Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ILMU AQIDAH DAN TAUHID

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu tauhid

DISUSUN OLEH :

1.RENI SEPTIANI (2210402009)

2.ISRO MAULIO (2210402030)

DOSEN PEMBIMBING :

RIRIN DWI

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTINTUT AGAMA ISLAM NEGRI KERINCI (IAIN)

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya Alam ciptaan-Nya.
Sholawat serta salam kita haturkan kepada teladan kita semua Nabi Muhammad Shallallahu
`alaihi Wa Sallam yang telah memberitahu kepada kita jalan yang benar berupa ajaran agama
yang sempurna serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas dalam
mata kuliah Kemanusiaan dan Keimanan dengan judul “Iman Akidah dan Tauhid”. Selain itu,
penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah membantu
sampai makalah ini dapat terselesaikan.

Akhir kata, penyusun sangat memahami apabila makalah ini tentu jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami butuh kritik dan sarannya yang bertujuan untuk memperbaiki
karya-karya kami selanjutnya di waktu yang akan datang.

Sungai penuh, februari 2023

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………..……………….........………….…………i

DAFTAR ISI…...………...………………..…………………………..............……………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………….………......……................………..…………...….......…1

B. Rumusan Masalah……………...........…....………………….......….….…....……..2

C. Tujuan penelitian……………….……........…………………..........…....………….3

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian aqidah….………..…............................................................…………….4

2. Ruang lingkup aqidah………...………......…................................….....….…..……5

3. Metode mengajarkan aqidah……...…..........………………......….……..…...……..6

4. Fase-fase aqidah………….….........................................................…....……...……7

5. Pengertian tauhid…………………….......................……....………..………………8

6. Objek-objek pembahasan dalam tauhid...........……………….…..……..…………..9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan,………….…...……....…………………..........…….……….………..10

B. Saran………………...……….............…………………................................….…11

DAFTAR PUSTAKA……………....................................................……………..…….……............……………12

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar belakang

Tauhid merupakan dasar agama Islam yang secara persis diungkapkan dalam frasa “Lā ilāha
illallāh”. Menurut bahasa, tauhid adalah bentuk masdar dari fi'il wahhada-yuwahhidu yang
artinya menjadikan sesuatu jadi satu saja

akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang
mempercayainya. Sehingga, pengertian akidah Islam adalah pokok-pokok kepercayaan yang
harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim dengan bersandar pada dalildalilnaqli

aqidah merupakan dasar atau landasan. Sedangkan tauhid merupakan wujud dari aqidah
yakni dengan mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta'alla. Tauhid sendiri dibagi menjadi 3,
yakni Uluhiyah, Asma wa Sifat, dan Rububiyah. Ketiga pembagian tersebut juga bisa
membantu Anda untuk mengetahui perbedaan aqidah dan tauhid.

C.Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1.Apa pengertian dari aqidah ?

2.Apa saja ruang lingkup dari aqidah?

3.Apa saja Objek yang dipelajari dalam aqidah?

4.Apa Tujuan mempelajari tauhid?

5.apa perbedaan aqidah dan tauhid?

D.Tujuan Penulisan Makalah

Untuk mengetahui pengertian aqidah dan tauhid.

Untuk mengetahui ruang lingkup dari aqidah dan tauhid.

Untuk mengetahui Objek yang dipelajari dalam aqidah

Untuk mengetahui objek pembahasan dalam tauhid.

Untuk mengetahui fase-fase dalam aqidah.

Untuk mengetahui perbedaan antara aqidah dan tauhid.

