Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU KALAM
(ALIRAN TEOLOGI DALAM ISLAM)

“Analisis Pemikiran Kalam Tentang Iman Dan Kufur”


Dosen pengampu:
Suhar, S.Ag

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Aulia Hakimah 19.12.4726


Maya Yunita 19.12.4790
Muhammad Rif‟at Asirri 19.12.4998
Rolly 19.12.4902

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada jujungan kita Nabi
Muhammad SAW.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Ilmu kalam (Aliran dalam teologi Islam) dengan judul makalah “Analisis
Pemikiran Kalam Tentang Iman dan Kufur” yang telah diamanahkan kepada kami
oleh dosen pengampu mata kuliah, bapak Suhar, S.Ag.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


menyediakan beberapa referensi untuk membuat makalah ini, terima kasih kepada
teman-teman yang telah memberi dukungan moral, dan terima kasih juga kepada
bapak Suhar, S.Ag selaku dosen pengampu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan


kelemahan, baik dalam hal pengetikan maupun keseluruhan isinya. Semoga
makalah ini dapat memberikan bermanfaat dan wawasan kepada para pembaca
dan kepada penulis sebagai penyusun makalah khususnya.

Martapura, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2


A. Pengertian dan konsep iman dan kufur .......................................... 2
B. Pemikiran aliran-aliran kalam tentang iman dan kufur................... 4
C. Analisis pemikiran kalam tentang iman dan kufur......................... 10

BAB III PENUTUP.................................................................................... 12


A. Simpulan.......................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain ilmu
Ushuluddin, ilmu tauhid, fiqih al alakbar, dan teologi islam.pada bahasan
kali ini kita akan membahas ilmu kalam dalam teologi islam.Aqidah ilmu
kalam sebagaimana di ketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu
agama. Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agamanya ecara
mendalam perlunya mempelajari aqidah yang terdapat dalam agamanya.
Mempelajari aqidah atau teologi akan memberi seseorang keyakinan-
keyakinan yang berdasarkan pada landasan yang kuat, yan tidak mudah di
ombang ambingkan oleh peredaran zaman.
Teologi dalam islam disebut jjuga ilmu At Tauhid. Kata Tauhid
mengandung arti satu atau esa dan ke esaan dalam pandangan islam
merupakan sifat terpenting di antara sifat-sifat tuhan. Teologi islam
disebut juga dengan ilmu kalam, ilmu kalam memiliki definisi yang
berbeda-beda menurut beberapa ulama. Ulama tauhid atau ilmu kalam
ialah ilmu yang mempelajari/ membicarakan tentang ketuhanan baik dzat,
kehendak, perbuatan dan sifat-Nya yang bersifat mustahil. Ilmu kalam
mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang di perkuat
dalil-dalil rasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan iman dan kufur?
2. Bagaimana pemikiran aliran-aliran kalam tentang iman dan kufur?
3. Bagaimana analisis pemikiran kalam tentang iman dan kufur?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian serta konsep dari iman dan kufur.
2. Untuk mengetahui pemikiran aliran-aliran kalam tentang iman dan
kufur.
3. Untuk mengetahui analisis pemikiran kalam tentang iman dan kufur.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Iman dan Kufur


1. Pengertian dan Konsep Iman
Secara etimologi, kata “ al-iman” berasal dari kata “aamana-
yu‟minu-iimaanan”, artinya percaya. Percaya adalah suatu pangkuan atau
keyakinan seseorang terhadap sesuatu. Ia mengakui dan meyakini suatu
kebenaran itu secara benar dan meyakini kesalahan secara benar pula.
Megakui dan meyakini sesuatu itu benae, artinya meyakini bahwa
sesuatu itu sebagai kebenaran yang harus di yakini dan tidak diragukan
kebenarannya. Adapun makna iman dari segi istilah ialah pembenaran
atau pengakuan hati dengan penuh yakin tanpa ragu-ragu akan segala apa
yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW yang di ketahui dengan jelas
sebagaimana ajaran agama yang berasal dari wahyu Allah SWT. 1
Iman artinya percaya, rukun iman itu ada enam, yaitu percaya
kepada Allah, kepada Malaikat,kepada Kitab-kitabnya, kepada Rasul-
Rasulnya, kepada hari kiamat dan kepada qada dan qadar.2
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang artinya:
“Dalam Al Qur’an. Iman itu selalu di kaitkan dengan amal
perbuatan baik sebagai syarat bahwa iman yang di sempurnakan dengan
amal yang di sempurnakan dengan amal tidak berupa pelaksanaan
rukun-rukun islam di akhirat-Nya”.
Di antaranya dalam Al Qur‟an Allah berfirman Q.S Al kahfi: 107-
108, sebagai berikut:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, bagi mereka adalah surga firdaus menjadi tempat tinggal, mereka
kekal di dalamnya mereka tidak ingin berpindah dari padanya”.

