Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MKDU

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

OLEH :
KELOMPOK 3

1. Muhammad Fajri Hanafi (61123068)


2. Diki Bahrul Alam (61123054)
3. Jepry Al Bukhori (61123021)
4. Amellia (6123053)
5. Nabila Raudhatul Jannah Samra (61123143)
6. Nazwa (61123075)
7. Ningtyas Permata Wulandari (61123141)
8. Rury Devona Darpius (61123098)
9. Zahra Fitria Rahmadani (61123137)
10. Erisa Desvinailah (61123130)

DOSEN PEMBIMBING :
Hidayat S.PdI, MM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep Tuhan dalam Islam menjadi fondasi bagi pemahaman mendalam mengenai
ajaran dan pandangan keyakinan umat Muslim. Dalam pandangan Islam, Tuhan
disebut sebagai Allah SWT, yang Maha Kuasa, Maha Tahu, dan Esa. Konsep ini
tercermin dalam keyakinan akan keesaan Allah dan sifat-sifat-Nya yang Maha Mulia.

Para ahli, seperti Syeikh Siti Jenar, menyoroti kompleksitas konsep Tuhan,
menegaskan bahwa manusia terbatas dalam memahami esensi Tuhan. Perspektif lain,
seperti yang diungkapkan oleh Nasr dan Al-Suhrawadi, menekankan aspek kebersihan
dan cahaya dalam penghampiran kepada Tuhan.

Ayat-ayat Al-Qur'an, seperti Surat Al-Ikhlas, memberikan gambaran jelas mengenai


Tuhan dalam Islam, menegaskan keesaan, ketidakberanakan Tuhan, dan
ketidaksetaraan-Nya dengan segala yang lain. Hal ini mencerminkan konsep Tauhid,
kepercayaan pada Allah yang Satu, yang menjadi prinsip utama dalam Islam.

Ajaran Islam bukan hanya sekadar keyakinan, melainkan juga landasan pelaksanaan
ajaran damai. Nilai-nilai seperti larangan kedzaliman, persamaan derajat, keadilan,
kebebasan, hidup rukun, toleransi, dan solidaritas sosial menjadi pilar-pilar yang
membentuk masyarakat yang harmonis.

Pendahuluan yang mendalam ini memberikan gambaran komprehensif tentang konsep


Tuhan dalam Islam dan bagaimana nilai-nilai ajaran ini memainkan peran penting
dalam membentuk kehidupan damai. Dengan merangkai konsep-konsep ini, kita dapat
lebih memahami esensi ajaran Islam dan bagaimana hal tersebut mengarah pada
pembentukan masyarakat yang sejahtera dan harmonis.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Tuhan dalam Islam, dan bagaimana konsep Ketuhanan


tersebut tercermin dalam ajaran Islam?

2. Apa pandangan para ahli, seperti Syeikh Siti Jenar, Nasr, Al-Suhrawadi, Ibnu
Thufail, al Kindi, al Farabi, dan Ibnu Rush, mengenai Tuhan dalam Islam, dan
bagaimana kontribusi pandangan mereka terhadap pemahaman konsep Tuhan?

3. Bagaimana Surat Al-Qur'an, khususnya Surat Al-Ikhlas, Al-An’a, Ash-Shad, dan


Al-Insan menjelaskan tentang Ketuhanan dalam Islam?

4. Apa konsep Ketuhanan dalam Islam, seperti kepercayaan kepada Allah yang Satu,
Ketuhanan dalam Ibadah (Tauhid Uluhiyyah), sifat-sifat Allah, Allah sebagai
Pencipta, pengabadian diri kepada Allah, dan kepercayaan pada Hari Kiamat?

5. Bagaimana konsep Ketuhanan dalam Islam menjadi landasan pelaksanaan ajaran


Islam yang damai?

6. Bagaimana nilai-nilai ajaran Islam, seperti larangan kedzaliman, persamaan derajat,


keadilan, pemberian kebebasan, kehidupan rukun dan saling tolong menolong,
toleransi, dan meningkatkan solidaritas sosial, membentuk dasar kehidupan damai
dalam masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengertian Tuhan dalam Islam berdasarkan Kamus Besar Bahasa


Indonesia dan konsep-konsep yang terkandung dalam Al-Qur'an.

2. Menelaah pandangan para ahli, seperti Syeikh Siti Jenar, Nasr, Al-Suhrawadi, Ibnu
Thufail, Al-Kindi, al Farabi, dan Ibnu Rush, terkait pemahaman mengenai Tuhan
dalam konteks Islam.

