Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ISLAM DISIPLIN ILMU KEDOKTERAN (IDIK)

KARAKTER INTEGRATIF (TAUHID) SEORANG DOKTER


YANG ISLAMI

Disusun Oleh:

Fahmi Satrio Hidayat

11020180196

Pembimbing

Dr.dr.Nasrudin AM, Sp.OG (K), MARS

ISLAM DISIPLIN ILMU KEDOKTERAN (IDIK)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR 2021
DAFTAR ISI

DAFAR ISI.......................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 2

1.1 Latar belakang ............................................................................. 2


1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 4

2.1 Pengertian Tauhid ........................................................................ 4

2.1.1 Pengertian Tauhid secara etimologi .................................... 4

2.1.2 Pengertian Tauhid secara terminology ............................... 4

2.2 Pengertian Tauhid Berdasarkan Al-Qur’an Dan Hadist ................ 5

2.3 Urgensi Tauhid ............................................................................ 9

2.4 Implementasi Tauhid Dalam Profesionalisme Kedokteran ........... 9

2.5 Keutamaan Tauhid ...................................................................... 13

2.6 Balasan Ahli Tauhid ..................................................................... 14

BAB III PENUTUP ............................................................................. 16

3.1 Kesimpulan .................................................................................. 16

3.2 Saran ........................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 18

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerusakan ilmu saat ini sedang menimpa umat islam, di Lembaga


Pendidikan umum terjadi kebodohan terhadap ilmu agama. Banyak sekali
sarjana-sarjana dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu tidak bisa
membaca Al-Qur’an atau memahami ajaran-ajaran pokok agamanya.
Padahal ilmu-ilmu agama adalah ilmu yang wajib dimiliki oleh setiap
muslim. Demikian juga, semakin bertambah ilmu semestinya semakin
bertambah pula keimanan seseorang akan Rabbnya.1

Islam hadir sebagai rahmatan lil alamin (Memberi rahmat bagi


seluruh alam), Hudan lil an-nas (Sebagai petunjuk bagi manusia), Syifa an-
nas (Obat penawar bagi manusia), Liyukhrijakum mina-dzulumat ila an-nur
(Mengeluarkan manusia dari kegelapan ke alam terang benderang), serta
sebagai basyiran (Pemberi kabar gembira) dan Nadziran (Kabar duka bagi
manusia)2

Inti ajaran islam adalah tauhid, yaitu meyakini bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan tidak ada sekutu baginya

“Sungguh, tuhanmu hanyalah Allah, tidak ada tuhan selain dia.


Pengetahuan-nya meliputi segala sesuatu”(Q.s. thaha/20:98).

Seseorang muslim yang meyakini tauhid maka ia akan memiliki loyalitas


(wala’) tunggal dalam penyembahan hanya kepada Allah Swt. semata.
Sebaliknya, bila keyakinan dan landasan tauhidnya lemah, maka berbagai

2
macam masalah dan kehinaan akan menimpa, seperti terjadinya ketidak
adilan dan kepincangan dalam hidup, adanya penindasan, kezhaliman dan
ketakutan, kerusakan, dan kehancuran jiwa serta moral, timbulnya berbagai
penyakit, ketakutan, trauma, dan sebagainya.3

Hubungan antara tauhid dengan prinsip seorang muslim inilah yang


memunculkan gagasan ‘Imaduddin ‘Abdulrahin tentang perlunya tauhid
sebagai prinsip dasar yang menjadi acuan segala aktivitas dan pergerakan
seorang muslim dimana pun berada.3

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Dapat menjelaskan dan memahami pengertian Tauhid
1.2.2 Dapat menjelaskan dan memahami Tauhid berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadist
1.2.3 Dapat menjelaskan dan memahami Urgensi Tauhid
1.2.4 Dapat menjelaskan dan memahami implementasi karakter Tauhid
dalam profesionalisme dokter
1.2.5 Dapat menjelaskan dan memahami keutamaan serta balasan bagi
para Ahli Tauhid

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tauhid


2.1.1 Pengertian Tauhid secara etimologi

Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid


merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah; kuat
kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal dari
bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada (‫ )وحد‬Yuwahhidu (‫)يوحد‬
Tauhidan (‫)توحدا‬.

Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya,


keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal, satu. Pengertian
ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa
Indonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui
akan keesaan Allah mengeesakan Allah”.2 Jubaran Mas‟ud menulis
bahwa tauhid bermakna “beriman kepada Allah, Tuhan yang Esa”,
juga sering disamakan dengan “ ‫“ ” الاله اال هللا‬tiada Tuhan Selain Allah”.
Fuad Iframi Al-Bustani juga menulis hal yang sama. Menurutnya
tauhid adalah Keyakinan bahwa Allah itu bersifat “Esa”. 4

Jadi tauhid berasal dari kata “wahhada” (‫“ )وحد‬yuwahhidu” (‫)يوحد‬


Tauhidan” (‫)توحيدا‬, yang berarti mengesakan Allah SWT. 4

2.1.2 Pengertian Tauhid secara terminology


Secara terminologis, banyak ulama yang terlah membahas Ilmu
tauhid antaranya adalah : 5
a. M. Yusuf Musa mendefinisikan Ilmu Tauhid sebagai ilmu yang
membicarakan tentang kepercayaan tentang wujud Tuhan Yang
Esa, yang tidak ada sekutu baginya, baik zat, sifat, maupun
perbuatannya, yang mengutus utusan-utusan untuk memberi

4
petunjuk kepada alam dan manusia kepada jalan kebaikan yang
meminta petanggung jawaban sese-orang di akhirat dan
memberikan memberikan balasan kepadanya atas apa yang
telah diperbuatnya.
b. Muhammad abduh menyatakan bahwa Ilmu Tauhid adalah ilmu
yang membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti
ada padanya, sifat-sifat yang boleh ada padanya, sifat-sifat yang
tidak boleh ada padanya, membicarakan tentang Rasul-rasul
untuk menetapkan keutusan mereka, dan sifat-sifat yang boleh
dipertautkan kepada mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin
terdapat pada mereka.
c. Muhammad binjasar al-tharabulisiy menyatakan bahwa ilmu
Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang kepercayaan atau
akidah agami slam dengan dalil-dalil yang meyakinkan
d. Ibrahim bin Sa’dullah dalam kitabnya “idlach al Dalilfi Qiba’I
CJjujaji”. Ahli al-Ta’thir menjelaskan bahwa Ilmu tauhid adalah
ilmu yang bertujuan untuk mengetahui Allah, mengimaninya,
menyetahui apa yang wajib ada pada Allah dan apa yang
mustahil ada padanya, dan segala sesuatu yang terkait dengan
rukun iman yang enam.

Dari berbagai definisi di atas, dapatlah diambil pengertian bahwa


ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas mengenai wujud Allah dan
segala yang bertalian dengannya berdasarkan dalil-dalil yang
meyakinkan, agar supaya dengan ilmu tersebut manusia dapat men-
tauhid-kan Allah 5

2.2 Pengertian Tauhid Berdasarkan Al-Qur’an Dan Hadist

Tauhid yang didakwahkan oleh para rasul dan diturunkan kitab-


6
kitab karenanya ada dua :

5
1. Tauhid dalam pengenalan dan penetapan, dan dinamakan
dengan Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma dan Sifat. Yaitu
menetapkan hakekat zat Rabb SWT dan mentauhidkan
(mengesakan) Allah SWT dengan asma (nama), sifat, dan
perbuatan-Nya.

Pengertiannya: seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa


Allah SWT sematalah Rabb yang Menciptakan, Memiliki, Membolak-
balikan, Mengatur alam ini, yang sempurna pada zat, Asma dan
Sifat-sifat, serta perbuatan-Nya, Yang Maha Mengetahui segala
sesuatu, Yang Meliputi segala sesuatu, di Tangan-Nya kerajaan, dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia SWT mempunyai asma'
(nama-nama) yang indah dan sifat yang tinggi:

“Tidak ada satupun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah yang
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-sura/42:11)

2. Tauhid dalam tujuan dan permohonan, dinamakan tauhid


uluhiyah dan ibadah, yaitu mengesakan Allah SWT dengan semua
jenis ibadah, seperti: doa, shalat, takut, mengharap, dll.

Pengertiannya: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa


Allah SWT saja yang memiliki hak uluhiyah terhadap semua
makhlukNya. Hanya Dia SWT yang berhak untuk disembah, bukan
yang lain. Karena itu tidak diperbolehkan untuk memberikan salah
satu dari jenis ibadah seperti: berdoa, shalat, meminta tolong,
tawakkal, takut, mengharap, menyembelih, bernazar dan semisalnya

6
melainkan hanya untuk Allah SWT semata. Siapa yang
memalingkan sebagian dari ibadah ini kepada selain Allah SWT
maka dia adalah seorang musyrik lagi kafir. Firman Allah SWT:

“Siapakah menyembah ilah yang lain selain Allah SWT, padahal


tidak ada suatu dalilpin baginya tentang itu, maka sesungguhnya
perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang
kafir itu tidak akan beruntung” (QS. Al-Mukminun: 117)

Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah; kebanyakan manusia


mengingkari tauhid ini. Oleh sebab itulah Allah SWT mengutus pada
rasul kepada umat manusia, dan menurunkan kitab kitab kepada
mereka, agar mereka beribadah kepada Allah SWT saja dan
meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.