4
BAB ll
PEMBAHASAN

A.Pengertian Aqidah

Secara etimologis kata “aqidah” berasal dari bahasa Arab. Aqidah berakar dari kata, “aqada-
ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan. “Aqdan” berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah
terbentuk menjadi Aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah
adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh didalan hati, bersifat mengikat dan
mengandung perjanjian. Senada dengan hal ini Mahrus mengatakan bahwa Kata aqidah ini
sering juga disebut aqoid yaitu kata plural (jama‟) dari aqidah yang artinya simpulan.Kata
lain yang serupa adalah I’tiqod yang mempunyai arti kepercayaan.
Dari ketiga kata ini, secara sederhana dapat dipahami bahwa aqidah adalah sesuatu yang
dipegang teguh dan terhunjam kuat didalam lubuk jiwa. Secara terminologis terdapat
beberapa depenisi tentang Aqidah, antara lain Hasan al-Banna mengatakan „aqidah adalah
beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati manusia, mendatangkan
ketenteraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-
raguan. Sedangkan menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy sebagaimana dikutip Yunahar Ilyas
mengatakan „aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat dterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah.
Kebenaran itu dipatrikan (oleh manusia) di dalam hati serta diyakini kesahihannya secara
pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa dalam pengertian umum aqidah adalah ilmu yang mengkaji persoalan–
persoalan dan eksistensi Allah berikut seluruh unsur yang tercakup didalamnya, suatu
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa beserta ajaranNya. Selanjutnya dikemukakan
bahwa Aqidah Islam adalah suatu sistem kepercayaan Islam yang mencakup di dalamnya
keyakinan kepada Allah Swt dengan jalan memahami nama-nama dan sifat-sifatnya,
keyakinan terhadap Malaikat, Nabi-nabi, Kitab-kitab suci, serta hal-hal eskatologis atau
kehidupan di akhirat.
B.Ruang Lingkup Akidah

Pembahasan akidah mencakup:


1.Ilaahiyyaat (ketuhanan)

Yaitu yang memuat pembahasan yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah) dari segi
sifat-sifat Nya, nama-nama-Nya, dan af’aa Allah. Juga dipertalikan dengan itu semua yang
wajib dipercayai oleh hamba terhadap Tuhan.
2.Nubuwwaat (kenabian).

Yaitu yang membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul
mengenai sifat-sifat mereka, kema’shum -an mereka, tugas mereka, dan kebutuhan akan
keputusan mereka. Dihubungkan dengan itu sesuatu yang bertalian dengan pari wali,
mukjizat, karaamah, dan kitab-kitab samawi.

5
3.Ruhaniyyaat (kerohanian)

Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam bukan materi
(metafisika) seperti jin, malaikat, setan, iblis dan ruh.
3.Sam’iyyaat (masalah-masalah yang hanya didengar dari syara’)

Yaitu pembahasan yang berhubungan dengan kehidupan di alam barzakh, kehidupan di alam
akhirat, keadaan alam kubur, tanda-tanda hari kiamat, ba’ts (kebangkitan dari kubur),
mahsyar (tempat berkumpul), hisaab (perhitungan), dan jazaa’ (pembalasan). Ruang lingkup
‘aqidah dapat diperinci sebagaimana yang dikenal sebagai rukun iman, yaitu iman kepada
Allah, malaikat (termasuk didalamnya: jin, setan, dan iblis), kitab-kitab Allah yang
diturunkan kepada para utusan-Nya, Nabi dan Rasul, hari akhir, dan takdir Allah.
C.Metode Mengajarkan Akidah

Akidah Islam memang diakui mulanya bersumber dari wahyu yang diturunkan Allah swt.
Kepada Nabi Muhammad saw. Yang kemudian menyampaikannya kepada umat dengan
berupa ayat-ayat al-Qur’an dan sabda-sabda beliau (hadits). Dalam sejarah pemikiran teologi
Islam, para ulama’ telah mempergunakan beberapa metode pemikiran, baik dalam rangka
memformulasikan pokok-pokok akidah dari sumbernya, maupun untuk menjadikannya
sebagai keyakinan dalam diri ummat yang membutuhkannya.
Adapun metode yang digunakan adalah:
1.Metode Rasional (al-manhaj al-‘aqli)

Yaitu metode yang menganggap rasio sebagai alat yang dominan, sehingga teks-teks wahyu
harus diterima secara rasional, dan keyakinan orang terhadap kebenaran materi akidah harus
didasarkan atas pengetahuan rasional. Untuk itu, semua hasil pemikiran rasional umat
manusia bisa dipergunakan bila berdayaguna untuk memperkuat kebenaran dan menambah
keyakinan. Menurut metode ini, di mana alam semesta kerumitan hukum-hukumnya adalah
berupa dalil akal. Menurut akal, kebenaran sesuatu dapat diamati, diteliti, dan dicapai oleh
akal. Bahwa segala yang wujud pasti ada yang mewujudkan. Yang mewujudkan pasti yang
wajibul wujud, Maha Ada dan Maha Kekal. Sebaliknya akal membantah keras bila ada
sesuatu dengan sendirinya. Hal yang dianggap mustahil aqli (mustahil bagi akal).
2.Metode Tekstual (al-manhaj an-naqli)