1
Taufiq Rahman, Tauhid Ilmu Kalam, Bandung:CV Pustaka Setia,2013.hlm 29
2
Bakir Yusuf Barmawi, Konsep Iman dan Kufur dalam Teologi Islam,PT.Bina Ilmu.1987.Hal 2-5

2
Dalam pembahsan ilmu kalam atau ilmu tauhid, konsep iman terbagi
menjadi 3 golongan. Yaitu:
1. Iman adalah Tasdiq di dalam hati ada akan wujud Allah dan
keberadaan nabi atau rasl Allah. Menurut konsep iman dan kufur
semata-mata adalah urusan hati. Bukan terlihat dari luar. Jika
seseorang telah tasdiq (membenarkan/meyakini) akan adanya Allah,
maka ia sudah di sebut telah beriman, sekalipun perbuatannya belum
sesuai dengan tuntunan ajaran agamanya.
2. Iman adalah Tasdiq di dalam hati dan di ikrarakan dengan lidah.
Seseorang dapat di golongkan beriman apabila ia mempunyai dalam
hatinya akan keberadaan Allah dan mengikrarkannya
(mengucapkannya) kepercayaan itu dengan lidah.
3. Iman adalah Tasdiq di dalam hati, ikrar dengan lisan dan dibuktikan
dengan perbuatan, antara iman dan perbuatan keterkaitan karena
keimanan seseorang di tentukan pula oleh amal perbuatannya.3
2. Pengertian dan Konsep Kufur
Kata “kufur” atau “kafir” memiliki lebih dari satu arti. Kafir
dalam banyak pengertian sering di antagoniskan dengan iman. Adapun
yang dimaksud dengan kufur dalam pembahasan ini adalah keadaan tidak
percaya atau tidak beriman kepada Allah SWT. Dengan demikian, orang
yang kafir adalah orang yang tidak percaya atau tidak beriman kepada
Allah SWT. Kekafiran jelas sangat bertentangan dengan akidah islam
atau tauhid sebab tauhid merupakan dan keimanan atau keyakinan
terhadap keberadaan Allah SWT.4
Pengertian kufur adalah mengingkari adanya Allah dan tidak
membenarkan apa yang datang kepada Nabi Muhammad, baik sebagian
atau keseluruhan. Kata kufur atau kafir mempunyai lebih dari satu arti.
Kufur dalam banyak pengertian sering diantagoniskan atau sebagai
keadaan yang berlawanan dengan iman.Adapun yang dimaksud kufur

3
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam,CV.Pustaka Setia.1988 Hal 19-20
4
Taufiq Rahman, Tauhid Ilmu Kalam, Bandung:CV Pustaka Setia, 2013.hlm 35

3
dalam pembahasan ini adalah keadaan tidak beriman kepada Allah SWT.
Maka orang yang kufur atau kafir adalah orang yang tidak percaya atau
tidak beriman kepada Allah baik orang tersebut bertuhan selain Allah
maupun tidak bertuhan, seperti paham komunis (ateis). 5
Kekafiran jelas sangat bertentangan dengan akidah Islam atau
tauhid adalah kepercayaan dan keimanan atau keyakinan akan adanya
Allah Swt.Orang kafir, sering melaukan bantahan terhadap ketentuan-
ketentuan syariat Allah atau menentang AllahSwt. Mereka selau beupaya
agar Islam dan kepercayaannya lenyap dari permukaan bumi dengan
berbagai jalan.
Berbagai corak perbuatan kufur yang dinyatakan dalam al-qur‟an
sebagai berikut :6
1. Persoalan yang berkaitan dengan masalah ketuhanan, seperti ingkar
terhadap keberadaan Yang Maha Pencipta (Allah).
2. Hal-hal yang berkaitan dengan masalah kenabian.
3. Orang-orang yang tidak mau melaksanakan hukum-hukum islam,
padahal mereka mampu mengerjakannya.
Dengan demikian, kufur merupakan keadaan di mana seseorang
tidak mengikuti ketentuan-ketentuan syariat yang telah digariskan oleh
AllahSwt.7
B. Pemikiran aliran-aliran kalam tentang iman dan kufur
1. Aliran Khawarij
Kaum khawarij adalah kaum pengikut Ali bin Abi Thalib yang
keluar dari barisan Ali, karena tidak setuju dengan kebijaksanaan Ali
bin Abi Thalib yang menerima tahkim. Iman menurut kaum khawarij
bukan merupakan pengakuan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja,
akan tetapi amal ibadah menjadi rukun iman saja dan menurut kaum
khawarij orang yang tidak melakukan shalat, puasa, zakat dan

