Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

NILAI-NILAI BIMBINGAN DALAM RUKUN IMAN


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar BKPI
Dosen Pengampu : Sya’ban Maghfur, M.Pd.I.

Disusun Oleh:
1. Vivi Safitri (23080200043)
2. Wahyu Roudlotuni’mah (23080200044)
3. Setiyawati (23080200045)

BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGATAR

Puji Syulur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Nilai-nilai Bimbingan Dalam Rukun Iman” ini dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Pengantar
BKPI yaitu Bp. Sya’ban Maghfur, M.Pd.I
Kami berharap dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Nilai-nilai Bimbingan Dalam
Rukun Islam, khusunya bagi kita para penulis makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, maka kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari pembaca
guna perbaikan makalah ini menuju arah yang lebih baik.

Salatiga, 27 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH............................................................................... 1
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................4
C. Tujuan Penulisan..............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................6
A. Pengertian Rukun Iman....................................................................6
B. Nilai – Nilai Bimbingan Konseling ................................................6
C. Aktualisasi Rukun Iman...................................................................9
BAB III PENUTUP......................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................10
B. Saran.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam agama islam istilah rukun iman sudah tidak asing bagi pemeluknya,
rukun iman memiliki enam (6) pilar yang sudah ada sejak dahulu. Iman bukan hanya
sekedar pengetahuan tapi lebih dari itu, iaman memberi warna bagi pikiran, perasaan,
tingkah laku yang mendorong perilaku positif sekaligus perilaku negative. Iman
dapat menjadi pembimbing tingkah laku, yaitu untuk membantu orang lain. Terdapat
nilai-nilai bimbingan yang bersangkutan dengan rikun iman.
Menurut Anwar Sutoyo, hakikat bimbingan dan konseling islam adalah upaya
membantu individu belahar mengembangkan fitrah-iman atau kembali kepada fitrah-
iman dengan cara memberdayakan fitrah (jasmani, rohani, nafs, dan iman serta
mempelajari dan melaksanakan tuntunan Allah SWT dan rasul-Nya, agar fitrah yang
ada pada individu berkembang dan berfungsi dengan baaik dan benar. Pada akhirnya,
individu mengharapkan agar selamat kebahagiaan yang sejati di dunia dan di akhirat
(Sutoyo,2009:205).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian rukun iman?
2. Bagaimana nilai-nilai bimbingan konseling dalam konteks rukun iman?
3. Bagaimana aktualisasi rukun iman dalam kehidupan sehari-hari dalam tahapan
bimbingan konseling islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian rukun iman
2. Mengetahui apa saja nilai-nilai bimbingan konseling dalam konteks rukun iman
3. Mengetahui aktualisasi rukun iman dalam kehidupan sehari-hari dalam tahapan
bimbingan konseling islam
4
5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rukun Iman


Iman menurut Bahasa berasal dari kata “amana yuminu fabua mu’minun”, yang
berarti “kepercayaan”. Sedangan menurut istilah iman berarti kepercayaan kepada Allah
SWT., para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-utusan-Nya, hari kiamat, dan
Qoda-Qadar. Rasulullah SAW, pernah bersabda : ” Iman adalah pengakuan dengan
lisan, pembenaran dengan hati, dan pembuktian dengan amal perbuatan”. Menurut
pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, mengemukakan bahwa “Iman adalah ucapan dan
perbuatan, maka yang termasuk ke dalam ucapan adalah ucapan hati dan lisan sekaligus.
Inilah yang dipahami dari lafazh Al-Qaul (ucapan) dan Al-Kalam (pembicaraan). Tidak
berbeda dengannya jika disebutkan secara mutlak, karena ucapan yang mutlak dan
perbuatan yang mutlak adalah mengucap ucapan hati dan lisan serta perbuatan hati dan
anggota badan.” Iman juga bisa berarti jaminan yang paling kokoh dan kuat daalam
menghadapi kekuatan dan kekecewaan dalam pasang surut kehidupan. Orang-orang yang
beriman tidak berputus asa atau kehilangan kepercayaan diri dalam situasi dan kondisi
apapun. Sebab mereka tahu bahwa diri mereka terikat dengan kekuatan dan kekuasaan
yang tak terbatas dari sang pencipta alam semesta. Mereka selalu ingat kepada-Nya dan
dilindungi oleh-Nya dalam semua keadaan hati mereka senantiasa tenang, jernih, dan
kuat (Latif, 2011).

