Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MENGKAJI AQIDAH ISLAMIAH

NAMA : SRI WAHYUNI


NIM : 2202030042
MATKUL : PENDIDIKAN AGAMA

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya dengan sangat sederhana. Semoha makalah ini dapat
dipergunakan sebagai satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi Pendidikan dan profesi keguruan.

Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik secara
teknis maupun materi mengingat minimnya kemampuan yang dimiliki. Maka dari itu,
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak dibutuhkan demi
penyempurnaan makalah ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan setimpal
kepada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan
itu sebagai ibadah. Amin Ya Rabbal Alamin.

Pekanbaru 17 Oktober 2022

Sri Wahyuni
2202030042

2
DAFTAR ISI
Kata pengantar …………………………………………………………………………..1
Daftar Isi…………………………………………………………………………………...2
BAB I (Pendahuluan)…………………………………………………………………….3
1.1 Latar belakang……………………………………………………………….3
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………..4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………4
BAB II (Pembahasan)……………………………………………………………………5

2.1 pengertian aqidah islamiyah……………………………………………….5

2.1.1 kedudukan aqidah islamiyah…………………………………………….6

2.1.2 ruang lingkup aqidah islamiyah………………………… ……………...7

2.1.3 prinsip-prinsip aqidah islamiya.………………………………………….7

2.1.metode peningkatan kualitas aqidah islamiyah…………………………10

2.1.5 fungsi aqidah………………………………………………………………11

2.1.6 obyek kajian ilmu islamiyah…..………………………………………….12

2.1.7. karakteristrik aqidah ahlusunnah………………………………………12

BAB III (Penutup)………………………………………………………………………..26

Kesimpulan………………………………………………………………………………26

Daftar pustaka …………………………………………………………………………..27

3
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Islam terdiri dari aqidah, ibadah, dan akhlak. Aqidah merupakan suatu
bentuk disiplin dari agama yang berhubungan dengan amal ibadah (Ginanjar &
Kurniawati, 2017). Untuk mengimplementasikan dalam kehidupan, aqidah
yang baik harus selaras dengan akhlak yang baik.
Aqidah merupakan hal mendasar dalam kehidupan seorang muslim.
Aqidah adalah motor penggerak dan otak pada kehidupan manusia. Jika terjadi
sedikit penyimpangan, maka menimbulkan penyimpangan dari jalan yang lurus
pada gerakan atau langkah yang dilakukan. Aqidah dapat diibaratkan seperti
sebuah fondasi bangunan. Sehingga harus dirancang dan dibangun terlebih
dahulu dengan kuat dan kokoh sebelum membuat dan merancang
bagian bangunan lainnya. Kualitas suatu fondasi bangunan akan
mempengaruhi terhadap kualitas bangunan yang ditegakkan. Bangunan yang
dibangun ialah Islam yang sempurna (kamil), menyeluruh (syamil), dan benar
(shahih).
Pada era globalisasi ini, pola perilaku seorang muslim sangat rentan untuk
terkontiminasi oleh pengaruh negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai
Islam, sehingga kecenderungan sifat permisif dan liberalisme sering terlihat di
kalangan umat Islam. Krisis aqidah di dunia modern pada hakikatnya bermula
dari masalah yang lebih dalam, yaitu krisis spriritual. Untuk membentuk
sebuah perubahan nilai-nilai agama sehingga menjadi perilaku keseharian
manusia, maka dalam Islam harus memelihara keperluan batin dan kebutuhan
rohani, antara keutamaan dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, untuk membekali diri dan menjaga kualitas keimanan
seseorang yang telah diberikan syri’at pada perbuatannya untuk
mengamalkannya (mukallaf) wajib memahami hal mendasar dalam aqidah
Islam beserta ruang lingkup secara benar dan komitmen yang benar terhadap
aqidah Islam akan menjadi petunjuk bagi mukallaf dalam perbuatannya.

4
1.1.1 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian aqidah dalam Islam?
2. Bagaimana kedudukan aqidah dalam Islam?
3. Apa sajakah ruang lingkup aqidah dalam Islam?
4. Apa sajakah prinsip-prinsip aqidah dalam Islam?
5. Bagaimana metode peningkatan kualitas aqidah dalam Islam?
6. Apa sajakah fungsi aqidah dalam Islam?