Firman Allah SWT :

“ Dan kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu,


melainkan kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada ilah
(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan
aku’ ” (QS. Al-anbiya :25)

Firman Allah SWT :

7
“ Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah SWT (saja), dan jauhilah
Thaghut itu’,… “ (QS. AN-Nahl :36)

Ada beberapa istilah lain yang memiliki kesamaan makna atau


hamipir sama dengan Tauhid yakni :
1. Iman
Menurut Al-Asyariyah, iman hanyalah membenarkan dalam hati
serta tidak diharuskan untuk di praktikan. Senada dengan ini Imam
Abu Hanifah mengatakan bahwa iman hanyalah itiqad. Sedangkan
amal adalah bukti iman Namun tidak dinamai iman. Ulama Salaf
diantaranya Imam Ahmad, Malik, dan Syafi’I, berpendapat bahwa
iman adalah :

“Iman adalah sesuatu yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan


lisan, dan diamalkan dengan anggota tubuh.” 7

2. Aqidah
Menurut Bahasa ialah keyakinan yang tersimpul kokoh didalam hati,
mengikat, dan mengandung perjanjian. Sedangkan menurut
terminologis di antaranya pendapat Hasan al-Banna mengatakan
bahawa aqidah ialah beberapa hal yang harus diyakini
kebenarannya oleh hati, sehingga dapat mendatangkan
8
ketentraman, keyakinan yang tidak bercampur dengan keraguan.

8
2.3 Urgensi Tauhid

Tauhid merupakan bagian paling penting dari keseluruhan subtansi


aqidah ahlus sunnah wal jamaah. Dalam hal ini urgensi tauhid
mengharuskan seorang hamba senantiasa meyakini dan mengakui bahwa
hanya ada Allah SWT semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan Rajanya.
Sesungguhnya hanya Dia yang maha pencipta, maha pengatur alam
semesta, dan hanya Dialah yang patut di sembah, tiada sekutu bagi-Nya.11

Urgensi Tauhid : seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa


Allah SWT semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu rajanya. Sesungguhnya
hanya dia Dia yang Maha Pencipta, Maha pengatur alam semesta. Hanya
dial ah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang
disembah selain-nya adalah batil. Sesungguhnya Dia SWT bersifat dengan
segala sifat kesempurnaan, Maha suci dari segala aib dan kekurangan. Dia
SWT mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi. 6

Bagian ini harus dipahami secara utuh agar maknanya yang


sekaligus mengandung klasifikasi jenis-jenisnya dapat terealisasi kedalam
kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Urgensi tauhid dalam hal ini
mencakup dua hal sebegai berikut :

• Memahami ajaran tauhid secara teoritis berdasarkan dalil-dalil yang


terdapat dalam Al-Qur’an, sunah dan akal sehat.
• Mengaplikasikan ajaran tauhid tersebut dalam kenyataan kehidupan
sehari-hari sehingga ia menjadi fenomena yang tampak dalam
kehidupan manusia dengan segala konsekuensinya.

2.4 Implementasi Tauhid Dalam Profesionalisme Kedokteran


Dokter merupakan suatu profesi yang pekerjaan dan kegiatannya
berhubungan langsung dengan manusia sebagai lawan iteraksinya.

9
Seseorang dokter yang professional ditutun untuk mengenal dan
mengetahui segala hal yang berkaitan dengan manusia, baik menusia
sebagai individu maupun manusia sebagai makhluk social. Dengan
demikian, seorang calon dokter atau dokter memerlukan pengetahuan
tentang cara menangani manusia tersebut dari segala sudut pandang, sejak
mulai konsepsi, sampai pada masa tua bahkan sampai akhir hidupnya.10
Dalam penanganan manusia sebagai pasien yang dalam hal ini
bukan saja dalam hal fisik tetapi juga emosi atau perasaan yang sering lebih
menjadi penyebab seorang merasa lebih sakit dari sakit fisiknya.
Penanganan yang holistic dari sisi keilmuan tetang penyakit dan
pendekatan secara emosi dengan penerapan melalui pendekatan moral,
nilai- nilai etika, etika profesionalismenya diharapkan dapat membantu
percepatan penyembuhan.10
Dalam implikasi karakter tauhid, salah satu aspek utama dalam
mejalankan profesionalis kedokteran adalah aspek ketuhan dimana praktek
dokter adalah bagian dari ibadah (halifah Allah dibumi). Kesembuhan
pasien ada dalam kekuasaan Allah SWT. dimana dokter hanya
mengusahakan saja. Kontrak dokter-pasien adalah upaya, bukan
penyembuhan dimana dokter dan pasien perlu bedoa.11
Implikasi tauhid adalah efek dari pernyataan dan persaksian
mengesakan Allah. Implikasi itu, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an :
1. Allah diyakini sebagai satu satunya pencipta alam semesta,
demikian Allah befirman :

