Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Keterampilan Refleksi Perasaan Dan Teknik Kursi Kosong

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Dasar Konseling

Dosen Pengampu : Raudah Zaimah Dalimunthe, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nuraisyah (2285190010)

Elly Nurmahlia (2285190022)

Arie Maulana (2285190043)

Mela Nurhayati (2285190054)

Gahara Kusuma Salsabila (2285190063)

Gladys Oktaliani (2285190074)

Shafira Intan Pratidina (2285190075)

Semester /Kelas : 4/A

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala kemudahan,
dan melimpahkan nikmat sehat baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul Keterampilan
Refleksi Perasaan Dan Teknik Kursi Kosong dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentu penulis tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Beserta keluarganya dan para sahabatnya dan semoga kita mendapat safaatnya kelak di hari
kiamat, aamiin.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Keterampilan Dasar Konseling. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Serang, 6 Mei 2021

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 4

1.3 Tujuan .................................................................................................................. 4

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................... 4

2.1 Keterampilan Refleksi Perasaan ............................................................................ 5

1. Definisi Refleksi Perasaan..................................................................................... 5

2. Tujuan Refleksi Perasaan ...................................................................................... 5

3. Langkah membentuk Refleksi Perasaan ................................................................. 6

2.2 Teknik Kursi Kosong ............................................................................................ 6

1. Definisi Teknik Kursi Kosong ............................................................................... 6

2. Tujuan Teknik Kursi Kosong ................................................................................ 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 8

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 8

3.2 Saran .................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 9

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keterampilan Dasar
Konseling yang membahas terkait Refleksi Perasaan dan Teknik Kursi Koseong sebagai
keterampilan dasar konseling. Menurut Kathryan Geldard & David Geldard (2011:93)
Perasaan adalah emosi, bukan pikiran. Merefleksikan perasaan adalah cara yang bermanfaat
untuk membantu pelepasan beban emosional dengan efek penyembuhan. Keterampilan ini
dapat dikembangkan bila konselor telah memiliki keterampilan dalam mengidentifikasikan
perasaan. Refleksi perasaan yang tepat akan mendorong konseli untuk lebih terbuka dan
meyakini akan ekspresi perasaan sendiri, serta lebih menaruh kepercayaan kepada konselor,
karena persepsi konselor benar.
Teknik kursi kosong merupakan teknik permainan peran dimana siswa memerankan
dirinya sendiri dan peran orang lain atau beberapa aspek kepribadiannya sendiri yang
dibayangkan duduk/berada dikursi kosong. Teknik ini dapat digunakan sebagai suatu cara
untuk memperkuat apa yang ada di pinggir kesadaran siswa, untuk mengeksplorasikan
polaritas, proyeksi-proyeksi, serta introyeksi dalam diri siswa. Teknik kursi kosong sebagai
alat biasanya digunakan untuk membantu siswa dalam memecahkan konflik-konflik
interpersonal, salah satunya komunikasi verbal (Suryaman : 2017).
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah diuraikan diatas penulis dapat mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Keterampilan Refleksi Perasaan dalam Konseling ?


2. Bagaimana Teknik Kursi Kosong dalam Keterampilan Konseling?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang mengenai
keterampilan refleksi perasaan dan teknik kursi kosong yang ada dalam konseling sebagai
dasar dalam keterampilan konseling yang harus dimiliki seorang konselor sehingga dapat
menjalankan sesi konseling dengan baik.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keterampilan Refleksi Perasaan
1. Definisi Refleksi Perasaan
Menurut Kathryan Geldard & David Geldard (2011:93) Perasaan adalah emosi, bukan
pikiran. Merefleksikan perasaan adalah cara yang bermanfaat untuk membantu pelepasan
beban emosional dengan efek penyembuhan. Ketika kita merefleksikan perasaan kita
menunjukkan pada konseli bahwa kita berempati dan memahami apa yang mereka rasakan.
Refleksi perasaan serupa dengan parafrasa tetapi tidak sama. Kemiripannya terletak pada
tindakan perefleksian informasi yang di berikan oleh konseli kepada konseli sendiri.
Perbedaannya, bahwa refleksi perasaan merefleksikan kepada konseli ekspresi-ekspresi
emosionalnya, sementara parafrasa merefleksikan kepada konseli informasi-informasi dan
pikiran-pikiran yang menggambarkan isi pembicaraan konseli.

Keterampilan ini dapat dikembangkan bila konselor telah memiliki keterampilan


dalam mengidentifikasikan perasaan. Refleksi perasaan yang tepat akan mendorong konseli
untuk lebih terbuka dan meyakini akan ekspresi perasaan sendiri, serta lebih menaruh
kepercayaan kepada konselor, karena persepsi konselor benar.

