DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
Kelas: 1C
Kelompok 5
EKONOMI SYARI’AH
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena atas berkat-Nyalah,
makalah yang berjudul ’’Garis-Garis Besar Al-Qur’an’’ ini dapat kami
selesaikan.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi dan
manfaat untuk pembangunan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................iii
A. Latar Belakang...........................................................................................iii
B. Rumusan Masalah......................................................................................iii
C. Tujuan........................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................1
A. Garis-Garis Besar Al-Qur’an........................................................................1
a. Akidah......................................................................................................1
1. Pengertian Akidah................................................................................1
2. Dalil Tentang Akidah...........................................................................2
3. Pembahagia Akidah..............................................................................2
b. Ibadah.......................................................................................................7
1. Pengertian Ibadah..................................................................................7
2. Dalil Tentang Ibadah.............................................................................7
3. Pembahagia Ibadah................................................................................8
c. Wa’du dan Wa’id......................................................................................10
1. Pengertian Wa’du dan Wa’id................................................................10
2. Dalil Tentang Wa’du dan Wa’id............................................................10
3. Pembahagian Wa’du dan Wa’id...........................................................10
d. Akhlak.......................................................................................................
1. Pengertian Akhlak.................................................................................13
2. Dalil Tentang Akhlak............................................................................15
3. Pembahagian Akhlak.............................................................................15
BAB III PENUTUP................................................................................................17
A. Kesimpulan................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
c. Tujuan
2. Mampu menjelaskan dalil mengenai akidah, ibadah, wa’du dan waid, serta
akhlak
3. Mengetahui pembahian serta contoh dari akidah, ibadah, wa’du wa’id dan
akhlak
iii
BAB 2
PEMBAHASAN
a. Akidah
1. Pengertian Akidah
Dalam islam, akidah merupakan ajaran islam yang paling utama, karena
akidah membahas bagian yang mendasar dalam islam. Akidah
1
Muhammad Murodhi. 2013. Akidah Pokok dan Akidah Cabang. dalam http://muhamadmurodhi
.blogspot.co.id/2013/05/akidah-pokok-dan-akidah-cabang.html . diakses pada 31 April 2016
1
diumpamakan sebagai dasar seluruh bangunan agama Islam yang berdiri
diatasnya. Hancurnya akidah berakibat hancurnya dan runtuhnya keyakinan
terhadap agama secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemahaman tentang
akidah dalam agama islam akan mempengaruhi kuat tidaknya iman yang
dimiliki oleh seorang muslim.
Tidak hanya itu, akidah juga membahas tentang beberapa segi keimanan
yang lainnya, yaitu keimanan kepada Malaikat, kepada Kitab, kepada
Rasul, kepada Hari Akhir (Hari Kiamat), dan kepada Qada‟ dan Qadar.
Yang mana perkara ini biasanya kita sebut dengan rukun iman.
Berikut dalil tentang akidah yang terdapat dalam Q.S Al-Ma’idah ayat 48
yang artinya:
3. Pembahagia Akidah
2
Ibid. hal 90. Juga terdapat dalam, Maulana Muhammad Ali. 1977. The Reigion of Islam
“Islamologi”. Terj. CV Darul Kutubil Islamiyah. Jakarta : CV Darul Kutubil Islamiyah. hal. 171-
173.
2
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah
hadits yang sohih mengenai perkara iman yang artinya “Bahwa engkau
beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya
dan hari akhirat. Dan juga engkau beriman kepada qadar, yang baik dan yang
buruk.” ( HR. Muslim )
Yang dimaksud dengan iman kepada Allah adalah kita meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang tidak ada sekutu
baginya. Meyakini bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu yang ada di
alam semesta. Meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tempat untuk
menyembah, dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah memiliki
nama-nama yang mewakili sifat-sifat Allah. Pada masa Rasulullah, hal
inilah yang diajarkan kepada para Sahabatnya dan tidak ada sedikitpun
perselisihan didalam hal keimanan ini, dan tidak ada perbedaan pendapat
dari para sahabat dalam mengimani Allah.