B. Nilai-nilai Bimbingan Konseling dalam Konteks Rukun Iman


Rukun iman memiliki unsur-unsur atau nilai pokok yang terkandung didalamnya
yang berupa:
1. Iman Kepada Allah SWT
Seorang muslim beriman kepada Allah memiliki arti, dia percaya dan
yakin bahwa Allah itu ada dan memiliki Asmaul Husna juga kesempurnaanNya
yang maha suci dari kekurangan. Kata Allah berasal dari bahasa Arab yang terdiri
dari empat huruf, yaitu alif, lam, lam, dan ha. Kata Allah tidak memiliki bentuk
6
mutsannah (dual) maupun jama’ (prular). Berbeda dengan kata ilah, ia memiliki
bentuk ganda, yaitu ilahaini (dua tuhan), bentuk jamaknya alihah (tuhan-tuhan).
Oleh karena itu kata Allah dikhususkan hanya kepada Allah, Dzat Yang Maha
Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya (Ilmi, 2012).
2. Iman Kepada Malaikat
Seorang muslim yang beriman kepada malaikat yakni meyakini bahwa
mereka juga ciptaan Allah yang paling mulia. Malaikat merupakan bentuk jamak
dari bentuk masdar Al-mulukab yang berarti misi atau pesan. Secara istilah
malaikat merupakan makhluk gaib yabf diciptakan oleh Allah SWT, dari cahaya
dengan sifat tertentu. Al-Jurjani mendefinisikan malaikat dengan “jasad halus
yang dicipta oleh Allah dari cahaya dengan bermacam bentuk” (Ilmi, 2012).
3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT.
Seorang muslim yang beriman kepada kitab Allah harus mempercayai adanya
kitab-kitab yang di turunkan kepada rasul dan nabi. Kitab-kitab Allah yang
diturunkan ada 4 yaitu: Kitab Taurat (Nabi Musa a.s), Kitab Zabur (Nabi Daud
a.s), Kitab Injil (Nabi Isa a.s), dan Kitab Al-Qur’an (Nabi Muhammad SAW).
Kitab berasal dari Bahasa arap kataba yang artinya menulis. Dengan itu maka
kitab bisa berarti tulisan.
4. Iman Kepada Para Rasul
Seorang muslim harus mempercayai adanya utusan Allah atau yang disebut
dengan Nabi dan Rasul. Nabi dan Rasul utusan Allah yang wajib kita ketahui ada
25. Dan rasul memiliki sifat wajib yaitu, shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah,
juga memiliki sifat mustahil yaitu kadzib, khiyanah, kitman, dan jablun.
5. Iman Kepada Hari Kiamat
Sebagai mukmin harus percaya pada datangnya hari akhir. Seorang Muslim
beriman bahwasanya kehidupan dunia ini mempunyai saat-saat di mana dia akan
berakhir dan memiliki hari terakhir yang tiada sesudahnya, lalu datang kemudian
kehidupan berikutnya untuk kehidupan akhirat.
6. Iman Kepada Qodha dan Qodar
Rukun Iman yang terakhir adalah mempercayai qadha dan qadar, yang sering
disebut juga takdir. Qadha berasal dari kata qadha yang artinya 'kehendak atau
7
ketetapan hukum'. Adapun qadar berasal dari kata qadara yang artinya 'ketentuan
atau ukuran' (Ilmi, 2012). Para ulama berbeda pendapat tentang perbedaan antara
kedua istilah tersebut, sebagian mengatakan bahwa qadar adalah kententuan Allah
sejak zaman azali (zaman yang tak ada awalnya), sedangkan qadha' adalah
ketetapan Allah terhadap sesuatu pada waktu terjadi. Jadi, ketika Allah
menetapkan sesuatu akan terjadi pada waktunya, ketentuan ini disebut qadar.
Kemudian ketika telah tiba waktu yang telah ditetapkan pada masa tersebut,
ketentuan ini disebut qadha', sebagian ulama mengatakan bahwa kedua istilah
tersebut mempunyai satu makna. Pendapat yang dianggap rajih (unggul/kuat)
adalah bahwa kedua istilah tersebut bila dikumpulkan (qadar-qadha'), maka
mempunyai makna berbeda, tapi bila dipisahkan antara satu dengan yang lain
maka mempunyai makna yang sama (Ilmi, 2012)