1.1.2 Tujuan

2 Tujuan
1. Memahami pengertian aqidah Islam.
2. Mengetahui kedudukan aqidah dalam ajaran Islam sebagai suatu fondasi
3. bangunan.
4. Mengetahui sistematika ruang lingkup aqidah Islamiyah.
5. Memahami prinsip-prinsip aqidah dalam ajaran Islam.
6. Memahami metode peningkatan aqidah Islam pada seorang muslim.
7. Memahami fungsi aqidah Islamiyah dalam kehidupan sehari-hari.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aqidah Islamiyah

3 Tujuan
4 Tujuan
Aqidah merupakan kata yang berasal dari Bahasa Arab, yaitu al-‘aqdu
yang memiliki arti ikatan, pengesahan, penguatan, menjadi kokoh, pengikatan
dengan kuat, keyakinan, dan penetapan. Menurut istilah, aqidah adalah
persoalan yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram, sehingga
menjadi suatu kekayaan yang teguh dan kokoh, yang tidak dicampuri dengan
keraguan dan kebimbangan. Aqidah Islam membahas mengenai keyakinan
nama, sifat dan perbuatan Allah, malaikat dan makhluk gaib lainnya, wahyu
Allah dalam bentuk kitab-kitab, sifat dan mukjizat rasul-rasul, hari akhir, serta
takdir.
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian Aqidah,
yaitu sebagai berikut:

1. Menurut Hasan Al-banna dalam kitab Majmu’ah Ar-rasail, aqidah adalah


beberapa perkara yang wajib diyakini kebenerannya oleh hati,
mendatangkan ketentraman jiwa dan menjadi keyakinan yang tidak
bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.

2. Menurut Abu Bakar Jabir Al-jazairi dalam kitab Aqidah Al-mukmin,


aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah.

6
3. Menurut Mahmud Syaltut, aqidah Islam adalah suatu sistem
kepercayaandalam Islam

2.1.1 Kedudukan Aqidah Islamiyah


Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat
penting bagaikan suatu fondasi bangunan. Selain itu dapat diibaratkan seperti
ibadah dan akhlak merupakan bangunan di bagian atasnya. Sebab pada
dasarnya manusia telah mengetahui Allah walupun secara global, maka
para Rasul utusan Allah SWT diutus bukan untuk memperkenalkan Allah SWT
semata.
Tetapi, hakikat dakwah para rasul untuk menuntut manusia agar beribadah
hanya kepada Allah. Materi dakwah para rasul ini disebut Tauhid Uluhiyah.
Allah SWT berfirman pada Q.S Al-baqarah ayat 185:

Artinya:
“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-
Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-
Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-
rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah
kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”

2.1.2 Ruang Lingkup Aqidah Islamiyah


7
Dalam menentukan ruang lingkup aqidah, para ahli menyusun sistematika.
Berikut merupakan sistematika ruang lingkup aqidah menurut Hasan Al-banna:
1. Ilahiyat merupakan pembahasan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan illah (Allah, Tuhan), seperti wujud Allah, nama dan
sifat-sifat Allah, serta perbuatan Allah (af’al).

2. Nubuwwat merupakan pembahasan tentang segala sesuatu yang


berhubungan dengan nabi atau rasul, termasuk pembicaraan
mengenai
kitab-kitab Allah dan mukjizat

3. Ruhaniyat merupakan pembahasan mengenai segala sesuatu yang


berhubungan dengan alam metafisika (ghaib), seperti malaikat, jin, iblis,
setan, dan roh.

4. Sam’iyyat merupakan pembahasan segala sesuatu yang hanya


bias diketahui dengan cara didengar, yaitu dalil naqli berupa Al-qur’an dan
As-sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda
kiamat, surga dan neraka.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Aqidah Islamiyah


Pada definisi aqidah dapat disebut sebagai perkataan kepercayaan atau
keimanan. Hal ini disebabkan karena iman merupakan unsur utama aqidah.
Iman berasal dari bahasa Arab yang berarti percaya dan diakui dengan lidah,
dibenarkan dengan hati, dan dilakukan dengan perbuatan.
1. Iman kepada Allah
Definisi dari beriman kepada Allah ialah meyakini dengan sepenuh hati
dan dengan sadar bahwa Allah adalah Dzat yang harus disembah. Sebab
Allah SWT yang menciptakan, membina, mendidik, dan menyediakan
segala sesuatu yang dibutuhkan manusia dan makhluk hidup-Nya.

2. Iman kepada Malaikat


Beriman kepada malaikat artinya meyakini dengan sepenuh hati dan

8
dengan penuh kesadaran bahwa hanya Allah yang menciptakan makhluk
dari cahaya. Malaikat memiliki karakteristik, yaitu:
a. selalu patuh dan taat,
b. sebagai penyampai wahyu Allah,
c. diciptakan dari cahaya,
d. mempunyai kemampuan yang luar biasa, dan
e. beriman kepada kitab suci.

3. Iman kepada Kitab Allah


Beriman kepada kitab Allah ialah meyakini dengan sepenuh hati kepada
kitab-kitab Allah. Kitab Allah yang wajib diimani ada empat (4), yaitu:
a. Kitab Taurat, diturunkan kepada Nabi Musa as.
b. Kitab Zabur, diturunkan kepada Nabi Daud as.
c. Kitab Injil, diturunkan kepada Nabi Isa as.
d. Kitab Al-qur’an, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

4. Iman kepada Nabi dan Rasul


Allah mengutus para nabi dan rasul untuk membawa kabar baik kepada
seluruh umat manusia, memberi sikap teladan, dan berpegang
teguh terhadap ajaran Allah. Nabi dan rasul memiliki perbedaan, yaitu Nabi
menerima wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri, sedangkan Rasul
menerima wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri dan disampaikan kepada
seluruh umatnya. Terdapat 4 sifat yang ada pada diri Nabi dan Rasul, yaitu:

a. Shiddiq, artinya benar. Setiap hal yang disabdakan para nabi dan rasul
adalah benar, tidak berkata-kata apabila tidak diwahyukan Allah SWT.

b. Amanah, artinya dapat dipercaya. Segala sesuatu akan dilaksanakan


dengan sebaik-baiknya
.
c. Fathanah, artinya cerdas dan bijaksana. Nabi dan rasul mampu
memahami segala perintah Allah dan menghadapi larangan-Nya
dengan bijaksana.