3
kepada malaikat adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah
menciptakan malaikat sebagai makhluknya yang memiliki tugas-tugas
tertentu dari Allah. Dan mereka adalah makhluk yang tidak pernah
menentang Allah dan senantiasa taat dan patuh kepada Allah.
Maksudnya adalah kita meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah
menurunkan kitab-kitabnya kepada para Nabi dan RasulNya, terutama
beriman kepada AL-Qur‟an dan kepada kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya. Baik itu Taurat, Zabur, Injil, ataupun suhuf-suhuf lainnya yang
telah diberitakan dan dikabarkan dalam Al-Qur‟an. Sebagaimana firman
Allah, “dan kami tellah menurunkan Kitab-Kitab (Al-Qur‟an) kepadamu
(Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab
yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya” (Q.S. Al-Ma‟idah : 48).4
4
manusia yang rusak. Pada hakikatnya, para Nabi dan Rasul adalah manusia
biasa seperti kita, namun mereka Allah beri keistimewaan untuk menerima
wahyu dariNya baik itu untuk disampaikan kepada umatnya ataupun tidak.
- Belajar dengan giat dan bersungguh sungguh agar menjadi sosok yang
cerdas seperti Rasul (Fathanah).
Hal tentang adanya hari akhir atau hari kiamat dan segala yang terjadi
tentang kerusakan alam ini, telah di beritakan oleh rasulullah SAW dengan
riwayat mutawatir tentang kebangkitan dari dalam kubur, pengumpulan di
padang mahsyar, pemeriksaan dan hari pembalasanm. Maka Allah memberi
keputusan tentang perbuatan hambaNya, lalu ada yang masuk neraka
selama-lamanya dan tidak keluar daripadanya, ada yang masuk kemudian
keluar dari neraka, dan ada yang masuk surga dan kekal, yaitu orang-orang
mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah. Adapun waktu dan tanda-
tanda hanya Allah SWT yang tahu kapan akan terjadinya hari akhir
tersebut.
5
7 Muhammad Murodhi. 2013. Akidah Pokok dan Akidah Cabang.
5
Tuhanku. Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya
selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di
langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan
dengan tiba-tiba” mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-
benar mengetahinya. Katalkanlah, “sesungguhnya pengetahuan tentang
hari kiamat itu ada di sisi Allah namun kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya.” (QS al-A‟raf: 187)”
Orang yang beriman kepada hari akhir akan senantiasi rajin beribadah
untuk mempersiapkan bekal kehidupan di akhirat. Ia senantiasa berhati-hati
dalam sikap dan tindakannya karena ia yakin bahwa setiap perbuatannya
akan mendapat balasan yang setimpal.6
- Perilaku seseorang yang sabar dan tabah pada saat ada kerabat atau
keluarga yang meninggal dunia.
- Seseorang yang selalu bertawakal kepada Allah atas semua hal yang Allah
berikan kepadanya.7
6
Muhammad Murodhi. 2013. Akidah Pokok dan Akidah Cabang. dalam
http://muhamadmurodhi .blogspot.co.id/2013/05/akidah-pokok-dan-akidah-cabang.html . diakses
pada 31 April 2016
7
Muhammad Murodhi. 2013. Akidah Pokok dan Akidah Cabang. dalam
http://muhamadmurodhi .blogspot.co.id/2013/05/akidah-pokok-dan-akidah-cabang.html . diakses
pada 31 April 2016
6
b. Ibadah
1. Pengertian Ibadah
Pertama: Ibadah kepada Allah karena sangat mengharap pahalanya atau karena
takut akan siksanya.
Kedua: Ibadah kepada Allah karena memandang bahwa ibadah itu merupakan
perbuatan mulia, dan dilakukan oleh orang yang mulia jiwanya.
“Dan aku tidak menciptakan Jin dan Manusia, melain- kan agar mereka
beribadah kepadaku (menyembahku)” (Q.S Adz-Dzariyat[51]: 56).8
8
Rahman Ritonga, dkk, Fiqh Ibadah, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997, h. 06
7
3. Pembagian Ibadah
1). Ibadah khassah: yaitu ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaanya telah
ditetapkan oleh naş, seperti: shalat, zakat, puasa, haji, dan lain sebagainya.