5
Ibid hlm 37
6
Ibid hlm 38
7
MatJalil, falsafah Hakikat iman dan islam dan Kufur, Ath Thariq, Jurnal Dakwah dan komunikasi,
Vol 2 No 2 (2018), hal 398-399.

4
sebagainya yang di wajibkan oleh islam maka termasuk kafir. Jadi
apabila seorang mukmin melakukan dosa besar atau kecil maka orang
itu termasuk kafir dan wajib di perangi serta boleh di bunuh. Harta
bendanya boleh di rampas menjadi harta ghonimah.
Pendirian teologi Khawarij yang berkaitan dengan masalah iman
dan kufur lebih bertendensi politik. Azzariqah sebagai sub-sekte
Khawarij yang sangat ekstrim menyatakan bahwa pelaku dosa besar
seperti tahkim, dihukum musyrik. Termasuk siapa saja dari umat Islam
yang tidak mau bergabung ke dalam barisan mereka, dihukum musyrik
dan karenanya boleh dibunuh. Pandangan sub-sekte Khawarij yang lain,
yakni Najdah memberikan predikat yang sama dengan kaum Azzariqah,
yaitu musyrik. Bagi siapapun umat Islam yang terus menerus
mengerjakan dosa kecil. Sedangkan dosa besar, bila tidak dilakukan
secara kontinyu, maka pelakunya tidak dipandang musyrik melainkan
hanya kafir. Inipun berlaku bagi orang Islam yang tidak sepaham
dengan golongannya.8
2. Aliran Murjiah
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham teologi
Khawarij. Pendapatnya tentang pelaku dosa besar tetap dihukum
mukmin yang penyelesaiannya ditunda pada hari kiamat. Abu Hasan al-
Asy‟ariy mengklasifikasikan aliran teologi Murjiah berdasarkan
pandangan mereka tentang iman, sebanyak 12 sub-sekte, yaitu al-
Jahmiyah, al-Salihiyah, al-Najjariyah, al-Gailaniyah, al-Junusiyah, al-
Syimriyah, al-Sa-baniyah, ibnu Sabib dan pengikutnya, Abu Hanifah
dan pengikutnya, al-Tumaniyah, al-Marisah, dan al-Karamiyah.
Golongan Murjiah ekstrim mengatakan bahwa iman hanya
pengakuan atau pembenaran dalam hati (tasdiq bi al-qalb). Artinya
mengakui dengan hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasul-Nya. Berangkat dari konsep ini, mereka
berpendapat bahwa seseorang tidak menjadi kafir karena melakukan dosa