9
d. Tabligh, artinya menyampaikan. Nabi dan rasul selalu menyampaikan
semua ajaran yang diterima dari Allah kepada umatnya

5. Iman kepada Hari Akhir


Beriman kepada hari akhir ialah meyakini jika manusia akan
mengalami kesudahan dan diminta pertanggung jawaban di kemudian hari.
Hari akhir adalah hari dimana berakhirnya kehidupan di dunia dan
bermulanya kehidupan di alam akhirat. Al-qur’an selalu menggugah hati
dan pikiran manusia dengan menggambarkan peristiwa-peristiwa hari
kiamat dengan nama yang unik, seperti Al-zalzalah, Al-qari’ah, An-naba,
dan Al-qiyamah. Istilah-istilah itu merupakan gambaran mengenai
peristiwa dan keadaan yang akan dihadapi manusia pada hari itu.

6. Iman kepada Qada dan Qadar


Menurut bahasa Qada artinya hukum, ketetapan, perintah, kehendak,
pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah artinya
ketetapan Allah sejak jaman azali sesuai dengan iradah-Nya mengenai
segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk. Qadar adalah kejadian
suatu penciptaan yang sesuai dengan penetapan. Iman kepada qada dan
qadar ialah percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah telah
menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluk-Nya.
Para ulama kalam membagi takdir menjadi dua macam, yaitu:

a. Takdir mu’allaq adalah takdir yang berkaitan dengan ikhtiar (usaha)


manusia, misalnya: orang yang sebelumnya susah secara ekonomi
menjadi kaya atas kerja keras dan do’a.

b. Takdir mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak
dapat diubah, misalnya: kematian, kelahiran, dan jenis kelamin.

2.1.4 Metode Peningkatan Kualitas Aqidah Islamiyah

10
Iman yang mantap dan berdaya bagaikan mata air yang tidak kunjung
habis, karena iman akan memacu semangat dalam beribadah dan pengabdian
yang terus-menerus untuk memikul rasa tanggung jawab dan menanggulangi
segala kesulitan atau bahaya yang dihadapi dalam kehidupan.
Bahkan iman merupakan pendorong utama yang memberikan semangat
hidup bagi seseorang
dalam melakukan pengabdian sampai menemui ajal tanpa ada rasa takut
sedikitpun. Hal tersebut merupakan iman apabila sudah tertanam dalam jiwa
seorang mukmin yang sejati ialah orang yang mempunyai harga diri tidak mau
melakukan perbuatan yang tidak pantas di hadapan sesama manusia ataupun
sang pencipta. Adapun metode peningkatan aqidah adalah sebagai berikut:

1. Meyakini keesaan Allah (Unity of goodhead)


Setiap manusia harus memiliki aqidah yang benar tentang Allah adalah
esa seperti Q.S Al-ikhlas ayat 1 sampai ayat 4 yang memberi petunjuk
tentang jati diri Allah.

2. Meyakini Allah menciptakan segala sesuatu (Unity of creation)


Dengan kuasa Allah alam semesta diciptakan dengan sangat
mengagumkan. Alam raya diciptakan Allah dengan tujuan dan bukan sia-
sia.

3. Meyakini Allah menghargai dan memuliakan manusia (Unity of mankind)


Manusia adalah makhluk Allah yang terhormat dan fungsional yang
dapat dilihat dari segi kesempurnaan penciptaannya dibandingkan
makhluk lainnya, sehingga Allah memuliakannya tanpa pandang status

11
dan golongan dan secara fungsional manusia yang paling layak menjadi
penguasa bumi.
4. Meyakini Allah memberi petunjuk sebagai pedoman hidup (Unity
of guidance).
Pedoman hidup seorang muslim adalah Al-qur’an dan As-sunnah.
Rasulullah SAW bersabda : “Aku tinggalkan kepada kamu sekalian dua
perkara yang tidak akan tersesat kamu selama kamu berpega teguh
kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. (HR. Ibnu Abdil
Barr).

2.1.5 Fungsi Aqidah Islamiya


Aqidah tauhid sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi
seorang muslim akan memiliki fungsi dan peranan yang sangat besar dalam
hidupnya antara lain:

1. Menopang seluruh prilaku, membentuk dan memberi corak dan


warna
kehidupannya dalam hubungannya dengan makhluk lain dan
hubungannya
dengan Tuhan.

