk Allah).
Maka dari itu, keimanan kepada Tuhan tidak formalistik (terbatas pada simbol-
simbol dan gerakan ibadah tertentu). Kita perlu memenuhi keperluan duniawi / sehari-
hari, namun sikap dan perilaku kita harus selalu dikaitkan kepada Allah. Hal ini penting
untuk menghindarkan kita dari kufur nikmat dan kekecewaan yang berkepanjangan.
Jadi secara tidak langsung interaksi rabbaniyah ini sendiri adalah interaksi dengan
rabb (tuhan), namun tidak formalistik atau sebatas dengan simbol dan gerakan-gerakan
ibadah tertentu.tetapi harus selalu mengaitkan sikap dan prilaku kita dengan Allah SWT.
B. Interaksi Sosial
Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan
masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam
interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat
melainkan terjadi saling mempengaruhi.
V
\
Pengertian Interaksi sosial menurut Bonner merupakan suatu hubungan antara dua
orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau
mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Kemudian menurut John Lewis Gillin,
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut
hubungan antarindividu, antara individu dan kelompok, atau antar kelompok.
Dengan demikian maka Interaksi adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang
atau lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain. Melalui
dorongan antar pribadi tersebut seseorang yang bersifat biologis lambat laun berubah
menjadi makhluk hidup atau pribadi, proses tersebut berlangsung timbal balik, masing-
masing bertindak dalam keseluruhan proses yang mempengaruhi atau menyebabkan yang
lain juga bertindak. Interaksi sosial dengan demikian merupakan perilaku timbal balik,
suatu perilaku dimana masing-masing individu dalam proses itu mengharapkan dan
menyesuaikan diri dengan tindakan yang akan dilakukan orang lain.
Interaksi sosial yang demikian merupakan prilaku timbal balik dimana masing-
masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan diri dengan tindakan
yang dibutuhkan orang lain. Karena dalam interaksi psikologis ada tindakan saling
mempengaruhi, timbullah kemungkinan-kemungkinan untuk saling merubah dan
memperbaiki perilaku masing-masing secara timbalbalik. Baik disadari maupun tidak.
VI
dalam dakwah dikenal dengan istilah personal approach atau “dakwah face to face”,
sehingga terjadi proses pengaruh-mempengaruhi antara da’I dengan mad’u atau
sebaliknya
1. Imitasi
Nabi Muhammad sendiri menjadi teladan umat manusia, baik umat islam
maupun non-Islam. Baik dalam kehidupan muamalah, ibadah, ataupun kehidupan
lainnya (khususnya muslim), bahkan kalau kita mau bersikap objektif umat non
islam pun dapat mengambil hikmah perilaku dan teladan Rasulullah saw. Di
sinilah pentingnya imitasi dalam dakwah. Sebagai seorang da’I.
2. Sugesti
3. Identifikasi
Sebagai ilustrasi, bagi seoarang anak, sang ayah adalah refleksi sifat
kejantanan, kewibawaan, dan kepemimipinan. Sedang ibu adalah idola dari
perwujudan kelembutan dan kasih saying. Dengan demikian metode keteladanan
dalam dakwah mutlak sifatnya, sebab orang lain akan lebih dulu melihat tindak
tanduk dan perilaku kita. Sehingga ada pepatah mengatakan “lihat orangnya dan
jangan lihat apa yang di ucapkannya”, walaupun Ali bin Abi Thalib ra.
Mengingatkan: “lihat apa yang diucapkan dan bukan siapa yang mengucapkan”,
tetapi realitasnya lain. Di sinilah peran orang tua dalam menumbuhkan religious
VII
consciousness atau rasa keagamaan pada anak-anaknya, salah satu caranya adalah
menumbuhkan iklim religious dan teladan bagi anak-anaknya. Islam
menggarisbawahi tentang kehidupan keluarga ini. Di sini jelaslah kewajiban
orang tua memberi contoh yang baik dan bertanggungjawab kepada anggota
keluarganya, sebab ia sebagai model identifikasi. Begitu pula dalam dakwah, da’I
merupakan the best example dalam lingkungan masyarakat.
