“AQIDAH TAUHID”
(Oleh dosen pengampu Dr.Amirah, S.ag.,M. Si)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
AK21 B
ASRAN (105731104621)
SRIWAHYUNI (105731105521)
PRATIWI SAGITA PUTRI (105731106221)
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Syukur Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam penulis sanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW. Tak
lupa, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Al-Islam
Kemuhammadiyaan yang telah membimbing penulis dalam perkuliahan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Al-Islam
Kemuhammadiyaan, yang membahas tentang “Aqidah Tauhid”.
Penulis berharap agar makalah dapat bermanfaat bagi pembaca. penulis menyadari
bahwa sebagai manusia tidak luput dari kekurangan, kiranya makalah ini bisa diterima oleh
pembaca. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menjadikan makalah ini agar lebih baik.
Penulis
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
Kesimpulan ...................................................................................................................... 26
Saran ................................................................................................................................ 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Aqidah berasal dari kata bahasa Arab yaitu “aqad”, yang artinya perjanjian,
bisa juga berarti ikatan. Sedangkan Tauhid merupakan istilah Islam yang artinya
ilmu yang menetapkan keyakinan-keyakinan yang diambil dari dalil-dalil yang
meyakinkan, yaitu menunggalkan Allah sebagai Rabb (Pencipta dan
Pengatur),Malik (Penguasa) dan Ilah yang disembah, ditaati dan dicintai serta
membenarkan ke-Wahdaniyat-an(keesaan)-Nya dalam Dzat, Sifat dan Af'al. Lawan
kata dari tauhid adalah syirik, yang artinya menyekutukan (menduakan, men-
tigakan, dst) Allah sebagai Rabb,Malik dan Ilah atau menolak ke-Wahdaniyat-an-
Nya dalam Dzat, Sifat dan Af'al.
1
a. Apa Definisi Aqidah Tauhid?
b. Apa Kedudukan Aqidah?
c. Ada Berapa Pembagian Aqidah Tauhid?
d. Apa Hakikat dan Inti Tauhid?
e. Apa Keutamaan Tauhid?
f. Bagaimana Perkembangan Aqidah?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI AKIDAH
Secara bahasa akidah berasal dari bahasa Arab (عقيذةAqidah) عقذ يعقذ عقذا
artinya buhul/tali. Tali yang mengikat sesuatu di dalam hati. Sesuatu itu adalah
kebenaran yang kita yakini yang bersumber dari kitabullah (Alquran) dan Sunnah
Rasulullah SAW, yakni dinul-Islam.
Paman Nabi SAW, Abu Thalib meskipun sudah meyakini kebenaran ajaran
Rasulullah SAW dan membela dakwah Islam, beliau masih digolongkan kafir
karena tidak mau mengucapkan dua kalimah syahadat. Keengganannya
mengucapkan dua kalimah syahadat karena takut dicerca atau di-bully oleh tokoh
kafir Kuraisy. Hal mana terungkap dalam syair beliau:
"Sungguh aku tahu bahwa agama Muhammad sebaik baik agama bagi
manusia.Sekiranya bukan karena cercaan atau khawatir dibully, Sungguh aku
berlapang dada menerimanya." (Tafsir Ibnu adil, juz 1, hal. 80)
Karena beliau kafir, maka kelak akan mendapat siksa neraka yang paling
ringan sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Penduduk neraka yang
paling ringan siksanya adalah Abu Thalib, ia memakai dua sandal neraka yang
cukup mendidihkan otaknya," (HR. Muslim).
3
Demikian pula orang yang percaya bahwa yang menciptakan langit dan bumi
adalah Allah SWT, namun dia tidak mau menerima hukum Allah, enggan
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya,maka sebenarnya dia masih
digolongkan kafir.Selanjutnya hal-hal yang harus kita yakini oleh para ulama
dikelompokkan dalam rukun iman.
DEFINISI TAUHID
Secara Etimologi Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid
merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah
hanya satu. Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada
( )احذYuwahhidu (يلحذ.)Tauhidan (حلحذا.)
