Anda di halaman 1dari 14

PENDALAMAN MATERI AQIDAH AKHLAK DI MADRASAH

HAKIKAT IMAN KEPADA ALLAH

Dosen Pengampu: Silviana Hidayati, M.Pd

KELOMPOK 4
SITI MUKHAROMAH 201180114
TRIA SANTIKA PUTRI 201180126
AHMAD GHALIB B 201180104

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN


JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik,
serta hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Iman Kepada Allah” . Penulis
berharap semoga isi dari makalah yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya para pembaca serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dalam bidang yang kami kaji di dalamnya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan


dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang
penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun agar dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Jambi,
Maret 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………..……….. 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..… 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................


1.1 Latar Belakang ………………………………….………………. 4
1.2 Rumusan Masalah …………………….…………………............ 5
1.3 Tujuan Penulisan……………………….…………………..…… 5

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………….


2.1 Iman Kepada Allah………….. ..……….…………………….... 6
2.2 pengertian Tauhid ………..…….......……....……………….…. 8
2.3 Pembagian Tauhid………………………………...…………... 9
BAB III PENUTUP ………………………………………………………....
3.1 Kesimpulan …………………………….………….………… 13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….… 14

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mengenal Allah SWT atau ma’rifatullah merupakan suatu keharusan


bagi setiap orang yang beriman, karena hal tersebut adalah syarat dari
kekuatan iman seseorang. Maka dari itu, perintah mengenal Allah
merupakan perkara yang diharuskan kepada hamba-hamba-Nya. Dalam
ajaran Islam , mengenal Allah sebagai Tuhan Pencipta dan Pengatur
alam semesta dan seluruh makhluk merupakan suatu kewajiban.
Allah Swt. telah mengisyaratkan dan mengajak hambahamba-Nya
untuk mengenal diri-Nya sebagaimana firman-Nya dalam Alquran yang
terjemahannya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi
orang-orang yang memiliki akal." (QS. Ali ‘Imran: 190).
Urgensi dari mengenal Allah SWT bagi manusia adalah agar manusia
tersebut juga lebih mengenal diri sendiri, mendapatkan keuntungan dan
keberkahan dunia akhirat, diperintahkan oleh al quran karena mengenal
Allah adalah suatu kewajiban, dan agar selamat dari api neraka dan
meraih surgaNya.

4
2. Rumusan Masalah

1) Apa itu Iman Kepada Allah?


2) Apa Pengertian dari Tauhid?
3) Apa saja Pembagian dari Tauhid ?

3. Tujuan Penulisan

1) Mengetahui Pengertian Iman Kepada Allah


2) Mengetahui Pengertian dari Tauhid
3) Memahami apa saja pembagian dari Tauhid

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Iman Kepada Allah

Iman dari segi bahasa menurut banyak kalangan adalah membenarkan.


Iman menurut bahasa menetapkan sesuatu karena membenarkannya. Iman
mengandung arti yang lebih sekedar membenarkan. Ia adalah pengakuan
yang berkonsekuensi kepada sikap menerima berita dan tunduk kepada
hukum1. Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah
itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya,
kemudia pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan
amal perbuatan secara nyata.

Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu
benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya,
kemudia pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan
amal perbuatan secara nyata. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah
jika memnuhi 3 persyaratan diatas. Ketiga unsur keimanan tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

Allah memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya,


sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan


Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan
kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.
Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-
Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu
telah tersesat sangat jauh.” (Q.S An Nisa : 136)
1
Muhammad, syaikh. Buku Induk akidah Islam. Jakarta: darul Haq

6
Dalil-dalil atas wujud Allah

1. Dalil akal
Dengan menggunakan akal pikiran untuk merenungkan dirinya
sendiri, alam semesta dan lain-lainnya seorang manusia bisa
membuktikan adanya Tuhan (Allah SWT). Untuk membuktikan
adanya Tuhan (Allah SWT) lewat merenungkan alam semesta,
termasuk diri manusia itu sendiri, dapat dipakai beberapa “qanun
Allah Berfirman yang artinya:

“apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka


yang menciptakan (diri sendiri )?”(At-Thur:35)