8
Al-Asy’ariy, al-Iba>nah, hlm. 86

5
besar meskipun ia telah menyatakan kekufurannya secara lisan. Hal ini
disebabkan oleh keyakinan Murjiah bahwa ikrar dan „amal bukanlah
bagian dari iman.9 Di antara sekte yang beraliran ekstrim adalah al-
Jahmiyah, alSalihiyyah, dan al-Junusiyah. Mereka berpandangan bahwa
bahwa iman adalah tasdiq secara kalbu saja. Dengan kata lain, ma‟rifah
(mengetahui) Allah dengan kalbu bukan secara demonstratif, baik dalam
ucapan maupun tindakan.10
Kredo yang sangat terkenal dari Murjiah ekstrim ini adalah
perbuatan maksiat tidak dapat menggugurkan keimanan sebagaimana
ketaatan tidak dapat membawa manfaat bagi kekufuran. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok ini memandang pelaku dosa
besar tidak akan disiksa di dalam neraka.
Di antara alasan yang dipergunakan untuk menguatkan paham
tersebut dengan melalui pendekatan bahasa adalah bahwa iman dalam
istilah bahasa adalah tasdiq, sedangkan perbuatan dalam bahasa tidak
dinamakan tasdiq. Jadi, tasdiq urusan hati, sedangkan perbuatan urusan
anggota tubuh (al-arkan); dan antara keduanya tidak saling mempengaruhi.
Adapun golongan Murjiah moderat berpendapat bahwa iman itu terdiri
dari tasdiq bi al-qalb dan ikrar bi al-lisan. Pembenaran dalam hati saja
tidak cukup. Demikian juga dengan pengakuan dengan lidah, tidak dapat
dikatakan iman. Kedua unsur itu merupakan juzu‟ iman yang tidak dapat
dipisahkan.11
Konsep kafir menurut mereka adalah orang yang tidak menganut
paham tasdiq dan ikrar. Golongan ini mementingkan iman daripada
perbuatan. Jadi, golongan ini bertolak belakang dengan Khawarij yang
mementingkan perbuatan dari iman.12

9
Ahmad Amin, D{uh}a> al-Islam, cet. VIII (Kairo: Maktabah al-Nahd|ah al-Mis\ riyyah, tt.), hlm.
316.
10
Al-Asy’ariy, al-Iba>nah, hlm. 132
11
Ahmad Amin, D{uh}a> al-Islam, hlm. 217.
12
A. Rahman Ritonga, Perbandingan, hlm. 109.

6
Satu hal yang perlu dicatat bahwa dari seluruh sub-sekte Murjiah
yang disebutkan oleh al-Asy‟ariy, kecuali al-Saubaniyah, al-Tumaniyah,
al-Marisiyah dan al-Karraniyah, memasukkan unsur ma‟rifah dalam
konsep iman mereka. Bagi mereka, iman adalah sesuatu yang terletak di
dalam hati manusia dan merupakan peristiwa rohaniah yang terdalam yang
terjadi di dalam jiwa manusia. Dengan kata lain, ma‟rifah yang mereka
maksudkan adalah ma‟rifah bi alqalb atau tasdiq
3. Aliran Mu’tazilah
Menurut Mu‟tazilah, iman bukan hanya tasdiq dalam arti menerima
sebagai suatu yang benar apa yang disampaikan orang lain. Akan tetapi,
iman adalah pelaksanaan kewajiban-kewajiban kepada Tuhan. Dengan
kata lain, orang yang membenarkan tasdiq bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah Rasul-Ny, tapi tidak melaksanakan
kewajiban-kewajibannya, maka tidak dapat dikatakan mukmin.13
Seluruh pemikir Mu‟tazilah tampaknya sepakat menyatakan bahwa
amal perbuatan merupakan salah satu unsur terpenting dalam konsep iman.
Bahkan hampir mengidentikkannya. Ini mudah dimengerti, karena konsep
mereka tentang amal sebagai bagian penting keimanan memiliki
keterkaitan langsung dengan masalah al-Wa‟d wa al-wa‟id (janji dan
ancaman) yang merupakan salah satu dari „pancasila‟ Mu‟tazilah.
Dengan demikian, golongan Mu‟tazilah tidak sependapat dengan
Murjiah yang menekankan iman kepada tasdiq, akan tetapi, mereka
sependapat dengan Khawarij yang memandang amal berperan dalam
menentukan mukmin atau kafirnya seseorang. Meskipun demikian, mereka
berbeda dalam menetapkan posisi orang yang melakukan dosa besar.
Khawarij menganggapnya kafir atau tidak lagi mukmin. Sedangkan
bagi Mu‟tazilah kafir ditujukan kepada orang yang berhak menerima siksa
berat di neraka. Aspek penting lain dalam konsep Mu‟tazilah tentang iman
adalah apa yang mereka identifikasikan sebagai ma‟rifah (pengetahuan