Jadi tauhid berasal dari kata “wahhada” (“ )احذyuwahhidu” (“ )يلحذ
Tauhidan” ( )حلحيذا,yang berarti mengesakan Allah SWT. Menurut Syeikh
Muhammad Abduh tauhid ialah : suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah,
sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya,
dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya.Juga
membahas tentang rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh
dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang
menghubungkannya kepada diri mereka.Dalam konsepnya tentang Tauhid, Al-
Qusyairi membagi Tauhid dalam tiga kategori :
Pertama, Tauhid Allah untuk Allah, yakni mengetahui bahwa Allah itu Esa.
4
Ketiga Tauhid makhluk untuk Allah, yaitu seorang hamba yang mengetahui
bahwa Allah adalah Esa.
B. KEDUDUKAN AQIDAH
َّ ص ْو ۟اِبِٱل
ِصب ِْر َ ِوت ََوا
َ كِ ّ ص ْو ۟اِبِ ْٱل َح
َ ِِوت ََوا َّ َٰ واِٱل
َ ص ِل َٰ َحت ۟ ُعمِ ل
َ ِو ۟ ُإِ ََّّلِٱلَّذٌِنَ ِ َءا َمن
َ وا
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
5
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS.An Nahl
[16].97)
Akidah yang benar/sehat adalah akidah yang bersih dari kotoran syirik, baik
syirik kecil (riya') maupun syirik besar (menduakan Allah SWT dalam beribadah),
akidah demikian yang akan menciptakan keikhlasan dan menjadikan amal berguna
di sisi Allah SWT. Sebaliknya, iman yang salah dan rusak akan menghapus semua
amal, sekalipun perbuatan itu tampaknya membawa manfaat dalam kehidupan
bersama/ kolektif. Firman Allah:
ِِ ِٱل َٰ َخ
ْ َِولَت َ ُكون ََّنِمِ ن
َ َع َملُن َ َِوإِلَىِٱلَّذٌِنَ ِمِ نِلَ ْبلِنَ ِلَئ ِْنِأ َ ْش َر ْكتَ ِلٌََحْ ب
َ َىِإِلٌَْن ُ
َِس ِرٌن َ ِط َّن َ َِولَمَدِْأوح
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat
itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-
orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS-
Nahl [16:36)
6
Rasul Allah mulai Nabi Adama as. sampai Nabi Muhammad SAW
membawa missi utama yang sama, yaitu menyeru kepada keesaan Allah; kepada
kalimat tauhid, "Tiada illah (tuhan) kecuali Allah SWT". Namun syariat mereka
antara yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Seumpama umat Nabi Musa shalat
fardhu 50 kali sehari semalam, sementara umat Muhammad SAW. hanya 5 kali dsb.
“Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat
dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan
mereka yang beriman kepada Kitab (Alquran) yang telah diturunkan kepa damu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tahan
mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Baqarah (2): 2-5)
Orang yang memiliki akidah yang benar akan memperoleh kebaikan dan
kemaslahatan sepanjang hidupnya. Dia akan cepat merespons ajakan untuk kebaikan
dan segera menghindar dari kemaksiatan. Setiap aktivitasnya akan membuahkan
kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Laksana tanaman yang berkualitas
unggul.
7
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat.”(Qs. Ibrahim [14]:24-25)
Seorang mukmin sejati akan senantiasa lapang dada; apapun yang diberikan
oleh Allah akan diterima. dengan penuh kesyukuran. Tidak akan pernah
berprasangka buruk terhadap kehidupan yang dijala ninya. Andaikata seluruh
hidupnya selalu berisikan duka dan nestapa, selama akidah yang benar tertanam kuat
di dalam hati ia tetap memiliki harapan untuk bisa hidup bahagia, setidaknya di
akhirat kelak. Sebaliknya orang yang tidak memiliki akidah yang benar akan. mudah
merasa kehidupannya sempit, sehingga ketika mendapatkan ujian yang ringan saja,
bisa jadi ia akan menempuh jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya. Karena itulah
hanya orang yang beriman yang tidak pernah berputus asa terhadap rahmat Allah,
dan adanya putus asa itu menunjukkan sifat kekufuran.
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (QS. Yusuf [12]:87)
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah, rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu
nama Allah, yaitu Rabb‟. Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain:
AlMurabbi (pemelihara),al-Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), alMushlih (yang
memperbaiki), al-Sayyid (tuan). Dalam terminologi syari‟at Islam, istilah tauhid
rububiyyah berarti percaya bahwa hanya Allah satu-satunya pencipta, pemilik,
pengendali alam raya yang dengan takdirnya-Nya Ia menghidupkan dan mematikan
serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya”.Dalam pengertian ini istilah
8
tauhid rububiyah belum terlepas dari akar makna bahasanya.Sebab Allah adalah
pemelihara makhluk, para rasul dan wali-wali-Nyadengan segala spesifikasi yang
telah diberikannya kepada mereka.