2). Ibadah amah: yaitu semua pernyataan dan perbuatan yang baik, dilakukan
dengan niat yang baik, semata-mata karena Allah (ikhlas), seperti: makan,
minum, bekerja, berbuat kebaikan kepada orang lain dan sebagainya.
1). Ibadah yang berupa perkataan atau berupa ucapan lidah, seperti: tasbih,
takbir, tahlil, do’a, tadarus Al-qur’an, menyahuti orang yang sedang bersin,
azan, istiqamah dan lain sebagainya.
2). Ibadah yang berupa perbutan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti:
menolong orang yang tenggelam, jatuh, menyelenggarakan pengurusan
janazah, membela diri dari gangguan orang lain, dan sebagainya.
3). Ibadah yang dalam pelaksanaannya berupa menahan diri, seperti: puasa,
I’tikaf (menahan diri dari jima’) dan bermubasyarah (bergaul dengan istri),
wuquf di Arafah, Ihram, menahan diri untuk menggunting rambut dan kuku
ketika haji.
4). Ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti: membe- baskan orang
yang berhutang dari hutangnya, memaafkan kesalahan dari orang yang
bersalah.
1). Muadda’ yaitu ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang telah ditetapkan
oleh syara’. Seperti melaksanakan shalat 5 waktu yang masih dalam batas
waktu yang ditetapkan, sehingga şalatnya disebut ada’.
2). Muhaddad, yaitu ibadah yang dibatasi kadarnya oleh syara’ seperti shalat
fardhu, zakat.9
3). Maqdi, yaitu ibadah yang dikerjakan setelah melampaui batas waktu yang
ditetapkan oleh syara’: Ibadah ini merupakan pengganti dari ibadah yang
9
Ditbin Perta, Op Cit, h. 4-5. Hasbi As-Siddiqie, Op Cit, h. 22-30
8
tertinggal, baik dengan sengaja atau tidak, seperti tertinggal karena sakit,
dalam perjalanan dan tertidur; Pelaksanaan ibadah ini disebut qaḑa’.
4). Mu’ad, yaitu ibadah yang dikerjakan dengan diulangi sekali lagi dalam
waktunya untuk menambah kesempurnaan, misalnya melaksanakan shalat
secara berjama’ah dalam waktunya setelah melaksanakannya secara munfarid/
sen-dirian pada waktu yang sama.
5). Muțlaq, yaitu ibadah yang sama sekali tidak dikaitkan waktunya oleh
syara’ dengan suatu waktu yang terbatas, seperti membayar kaffarat, sebagai
hukuman bagi yang melanggar sumpah.
6). Muwaqqat, yaitu ibadah yang dikaitkan oleh syara’ dengan waktu tertentu
dan terbatas, seperti shalat lima waktu, bahkan termasuk puasa di bulan
Ramadhan.
7). Muwassa’, yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan kewajiban yang di- tuntut pada waktu itu,
seperti shalat lima waktu. Artinya seseorang diberikan hak mengerjakan
şalatnya diawal waktu, dipertengahan dan diakhirnya, asalkan setelah selesai
di-kerjakan belum berakhir waktunya.
8). Mudayyaq, yaitu ibadah yang waktunya sebanyak dan atau sepanjang yang
dipardukan dalam waktu itu, seperti puasa. Dalam bulan ramaḑan, hanya
dikhususkan untuk puasa wajib dan tidak boleh dikerjakan puasa yang lain
pada waktu itu.
9). Mu’ayyan, yaitu seperti ibadah tertentu yang dituntut oleh syara’ seperti
kewajiban atas perintah shalat, sehingga tidak boleh diganti dengan ibadah lain
sebagai alternatif pilihan-nya10.
10). Ghairu muhaddad, yaitu ibadah yang tidak dibatasi kadarnya oleh syara’,
seperti mengeluarkan harta dijalan Allah, memberi makan orang musafir.
11). Mukhayyar, yaitu ibadah yang boleh dipilih salah satu dari yang
diperintahkan. Seperti kebolehan memilih antara beristinja’ dengan air atau
dengan batu.