2. Dalil Indra
Adapun dalil indra yang menunjukkan adanya Allah adlah
dikabulkannya doa seseorang dimana dia berkata, “Ya Rabb,” dia
memohon sesuatu kemudian permohonannya dikabulkan. Ini adalah
bukti riil, dia dsendiri tidak berdoa kecuali kepada Allah lalu Allah
mengabulkan doanya dan dia melihat dengan kepalanya sendiri.
Ini adalah perkara riil yang menunjukkan secara nyata adanya
pencipta dan itu adalah dalil indrawi.
Hal seperti ini di dalam al-Qur’an yang artinya:
“Dan (ingatlah kisah) ayyub, ketika ia menyeru Rabbnya,’(ya
tuhanku) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
adalah Rabb yang Maha Penyayang di antara semua yang
penyayang.’ Maka kami pun memperkenankan seruannya itu.’
(Al-Anbiya’: 83-84).
3. Dalil Fitrah

7
Allah SWT adalah Al-Awwal artinya tidak ada permulaan bagi
wujud-Nya. Dia juga Al-Akhir artinya tidak ada akhir dari wujud-Nya.
Fitrah (manusia)telah difitrahkan untuk mengenal dan mentauhidkan
Allah. Allah telah mengisyaratkan hal ini dalam Firman-Nya yaitu
Surat Al- A’raf:127-128). Ayat ini menunjukkan bahwa fitrah manudia
difitrahkan di atas kesaksian terhadap adanya Allah dan
rububiyahnya. Ayat ini menunjukkan bahwa manusia mengenal
Tuhannya dengan Fitrahnya.
4. Dalil Syara’
Maka syariat Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung
segala apa yang baik bagi manusia menunjukkan bahwa yang
menurunkannya adalah Tuhan yang Maha Pengasih lagi
Mahabijaksana, lebih-lebih al-Qur’an yang mulia ini di mana tak
seorang pun dari kalangan jin dan manusia yan mampu menghadirkan
kitab yang semisalnya2.

2.2 Pengertian Tauhid


Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata
wahhada, yuwahhidu, tauhida. Secara etimologis, tauhid berarti keesaan,
maksudnya itikad atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal,
Satu, pengertianini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan
dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah“ mentauhidkan berarti
mengakui keesaan Allah, mengesakan Allah dalam perkara-perkara yang
menjadi kekhususannya meliputi rububiyah, uluhiyah, asma wa sifat 3.
Menurut Syekh Muhammad Abduh: Tauhid adalah suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang

2
Muhammad, syaikh. Buku Induk akidah Islam. Jakarta: darul Haq
3
Arfani, Winda. 2013. Tauhid

8
sama sekali wajib dilenyapkan padaNya. Juga membahas tentang rasul
rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka. Sedangkan menurut Husain
Affandi al-Jars mengatakan: “Tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal
yang menetapkan akidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan”.
Menurut Prof. M. Thahir A. Muin, Tauhid adalah ilmu yang meyelidiki dan
membahas soal yang wajib, mustahi, dan jaiz bagi Allah dan bagi sekalian
utusan-utusanNya, juga mengupas dalil-dalil yang mungkin cocok dengan
akal pikiran sebagai alat untuk membuktikan adaNya zat yang
mewujudkan.

2.3 Macam-macam Tauhid

1. Tauhid Rububiyah
Rububiyah berasal dari kata Rabb, dari sisi bahasa berarti tuan dan
pemilik. Secara literal, term atau istilah ’Rububiyyah’  berasal dari kata
’Rabb’ dan berarti pemelihara, pengasuh, penolong, pengusa, pengatur,
pelindung, pendidik, dan pencipta alam semesta seisinya, lengkap
dengan hukum-hukum yang berlaku atau secara teknis disebut
sunnatullah di dalamnya.
Tauhid rububiyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala perbuatan-
Nya, seperti menciptakan dan mengatur alam semesta, menghidupkan
dan mematikan, mendatangkan bahaya dan manfaat, memberi rizqi dan
semisalnya. Allah Ta’ala berfirman

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (Q.S. Al-Fatihah : 1)

Tauhid Ar-Rububiyyah, adalah keyakinan bahwa Allah Azza wa Jalla


adalah satu-satunya Rabb. Makna Rabb adalah Dzat yang Maha
Menciptakan, yang Maha Memiliki dan Menguasai, serta Maha Mengatur