2. Tauhid Uluhiyah
ٌِر
ُ ص ْ ِۖوه َُوِٱلسَّمِ ٌ ُع
ِ ِٱل َب َ ِْسِ َكمِ ثْ ِلهِۦ
َ ِش ْى ٌء َ ٌَل
9
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat." (Asy Syura [26]: 11)
Allah tidak menyuruh kita membicarakan hal-hal yang tidak tercapai oleh
akal dalam hal kepercayaan. Sebab akal manusia tidak mungkin mencapai penger
tian tentang Dzat Allah dan hubungan-Nya dengan sifat sifat yang ada pada-Nya.
Maka janganlah engkau membicarakan hal itu. Tak ada kesangsian tentang adanya.
“Adakah orang ragu tentang Allah? Yang menciptakan langit dan bumi"? (QS. Surat
Ibrahim [14]: 10).
"Dia tahu segala yang ada dimuka dan dibelakang mereka, sedang pengetahuan
mereka tak mungkin mendalaminya." (Thaha [20]: 110).
10
Hakikat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua
perkara berasal dari Allah „azza wajalla, dan pandangan ini membuatnya tidak
menoleh kepada selain-Nya. Seorang hamba melihat yang baik dan yang buruk,
yang berguna dan yang berbahaya dan semisalnya semuanya berasal darinya.
Seorang hamba menyembahNya dengan ibadah yang ikhlash hanya kepadaNya dan
tidak menyembah kepada yang lainNya.Seorang hamba hanya boleh bertawakkal
kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata, tidak memohon kepada makhluk serta
tidak memperdulikan celaan mereka. Ia ridha kepada Allah, mencintaiNya dan
tunduk kepada hukumNya.
E. KEUTAMAAN TAUHID
11
sedikit pun juga, pasti Aku akan berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi
pula.‟”[2]
َُظ ْيٌ أُا َٰىَئِلَ ىَ ُه ٌُ ْاْل َ ٍُِْ َاهٌُ ٍُّ ْهخَذ ُا ُ رِيَِ آ ٍَُْلا َاىَ ٌْ يَ ْي ِب
ُ سلا ِإي ََب َّ ُهٌ ِب
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka.” [Al-Faatihah/1 : 6-7]
ِِ َصا ِل ِحٌن
َّ ِوال
َ اء ُّ ِوال
ِ ش َه َد َ َالص ِدٌّمٌِن َ َمِمنَ ِالنَّبٌٌِِّن
ّ ِ ِو َّ سولَِفََُو َٰلَئِنَ ِ َم َعِالَّذٌِنَ ِأ َ ْنعَ َم
ّ ِ َِّللاُِ َعلَ ٌْ ِه ُ الر
َّ ِو َ َِّللا
َ َّ َِو َمنٌِ ُِطع
َٰ
َ ََو َحسُنَ ِأُولَئِن
ِر ِفٌمًا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-(Nya), maka mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
12
Allah, (yaitu) para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan
orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baik-nya.” [An-
Nisaa‟/4 : 69]
َٰ ِاْل َ ْمرِلَعنِتُّم
ُِِوزَ ٌَّ َنه ِ ْ َّبِإِلَ ٌْ ُك ُم
َ َِاْلٌ َمان َ َّ ِولَ ِك َّن
َ َِّللاِ َحب َ ْ َ ِ ْ َِمن ٍ ََِّللاِِِلَ ْوٌِ ُِطٌعُ ُك ْمِفًِِ َك ِث
ّ ِ ٌر َّ سول ُ ِر َ َوا ْعلَ ُمواِأ َ َّنِفٌِ ُك ْم
َٰ
َّ ص ٌَانَ ِِأُولَئِنَ ِ ُه ُم ْ ِو ْال ِع
َِِالرا ِشدُون َ َِو ْالفُسُوق ْ ِوك ََّرهَِ ِإلَ ٌْ ُك ُم
َ ِال ُك ْف َر َ ِفًِلُلُو ِب ُك ْم
13
5. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan ridha Allah, dan
orang yang paling bahagia dengan syafa‟at Nabi Muhammad Shallallahu
„alaihi wa sallam adalah orang yang mengatakan ُالَ ِإىَ َ ِإالَّ هللdengan penuh
keikhlasan dari dalam hatinya.