Dalam merefleksi perasaan sebagai respon empatik, sering dinyatakan secara tentatif,
seperti: “mungkin anda merasa kecewa dengan teman anda”, “apakah anda berharap agar
orangtua tenang dengan keputusan anda” Dapat ditambahkan, bahwa dalam merespon
konselor hendaknya lebih menekankan pada emosional konseli. Sangat disarankan bahwa
dalam merespon ini konselor perlu menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat
perkembangan pengalaman kultural dan pendidikan konseli, serta tidak perlu berlebihan.

2. Tujuan Refleksi Perasaaan


Beberapa tujuan refleksi perasaan yaitu:

1) Membantu konseli memahami perasaannya.


2) Mendorong konseli agar lebih banyak mengekspresikan perasaannya, baik positif
maupun negatif, tentang situasi, orang atau hal–hal khusus lainnya.
3) Membantu konseli menata atau mengatur perasaan-perasaannya.
4) Memberitahukan pada konseli bahwa konselor memahami perasaan konseli yang
tidak suka atau marah kepada konselor, sehingga perasaan tersebut berkurang.
5) Membantu konseli membedakan intensitas berbagai perasaan yang ada dalam dirinya.

5
3. Langkah membentuk Refleksi Perasaan
Refleksi perasaan bisa menjadi keterampilan yang sulit dipelajari karena sering kali
perasaan-perasaan tersebut diabaikan atau tidak dipahami. Cormier & Cormier (dalam Retno
Tri Hariastuti, 2007:42) mengemukakan enam langkah dalam membuat refleksi perasaan,
yaitu:

1) Mendengarkan kata-kata yang digunakan konseli untuk menyatakan perasaan-


perasaannya, atau langkah-langkah afektif dalam pesan atau pernyataan konseli.
2) Perhatikan tingkah laku nonverbal konseli ketika ia mengemukakan pernyataan atau
pesan-pesan secara verbal. Nada suara dan ekspresi wajah dapat memberi tanda atau
petunjuk mengenai perasaan dalam diri konseli. Sering kali, perilaku non-verbal
menjadi petunjuk yang lebih sesuai dengan emosi konseli karena perilaku non-verbal
lebih sulit dikontrol dibandingkan dengan kata-kata.
3) Menyatakan kembali perasaan-perasaan konseli dengan menggunakan kata–kata yang
berbeda dari yang diucapkan konseli. Perlu diperhatikan dalam memilih kata yang
tepat untuk menggambarkan intensitas perasaan konseli. Untuk membedakan
intensitas perasaan dapat dibuat daftar kata-kata perasaan (feeling words). Daftar
tersebut akan membantu konselor dalam memilih kata-kata yang sesuai dengan emosi
atau perasaan konseli yang akan direfleksikan.
4) Mengemukakan pernyataan refleksi dengan awalan kata yang sesuai dengan petunjuk
dari konseli, apakah di sampaikan secara visual, auditori atau kinestik.
5) Menambahkan konteks atau situasi dimana perasaan itu muncul.
6) Memeriksa keefektifan refleksi berdasarkan respon konseli terhadap pernyataan
refleksi yang disampaikan konselor. Jika identifikasi perasaan konseli dalam refleksi
itu tepat, konseli akan menyatakan “ ya, benar “ atau “ ya, itulah yang saya rasakan.”

2.2 Teknik Kursi Kosong


1. Definisi Teknik Kursi Kosong
Teknik kursi kosong adalah salah satu pendekatan gestalt yang dikembangkan oleh
frederick fritz pearls, dimana teknik ini merupakan teknik permainan peran di mana kalau
seorang klien memerankan dirinya sendiri dan peran orang lain atau beberapa aspek
kepribadiannya sendiri yang dibayangkan duduk atau berada di kursi kosong. Teknik kursi
kosong ini digunakan untuk memperkuat apa yang ada di pinggir kesadaran klien
mengeksplorasi polaritas, proyeksi proyeksi dan introyeksi di dalam diri klien. Kursi kosong
sebagai sebuah eksperimen sesuai dengan namanya menggunakan kursi kosong yaitu sebagai

6
sarana untuk memperkuat proses eksperimentasi titik biasanya kursi kosong tersebut
diletakkan di hadapan klien dan kemudian klien diminta untuk membayangkan seseorang
yang selama ini menjadi sumber konflik nya. Pada saat itu klien diminta untuk
mengungkapkan apa saja yang terlintas dalam pikirannya untuk mengekspresikan
perasaannya. Konselor mendorong klien untuk mengungkapkannya melalui kata-kata, bahkan
melalui caci Makian pun diperbolehkan, yang terpenting adalah klien dapat menyadari
pengalaman-pengalaman yang selama ini tidak diakuinya.