4. Simpati
Dalam proses interaksi dalam dakwah, factor simpati ini besar sekali
perannya. Karena salah satu yang tidak dapat diabaikan dalam proses dakwah
adalah terlebih dahulu membangkitkan rangsangan (stimulan) yang akan
memberikan jalan pada mad’u. Seorang da’I harus mampu menumbuhkan rasa
simpati pada mad’u. Sekiranya mad’u sudah tidak simpati terlebih dahulu dengan
da’I jangan diharapkan terjadi feed back dalam dakwah, apalagi tujuan dakwah
akan terealisasi.
a. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama
adalah suatu usaha bersama orang per orang atau kelompok manusia untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan yang bersama.
Timbulnya kerjasama karena kesadaran adanya kepentingan bersama. Kerjasama
menjadi kuat apabila ada musuh bersama atau ancaman bersama. Kerjasama juga dapat
bersifat agresif apabila kelompok mengalami kekecewaan dan perasaan tidak puas.
VIII
b. Persaingan (cooperation)
Persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia
bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada masa tertentu menjadi
pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam
prasangka yang telah ada.
Bentuk persaingan antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan,
persaingan kedudukan, serta persaingan ras.
Fungsi persaingan antara lain sebagai berikut :
1. Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif.
2. Sebagai jalan agar keinginan, kepentingan, dan nilai- nilai tersalur dengan baik.
3. Untuk menyaring goongan fungsional.
Faktor yang terkait dengan persaingan yaitu, kepribadian seseorang, kemajuan, solidaritas
kelompok dan disorganisasi.
c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertentangan atau persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan cara menantang pihak lawan yang
disertai ancaman atau kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan adalah perbedaan
antara individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.
Bentuk- bentuk pertentangan antara lain pertentangan pribadi, pertentangan rasial,
pertentangan antar kelas sosial, pertentangan politik dan pertentangan yang bersifat
internasional.
d. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi merupakan adanya perbedaan sehingga timbul adaptasi dengan
kelompok lain yang menimbulkan kerjasama yang baik. Adapun bentuk-bentuk
akomodasi, di antaranya:
1) Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
2) Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi
tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
IX
3) Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak
sanggup untuk mencapainya sendiri
4) Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan
yang ada.
5) Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi
tercapainya suatu tujuan bersama.
6) Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai
yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan.
7) Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.
X
merasa tenang. Dan tidak hanya itu Dimensi Sosial juga ada pantangannya seperti
gosip, hawa nafsu, cemburu, pengkhiatanan, melanggar janji, dan sebagainya.
Dalam interaksi sosial juga ada dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa kini, dan
masa depan. Artinya dalam setiap interaksi sosial, ada konteks waktu yang
menentukan batasan dari interaksi tersebut. Tujuan tersebut pun dapat menentukan
apakah interaksi akan mengarah kepada kerja sama ataupun mengarah kepada
pertentangan
XI
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interaksi adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku
seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain dapat timbul berbagai dampak dari interaksi
timbal-balik antara satu dan yang lainnya, baik dampak positif maupun negatif adapun kaitannya
dengan para pegiat dakwah. Adapun factor dasar interaksi yaitu factor imitasi, factor sugesti,
factor identifikasi, dan factor simpati dimana seorang da’I harus mampu menguasai berbagai
faktor interaksi sosial itu salah satunya menumbuhkan rasa simpati pada mad’u. dan adapun juga
bentu-bentuk interaksi yang meliputi kerja sama (cooperatin), persaingan (competition),
pertentangan atau pertikaian (conflict), dan akomodasi atau penyesuaian diri (accomodation).
Dalam kegiatan dakwah selalu terjadi proses interaksi sosial, yaitu hubungan antara Da’i
dan Mad’u. Interaksi sosial dalam proses dakwah ini ditujukan untuk mempengaruhi mad’u yang
akan membawa perubahan sikap prilaku seperti mempererat tali perasaudaraan dengan
silaturahmi dan meneladani kepribadaian yang baik dari sang Da’i. Dengan demikian tujuan
dakwah yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
B. Saran
Kami menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak
terkhususnya kepada dosen. Kami hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan, itu datangnya
dari kami sendiri. Dan jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah swt.
XII
Daftar Pustaka
[1] Totok Jumantoro, Psikologi Dakwah, AMZAH, 2001, hal 84
XIII
XIV