“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang
berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk Surga.”[4]
14
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
[Muhammad/47 : 7]
ِ َفِالَّ ِِذٌن
ِِمنِلَ ْب ِل ِه ْم ِ ًِاْل َ ْر
َ َضِ َك َماِا ْست َْخل ْ صا ِل َحاتِِلَ ٌَ ْست َْخ ِلفَنَّ ُه ْمِ ِف َّ ِو َع ِملُواِال ِ َُِّللاُِالَّذٌِنَ ِآ َمن
َ واِمن ُك ْم َّ َو َع َد
ِِش ٌْئًا
َ ًًَِِِّلٌُِ ْش ِر ُكونَ ِب َ
َ ِمِمنِبَ ْعدِِخ َْوفِ ِه ْمِأ ْمنًاٌَِِ ْعبُدُو َنن َ َ
ّ ِ ِولٌُبَ ِ ّدلنَّ ُه َ َ َِيِارت
َ َٰ َٰىِل ُِه ْم َّ
ْ َولٌَُ َم ِ ّكن ََّنِل ُه ْمِدٌِنَ ُه ُمِالذ
َ
َِِالفَا ِسمُون ْ َو َمنِ َكفَ َرِ َب ْع َدِ َٰذَلِنَ ِفََُو َٰلَئِنَ ِ ُه ُم
8. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diberi kehidupan
yang baik di dunia dan akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman:
15
9. Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di Neraka.
ْ ِأ َ ْخ ِر ُج ْواِ َم ْنِ َكانَ ِفًِِلَ ْل ِبهِِمِ ثْمَالُِ َحبَّة:ِث ُ َّمِ ٌَمُ ْولُِهللاُِت َ َعالَى،ار
ٍِِمِنِخ َْر َد ٍل َ َّارِالنِ َِّوأ َ ْهلُِالن، ْ ُِال َجنَّة
َ َِِال َجنَّة ِْ ٌَ ْد ُخلُِأ َ ْهل
ُ ْ
ًِِِفٌََ ْنبُت ُ ْونَ ِ َك َماِت َ ْنبُتُ ِال َحبَّةِف-ٌِشنَّ ِ َمالِن ْ َ ْ ْ
َ ِ،ِأ ِوِال َحٌَاة-ِ ِِفٌَ ُْخ َر ُج ْونَ ِمِ ْن َهاِلَدِِاس َْودُّواِفٌَُلمَ ْونَ ِفًِِنَ ْه ِرِال َحٌَاء،ان ٍ مِ ْنِإِ ٌْ َم
ًص ْف َرا َءِ ُم ْلت َ ِوٌَة؟ ْ َّ َ َ َ
َ ِِأل ْمِت ََرِأن َهاِت َخ ُر ُج،س ٌْ ِلَّ بِالِ َِجان
10. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas, maka amal
yang sedikit itu akan menjadi banyak.
ُ ُيض ْاىغَف
لس ُ سُِ َع ََ ًًل ۚ َاه َُل ْاىعَ ِض
َ ْاىَّزِي َخيَقَ ْاى ََ ْلثَ َا ْاى َحيَبة َ ِىيَ ْبيُ َل ُم ٌْ أ َ ُّي ُن ٌْ أَح
“Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” [Al-Mulk/67 : 2]
16
11. Mendapat rasa aman. Orang yang tidak bertauhid, selalu was-was, dalam
ketakutan, tidak tenang. Mereka takut kepada hari sial, atau punya anak lebih
dari dua, takut tentang masa depan, takut hartanya lenyap dan seterusnya.
12. Tauhid merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal kita. Sempurna
dan tidaknya amal seseorang bergantung pada tauhidnya. Orang yang
beramal tapi tidak sempurna tauhidnya, misalnya riya, tidak ikhlas, niscaya
amalnya akan menjadi bumerang baginya, bukan mendatangkan kebahagiaan
baik itu berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan lainnya. Syirik
(besar) akan menghapus seluruh amal.
13. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diringankan dari
perbuatan yang tidak ia sukai dan dari penyakit yang dideritanya. Oleh
karena itu, jika seorang hamba menyempurnakan tauhid dan keimanannya,
niscaya kesusahan dan kesulitan dihadapinya dengan lapang dada, sabar,
jiwa tenang, pasrah dan ridha kepada takdir-Nya.
15. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dimudahkan untuk
melaksanakan amal-amal kebajikan dan meninggalkan kemungkaran, serta
dapat menghibur seseorang dari musibah yang dialaminya.
17
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam telah
menganjurkan kepada umatnya agar berdo‟a kepada Allah Azza wa Jalla
untuk memohon segala kebaikan dan dijauhkan dari berbagai macam
kejelekan serta dijadikan setiap ketentuan (qadha) itu baik untuk kita. Do‟a
yang dibaca Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam tersebut adalah:
“Ya Allah…, dan aku minta kepada-Mu agar Engkau menjadikan setiap
ketetapan (qadha) yang telah Engkau tetapkan bagiku merupakan suatu
kebaikan.”[7]
Salah satu rukun iman adalah iman kepada qadha‟ dan qadar, yang baik dan
yang buruk. Dengan mengimani hal ini niscaya setiap apa yang terjadi pada
diri kita akan ringan dan mendapat ganjaran dari Allah apabila kita sabar dan
ridha.
16. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas dan benar akan dilapangkan
dadanya.
17. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas, jujur dan tawakkal kepada
Allah dengan sempurna, maka akan masuk Surga tanpa hisab dan adzab.
F. PERKEMBANGAN AKIDAH
Sejarah Aqidah Islam bermula dengan mula turunnya wahyu kepada &
Rasulullah s.a.w. Ilmu aqidah Islam pada 'aman itu serupa seperti ilmu-ilmu
selainnyadarisegiianya belum lagi dikumpul dan ditulis didalam manamana kitab. D
an sejarah perkembanganilmu ini sejak mula hinggalah ianya ditulis dan menjadi
sebuah ilmu yang dikenali kinisabagai ilmu tauhid atau aqidah, terbahagi kepada
lima bahagian mengikut pecahan yang berikut:
18
ii. Zaman Khalifah Saidina Usman r.a (644-656)
iii. Zaman Khalifah Saidina Alira. (656-661M)
3) Zaman Kerajaan Umayyah (661-750 Masihi)
4) Zaman Kerajaan Abbassiah.(750-1528 Masihi)
5) Zaman sesudah Kerajaan Abbasyiah hingga sekarang
Umat Islam pada zaman rasulullah menerima terus segala ajaran yang
dibawa oleh rasulullah tanpa banyak persoalan. Mereka terus menemui rasulullah
sekiranya ada persoalan dan tidak faham. Rasulullah juga menjelaskan perkara yang
menimbulkan kemusykilan sahabat.Persoalan aqidah khasnya perkara yang
berkaitan dengan sifat 20 atau yang berkaitan dengannya tidak timbul. Hal ini
kerana para sahabat dapat memahami ayat Al-Quran atau sifat Allah sebagaimana
didalam Al-Quran dan hadis. Para sahabat memahami kandungan Al-Quran dan
hadis yang berkaitan dengan aqidah dan sifat-sifat Allah khasnya tanpa
mempersoalkan makna disebaliknya. Kepercayaan umat islam zaman nabi sangat
kukuh dan teguh.
Para sahabat pada masa itu disinari oleh cahaya hidayah dan Al-Quran. Ada
diantara mereka memiliki tabiat suka berfikir dan mendorong sesetengah sahabat
untuk memikirkan zat Allah. Rasulullah menegah mereka berbuat demikian,
sebagaimana sabda yang diriwayatkan daripada Abu Nu'aim, nabi telah menegah
dan melarang daripada berbantah dalam masalah Qadar. Pada masa itu tidak timbul
permasalahan aqidah. Hal ini kerana ketika wahyu sedang diturunkan, mereka hidup
ketika zaman rasulullah.Semua para sahabat beriman dan menerima sepenuhnya
persoalan yang berkaitan sifat-sifat Allah seperti dalam Al-Quran dan Hadis. Para
sahabat tidak berselisih dalam perkara berkaitan dengan al-Sifat, al-Asma'al-Husna
dan al-Af'al. Sahabat tidak mengemukakan persoalan berkaitan Qada'dan qadar, sifat
Allah dan zat-Nya atau ayat-ayat mutasyabihat. Para sahabat hanyalah bertanya
berkaitan dengan hukum. hakam, ibadat dan cara melakukannya dengan sempurna.