13
Ahmad Amin, D{uh}a> al-Islam, hlm. 318

7
dengan akal). Ma‟rifah dalam pandangan Mu‟tazilah berimplikasi kepada
sikap penolakan keimanan berdasarkan otoritas orang lain (al-iman bi al-
taqlid).14 Di sini terlihat Mu‟ tazilah sangat menekankan pentingnya
pemikiran logis atau penggunaan akal bagi keimanan.
Dengan demikian, bagi Mu‟ tazilah iman seseorang baru dapat
dikatakan benar apabila berdasarkan pada akal, bukan lantaran taqlid
kepada orang lain. Pandangan tersebut, menurut Toshiko Izutsu (seorang
pakar teologi Islam asal Jepang), sangat sarat dengan konsekuensi dan
implikasi yang cukup fatal. Sebab, hanya para mutakallim (teolog) yang
benar-benar menjadi orang yang beriman, bagi yang tidak mampu berfikir
teologis -menurut konsepsi Mu‟tazilah-, maka tidak dipandang memenuhi
kualifikasi sebagai seorang yang benar-benar beriman.
4. Aliran Asy’ariyah
Aliran Asy‟ariyah lahir sebagai reaksi terhadap kekerasan
Mu‟tazilah yang memaksakan fahan khalq al-Qur‟an. Aliran ini didirikan
oleh Abu Hasan al-Asy‟ari. Asy‟ariyah berpendapat bahwa akal manusia
tidak bisa melupakan ma‟rifah dan amal. Manusia dapat mengetahui
kewajiban hanya melalui wahyu bahwa ia berkewajiban mengetahui Tuhan
dan manusia harus menerimanya sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu,
iman bagi mereka adalah tasdiq.15 Sebab tasdiq itu merupakan hakekat
ma‟rifah bagi orang yang mengetahui sesuatu itu benar, ia akan
membenarkan dengan hatinya.
Terhadap pelaku dosa besar, nampaknya al-Asy‟ari -mewakili Ahl
al-Sunnah- menyatakan pendiriannya dengan tidak mengkafirkan orang-
orang yang sujud ke arah Baitullah (Ahl al-Qiblat) walaupun melakukan
dosa besar seperti berzina, dan mencuri. Menurut mereka, masih tetap
sebagai orang yang beriman sekalipun berbuat dosa besar. Akan tetapi,
jika ia melakukannya dengan menganggap bahwa perbuatan itu dibolehkan

14
Wensich, The Muslim Creed: Its Genesis and Historical Development (London: Frank Cass and
Co Ltd, 1965), h. 135
15
Nasution, Teologi, hlm. 55

8
(halal) dan tidak menyakini keharamannya, maka orang itu dipandang
telah kafir.16
Adapun balasannya di akhirat kelak bagi pelaku dosa besar adalah
jika dia meninggal sebelum bertobat menurut al-Asy‟ari, maka
keputusannya tergantung pada kebijaksanaan Tuhan yang Maha
Berkehendak Mutlak. Meskipun begitu, dia tidak akan kekal di neraka
seperti orang kafir. Setelah penyiksaan di neraka, dia akan dimasukkan di
dalam surga.17 Dari paparan yang singkat ini jelaslah bahwa Asy‟ariyah
sesungguhnya mengambil posisi yang sama dengan Murjiah, khususnya
dalam hal tidak mengkafirkan para pelaku dosa besar.
5. Aliran Maturidiyah
Pendirinya adalah Abu al-Mansur al-Maturidi. Sebagaimana
alAsy‟ari, dia juga seorang ulama yang meng-counter paham Mu‟tazilah.
Namun, ironisnya dia yang lebih dikenal dengan golongan Maturidiyah
Samarkand menggunakan metode berpikir yang banyak memiliki
keserupaan dengan metode berpikir Mu‟tazilah yang sangat mengandalkan
akal.
Menurut Maturidiyah Samarkand, akal dapat sampai kepada
kewajiban mengetahui Tuhan. Jadi, iman lebih dari tasdiq. Iman
menurutnya, harus lebih aktif yang tidak hanya menerima dan
membenarkan apa yang disampaikan orang lain. Oleh karena itu, tasdiq
harus diperoleh dari ma‟rifah. Adapun tasdiq hasil ma‟rifah itu adalah
tasdiq yang didapatkan melalui penalaran akal, dan bukan sekedar
berdasarkan wahyu.
Dari keterangan ini kita melihat bahwa Maturidiyah Samarkand,
seperti halnya Mu‟tazilah, menyebutkan ma‟rifah sebagai sesuatu yang
berkaitan dengan keimanan meskipun pengungkapannya berbeda.
Sedangkan pengertian iman menurut Maturidiyah Bukhara seperti yang
dijelaskan oleh al-Bazdawi ialah tasdiq bi al-qalb dan tasdiq bi al-lisan.