10
Ditbin Perta, Op Cit, h. 4-5
Hasbi As-Siddiqie, Op Cit, h. 22-30
9
C. Wa’du dan Wa’id
Wa’du yaitu nash (Alquran dan as-sunnah) yang mengandung janji Allah
SWT kepada orang yang taat dengan ganjaran yang baik pahala dan surge,
adapun yang dimaksud dengan Wa’id yaitu nash yang terdapat padanya
Ancaman bagi orang-orang yang berbuat maksiat dengan azab dan siksaan
yang Pedih.
Adapun dalil tentang Wa’du dan Wa’id terdapat dalam Q.S An-Nisaa ayat
48 berikut yang artinya:
a. Kalimat-kalimat janji
1). Kalimat Janji berupa kebahagiaan, seperti firman Allah SWT yang artinya:
2). Kalimat janji, diselamatkan dari azab pada surat Al-Shaff ayat 10 yang
artinya:11
10
dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.” (Q.S
Al-Shaff:10)
3). Kalimat janji berupa ampunan dan rahmat, seperti dalam Q.S Al-Baqarah
ayat 155-157 yang artinya:
“(155) Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (156) (yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Innā lillāhi wa innā ilaihi
rāji'ūn" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
(157) Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya,
dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S Al-
Baqarah:155-157).
4). Kalimat janji berupa keberkahan, seperti dalam Q.S Al-A’raf ayat 96 yang
artinya:
“Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang
datang malam hari ketika mereka sedang tidur?”(Q.S Al-A’raf:96)
5. Kalimat janji berupa pertolongan, seperti dalam Q.S Ar-Rum ayat 47 yang
artinya:
b. Kalimat-Kalimat Ancaman
12
Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsar,iAl-Wajiz fii Aqidatis Salafish Shalih., Maktabah al
ghuraba, cet 10 th 1435 Hal 125.
11
1). Kalimat berupa api neraka, seperti dalam Q.S Al-Baqarah ayat 24 yang
artinya:
“Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka
takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang
disediakan bagi orang-orang kafir.”(Q.S Al-Baqarah:24).
2). Kalimat berupa kecelakaan dan kebinasan, sepeerti dalam Q.S Al-Mutaffifin
ayat 1 yang artinya:
3). Kalimat ancaman berupa la’nat, seperti dalam Q.S Al-Shad ayat 77-78 yang
artinya:
“Karena kedurhakaan Iblis yang enggan menaati perintah Allah, maka Allah
mengusir Iblis dari surga, dan menjadikannya sebagai makhluk yang terkutuk.
Kutukan itu tetap berlaku sampai hari Kiamat, yaitu hari pembalasan terhadap
semua perbuatan manusia.”(Q.S Al-Shad:77-78)
4). Kalimat ancaman berupa tidak mendapat ampunan, sebagaimana dalam Q.S
An-Nisa ayat 48 yang artinya:
D. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
13
Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsar,iAl-Wajiz fii Aqidatis Salafish Shalih., Maktabah al
ghuraba, cet 10 th 1435 Hal 125.
12
Akhlak adalah perilaku seseorang yang sudah menjadi kebiasaannya, dan
kebiasaan atau tabiat tersebut selalu terjelma dalam perbuatannya secara lahir.
Pada umumnya sifat atau perbuatan yang lahir tersebut akan memengaruhi batin
seseorang. Akhlak juga dapat dipahami sebagai prinsip dan landasan atau metode
yang ditentukan oleh wahyu untuk mengatur seluruh perilaku atau hubungan
antara seseorang dengan orang lain sehingga tujuan kewujudannya di dunia dapat
dicapai dengan sempurna.
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamak dari kata "khuluqun"
yang artinya tabiat, budi perkerti, "al-ʹaadat " yang artinya kebiasaan, "al-
muruu’ah" yang artinya peradaban yang baik, dan "ad-dīn" yang berarti agama.
Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang berakibat
timbulnya berbagai perbuatan secara spontan tanpa disertai pertimbangan Dari
berbagai pengertian tentang akhlak, maka dapat ditarik sebuah benang merah
bahwa akhlak adalah sifat dasar manusia yang dibawa sejak lahir dan tertanam
dalam dirinya. Dikarenakan akhlak berasal dari dalam diri seseorang secara
spontan maka aktualisasinya adalah timbulnya akhlak mulia dan akhlak buruk.
Akhlak mulia atau dalam Islam disebut "al-akhlaaq" "al-kariimah" terlihat pada
berbagai perbuatan yang benar, terpuji, serta mendatangkan manfaat bagi dirinya
dan lingkungannya. Sedangkan akhlak tercela atau dalam Islam disebut "al-
akhlaaq" "al-madz-muumah" yang terlahir karena dorongan nafsu tercermin dari
berbagai perbuatan buruk, rusak, dan merugikan dirinya sendiri maupun
lingkungannya. Aqidah dan akhlak sangat erat kaitannya. Aqidah yang kuat dan
benar tercermin dari akhak terpuji yang ia miliki, dan sebaliknya.
Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir
berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan
pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji,
baik dari segi akal dan syara‘.14
Akhlak adalah sifat - sifat seseorang, sehingga dia dapat berhubungan dengan
orang lain. Akhlak ada yang terpuji dan ada yang tercelah.
14
Muhammad Murodhi. 2013. Akidah Pokok dan Akidah Cabang. dalam http://muhamadmurodhi
.blogspot.co.id/2013/05/akidah-pokok-dan-akidah-cabang.html . diakses pada 31 April 2016), hal
6-7.
13
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-
macam perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.
15
Haqqiy Ahmad Mu‘adz. 2003. Berhias dengan 40 Akhlakul Karimah. Malang: Cahaya Tauhid
Press. Ilyas Yunahar. 2011. Kuliah Akhlak. Yogyakarta:LPPI-UMY.
14
1). Sabar artinya tabah atau cekal menghadapi sesuatu ujian yang menduka
citakan. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang sabar
yaitu ,
2). Syukur artinya menyedari bahawa semua nikmat yang diperolehinya baik
yang lahir maupun batin semuanya adalah dari Allah dan merasa gembira
dengan nikmat itu serta bertanggungjawab kepada Allah.Salah satu ayat
dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang syukur yaitu ,Surat Ibrahim ayat
5 yang artinya :
16
Al-qur’an dan Terjemahnya Dapartemen Agama Republik Indonesia.
15
b. Sifat-Sifat Tercela
1). Fitnah artinya komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan
untuk memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa yang dilakukan oleh
pihak lain berdasarkan atas fakta palsu yang dapat mempengaruhi
penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang. Salah satu ayat dalam Al-
Qur'an yang menerangkan tentang fitnah yaitu, Surat Al-Ahzabf ayat 14 yang
artinya :
2). Munafik artinya orang yang menymbunyikan kekafirannya. Salah satu ayat
dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang munafik yaitu:
3). Hasad artinya dengki akan nikmat yang ada pada orang lain serta suka jika
orang itu susah. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang
hasad yaitu ,Surat Al-Isra' ayat 62 yang artinya :
BAB 3
PENUTUP
17
ariq Gasim Anuz, Bengkel Akhlak 2011, Hal 50.
Prof.Dr.H.Syarifuddin Ondeng, M.Ag. Akidah Akhlak 2007, Hal 2-3.
16
A. Kesimpulan
Al-Qur’an adalah firman Allah yang bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril, yang dimulai surah Al-
Fatihah dan diakhiri surah An-Nas, yang dinukil dengan jalan mutawatir dan
yang membacanya merupakan ibadah.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
17
Muhammad Murodhi. 2013. Akidah Pokok dan Akidah Cabang. dalam
http://muhamadmurodhi
Ibid. hal 90. Juga terdapat dalam, Maulana Muhammad Ali. 1977. The Reigion of
Islam “Islamologi”. Terj. CV Darul Kutubil Islamiyah. Jakarta : CV
Darul Kutubil Islamiyah. hal. 171- 173.
Rahman Ritonga, dkk, Fiqh Ibadah, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1997, h. 06
18