Sebagai rumusannya, zaman nabi segala kemusykilan dan masalah terus
dirujuk kepada nabi dan nabi dapat menjelaskannya dengan wahyu dan petunjuk
wahyu atau dengan ijtihad baginda. Secara umumnya, pada zaman nabi tidak ada
sebarang masalah dalam ilmu tauhid dan sahabat juga tidak ada sebarang
perselisihan dan mereka dapat merujuk terus kepada nabi dan sumbernya bersih.
i. Zaman Khalifah Saidina Abu Bakar (11-13 H), dan Saidina Umar ra.
(12-23 H)
19
Tidak ada perselisihan faham dalam aqidah kerana mereka sibuk
menghadapi peperangan dalam usaha mempertahankan kesatuan islam. Mereka
memahami al Quran tanpa ada ta'wil. Mereka mengikuti al-quran dan menjauhi apa
yang ditegah. Mereka juga mensifatkan Allah dengan apa yang Allah sifatkan
sendiri mereka mensucikan Allah daripada sebarang sifat yang tidak layak bagi
kemuliaan dan keagungan Allah. Mereka beriman dengannya mengikut dengan
menyerahkan pentakwilan kepada Allah sendiri. Sahabat menerima apa sahaja
perkara berkaitan dengan Usul atau aqidah daripada rasulullah. Sahabat tidak gemar
membahaskan perkara yang berkaitan dengan aqidah.
Pada tahun 656 masihi, Saidina Uthman bin Affan wafat kerana dibunuh di
dalam rumahnya sendiri. Selepas didesak oleh pengikutnya, Saidina Ali akhirnya
20
menerima untuk menjadi khalifah. Pada masa pemerintahannya, telah terjadi
peperangan dengan Aisyah beserta Talhah dan Abdullah bin Zubair karena
kesalahfahaman dalam pendiriannya terhadap pembunuhan terhadap Saidina
Usman.
Zaman ini merupakan zaman di mana terjadinya goncangan yang kuat dalam
Aqidah Islam dan juga kehidupan orang-orang muslim, kerana di zaman ini
timbulnya dua kumpulan yang sesat dari ajaran dan fahaman agama Islam yang
benar.Kumpulan yang pertama yang dikenali sebagai Syiah merupakan kumpulan
yang terlampau dalam hak saidina Ali r.a. sehingga mengangkatnya kepada martabat
ketuhanan dan ianya diketuai oleh seorang yahudi yang menganut Islam dengan niat
menghancurkannya. Dia dikenali dengan nama Abdullah bin Saba. Golongan ini
sanggup mengeluarkan hadis-hadis palsu menyokong pelantikan Saidina Ali.
Mereka telah mengagung-agungkan Saidina Ali. Mereka memberikan alasan
bahawa ahlul bait iaitu keluarga atau keturunan Rasulullah perlu diangkat menjadi
pemimpin.
21
Di antara kumpulan-kumpulan itu juga ialah kumpulan yang dikenali sebagai
Mu`tazilah, diasaskan oleh Washil bin Atho. Kumpulan ini pula terpengaruh dengan
falsafah yunani sehingga mereka cuba untuk menghukum dan memahami al-Quran
dan sunnah dengan berpandukan falsafah ini. Kedua-dua kumpulan yang di atas
iaitu al jabriyyah dan al-qadariyah merupakan kumpulan yang terkeluar dari ajaran
dan fahaman Islam yang sebenar, maka mereka ini dihukumkan sebagai kafir,
kumpulan Mu`tazilah pula tidaklah dihukumkan sebagai kafir akan tetapi fasiq.
Setelah negara jajahan takluk islam mulai meluas, telah terbuka luas untuk
umat islam memikirkan perkara yang berkaitan aqidah. Jiwa orang yang baru
memeluk islam masih dipengaruhi oleh unsur agama mereka sebelumnya. Untuk itu
lahir segolongan umat islam yang mulai memperkatakan masalah qadar, antara
mereka ialah:
a) Ma'bad al-Juhani, beliau mengambil fahamannya itu daripada seorang Iraq yang
beragama nasrani yang murtad selepas memeluk islam. Ma'bad telah dibunuh kerana
memberontak pada tahun 80 Hijrah.
b) Ghailan al-Dimasyqi. Nama beliau ialah Abu Marwan Ghailan Ibn Muslim. beliau
mengikuti fahaman Ma'bad dalam masalah qadar.
c) Ja'd Ibn Dirham. Beliau merupakan seorang guru kepada Marwan Ibn Muhammad.
