Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

INTERAKSI DA’I DAN MAD’U


Makalah Ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Dakwah

Dosen pengampu: Drs.Azwar Chatib M.Si

Disusun oleh:

Alfiah Aulia Ilmiana (1200301001)

Ula Muvida Toyiba (1200301022)

FAKULTAS DAKWAH
MANAJEMEN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-ZAYTUN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK
2020/2021

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT. Yang mana telah memberikan
rahmad, taufiq dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. Tidak
lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mensukseskan penulisan makalah
ini.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pembimbing mata kuliah Psikologi


Dakwah yang telah membimbing kami selama mengikuti perkuliahan dan kepada semua pihak
yang berkontribusi dengan memberikan materi maupun pemikirannya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Dengan harapan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi
kami semua, serta untuk kedepannya kami dapat memperbaiki ataupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi. Oleh karna itu, kami sangat mengharap kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Indramayu, 21 Oktober 2020

Penulis

II
Daftar Isi

KATA PENGANTAR....................................................................................................................II

Daftar Isi........................................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan Masalah....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2

A. Interaksi Rabbaniyah............................................................................................................2

B. Interaksi Sosial......................................................................................................................2

C. Faktor Interaksi sosial...........................................................................................................4

D. Bentuk-bentuk Interaksi sosial.............................................................................................5

E. Dimensi Interaksi sosial........................................................................................................7

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................9

A. Kesimpulan...........................................................................................................................9

B. Saran.....................................................................................................................................9

Daftar Pustaka................................................................................................................................10

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah merupakan suatu komunikasi Islam, yaitu suatu aktivitas komunikasi
yang dilakukan secara sengaja dan sadar yang berupa ajakan kepada jalan Allah dengan
amar ma’ruf nahi munkar untuk meraih kebahagiaan manusia dunia dan akhirat. Ketika
berdakwah, da’i perlu bahkan harus mengetahui kondisi psikologis objek yang didakwahi
(mad’u) agar apa yang disampaikan nantinya dapat tersampaikan dengan baik. Dalam hal
ini, psikologi memberikan jalan bagaimana menyampaikan materi dan menetapkan
metode dakwah kepada manusia yang merupakan makhluk totalitas (psikofisik) dan
memiliki kepribadian baik dari faktor dalam maupun pengaruh dari luar. Dengan
demikian, psikologi dalam proses dakwah mempunyai titik perhatian pada pengetahuan
tentang tingkah laku manusia dalam berinteraksi. Dengan berlandaskan unsur-unsur
kejiwaan atau psikologi, proses dakwah akan berjalan sesuai kebutuhan yang diharapkan
manusia sebagai individu dan makhluk sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian interaksi rabbaniyah da’i dan mad’u ?


2. Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial da’i dan mad’u ?
3. Apa saja faktor dasar interaksi sosial ?
4. Apa saja bentuk-bentuk interaksi ?
5. Apa yang dimaksud dengan dimensi interaksi sosial da’i dan mad’u ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk memahami pengertian interaksi rabbaniyah da’i dan mad’u.


2. Untuk mengetahui dan memahami interaksi sosial da’i dan mad’u.
3. Untuk mengetahui dan memahami faktor dasar interaksi social.
4. Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk interaksi.
5. Untuk mengetahui dan memahami dimensi interaksi sosial da’i dan mad’u.

IV
BAB II
PEMBAHASAN
A. Interaksi Rabbaniyah

Secara etimologis rabbaniyah adalah jamak dari kata rabbani. Kata rabbani adalah
menisbahkan sesuatu kepada rabb, yaitu tuhan. Jika di kaitkan dengan manusia kata ini
adalah orang yang mendapat derajat ma’rifat kepada allah atau orang yang sangat
mencintai ajaran agama nya.yang berarti juga mengacu dan berhubungan langsung
kepada Allah.