Teknik ini juga digunakan untuk mengeksplorasi dan memperkuat konflik antara top
dog dan under dog di dalam diri klien. under dog ini merupakan sebuah kiasan untuk
menggambarkan konflik internal dalam diri klien antara interaksi-interaksi dan perlawanan
terhadap introyeksi tersebut. Top dog menggambarkan " apa yang wajib atau yang harus
dilakukan" sedangkan under dog menggambarkan penolakan atau pemberontakan terhadap
introyeksi tersebut. Caranya Top Dog adalah dengan klien secara bergantian menduduki kursi
kosong yang telah ditandai sebagai dimensi top dog dan under dog. Ketika pelayan duduk di
kursi Top Dog maka ia mengekspresikan apa yang harus dilakukannya sedangkan ketika
klien duduk di kursi Under Dog ia memberontak terhadap tuntutan tersebut. Teknik ini
digunakan juga untuk memahami urusan-urusan yang tak selesai dalam kehidupan klien yang
selama ini membebani dan menghambat kehidupan kalian secara sehat.

Teknik ini untuk membantu konseli atau klien yang mengalami masalah berkenaan
dengan terhambatnya komunikasi dengan orang lain, permasalahan yang dimaksudkan adalah
ketidak beranian atau ketidaksanggupan klien untuk berhadapan dengan orang yang
dimaksudkan titik Melalui teknik ini klien dilatihkan tentang cara berhadapan dan
berkomunikasi dengan seseorang dan memanfaatkan media kursi kosong. Teknik kursi
kosong ini juga sangat terkenal dan dianggap banyak manfaatnya pada terapi gestalt. Sering
disebut juga sebagai teknik latihan atau permainan peran (role playing).

2. Tujuan Teknik Kursi Kosong


Beberapa tujuan teknik kursi kosong yaitu:

1) Mengatasi masalah klien khususnya cara komunikasi client dengan menggunakan


media kursi kosong.
2) Mengatasi masalah klien yang menyangkut hubungan klien dengan orang lain
3) Klien mampu berkomunikasi dengan baik sehingga masalahnya terentaskan.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Kathryan Geldard & David Geldard (2011:93) Perasaan adalah emosi, bukan
pikiran. Merefleksikan perasaan adalah cara yang bermanfaat untuk membantu pelepasan
beban emosional dengan efek penyembuhan. Refleksi perasaan yang tepat akan mendorong
konseli untuk lebih terbuka dan meyakini akan ekspresi perasaan sendiri, serta lebih menaruh
kepercayaan kepada konselor, karena persepsi konselor benar. Tujuannya ialah membantu
konseli memahami perasaannya, mendorong konseli agar lebih banyak mengekspresikan
perasaannya, baik positif maupun negatif, tentang situasi, orang atau hal–hal khusus lainnya,
membantu konseli menata atau mengatur perasaan-perasaannya. memberitahukan pada
konseli bahwa konselor memahami perasaan konseli yang tidak suka atau marah kepada
konselor, sehingga perasaan tersebut berkurang, dan membantu konseli membedakan
intensitas berbagai perasaan yang ada dalam dirinya.

Teknik kursi kosong ini digunakan untuk memperkuat apa yang ada di pinggir
kesadaran klien mengeksplorasi polaritas, proyeksi proyeksi dan introyeksi di dalam diri
klien. Kursi kosong sebagai sebuah eksperimen sesuai dengan namanya menggunakan kursi
kosong yaitu sebagai sarana untuk memperkuat proses eksperimentasi titik biasanya kursi
kosong tersebut diletakkan di hadapan klien dan kemudian klien diminta untuk
membayangkan seseorang yang selama ini menjadi sumber konflik nya. Pada saat itu klien
diminta untuk mengungkapkan apa saja yang terlintas dalam pikirannya untuk
mengekspresikan perasaannya. Konselor mendorong klien untuk mengungkapkannya melalui
kata-kata, bahkan melalui caci Makian pun diperbolehkan, yang terpenting adalah klien dapat
menyadari pengalaman-pengalaman yang selama ini tidak diakuinya.

3.2 Saran
Dari apa yang telah penulis jelaskan diatas, terdapat beberapa rekomendasi penulis
terkait dengan pembahasan yang penulis angkat dalam makalah ini. Hal yang paling utama
yang harus dimiliki seorang konselor ialah dasar keterampilan dan teknik dalam konseling
sehingga seorang konselor dapat membantu klien dengan mempertimbangkan kenyamanan
dan kepercayaan keprofesionalan seorang konselor dihadapan klien.

8
DAFTAR PUSTAKA

Azis Suryaman. (2017). Efektivitas Teknik Kursi Kosong dalam Konseling Kelompok untuk
Meningkatkan Komunikasi Verbal. E-Jurnal: Volume 3. h. 529
Geldard, K. &Geldard, D. (2011). Keterampilan Praktik Konseling. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Gunarsa Singgih D. 2007. Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta :Gunung Mulia
Hariastuti, dkk. (2007). Keterampilan–Keterampilan Dasar dalam Konseling. Unesa
University Press.
Mulawarman dkk. 2019. Psikologi Konseling. Jakarta:Kencana

Anda mungkin juga menyukai