2. Aqidah atau keyakinan akan memberikan ketenangan dan


ketentraman dalam pengabdian dan penyerahan dirinya secara utuh
kepada Zat yangMaha Besar.Iman memberikan daya dorong utama
untuk bergaul dan berbuat baik
sesama manusia tanpa pamrih. Dengan iman seorang muslim
akansenantiasa menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah
semata.
3. Aqidah sebagai filter, penyaring budaya-budaya non Islami (sekuler).

4. Aqidah adalah dasar fondasi. Seseorang yang memiliki aqidah yang


kuat,pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak
yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Seseorang yang memiliki

12
aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib,
memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat aqidah. Sesorang tidak
akan dinamai berahklak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar

2.1.6 Obyek Kajian Ilmu Aqidah


Secara global obyek kajian ilmu aqidah meliputi Tauhid, Iman, Islam,
Ghaibiyat (hal hal ghaib), Kenabian, Taqdir, Berita berita tentang kejadian masa lalu
atau yang akan datang, Dasar dasar hukum yang telah pasti, seluruh dasar dasar
agama atau keyakinan, termasuk pula bantahan terhadap semua aliran atau sekte
yang menyempal lagi menyesatkan.

2.1.7 Karakteristik Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah


Jika aqidah disebutkan secara mutlak maka yang dimaksud adalah Aqidah
Ahlussunnah Wal Jamaah. Karena itulah pemahaman islam yang diridhai oleh Allah
sebagai agama bagi hamba-Nya.8 Maka karakteristik Aqidah Ahlussunnah Wal
Jamaah sebgaimana penjelasan Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam
Syarah Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai berikut :
a. Sumbernya Keotentikan.
Hal ini karena Aqidah Ahlussunnah semata-mata hanya bersandarkan
kepada AlQur’an, Al-Hadits dan Ijma’ Para Ulama Salaf serta penjelasan
dari mereka.

b.Berpegang Teguh Kepada Prinsip Berserah Diri Kepada Allah Dan


RasulNya.
Perkara ghaib itu tidak dapat diketahui atau dijangkau oleh akal manusia.
Oleh karena itu Ahlussunnah membatasi diri dalam masalah aqidah kepada
berita atau wahyu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya.

C. Sejalan Dengan Fitrah Yang Suci Dan Akal Yang Sehat.


Hal ini karena Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah berdiri di atas prinsip Ittiba’
(mengikuti), Iqtida (meneladani), dan berpedoman kepada petunjuk Allah,
bimbingan Rasulullah dan Aqidah Generasi Terdahulu (Salaful Ummah).

13
d. Mata Rantainya / Sanadnya Sampai Kepada Rasulullah, Para
Shabatnya, Para Tabi’in serta para Imam yang mendapatkan petunjuk.
Tidak ada satu prinsip pun dari prinsip-prinsip Aqidah Ahlussunnah Wal
Jamaah yang tidak memiliki dasar atau sanad atas qudwah (contoh) dari para
Shahabat, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in serta para imam yang mendapatkan
petunjuk hingga hari kiamat.

e. Jelas Dan Gamblang.


Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah memiliki ciri khas yaitu jelas dan
gamblang.

f. Bebas Dari Kerancuan, Kontradiksi dan Kesamaran.


Hal ini karena bersumber dari wahyu, kekuatan hubungan penganutnya
dengan Allah, realisasi ubudiyah hanya kepada-Nya semata.

g. Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah Merupakan Faktor Utama Bagi


Kemenangan Dan Kebahagiaan Abadi di Dunia dan di Akherat.
Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan faktor utama bagi
terealisasinya kemenangan, kesuksesan dan keteguhan bagi siapa saja yang
menganutnya dan menyerukanya kepada ummat manusia dengan penuh
ketulusan, kesungguhan, dan kesabaran.

h. Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah Adalah Aqidah Yang Dapat


Mempaersatukan Ummat.
Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah adalah jalan yang paling baik untuk
menyatukan kekuatan kaum muslimin, kesatuan barisan mereka dan untuk
memperbaiki dari apa-apa yang rusak dari urusan agama dan dunia.

i. Utuh, Kokoh dan Tetap Langgeng Sepanjang Masa.


Aqidah Ahlussunnah akan selalu sama, utuh dan terjaga serta terpelihara
baik secara riwayat maupun keilmuanya, kata-kata maupun maknanya hingga
hari kiamat kelak.

14
j. Allah Menjamin Mehidupan Yang Mulia Magi Siapa Saja Yang Menetapi
Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah.
Berada dalam naungan Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah akan
mendatangkan rasa aman dan kehidupan yang mulia. Hal ini karen Aqidah
Ahlussunnah Wal Jamaah senantiasa menjaga keimanan dan orang-orang
yang beriman dan bertakwa akan mendapatkan rasa aman yang sempurna
dan petunjuk yang sempurna di dunia dan akherat.