Rabbani sendiri memiliki aspek yang ditinjau dari segi orientasi dan tujuan. Yaitu
tidak ada kegiatan di dalam agama yang tidak bertujuan dan dikaitkan kepada Allah.
Salah satunya tercermin dalam doa iftitah (sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku,
dan matiku, hanya untuk Allah).

Maka dari itu, keimanan kepada Tuhan tidak formalistik (terbatas pada simbol-
simbol dan gerakan ibadah tertentu). Kita perlu memenuhi keperluan duniawi / sehari-
hari, namun sikap dan perilaku kita harus selalu dikaitkan kepada Allah. Hal ini penting
untuk menghindarkan kita dari kufur nikmat dan kekecewaan yang berkepanjangan.

Jadi secara tidak langsung interaksi rabbaniyah ini sendiri adalah interaksi dengan
rabb (tuhan), namun tidak formalistik atau sebatas dengan simbol dan gerakan-gerakan
ibadah tertentu.tetapi harus selalu mengaitkan sikap dan prilaku kita dengan Allah SWT.

B. Interaksi Sosial

Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan
masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam
interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat
melainkan terjadi saling mempengaruhi.

V
\

Menurut Homans mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu


aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau
hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi
pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian
bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi
merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.

Pengertian Interaksi sosial menurut Bonner merupakan suatu hubungan antara dua
orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau
mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Kemudian menurut John Lewis Gillin,
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut
hubungan antarindividu, antara individu dan kelompok, atau antar kelompok.

Dengan demikian maka Interaksi adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang
atau lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain. Melalui
dorongan antar pribadi tersebut seseorang yang bersifat biologis lambat laun berubah
menjadi makhluk hidup atau pribadi, proses tersebut berlangsung timbal balik, masing-
masing bertindak dalam keseluruhan proses yang mempengaruhi atau menyebabkan yang
lain juga bertindak. Interaksi sosial dengan demikian merupakan perilaku timbal balik,
suatu perilaku dimana masing-masing individu dalam proses itu mengharapkan dan
menyesuaikan diri dengan tindakan yang akan dilakukan orang lain.

Interaksi sosial yang demikian merupakan prilaku timbal balik dimana masing-
masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan diri dengan tindakan
yang dibutuhkan orang lain. Karena dalam interaksi psikologis ada tindakan saling
mempengaruhi, timbullah kemungkinan-kemungkinan untuk saling merubah dan
memperbaiki perilaku masing-masing secara timbalbalik. Baik disadari maupun tidak.

Di dalam proses interaksi itu terdapat tindakan saling pengaruh-mempengaruhi


antara individu yang satu dengan yang lain, baik individu itu dalam keadaan perorangan
(personal) ataukah dalam kelompok sosial. Kalau kita kaitkan dengan dakwah, maka

VI
dalam dakwah dikenal dengan istilah personal approach atau “dakwah face to face”,
sehingga terjadi proses pengaruh-mempengaruhi antara da’I dengan mad’u atau
sebaliknya

C. Faktor Dasar Interaksi Sosial

1. Imitasi

Nabi Muhammad sendiri menjadi teladan umat manusia, baik umat islam
maupun non-Islam. Baik dalam kehidupan muamalah, ibadah, ataupun kehidupan
lainnya (khususnya muslim), bahkan kalau kita mau bersikap objektif umat non
islam pun dapat mengambil hikmah perilaku dan teladan Rasulullah saw. Di
sinilah pentingnya imitasi dalam dakwah. Sebagai seorang da’I.

2. Sugesti

Sugesti merupakan proses mempengaruhi orang lain, dengan tujuan


tingkah laku (behavior), bersikap (attitude) pendapat (oppinion) supaya identik
dengan kita. Begitu pula dakwah dengan tujuan, agar mad’u itu mengikuti jalan
yang Islamis. Tidak terlalu tergesah-gesah pada hakikatnya antara keduanya
memiliki hubungan yang erat sekali, bahkan dakwah merupakan sugesti pada
orang lain.