9
seluruh ciptaan-Nya. Ayat-ayat yang menunjukkan tauhid Ar-Rububiyyah
sangat banyak, di antaranya (artinya):

“Sesungguhnya Rabb kalian hanyalah Allah yang telah menciptakan


langit dan bumi dalam enam hari, lalu Dia beristiwa` di atas ‘Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat.
(Diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (semuanya)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, hak mencipta dan memerintah
hanyalah milik Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam. [Al-A’raf: 54]

2. Beriman kepada adanya keberadaan allah swt ( wujud)


a. Secara fitrah Allah menciptakan setiap makhluk beriman kepada
SangPencipta. ,
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.”(QS. Ar
Rum: 30)

b. Akal yang kita miliki mengisyaratkan bahwa alam ini ada


penciptanya, sedangkan setiap makhluk baik yang terdahulu
maupun akan datang hauslah ada zat yang menciptakan dan
mengadakannya.“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun
ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah
mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).”(QS. Ath Thur:
35-36)

c.  Selain itu, panca indra yang kita miliki adalah salah satu tanda
yang menunjukan akan keberadaan Allah subahanhau wa ta’ala.
Kita yang bisa merasakan hangatnya sinar maahari dan

10
menyaksikan pergantian siang dan malam adalah bukti
nyatanya.“Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-
orang yang mempunyai penglihatan.”(QS. An Nur: 44)

d. Adanya syariat mengisyaratkan adanya Allah subhanahu wa


ta’ala.Hukum-hukum terkait kepentingan umat Allah yang
tertuliskan dalam kitab-kitabNya melalui para Nabi dan RasulNya.
Yang mana dari semua itu adalah bukti nyata bahwa hokum
tersebut dibuat oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

3. Iman bahwa Allah adalah Tuhan yang Tidak Ada Sekutu BagiNya

Meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah zat yang


menciptakan semua makhuk, mengadakan segala sesuatunya,
membentuk alam semesta, menciptakan langit dan bumi, menciptakan
matahari dan bulan, menciotakan malam dan siang, hewan,
tumbuhan, lautan, dan juga gunung. Maka hanya Dial ah yang berhak
disembah, karena Dialah yang menciptakan semuanya.

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu..”(QS al-Maidah:
120)

4. Beriman dengan Uluhiyyah Allah subhanahu wa ta’ala.

Meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah Yang Maha


Esa dalam sisi rububiyyah (ketuhanan) tidak ada sekuti bagi-Nya, dan
Esa dalam uluhiyyah (peribadatan) tidak ada sekutu bagiNya. Maka

11
hanya Dialah yang berhak untuk disembah. Menyembah kepada-Nya
dengan apa yang semua diperintahkan-Nya tanpa mempersekutukan-
Nya.

“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu;
tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka
sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.”(QS al-
An’am: 102)

5. Beriman dengan Asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat Allah subhanahu


wa ta’ala.

Asma Al Husna yang kita ketahui adalah nama-nama yang


menggambarkan akan sifat-sifat dari Allah subhanhau wa ta’ala yang
terdiri atas 99 nama, di antaranya adalah Ar Rahman, Al Malik, As
Salam, dan lainnya.Dari semua nama dan juga sifat tersebut kita harus
meyakininya dengan memahaminya, menghafal, mengakui, dan
menyembah Allah subhanhau wa ta’ala dengannya.

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya


dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya.
Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.”(QS al-A’raf: 180

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu
benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya,

12
kemudia pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan
amal perbuatan secara nyata. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah
jika memnuhi 3 persyaratan diatas.
Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata
wahhada, yuwahhidu, tauhida. Secara etimologis, tauhid berarti keesaan,
maksudnya itikad atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal,
Satu, pengertianini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan
dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah“ mentauhidkan berarti
mengakui keesaan Allah, mengesakan Allah dalam perkara-perkara yang
menjadi kekhususannya meliputi rububiyah, uluhiyah, asma wa sifat.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, syaikh. Buku Induk akidah Islam. Jakarta: darul Haq


Al-Muntaqa Min Fatawa Syaikh Shalih Al-Fauzan II. Cetak Aqidah.
Arfani, Winda. 2013. Tauhid

13
14

Anda mungkin juga menyukai