Konseling Islam bertujuan menjadikan konseli dapat berdiri sendiri dan tidak
tergantung pada konselor, konseli yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat
mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu mengenal diri sendiri dan lingkunganya.
Tanggungjawab dan konseling Islam bertujuan agar konseli mencapai kehidupan berdaya
guna untuk diri, keluarga, bangsanya dan agar meningkatkan keimanan dan ketakwaan
konseli terhadap Allah sehingga konseli menjadi manusia yang seimbang antara
pengembangan intelektual, sosial, emosional, dan religious (Willis, 2009). Sebagaimana
yang pernah di sampaikan oleh Sutoyo (2014) yang merupakan arah yang dituju adalah
pengembangan fitrah atau kembali kepada fitrah. Berdasarkan kutipan di atas dapat
dipahami tujuan dari konseling Islam ialah suatu proses pelayanan bantuan yang
diberikan oleh konselor kepada konseli untuk mambantu konseli agar mampu memahami
pribadinya sehingga konseli mencapai kehidupan yang lebih berguna terhadap keluarga
dan lingkungannya agar meningkatkan keimanan kepada Allah dan kesadaran konseli
untuk berubah menjadi pribadi yang mandiri.

C. Aktualisasi Rukun Iman dalam Kehidupan Sehari-hari dalam Tahapan Bimbingan


Konseling Islam

8
Mengingat iman bukan hanya ucapan, tapi juga keyakinan yang dimiliki manusia
juga harus diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk ibadah. Individu
perlu didorong dan dibantu untuk mengamalkan apa yang dipelajari secara benar dan
istiqomah. Maka konselor atau calon konselor harus mampu mendorong dan membantu
individu memahami hal-hal yang bersangkutan dengan aktualisasi rukun islam dalam
kehidupan sehari-hari, seperti :
1. Hanya beribadah kepada Allah SWT dan tidak kepada yang lain, atau bisa
dibilang musyrik.
2. Beribadah dengan niat yang tulus dari hati tanpa paksaan dari siapapun,
semata-mata karena Allah SWT
3. Menyerahkan hasil usahanya kepada Allah SWT
4. Yakin bahwa Allah memiliki makhluk ghaib.
5. Mematuhi apa yang diajarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an
6. Mematuhui apa yang diajarkan oleh Rasullullah dalam hadis-hadis yang
diriwayatkan dari sahabat-sahabat beliau.
7. Ikhlas menerima ketentuan Allah atas dirinya
8. Yakin bahwa akan datang hari pembalasan, dan setiap manusia akan
mendapatkan belasan atas apa yang dilakukan di dunia.

Konselor dapat diikatakan sebagai pengingat sebab pada dasarnya induvidu telah
memiliki iman, jika iman yang ada pada individutidak tumbuh, dapat diduga individu
lupa merawatnya, lupa memberikan pupuk, atau diserang penyakit, akibatnya iman itu
tidak berfungsi dengan baik. Allah akan mengutus rasul-Nya dengan membawa kitab suci
sebagai pedoman hidup, jika ada individu yang mengalami kebingungan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

9
Sebagai umat muslim wajib mengimani rukun iman. Rukun iman terdiri dari Iman
kepada Allah, Iman kepada Malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah , Iman kepada para
Rasul, Iman kepada Hari Akhir , Iman kepada Hari Akhir, dan Iman kepada Qodho dan
Qodhar. Konteks 6 rukun iman ini memiliki unsur-unsur atau nilai pokok dalam nilai-
nilaii Bimbingan Konseling. Sebagai konseling islam harus mampu mambantu konseli
agar memahami pribadinya sehingga mencapai kehidupan yang lebih baik, meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan kesadaran konseli untuk berubah menjadi
pribadi yang mandiri. Rukun iman juga harus diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-
hari dalam bentuk beribadah. Oleh karena itu konselor atau calon konselor harus mampu
mendorong dan membantu individu memahami hal-hal yang bersangkutan dengan
aktualisasi rukun iman dalam kehidupan sehari-hari secara benar dan istiqomah.

B. Saran

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kekurangan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

DAFTAR PUSTAKA

https://core.ac.uk/download/pdf/291305484.pdf (diakses pada tanggal 25 Maret 2021,


19:20)
https://core.ac.uk/download/pdf/291857789.pdf (diakses pada tanggal 27 Maret 2021,
14:10)
http://eprints.walisongo.ac.id/1763/4/091111039_Bab3.pdf (diakses pada tanggal 26
Maret 2021,11:06)
10
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_Risalah/article/view/18/13 (diakses pada
tanggal 31 Maret 2021, 22:24)

http://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/irsyad/article/view/2049 (diakses pada tanggal 26


Maret 2021, 15:50)
http://journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/download/854/1138 (diakses
pada tanggal 25 Maret 2021,18;04)

11

Anda mungkin juga menyukai