“ Hai manusia, sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan


orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa ” (QS.Al-
Baqarah/ 2 : 21)

10
2. Allah diyakini sebagai satu satu-satunya pemberi rezeki,
sebagaimana pernyataan Al-Qur’an sebagai berikut

“ Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah Kepadamu. Adakah


Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada mu
dari langit dan bumi? Tidak ada tuhan selain dia; maka mengapa
kamu berpaling (dari ketauhidan)? “ (QS. Al-Fathir/ 35 :3)

3. Allah diyakini sebagai satu-satunya pemelihara alam semesta. Al-


Qur’an menyatakan demikian:

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit


dan bumi dalam enam masa, kemudian dia bersemayam diatas
‘arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan
memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-nya. (Dzat) yang
demikian itulah Allah, tuhan kamu, maka sembahlah dia. Demikian
apakah kamu tidak mengambil pelajaran? “ (QS.Yunus/10 : 3)

4. Allah diyakini sebagai satu-satunya pencipta hukum. Demikian Allah


menjelaskan kepada kita:

11
Katakanlah: “ Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata
(Al-Qur’an dari tuhanku, sedangkan kamu mendustakannya. Tidak
ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan
kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak allah. Dia
menerangkan yang sebenarnya dan dia pemberi keputusan yang
paling baik “. (QS. Al-An’am/6 : 57)

5. Allah diyakini sebagai satu-satunya pelingdung. Al-Quran


menyatakan demikian :

“ Allah pelingdung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan


mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan
orang-orang yang kafir, pelingdung-pelingdungnya ialah syaitan,
yang mengeluarkan mereka dari pada cahaya kepada kegelapan
(kekafiran). Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya “ (QS. Al-Baqarah/2 : 257)

6. Allah diyakini sebagai satu-satunya tumpuan harapan. Demikian


Allah menyatakan :

12
“ dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap “ (QS. Al-
Insyirah/94 : 8)

7. Allah diyakini sebagai satu-satunya yang berhak disembah dan


dimintai pertolongan. Demikian Allah menyatakan

“ Dan Sungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat


(untuk menyerukan): ‘sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut
itu’ , maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberikan
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang
telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi
dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul) “. (QS. An-Nahl/16 :36)

“ hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada


engkaulah kami meminta pertolongan “. (QS. Al-Fatihah/1 : 5)

2.5 Keutamaan Tauhid

1. Firman Allah SWT :

13
“ orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk (Q.S. Al-An’aam/6:1)

2. Dari 'Ubadah bin ash-Shamit r.a, bahwasanya Nabi SAW bersabda,


"Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah)
selain Allah SWT. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan sesungguhnya
Muhammad SAW adalah hamba dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Isa
adalah hamba dan Rasul-Nya, serta kalimah-Nya yang diberikan-
Nya kepada Maryam dan Ruh dari-Nya.Dan (siapa yang bersaksi
dan meyakini bahwa) surga adalah benar, neraka adalah benar,
niscaya Allah SWT memasukkannya ke dalam surga berdasarkan
amal yang telah ada” Muttafaqun’alaih.12

3. Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah


SAW bersabda, 'Allah SWT berfirman, 'Wahai keturunan Adam,
selama kamu berdoa dan mengharap kepada-Ku, niscaya Kuampuni
semua dosa kalian dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun
dosanya). Wahai keturunan Adam, jika dosamu telah sama ke atas
langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya
Kuampuni dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun dosamu). Wahai
keturunan Adam, jika engkau datang kepadanya dengan kesalahan
sepenuh bumi, kemudian engkau datang menemui-Ku dalam
keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya Aku
dating kepadamu dengan ampunan sepenuhnya (bumi)." HR. at-
Tirmidzi13