2.1.8 Kitab Aqidah Al Wasithiyah


2.1.8.1 Latar Belakang Penulisan dan Penamaan Kitab
Kitab ini di tulis atas permintaan dari seorang Qadhi (Hakim) dari Wasith
sebuah daerah di negara Irak. Nama Qadhi itu adalah Radhiyuddin al Wasithy.
Beliau adalah seorang ulama bermadzhab Syafi’i. Beliau meminta Ibnu Taimiyah
menulis tentang ilmu aqidah karena melihat kondisi ummat di daerahnya terpuruk
setalah dikuasai Bangsa Tartar. Mereka tidak mengerti apa apa tantang prinsip
aqidah. Kitab itu nantinya akan digunakan sebagai pegangan oleh masyarakat di
daerahnya.
Menurut keterangan Syaikhul Ibnu Taimiyah sendiri waktu itu beliau habis
melaksanakan ibadah haji kemudian mampir ke Syam. Lalu Syaikh Radhiyuddin
mengadukan perihal masyarakatnya tersebut. Kemudian beliau meminta supaya
Syaikh Ibnu Taimiyah menuliskan kitab tentang aqidah. Awalnya Syaikh Ibnu
Taimiyah menolak karena sudah banyak kitab tentang aqidah yang ditulis para imam
terdahulu seperti Kitabuttauhid Karya Imam Ibnu Hazaimah. Tetapi Syaikh
Radhiyuddin tetap memaksa supaya Syaikh Ibnu Taimiyah menuliskan kitab yang
diinginkanya.
Akhirnya Syaikh Ibnu Taimiyah mengabulkan permintaanya. Karena yang
meminta adalah seorang Qadhi (Hakim) dari Wasith, maka dinisbatkanlah kitab yang
beliau tulis ini kepada nama daerah tersebut. Lahirlah nama Aqidah Al Wasithiyah.

2.1.8.2 Kelebihan Kitab Aqidah Al Wasithiyah


Pertama, kitab aqidah ini adalah kitab yang tergolong mudah bagi para
pemula. Kedua, meskipun ringkas namun urainya sangat jelas dan gamblang.
Ketiga, selalu diiringi dalil dari kitabullah dan Sunnah Nabi oleh penulis. Keempat,

15
banyak diterima oleh kaum muslimin. Kelima, kitab syarah (penjelasanya) cukup
banyak. Lebih dari sepuluh kitab.

2.1.8.3 Syarah Kitab Aqidah Al Wasithiyah


Para ulama islam sangat perhatian terhadap Kitab Aqidah Al Wasithiyah.
Untuk itu banyak para ulama yang memberikan syarah (penjelasan rinci) atas kitab
tersebut. Di antaranya :
A. At Tambihatul Lathifah fi Maa Ihtawat ‘alaihi Al Wasithiyah minal
Mabaahits Al Munifah karya Syeikh Abdurrahman bin Naashir As Sa’diy.
Kitab ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul
Syarah Aqidah Al Wasitiyah oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawaz,
diterbitkan oleh Darul Haq, Jakarta.

B. Al Aqidah Al Wasithiyah yang dita’liq oleh Syeikh Muhammad bin Abdil


Aziz bin Maani’, ini merupakan komentar singkat beliau, diterbitkan di
percetakan Saad Ar Rasyiid di Riyadh.

C. Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah karya Syeikh Muhammad Kholil Haraas,


kitab ini ditahqiq oleh Alwiy bin Abdil Qadir As Saqqaaf, diterbitkan oleh
penerbit Darul Hijroh, Riyadh, KSA. Sebelum beliau kitab ini telah diteliti
oleh Syeikh Abdur Razaaq Afifiy dan dicetak oleh Al Jami’ah Al Islamiyah
(Universitas Islam Madinah) dalam 176 halaman. Kemudian dicetak lagi
dengan pembenahan dan komentar Syeikh Isma’il Al Anshoriy, dicetak di
Riasah Al Amaah liidaratil Buhuts Al Ilmiyah wal Ifta’ wad Dakwah wal
Irsyaad dalam 187 halaman pada tahun 1403 H.

D. At Tambihatus Sunniyah ‘Alal Aqidah Al Wasithiyah karya Syeikh


Abdulaziz bin Naashir Ar Rosiid. Ini adalah syarah yang cukup panjang
lebar dalam 388 halaman dan diterbitkan Dar Ar Rasyid.
E. Al Kawaasyif Al jaliyah ‘An Ma’aaniy Al Wasithiyah karya Syeikh Abdul
Aziz bin Muhammad Ali Salman. Dicetak beberapa kali dan dibagikan
cuma-cuma. Akhir cetakan adalah cetakan ke-17 tahun 1410 dalam 807
halaman.

16
F. Al Asilah wal Ajwibah Al Ushuliyah ‘Alal Aqidah Al Wasithiyah karya
Syeikh Abdul Aziz Ali Salman. Berisi 340 halaman dan dibagikan
cumacuma.

G. Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah karya Syeikh Sholih bin Fauzaan Ali


Fauzan. Beliau salah seorang anggota majlis ulama besar Saudi Arabia.
Ini adalah syarah ringkas dan mudah dalam 222 halaman. Beliau banyak
bersandar dalam syarah ini kepada kitab At Tambihatus Sunniyah ‘Alal
Aqidah Al Wasithiyah karya Syeikh Abdul Aziz bin Naashir Ar Rosiid dan
Ar Roudhatun Nadiyah Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah karya Zaid bin Abdil
Aziz bin Fayyaadh.

H. At Ta’liqatul Mufidah ‘Alal Aqidah Al Wasithiyah karya Abdullah bin


Abdurrohman bin Ali Asy Syariif.

I. Al Aqidah Al Wasithiyah wa Majlis Al Munadzaroh fiha Baina Syeikhil


Islam Ibnu Taimiyah wa ‘Ulama Ashrihi, ditahqiq oleh Zuhair Asy
Syaawiisy.

J. Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah karya Syeikh Sa’id bin Ali bin Wahb Al
Qohthoniy.

K. Ar Roudhatun Nadiyah Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah karya Zaid bin Abdil


Aziz bin Fayyaadh. Kitab yang menjelaskan Aqidah Al Wasithiyah dengan
panjang lebar sepanjang 516 halaman.

L. Syarah Al Aqidah Al Wasithiyah karya Syeikh Muhammad bin Sholih Al


Utsaimin. Ini adalah syarah yang sangat bagus dan indah, sepantasnya
dimiliki oleh setiap penuntut ilmu. Dicetak dalam 2 jilid sebanyak 414
halaman di Dar Ibnil Jauziy. m. Syarah Al Aqidah Al Wasithiyah min
Kalami Syeikhil Islam karya Syeikh Kholid bin Abdillah Al Mushlih. Dalam
syarah ini beliau mengambil penukilan pernyataan Syaikhul Islam dalam
karya-karya tulisnya ditambah sedikit dari pernyataan Ibnul Qayim dalam
melengkapi syarahnya. Dicetak dalam 216 halaman di Dar Ibnil Jauziy
tahun 1421.

17
M. Syarah Aqidah al-Wasithiyah karya Syeikh Sholih bin Abdul Aziz Ali
Syeikh.

N. Syarah Aqidah al-Wasithiyah karya Syeikh Abdurrahman al-Baraak.

O. At Ta’liqaat as-Sunniyah ‘Alal Aqidah Al Wasithiyah karya Syeikh Faishol


bin Abdul Aziz Ali Mubaarak. Dan lain-lain.

Penjabaran Tauhid
Ada beberapa macam penjabaran tentang tauhid menurut ulama, yaitu sebagai
berikut:

- Al-Uluhiyyah, (al-Fatihah ayat 4 dan an-Nas ayat 3). Mengesakan Allah SWT
dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.

- Ar-Rububiyyah, (al-Fatihah ayat 2, dan an-Nas ayat 1). Mengesakan Allah SWT
dalam perbuatanNya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang
mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.

- Al-Asma' was-Sifat, (al-Ikhlas ayat 1-4, dan an-Nahl ayat 62). Mengesakan Allah
SWT dalam asma dan sifatNya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang
serupa dengan Allah SWT, dalam dzat, asma maupun sifat.

Tauhid itu cuma satu tidak dibagi-bagi, menjadikan satu sebagaimana makna
asalnya dengan tiga macam penjabaran/penjelasan, seperti yang tersebut di atas
dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini
adalah istilah yang baru.

Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah SWT, maka
hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Rububiyah Allah SWT. Apabila yang
dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah SWT di muka bumi,
maka hal ini sudah masuk ke dalam Uluhiyah Allah, karena hukum itu milik Allah
SWT dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah SWT semata.

18
4. Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Definisi dasar di sini adalah rujukan atau sandaran bagi Ilmu Pendidikan
Islam. Dasar-dasar ilmu pendidikan Islam di sini adalah :

a. Al-Qur’an Dasar pertama dalam ilmu pendidikan Islam adalah Al-Qur’an.


KarenaAl-Qur’an diturunkan oleh Allah untuk untuk mendidik manusia
menuju keridhoan-Nya. Allah berfirman : Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1]. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya

b. As-Sunnah ( Al-Hadits ) Dasar berikutnya bagi ilmu pendidikan Islam


adalah As-Sunnah atau Al-Hadits. Alhadits memiliki kedudukan yang
sama dengan Al-Qur’an. Kesempurnaan rujukan dalam agama ini terdapat
pada keduanya. Bukan Al-Qur’an saja bukan pula AlHadits saja. Allah
berfirman : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. Semua Sunnah yang datang dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah upaya untuk menjelaskan Al-Qur-an.
Tidak ada satu pun yang samar atau tersembunyi dari semua penjelasan
yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat, melainkan
beliau telah jelaskan, ini menunjukkan bahwa agama Islam sudah
sempurna.