3. Identifikasi

Sebagai ilustrasi, bagi seoarang anak, sang ayah adalah refleksi sifat
kejantanan, kewibawaan, dan kepemimipinan. Sedang ibu adalah idola dari
perwujudan kelembutan dan kasih saying. Dengan demikian metode keteladanan
dalam dakwah mutlak sifatnya, sebab orang lain akan lebih dulu melihat tindak
tanduk dan perilaku kita. Sehingga ada pepatah mengatakan “lihat orangnya dan
jangan lihat apa yang di ucapkannya”, walaupun Ali bin Abi Thalib ra.
Mengingatkan: “lihat apa yang diucapkan dan bukan siapa yang mengucapkan”,
tetapi realitasnya lain. Di sinilah peran orang tua dalam menumbuhkan religious

VII
consciousness atau rasa keagamaan pada anak-anaknya, salah satu caranya adalah
menumbuhkan iklim religious dan teladan bagi anak-anaknya. Islam
menggarisbawahi tentang kehidupan keluarga ini. Di sini jelaslah kewajiban
orang tua memberi contoh yang baik dan bertanggungjawab kepada anggota
keluarganya, sebab ia sebagai model identifikasi. Begitu pula dalam dakwah, da’I
merupakan the best example dalam lingkungan masyarakat.

4. Simpati

Dalam proses interaksi dalam dakwah, factor simpati ini besar sekali
perannya. Karena salah satu yang tidak dapat diabaikan dalam proses dakwah
adalah terlebih dahulu membangkitkan rangsangan (stimulan) yang akan
memberikan jalan pada mad’u. Seorang da’I harus mampu menumbuhkan rasa
simpati pada mad’u. Sekiranya mad’u sudah tidak simpati terlebih dahulu dengan
da’I jangan diharapkan terjadi feed back dalam dakwah, apalagi tujuan dakwah
akan terealisasi.

D. Bentuk-bentuk Interaksi antara Da’I dan Mad’u


Menurut Soerjono Soekanto ada empat bentuk interaksi sosial, yaitu kerja sama
(cooperatin), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict), dan
akomodasi atau penyesuaian diri (accomodation), untuk lebih jelasnya dapat
diuraikan sebagai berikut

a. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama
adalah suatu usaha bersama orang per orang atau kelompok manusia untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan yang bersama.
Timbulnya kerjasama karena kesadaran adanya kepentingan bersama. Kerjasama
menjadi kuat apabila ada musuh bersama atau ancaman bersama. Kerjasama juga dapat
bersifat agresif apabila kelompok mengalami kekecewaan dan perasaan tidak puas.

VIII
b. Persaingan (cooperation)
Persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia
bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada masa tertentu menjadi
pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau mempertajam
prasangka yang telah ada.
Bentuk persaingan antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan,
persaingan kedudukan, serta persaingan ras.
Fungsi persaingan antara lain sebagai berikut :
1.      Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif.
2.      Sebagai jalan agar keinginan, kepentingan, dan nilai- nilai tersalur dengan baik.
3.      Untuk menyaring goongan fungsional.
Faktor yang terkait dengan persaingan yaitu, kepribadian seseorang, kemajuan, solidaritas
kelompok dan disorganisasi.
c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertentangan atau persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan cara menantang pihak lawan yang
disertai ancaman atau kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan adalah perbedaan
antara individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.
Bentuk- bentuk pertentangan antara lain pertentangan pribadi, pertentangan rasial,
pertentangan antar kelas sosial, pertentangan politik dan pertentangan yang bersifat
internasional.
d. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi merupakan adanya perbedaan sehingga timbul adaptasi dengan
kelompok lain yang menimbulkan kerjasama yang baik. Adapun bentuk-bentuk
akomodasi, di antaranya:
1)     Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
2)     Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi
tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.

IX
3)     Arbiration,  suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak
sanggup untuk mencapainya sendiri
4)     Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan
yang ada.
5)     Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi
tercapainya suatu tujuan bersama.
6)     Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai
yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan.
7)     Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.