2.6 Balasan Ahli Tauhid

1. Firman Allah SWT :

14
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman
dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang
mengalir sungaisungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki
buah-buahan dalam surgasurga itu, mereka mengatakan:"Inilah
yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-
buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri
yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah/1: 25)

2. Dari Jabir r.a, ia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW
seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah dua perkara yang bisa
dipastikan?' Beliau menjawab, 'Siapa yang meninggal dunia dan
keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan Allah SWT
niscaya dia masuk dan siapa yang meninggal dunia dalam keadaan
menyekutukan sesuatu dengan Allah SWT. niscaya dia masuk
neraka.” HR.Muslim14

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-
sifat yang wajib tetap pada-nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-
nya, dan tantang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-
nya. Karakter tauhid ialah sikap meyakini bahwal Allah Maha Suci yang
tidak memiliki kekurangan sedikitpun, seperti yang dimiliki makhluk hidup
ciptaannya dan juga meyakini kebenaran seluruh ajaran Allah yang
diturunkan dan disebarkan oleh para Rasul-nya.

Firman Allah SWT :

“Sungguh, tuhanmu hanyalah Allah, tidak ada tuhan selain dia.


Pengetahuan-nya meliputi segala sesuatu”(Q.s. thaha/20:98).

“ Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat


(untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah SWT (saja), dan jauhilah
Thaghut itu’,… “ (QS. AN-Nahl :36)

Dalam implikasi karakter tauhid, salah satu aspek utama dalam


mejalankan profesionalis kedokteran adalah aspek ketuhan dimana praktek
dokter adalah bagian dari ibadah (halifah Allah dibumi). Kesembuhan
pasien ada dalam kekuasaan Allah SWT. dimana dokter hanya

16
mengusahakan saja. Kontrak dokter-pasien adalah upaya, bukan
penyembuhan dimana dokter dan pasien perlu bedoa.

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan


bumi dalam enam masa, kemudian dia bersemayam diatas ‘arsy untuk
mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at
kecuali sesudah ada izin-nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, tuhan
kamu, maka sembahlah dia. Demikian apakah kamu tidak mengambil
pelajaran? “ (QS.Yunus/10 : 3)

“ hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada engkaulah kami
meminta pertolongan “. (QS. Al-Fatihah/1 : 5)

3.2 Saran
Dalam setiap tindakan ataupun perbuatan yang kita lakukan,
janganlah lupa untuk menyikapi dengan karakter tauhid yaitu kita meyakini
bahwa Allah Maha Suci yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun, seperti
yang dimiliki makhluk hidup ciptaannya dan juga meyakini kebenaran
seluruh ajaran Allah yang diturunkan dan disebarkan oleh para Rasul-nya.
Setiap perbuatan yang kita lakuakan hanya Allah SWT. yang mengatur dan
hanya kepadanya kita dapat meminta pertolongan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Inayah, F. I. (2018). Tauhid Sebagai Prinsip Ilmu Pengetahuan (Studi


Analisis Ismail Raji al Faruqi). Tasfiyah, 2(1), 97.
https://doi.org/10.21111/tasfiyah.v2i1.2484

2. Nata, Abuddin. (2016). Perspektid Islam Tentang Pendidikan


Kedokteran.

3. Harahap, A. lir. (2011). Implementasi Tauhid Menurut.

4. Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 1. 8.


Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam (Yogyakarta : LPPI, 2004)

5. Ajar, N. B. (2005). Diterbitkan Oleh : Pokja Akademik UIN Sunan


Yogyakarta 2005.

6. Tuwajri, M. bin A. A. (2007). Tauhid , keutamaan dan macam-


macamnya.

7. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam (Yogyakarta : LPPI, 2004), h. 4.

8. Yunahar Ilyas, Ibid h.4

9. Yunahar Ilyas, Ibid h.11

10. Nadeak, B. (2015). Etika pendidikan kedokteran: Keteladanan dalam


profesionalisme. Jdp, 8(2), 123–129.
11. Wahid, S. (2017). Etika dan profesionalisme di bidang kedokteran. 1–
36. https://med.unhas.ac.id/kedokteran/en/wp-
content/uploads/2017/01/ETIKA-PROFESI-DIES-NATALIS-61-
FKUH.pdf
12. Muttafaqun 'alaih. HR. al-Bukhari no. (3435) dan ini lafaznya, dan
Muslim no. (28)
13. Shahih. HR. at-Tirmidzi no. (3540), Shahih Sunan at-Tirmidzi no.
(2805).
14. HR. Muslim no. (93)

18
19

Anda mungkin juga menyukai