c. Ijma
Ijma didefinisikan oleh para ulama dengan beragam ibarat. Namun, secara
ringkasnya adalah Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa
setelah zaman Rasulullah atas sebuah perkara dalam agama.” Dan ijma’
yang dapat dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi di zaman
sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi’ut tabiin (setelah tabiin). Karena
19
setelah zaman mereka para ulama telah berpencar dan jumlahnya
banyak, dan perselisihan semakin banyak, sehingga tak dapat dipastikan
bahwa semua ulama telah bersepakat Ijma menjadi sumber rujukan dalam
agama islam. Baik dalam bisang Aqidah, Ibadah, Muamalah, Pendidikan,
Peradilan dan lain-lain. Allah Berfirman : Dan barangsiapa yang
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa pada
kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-
Nisa: 115)
Ayat di atas menjelaskan bahwa kesesatan ada di luar ajaran Rasul dan
jalan orangorang beriman. Maka jika ajaran Rasul (wahyu) atau
kesepakatan kaum mukmin diikuti mestilah akan terhindar dari kesesatan.

5. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam


Menurut Abudin Nata prinsip-prinsip Ilmu Pendidikan Islam adalah sebagai
berikut:
A. Prinsip Tauhid
Suatu prinsip yang seharusnya dianut adalah bah&a dunia ini merupakan
jembatan menuju kampung akhirat. 22 Allah berfirman : Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.

B. Prinsi Keseimbangan
Prinsip keseimbangan merupakan kemestian, sehingga dalam
pengembangandan pembinaan manusia tidak ada kepin"angan dan
kesenjangan. 24 Keseimbanganini diartikan sebagai keseimbangan antara
berbagai aspek kehidupan.

20
C. . Prinsip Kesetaraan
Prinsip ini dalam rangka menyamakan hak setiap muslim. Jangan ada
deskriminasi suku, ras, bangsa, kulit, latar belakang keluarga, kelamain
dan lain-lain. Ini sesuai dengan makna keuniversalan Agama Islam.

D. . Prinsip Pembaharuan Pembaruan dapat bermakna perubahan, yang


mendorong seseorang sebagai penggunaan dalam bekerja dan berkarya
jauh berbeda dan lebih baik dari sebelumnya atau menghasilkan dimensi
kinerja yang baru.

E. Prinsip Kesinambungan
Prinsip ini menghubungkan antara tingkatan pendidikan dan
programprogram pendidikan.

F. Prinsip Belajar Seumur Hidup


Maka demikian ulama meberikan contoh. Sangat terkenal moto “ Menuntut
ilmu Prinsip ini mendorong manusia untuk senantiasa belajar terus
menerus tanpa harus dibatasi dengan umur, kedudukan, jabatan dan lain-
lain. dari gendongan ibu sampai liang lahat.” Hal demikian harus dijadikan
prinsip dalam Ilmu Pendidikan Islam. Sebab Ilmu Agama Islam ini sangat
luas, banyak pokok dan cabangnya

Tujuan Pendidikan Islam


Segala sesuatu dilakukan mesti memiliki maksud dan tujuan. Naquib
alAttas mengemukakan bahwa tujuan Ilmu Pendidikan yang penting harus
diambil dari pandangan hidup (pilosophy of live). Jika pandangan
hidupnya adalah islam maka tujuan pendidikan adalah membentuk
manusia sempurna menurut Islam. Abdurrahman Shaleh Abdullah
mengemukakan tujuan pokok pendidikan Islam adalah mencakup tujuan
jasmaniyah, tujuan ruhaniyah dan tujuan mental. Banyak para pakar yang
mengemukakan tentang tujuan pendidikan Islam. Kesimpulan bahwa Ilmu
Pendidikan Islam memiliki tujuan membentuk generasi ke arah yang lebih
21
baik, membentuk akhlak mulia, persiapan mencari rizki, menumbuhkan
semangat ilmiah, mempersiapkan diri menuju akherat.

Pokok aqidah yang harus dipercayai oleh tiap-tiap muslimin, yang merupakan
unsur pertama dan unsur-unsur keimanan ialah dengan mempercayai empat hal
sebagai berikut;
a. Wujud (ada) Allah dan wahdaniat (keesaan-Nya). Menciptakan, mengatur serta
mengurus segala sesuatunya sendiri tanpa yang lain. Tiada bersekutu dengan
siapapun tentang kekuasaan dan kemuliaan. Tiada yang menyerupai-Nya dalam Zat
dan sifat-sifat-Nya, hanya Ia saja yang berhak disembah, dipuja dan dimuliakan
secara istimewa. Hanya kepada-Nya lah manusia pantas menundukkan diri.

b. Mempercayai bahwasannya Tuhan memilih di antara hamba-Nya yang dipandang


pantas untuk membawa risalat-Nya yaitu para Rasul. Disampaikan kepada mereka
wahyu mellewati perantara malaikat, untuk diserukan kepada manusia dari segi
keimanan dan mengajak berbuat baik. Oleh karena itulah muslim wajib beriman
kepada pada hal-hal yang tersebutkan dalam al-Qu’an.

c. Mempecayai eksistensi malaikat-malaikat-Nya, dan mempercayai kitabkitab yang


mereka sampaikan kepada para Raul.