16
Al-Asy’ari, al-Iba>nah, hlm. 10.
17
Al-Syahrastaniy, al-Milal wa al-Nih}al

9
Jadi, iman adalah tasdiq yang berisikan pembenaran dengan kalbu dan
pengakuan secara verbal.18
Tentang penggunaan akal, berbeda antara Maturidiyah Samarkand
dengan Maturidiyah Bukhara yang memandang akal tidak sampai kepada
kewajiban mengetahui Tuhan, karenanya iman tidak bisa mengambil
bentuk ma‟rifah atau amal, tetapi merupakan tasdiq. Batasan yang
diberikan al-Bazdawi tentang iman adalah menerima dalam hati dengan
lidah bahwa tidak ada yang serupa dengan Dia. Pengakuan secara lisan
merupakan salah satu rukun iman. Jadi, tasdiq dengan hati dan lisan,
keduanya menjadi rukun dari iman.19
Demikian pula terhadap masalah fluktuasi iman terjadi perbedaan.
Menurut Maturidiyah Samarkand sesuai dengan komentarnya terhadap al-
Fiqh al-Akbar karya Abu Hanifah, mereka tidak mengakui adanya
fluktuasi iman. Hal ini dibuktikan dengan sikap penerimaannya terhadap
hadis Nabi Muhammad SAW., yang menyatakan bahwa skala iman Abu
Bakar lebih berat dan lebih besar dari pada iman seluruh manusia.20
Sedangkan Maturidiyah Bukhara berbeda dengan pendapat di atas,
sebagaimana yang diungkapkan oleh al-Bazdawi, mengatakan bahwa iman
tidak dapat bertambah dan berkurang secara esensi, tetapi secara sifat bisa
bertambah dengan ibadah-ibadah yang dilakukan. Al-Bazdawi membuat
analogi bahwa ibadah yang dilakukan sekarang tidak lebih sebagai
bayangan dari iman. Jika bayangan itu hilang, maka wujud iman yang
digambarkan oleh bayangan itu tidak akan berkurang esensinya.
Sebaliknya, dengan kehadiran bayang-bayang (ibadah) itu, iman semakin
bertambah.
C. Analisis pemikiran kalam tentang iman dan kufur
Berdasarkan paparan di atas, jelaslah bahwa dalam konsep iman dan
kufur terdapat perbedaan pendapat di antara aliran-aliran teologi Islam.
Perbedaan itu, menurut Hasan Nasution, sedikit banyak dipengaruhi oleh
18
Muhammad al-Bazdawi, Kitab Usuh-l al-Din (Kairo: Isa al-Babi, 1969), hlm. 146.
19
A. Rahman Ritonga, Perbandingan, hlm. 112.
20
Lihat Syarh al-Fiqh al-Akbar, seperti juga yang dikutip oleh Izutsu, The Concept, hlm. 217-218