Yaitu metode berpikir yang berpegang teguh kepada teks-teks wahyu secara harfiah, tanpa
memberikan peranan kepada akal dan hasil pemikiran untuk menjamah masalahmasalah
akidah, kecuali untuk sekadar sistematisasi pokok – pokok akidah tersebut. Dasar
penggunaan metode ini ialah anggapan bahwa teks-teks wahyu sudah komplit menampung
segala masalah akidah yang dperlukan dan mengikuti tradisi para sahabat Nabi Muhammad
dan para pengikutnya.
Dengan kata lain, akal untuk membuktikan atau sebagai dalil, hal-hal yang bersifat materi.
Sedang untuk mencapai non materi datangnya dari Tuhan yang wujudnya wahyu (naqli).
Kebenaran yang dikandungnya pasti dan mutlak. Al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw.
Dijadikan dasar dalam metode ini, dan harus diterima dengan yakin dalam hati apa yang telah
dinashkan di dalamnya, maka dalil itupun merupakan dalil yang paten dan pasti yang tidak
perlu diperdebatkan lagi.

6
Untuk menerima al-Qur’an dan hadits sebagai sumber dan dasar akidah, memang harus
menggunakan akal. Orang dalam menggunakan akal kadang-kadang tersesat juga. Ada orang
yang fanatik percaya dan fanatik tidak percaya. Banyak orang yang fanatik percaya
(berta’asub), .
D.Fase-fase Akidah

Ditinjau dari segi kuat dan tidaknya, akidah dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu ragu,
yakin, ‘ainul yaqin, dan haqqul yaqin. Tingkatan ini terutama didasarkan atas sedikit banyak
atau besar kecilnya potensi dan kemampuan manusia yang dikembangkan dalam menyerap
akidah tersebut. Semakin sederhana potensi yang dikembangkan akan semakin rendah akidah
yang dimiliki, begitu pula sebaliknya. Empat tingkatan akidah tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1.Tingkat ragu (taqlid), yakni orang yang berakidah hanya karena ikut-ikutan saja, tidak mempunyai
pendirian sendiri. Akan tetapi dalam masalah keyakinan yang bersifat individual harus memiliki
keyakinan utuh, dan tidak dibenarkan adanya taqlid (kepercayaan atas dasar pernyataan atau
keyakinan orang lain).

2.Tingkat yakin, yakni orang yang berakidah atau sesuatu dan mampu menunjukkan bukti, alasan,
atau dalilnya, tapi belum mampu menemukan atau merasakan hubungan kuat dan mendalam antara
obyek (madlul) dengan data atau bukti (dalil) yang didapatnya. Sehingga tingkat ini masih mungkin
terkecoh dengan sanggahan-sanggahan yang bersifat rasional dan mendalam. Atau keyakinan yang
didasarkan kepada pengetahuan semata.

3.Tingkat ‘ ain al-yaqiin , yakni orang yang berakidah atau meyakini sesuatu secara rasional, ilmiah,
dan mendalam mampu membuktikan hubungan antara obyek (madlul) dengan data atau bukti
(dalil). Tingkat ini tidak terkecoh dengan sanggahan-sanggahan yang bersifat rasional dan ilmiah.
Atau berkeyakinan yang didasarkan kepada penglihatan rohani yang disebut ‘ a i n a l – bas} irah
(melihat dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat).

4.Tingkat haqq al-yaqiin , yakni orang yang berakidah atau meyakini sesuatu, disamping mampu
membuktikan hubungan antara obyek (madlul) dengan bukti atau data (dalil) secara rasional, ilmiah,
dan mendalam, juga mampu menemukan dan merasakannya melalui pengalaman-pengalaman
dalam pengamalan ajaran agama. Atau berkeyakinan yang didasarkan kepada pengetahuan dan
penglihatan rohani. Orang yang telah memiliki akidah pada tingkat ini tidak akan tergoyahkan dari
sisi manapun, ia akan berani berbeda dengan orang lain sekalipun hanya seorang diri, ia akan berani
mati untuk membela akidah itu sekalipun tidak seorangpun yang mendukung atau menemaninya.

Tauhid

E.Pengertian Tauhid

Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata benda yang
berarti keesaan Allah kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal
dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada (‫ ) وحد‬Yuwahhidu (‫ )يوحد‬.Tauhidan ( ‫ ت‬. ) 1 ‫وحدا‬
Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT adalah
Esa, Tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam
bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”, mentauhidkan berarti “mengakui akan keesaan
Allah mengeesakan Allah.