E. Dimensi Interaksi Sosial Da’I dan Mad’u.


Dimensi sosial pada manusia seperti yang telah dikatakan oleh Aristoteles,
manusia membutuhkan orang lain, kita dapat melihat pada kenyataan bahwa
dimanapun manusia berada maka disitulah terdapat sebuah komunitas, manusia tidak
bisa hidup seorang diri seumur hidupnya.
Pengertian dimensi sosial menurut Tommy F.Awuy : 1996 adalah dimensi yang
mencakup budaya, politik, pendidikan, dan ekonomi. Arti dimensi sosial menurut
Holmes adalah jarak, status sosial, kedekatan dan formalitas. Definisi dimensi sosial
adalah tiga macam dimensi yang mempunyai pengaruh di kehidupan nyata yaitu
dimensi fisik, dimensi psikis, dan dimensi metafisik yang mana dimensi ini turut serta
dalam menentukan kepribadian manusia sebagai sebuah kesatuan. (Kantor Menteri
Negara Lingkungan Hidup : 2002)
Dimensi sosial memerlukan nutrisi atau yang disebut dengan kasih sayang,
perhatian, rasa percaya, ketulusan, dan lain sebagainya. Dimensi Sosial pun perlu
adanya latihan seperti komunikasi dalam contoh yaitu mendengarkan, bercerita, dan
lain-lain, adapun kontak fisik seperti pelukan, sentuhan, dan lain-lain. Dan juga perlu
adanya istirahat seperti menyendiri atau keheningan untuk merelaksasikan diri agar

X
merasa tenang. Dan tidak hanya itu Dimensi Sosial juga ada pantangannya seperti
gosip, hawa nafsu, cemburu, pengkhiatanan, melanggar janji, dan sebagainya.
Dalam interaksi sosial juga ada dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa kini, dan
masa depan. Artinya dalam setiap interaksi sosial, ada konteks waktu yang
menentukan batasan dari interaksi tersebut. Tujuan tersebut pun dapat menentukan
apakah interaksi akan mengarah kepada kerja sama ataupun mengarah kepada
pertentangan

XI
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Interaksi adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku
seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain dapat timbul berbagai dampak dari interaksi
timbal-balik antara satu dan yang lainnya, baik dampak positif maupun negatif adapun kaitannya
dengan para pegiat dakwah. Adapun factor dasar interaksi yaitu factor imitasi, factor sugesti,
factor identifikasi, dan factor simpati dimana seorang da’I harus mampu menguasai berbagai
faktor interaksi sosial itu salah satunya menumbuhkan rasa simpati pada mad’u. dan adapun juga
bentu-bentuk interaksi yang meliputi kerja sama (cooperatin), persaingan (competition),
pertentangan atau pertikaian (conflict), dan akomodasi atau penyesuaian diri (accomodation).
Dalam kegiatan dakwah selalu terjadi proses interaksi sosial, yaitu hubungan antara Da’i
dan Mad’u. Interaksi sosial dalam proses dakwah ini ditujukan untuk mempengaruhi mad’u yang
akan membawa perubahan sikap prilaku seperti mempererat tali perasaudaraan dengan
silaturahmi dan meneladani kepribadaian yang baik dari sang Da’i. Dengan demikian tujuan
dakwah yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

B. Saran
Kami menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak
terkhususnya kepada dosen. Kami hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan, itu datangnya
dari kami sendiri. Dan jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah swt.

XII
Daftar Pustaka
[1] Totok Jumantoro,  Psikologi Dakwah,  AMZAH, 2001,  hal 84

[2] Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi aksara, 1993) hlm. 68-70

[3] H.M Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, (Jakarta: Bulan


Bintang, 1976) hlm. 69

[4] Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan,(Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2002) hal 268 dan


269

XIII
XIV

Anda mungkin juga menyukai