Anda di halaman 1dari 2

Interaksi Tauhidiyah

A. Interaksi Tauhidiyah Da’i dengan Mad’u

1. Tauhid Rububiyyat

Istilah rububiyyah berasal dari kata “Rabb” yang dapat berarti memelihara, mengelola,
memperbaiki, mengumpulkan dan meminpin. Secara istilah, Tauhid rububuyyah adalah
meyakini bahwa allah adala Sang Pencipta, sang pengatur, sang pemberi rizeki, dan sang
pengelola (mudabbir) bagi alam semesta.

2. Tauhid dalam Penciptaan (khaliqiyah)

Yang dimaksud dengan tauhid penciptaan ialah tidak adanya pencipta (khaliq) yang
sebenarnya dalam wujud alam semesta ini adalh Allah, dan tidak sekutu baginya.

3. Tauhid Uluhiyyah

Tauhid Uluhiyyah adalah mengimani Allah sebagai satu-satunya yang harus disembah
(al-Ma’bud), dan tidan selain- Nya yang patut disembah.

4. Tauhid Zat dan Sifat

Yang dimaksud tauhid Zat dan Sifat iyalah bahwa Allah adalah Esa, tak ada yang
menyamai-Nya.

B. Interaksi Tauhidiyyat; Halangan dan Rintangan

Seorang Da’i harus memahami bahwa resiko terbesar yang akan dihadapi adalah
ketika ingin menanamkan nilai-nilai ketauhidan yang menjadi pondasi ajaran islam pada
masyarakat jahiliyah (musyruk) dan pada masyarakat yang mempunyai tradisi yang
menyalahi nilai-nilai ketauhidan secara turun temurun yang tidak mudah untuk meneruma
akidah Tauhid, serta penguasa atau otoritas keagamaan yang tirani dan otoriter. Maka pada
situasi seperti ini seorang Da’i harus mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin karena tidak
menutup kemungkinan nyawa sebagai taruhannya

C. Keteladanan (Uswat) dalam Proses Dakwah

Akhlak yang mulia merupakan suatu yang mutlak dimiliki oleh seorang Da’i dalam
mengemban misi menyeru manusia kepada kejalan Tuhan. Urgensi akhlak yang mulia bagi
seorang juru dakwah adalah bahwa sebelum seorang Da’i menyampaikan meteri dakwahnya,
pandangan Mad’u tertuju pada apa yang dituju dan apa yang didengar dari sifat dan karak ter
pribadinya. Begitu juga dalam interaksi Da’I dan Mad’u, factor keperibadian Da’I sangat
berpengaruh bahkan menetukan berhasil atau tidaknya materi dakwah yang akan
disampaikan. Ketika seorang Da’i terjun kebidang dakwah, hakikatnya sejak itu pula Da’i
tersebut telah menjadi milik masyarakat dalam arti luas.

D. Pendapat dan Sikap Da’i Terhadap Mad’U

Dakwa sebagai suatu aktifitas keagamaan (ibadah) bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan. Seorang Da’i harus mempersiapkan diri secara keilmuan, mental ataupun
sepiritual. Seorang Da’I juga harus melandaskan segala usahanya dalam mengajak seseorang
kepada kebenaran dengan keikhlasan, dalam arti bahwa apa yang ia lakukan atas dasar karna
Allah SWT. Sebagai panggilan Agama dan kewajiban yang harus diemban oleh setiap
mukmin.

Setiap Da’I harus mengetahui bahwa dalam mengajak kepada kebaikan tidak
selamanya akan berhasil dan todak akan diterima oleh setiap orang. Seorang Da’i akan
berhadapan dengan seorang Mad’u yang memiliki keunikan , karakter dan keperibadiannya
masing-masing yang dipengaruhi oleh paktor psikologis ataupun sosialkultural.

E. Problematika Dakwah; Sebuah Refleksi

Ajaran yang terkandung dalam Al-qur’an meliputi seluruh aspek kehidupan manusia,
jasmani maupun rohaniah, tentang dunia sekarang dan yang akan dating. Al-Qur’an memiliki
ciri dan system dalam memaparkan ajaran-ajaran yang tergantung didalamnya;

a. Tidak sukar, gampang namun padat dan mantap, baik dalam teori maupun
implemeentasinya.
b. Tidak banyak memberikan perintah atau larangan.
c. Cara penerapan syariat sebagai pedoman hidup manusia selalu melalui gradasi
kemampuan manusia sendiri, tidak memberatkan.

Anda mungkin juga menyukai