7
Jubaran Mas’ud menulis bahwa tauhid bermakna “beriman kepada Allah, Tuhan yang Esa,
juga sering disamakan dengan “‫“ ”الاله اال هللا‬tiada Tuhan Selain Allah”. Fuad Iframi Al-Bustani
juga menulis hal yang sama. Menurutnya tauhid adalah Keyakinan bahwa Allah itu bersifat
“Esa”. Jadi tauhid berasal dari kata “wahhada” (‫“ )وحد‬yuwahhidu” (‫ “ )يوحد‬Tauhidan” (‫)توحيدا‬,
yang berarti mengesakan Allah SWT.
Menurut Syeikh Muhammad Abduh tauhid ialah : suatu ilmu yang membahas tentang wujud
Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya,
dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya.Juga membahas tentang
rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan)
kepada mereka, dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.
F.Obyek-obyek Pembahasan Ilmu Tauhid di Dalam Al-Qur’an

Obyek pembahasan atau yang menjadi lapangan bahasan ilmu Tauhid pada garis besarnya
dibagi menjadi kepada tiga bagian utama di dalam al-Qur’an yaitu :
1.Tauhid Ilahiyah (Ketuhanan)

2.Tauhid Nubuwwah (Kenabian)

3.Tauhid Sam’iyyat, yaitu sesuatu yang diperolah lewat pendengaran dari sumber yang
menyakinkan yakni Quran dan Al-Hadis , misalnya tentang alam Kubur, Azab Kubur, Hari kebangkitan
di padang Mahsyar, Alam Akhirat, tentang, Arsy, Lauh Mahfudz dan lain .

1.Tauhid Ilahiyah, yaitu bagian dari ilmu Tauhid yang membahas masalah ketuhanan. Hal ini terdiri
dari :

a.Tauhid Uluhiyah

Yaitu adalah kepercayaan untuk menetabkan bahwa sifat ketuhanan itu hanyalah milik Allah
belaka dengan penyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah yang dilahirkan dengan
mengucapkan kalimah thayibah “ Laa Ilaaha Illahllah” selain itu ia hanya berbakti kepadanya
saja, jika ia mendapat musibah, ia lari, mengadu dan berserah diri hanya kepanya saja. Kalau
mengerjakan suatu amalan, maka tujuan utamanya hanyalah dia semata. Singkatnya adalah
kepercayaan bahwa Tuhan yang menciptakan alam semesta ialah Allah dan hanya berbakti
kepada-Nya saja.
B.Tauhid Rububiyah

Adalah mengesakan Allah ta’ala di dalam segala perbuatan-Nya, dialah satu-satunya yang
menciptakan sekaligus memiliki, dan mengatur makhaluk-Nya. Allah menciptakan segala
sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Allah ta’alah setelah menetapkan seluruh
makhluk untuk mengakui rububiyah-Nya bahkan orang-orang musyrik yang membuat
tandingan, bagi Allah di dalam ibadah pun juga mengakui keesahan-Nya dalam Rububiyah
Tauhid semacam ini, tidak pernah dikenal satu golongan pun dari anak cucu adam yang
mempunyai keyakinan yang berlawanan.
C.Tauhid Nubuwwah (kenabian)

Yaitu bagian ilmu Tauhid yang membahas masalah kenabian, kedudukan dan peranan serta
sifat-sifat dan keistimewaanya. Sebagai mana firman Allah dalam surat (An-Nahl ayat 43).

8
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan

Tauhid merupakan dasar agama Islam yang secara persis diungkapkan dalam frasa “Lā ilāha
illallāh”. Menurut bahasa, tauhid adalah bentuk masdar dari fi'il wahhada-yuwahhidu yang
artinya menjadikan sesuatu jadi satu saja

akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang
mempercayainya. Sehingga, pengertian akidah Islam adalah pokok-pokok kepercayaan yang
harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim dengan bersandar pada dalildalilnaqli

aqidah merupakan dasar atau landasan. Sedangkan tauhid merupakan wujud dari aqidah
yakni dengan mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta'alla. Tauhid sendiri dibagi menjadi 3,
yakni Uluhiyah, Asma wa Sifat, dan Rububiyah. Ketiga pembagian tersebut juga bisa
membantu Anda untuk mengetahui perbedaan aqidah dan tauhid.

B.Saran

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh
dari kesempurnaan.Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
pada sumber yang dapat di pertanggungjawabkan nantinya.Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan keritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

Daftar Pustaka

1. https://muslim.or.id
2. Eprints.walisongo.ac.id
3. Eprints.ums.ac.id
4. Digilib.uinsby.ac.id
5. Repository.uinsu.ac.id

Anda mungkin juga menyukai