d. Setiap muslim wajib mempercayai segala sesuatu yang terdapat dalam risalat-Nya,
diantaranya iman dengan hari kebangkitan dan pembalasan. Selain itu harus
beriman kepada pokok-pokok syari’at dan peraturan17 Daniel, Aqidah Islam…., hlm.
16. 22 peraturan yang telah dilipih Tuhan sesuai dengan keperluan hidup manusia
dan selaras dengan kesanggupan. Dengan demikian akan tergambar dengan nyata
keadilan, rahmat, kebesaran, dan hikmah kebijaksanaan Ilahi.18 Dalam kerangka
aqidah haruslah termuat di dalamnya enam rukun pokok yaitu; Iman kepada Allah
Swt, Iman kepada malaikat-malaikat Allah Swt, Iman kepada kitab-kitab Allah Swt,
Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt, Iman kepada hari kiamat dan Iman kepada
qadha dan qadar. Sebagaimana tercantumkan dalam firman Allah Swt, juga dalam
hadits Rasul-Nya sebagai berikut;
Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada
22
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasulrasul-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat."
(mereka berdoa): "Ampunilah
Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasulrasul-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat."
(mereka berdoa): "AmpunilahKami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali." (QS. AlBaqarah: 285)

Ada istilah lain yang memiliki makna yang sama dengan aqidah, yaitu iman dan
tauhid. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing.
1. Iman

Ada yang menyamakan makna antara aqidah dengan iman namun ada juga

yang membedakannya juga. Bagi mereka yang membedakannya mereka

beralasan bahwa aqidah hanyalah bagian dalam aspek hati dari iman,

sedangkan iman menyangkut aspek dalam dan aspek luar. Aspek dalamnya

berupa keyakinan dan aspek luarnya berupa pengakuan lisan dan

pembuktian dengan amal. Permasalahannya tergantung dari definisi iman.

Kalau mengikuti definisi iman menurut As’ariah yang mengatakan iman

hanyalah “membenarkan dalam hati”, maka iman dan aqidah adalah dua

istilah yang sama. Sebaliknya jika mengikuti definisi iman menurut ulama

salaf (Imam Ahmad, Imam Malik, dan Imam Syafi’i) yang menyatakan bahwa

iman adalah sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan

diamalkan dengan perbuatan, maka iman dan aqidah tidak persisi sama

maknanya.

23
2. Tauhid

Tauhid memiliki arti mengesakan Allah. Ajaran tauhid adalah tema sentral

dalam aqidah Islam. Oleh karena itu, aqidah dan iman diidentikan dengan

istilah tauhid.21 Ilmu tauhid kadangkala juga disebut dengan ilmu aqa’id atau

ilmu I’tiqad, karena keduanya mempunyai kesamaan dalam memkaji

masalahmasalah yang berkaitan dengan keyakinan yang berlabuh dalam

hati.22 Persoalan yang paling mendasar dalam kehidupan beragama adalah

aqidah yang berintikan pada keimanan. Keimanan itu merupakan pokok yang

diatasnya berdiri syari’at Islam.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

PENUTUP
A. Simpulan
Aqidah merupakan kata yang berasal dari Bahasa Arab, yaitu al-‘aqdu
yang memiliki arti ikatan, pengesahan, penguatan, menjadi kokoh, pengikatan
dengan kuat, keyakinan, dan penetapan. Pada definisi aqidah dapat disebut
sebagai perkataan kepercayaan atau keimanan. Hal ini disebabkan karena iman
merupakan unsur utama aqidah.

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting


bagaikan suatu fondasi bangunan. Selain itu dapat diibaratkan seperti ibadah
dan akhlak merupakan bangunan di bagian atasnya. Sebab padadasarnya
manusia telah mengetahui Allah walupun secara global, maka para Rasul
utusan Allah SWT diutus bukan untuk memperkenalkan Allah SWT semata.
Sehingga, aqidah memiliki fungsi sebagai penopang perilaku manusia,
memberi ketenangan dan ketentraman jiwa, sebagai penyaring budaya yang
buruk, dan memiliki akhlak yang mulia.

25
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, Drs. Abu Zakki. 1996. 477 Tanya Jawab Agama Islam. Jakarta: Penerbit
Rica Grafika.

Mannan, Audah. 2012. Aqidah Islamiyah. Makasar: Alauddin University Press.


Rozak, Dr. H. Abd., dkk. 2019.
Studi Islam di Tengah Masyarakat Majemuk (Islam Rahmatan Iil ‘Alamin).
Tangerang Selatan: Penerbit Yayasan AsySyriah Modern Indonesia.

Setyawati, dkk. t.t. Akidah Akhlak untuk Madrasah Aliyah Kelas X. Jakarta:
Penerbit Swadaya Murni.
https://hot.liputan6.com/read/4821561/pengertian-aqidah-islam-beserta-dalilnya-
yang-wajib-dipahami-setiap-muslim
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6212968/pengertian-akidah-islam-dasar-
dasar-dan-tujuannya

26
27

Anda mungkin juga menyukai