10
teori kekuatan akal dan fungsi wahyu. Bagi aliran-aliran yang berpendapat
bahwa akalmencapai kewajiban mengetahui Tuhan (KMT), iman
melibatkan ma‟rifah di dalamnya. Dengan demikian, kita melihat,
Mu‟tazilah dan Maturidiyah Samarkand tergolong dalam kelompok ini
karena menyebutkan ma‟rifah dalam konsep iman dan mereka berpendapat
bahwa akal dapat mencapai KMT. Adapun Murji‟ah tidak dapat
dikategorikan dalam kelompok ini sebab meskipun merekamenyebut
ma‟rifah yang dimaksudnya bukanlah ma‟rifah bil qalb.
Sebaliknya, aliran-aliran yang tidak berpendapat bahwa akal dapat
mencapai KMT, iman dalam konsep mereka tidak melibatkan ma‟rifah di
dalamnya. Hal ini dapat kita temukan dalam aliran Asy‟ari, Maturidiyah
Bukhara. Aliran Khawarij, karena corak pemikiran kalam mereka lebih
bertendensi politik ketimbang intelektual, termasuk dalam kategori ini.
Aliran-aliran yang mengintegrasikan amal sebagai salah satu unsur
keimanan, yakni Mu‟tazilah dan Khawarij, memandang bahwa iman dapat
bertambah atau berkurang. Sementara aliran-aliran yang tidak memasukan
unsur dari iman seperti Murji‟ah dan Asy‟ariyah, Maturidiyah Samarkand,
dan Maturidiyah Bukhara, berpendapat bahwa iman tidak dapat
bertambah atau berkurang. Kalaupun iman dapat dikatakan bertambah atau
berkurang, hal itu terjadi pada segi sifatnya.
Konsekuensi penting lainnya dari pernyataan bahwa amal
merupakan unsur penting dari iman adalah pandangan tegas terhadap
kewajiban menegakkan amar ma‟ruf dan nahy mungkar dengan segala
kemampuan yang dimiliki. Berdasarkan hadits Rasulullah SAW tentang
amar ma‟ruf nahy mungkar, jelaslah bahwa aliran teologi-teologi Islam
yang memasukkan empat unsur pokok kedalam konsep iman memiliki
keimanan yang paling kokoh. Sebaliknya, aliran-aliran yang hanya
mengakui satu unsur pokok di dalam konsep iman menghasilkan iman
yang paling lemah.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman dari segi lughat adalah pembenaran sedangkan dari segi
istilah iman adalah pembenaran atau pengakuan hati dengan penuh
yakin tanpa ragu-ragu akan apa segala yang di bawa oleh Nabi
Muhammad SAW, Kufur artinya menutupi, tertutup, tersembunyi
ketidak percayaan kepada tuhan. Kufur adalah mengingkari adanya allah
dan tidak membenarkan apa yang datang kepada nabi Muhammad, baik
sebagian atau keseluruhan. Dari bebrapa aliran itu memiliki perbedaan
pendapat tentang iman dan kufur
1. Khawarij, iman itu bukan pengakuan dalam kati dan ucapan dengan
lisan saja, tetapi amal ibadah menjadi rukun iman pula.
2. Mu‟tazilah, iman bukan hanya oleh pengakuan dan ucapan lisan
tetapi juga oleh perbuatan-perbuatan.
3. Murji‟ah, iman adalah tasdiq secara kalbu saja, ata ma‟rifah
(mengetahui) Allah dengan Qolbu bukan dengan demonstrasi, baik
dengan ucapan maupun tindakan.
4. Asy‟ariyah, mengidentifikasikan iman berbeda-beda, dalam muqalat
dan Al ibanah di sebutkan iman adalah qawl dan amal dan dapat
bertambah dan berkurang dalam Al-Luma, iman di artikan sebagai
tasdiq bi Allah.
5. Maturidiyah, iman adalah tasdiq bi al qabl, bukan semata-mata ikrar
bi al lisan.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan demi
kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

A.Rahman Ritonga, Perbandingan Lihat Syarh al-Fiqh al-Akbar


Ahmad Amin, D{uh}a> al-Islam
Ahmad Amin, D{uh}a> al-Islam, cet. VIII (Kairo: Maktabah al-Nahd|ah
al-Mis\ riyyah, tt.),
Al-Asy‟ariy, al-Iba>nah
Al-Asy’ariy, al-Iba>nah
Al-Syahrastaniy, al-Milal wa al-Nih}al
Bakir Yusuf Barmawi, Konsep Iman dan Kufur dalam Teologi
Islam,PT.Bina Ilmu.1987
MatJalil, falsafah Hakikat iman dan islam dan Kufur, Ath Thariq, Jurnal
Dakwah dan komunikasi, Vol 2 No 2 (2018)
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam,CV.Pustaka Setia.1988
Muhammad al-Bazdawi, Kitab Usuh-l al-Din (Kairo: Isa al-Babi, 1969.
Nasution, Teologi,
Taufiq Rahman, Tauhid Ilmu Kalam, Bandung:CV Pustaka Setia,2013
Wensich, The Muslim Creed: Its Genesis and Historical Development
(London: Frank Cass and Co Ltd, 1965)

13

Anda mungkin juga menyukai