Beliau berfahaman qadar dan merupakan orang yang mula-mula mengatakan al-
Quran itu makhluk. Dia dibunuh oleh Khalid Ibn Abdullah al Qasri.
Pada penghujung abad pertama hijrah tersebar pula fahaman dan puak serta
aliran Khawarij. Mereka ini telah mengkafirkan orang yang mengerjaka dosa besar.
Pendapat tersebut telah disanggah oleh Hassan al-Basri yang berpendapat bahawa
orang yang melakukan dosa besar adalah fasiq dan tidak kafir. Wasil Ibn ata (ank
murid Hassan) berpendapat orang yang melakukan dosa besar berada diantara dua
22
martabat diikuti pula oleh Amru Ibn Ubaid.Lantaran mereka telah mengasingkan
diri daripada majlis gurunya, mereka dikenali sebagai Muktazilah.Sebagai
rumusannya, pada zaman inilah dikatakan mulanya bermula untuk menyusun kitab
berkaitan dengan ilmu Kalam atau Tauhid. Namun kitab itu tidak ada yang sampai
ke tangan kita sekarang.
Pada masa itu, telah munculnya Abu Hasan al-Asy'ari, salah seorang murid
tokoh Muktazilah al-Jubba'i menentang pendapat gurunya dan membela aliran
Ahlussunnah wal Jama'ah. Dia berpandangan "jalan tengah" antara pendapat Salaf
23
dan penentangnya. Abu Hasan menggunakan dalil naqli dan aqli dalam menentang
Mu'tazilah. Usaha ini mendapat dukungan dari Abu al-Mansur al-Maturidy, al-
Baqillani, Isfaraini, Imam haramain al-Juaini, Imam al-Ghazali dan Ar-Razi yang
datang sesudahnya.
Mazhab Al Asy'ari berkembang pesat hingga tidak ada lagi mazhab yang
menyalahinya selain daripada mazhab hambaliyah yang tetap bertahan dalam
mazhab salaf, iaitu beriman sebagaimana yang tersebut dalam Al Qur'an Al Hadits
tanpa mentakwilkan ayat ayat atau hadis-hadis.
24
menghancurkan makam-makam wali serta para sahabat dengan alasan akan
kekhuatiran umat islam menyembahnya.
Gerakan syalafiyah modern yang diketuai oleh Ibn Aziz Ibn Abdullah Ibn
Baz meneruskan perjuangan al-wahabiyah. Mereka melakukan taklid mutlak
terhadap Ibn Al Wahab dan Ibn Taimiyah. Tujuannya pun hampir serupa dengan
gerakan Wahabi dan menolak segala bentuk pemikiran kaum barat. Mereka
menyatakan bahwa golongan ahli sunnah wal jama'ah memisahkan diri dari Jama'ah
Islamiyah.
Adapun gerakan Islam liberal ini mempunyai misi untuk membuka pintu
ijtihad pada semua dimensi Islam, mengutamakan semangat religio-etik,
mempercayai kebenaran yang relatif, memihak pada minoriti yang tertindas,
meyakini kebebasan agama serta memisahkan autoriti duniawi dan ukhrowi.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (ُ )اىعَ ْقذ ْ yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu( )اىخ َّ ْلثِي ُْقyang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat al-
ihkaamu (ًُ )اْ ِإلحْ نَبyang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-
wah (طُ اىش ْب
َّ )بِقُ َّلةyang berarti mengikat dengan kuat. Tauhid, yaitu seorang hamba
meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah
(ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
1. Tauhid Rububiyah
2. Tauhid Uluhiya
26
B. SARAN
Dengan mengenal Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan yang patut
disembah, kita akan terhindar dari perbuatan syirik.Mudah-mudahan kita termasuk
orang-orang yang dilindungi Allah SWT dari perbuatan syirik yang mengantar kita
ke neraka jahannam. Aamiin.
27
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/263068144/Sejarah-Perkembangan-Ilmu-Akidah.
Diakses 29 oktober 2022
28