3. Memahami konsep ketuhanan dalam Islam berdasarkan surat-surat Al-Qur'an,


seperti Al-Ikhlas, Al-An’am, dan Ash-Shad.
4. Mendalaminya dengan mengkaji konsep-konsep utama ketuhanan dalam Islam,
seperti monoteisme ketat (Tauhid), ketuhanan dalam ibadah (Tauhid Uluhiyyah),
sifat-sifat Allah, Allah sebagai Pencipta, pengabdian diri kepada Allah, dan
kepercayaan pada Hari Kiamat.
5. Meneliti bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam menjadi landasan pelaksanaan
ajaran Islam yang damai, dengan fokus pada larangan kedzaliman, persamaan derajat,
keadilan, kebebasan, toleransi, dan solidaritas sosial.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memperkaya pemahaman masyarakat tentang konsep Tuhan dalam Islam


berdasarkan sumber-sumber utama, seperti Al-Qur'an dan pandangan para ahli.

2. Memberikan wawasan mendalam mengenai variasi pandangan tentang Tuhan dari


berbagai perspektif ilmuwan dan pemikir Islam.

3. Menyajikan analisis terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan ketuhanan


dalam Islam, memperjelas makna dan implikasinya.

4. Membangun pemahaman yang kokoh terkait konsep-konsep ketuhanan dalam


Islam, membantu umat Islam memperkuat keyakinan dan penghayatan agama.

5. Mengaitkan konsep ketuhanan dengan ajaran Islam yang damai, menunjukkan


bagaimana pemahaman tentang Tuhan dapat membentuk nilai-nilai perdamaian,
toleransi, dan keadilan dalam masyarakat.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tuhan dalam Islam, dan konsep Ketuhanan tersebut tercermin
dalam ajaran Islam

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, Ketuhanan adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan sifat keadaan Tuhan atau segala sesuatu yang
berhubungan dengan Tuhan. Sedangkan Tuhan dalam bahasa arab disebut ilaah yang
berarti dalam "Ma'bud" (yang disembah). Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan
"Tuhan", dalam Al-Qur'an dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan
atau dipentingkan manusia. Dalam konsep Islam, Ketuhanan disebut dengan
menyembah Allah SWT dan meyakini bahwa Allah sebagai Maha Tinggi Yang Nyata
dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan
Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai
Yang Tunggal dan Maha Kuasa.
Tuhan adalah suatu dzat abadi dan supranatural yang menciptakan langit, bumi beserta
isinya dan menciptakan makhluk-makhluk yang ada di bumi.

2.2 Pandangan para ahli, seperti Syeikh Siti Jenar, Nasr, Al-Suhrawadi, Ibnu
Thufail, al Kindi, al Farabi, dan Ibnu Rush, mengenai Tuhan dalam Islam, dan
kontribusi pandangan mereka terhadap pemahaman konsep Tuhan

a). Dalam pandangan Syeikh Siti Jenar (dalam Kandito,2012:69-70), Tuhan


merupakan Dzat yang melingkupi materi dan alam jiwa sekaligus, sehingga wujud
Tuhan tidak mampu diindera oleh manusia dan makhluk lain yang diciptakan
olehNya. Indera manusia hanya bisa digunakan untuk mengindera hal-hal yang
berwujud materi saja, yang sangat terbatas jumlahnya. Dengan demikian, Dzat Tuhan
yang juga melingkupi alam jiwa dan alam esensi tak akan mampu diserep oleh indera.
Pemaknaan tentang Tuhan tidak akan mampu menunjukkan kesejatian Tuhan.
Menurut Syeikh Siti Jenar dapat disimpulkan bahwa Tuhan tidak dapat didefenisikan
secara mendasar, sebab pemahaman maupun bahasa yang digunakan oleh manusia
tidak akan pernah mampu untuk mengungkapkan esensi dan kesejatian dari Tuhan itu
sendiri.

b). Menurut Nasr (dalam Hunafa, 2006:43-64) Tuhan adalah Dzat yang Maha Suci,
sehingga untuk mendekati Nya seseorang harus dalam keadaan suci. Oleh karena itu,
orang-orang sufi berusaha untuk mensucikan dirinya demi perjumpaannya dengan
Dzat yang Maha Suci tersebut.
Menurut Al-Suhrawadi ( dalam Hunafa, 2006:4) Tuhan adalah “Nur al-Anwar” atau
cahaya dari segala cahaya dan merupakan wujud realitas yang bersifat absolute dan
tidak terbatas, karena tidak terbatas sehingga atas kehendak Nya, maka segala sesuatu
yang ada di dunia ini beserta isinya tercipta. Nur al-Anwar adalah Dzat Tuhan, yaitu
Allah swt yang memancarkan cahaya-cahaya terus menerus secara berkesinambungan
dan melalui sinar-sinar itu, maka terciptalah segala wujud dari segala kehidupan.

c). Menurut Ibnu Thufail (dalam Hamdan, 1994:34) Tuhan adalah Dzat yang
sempurna yang memberi eksistensi kepada segala sesuatu. Thufail
mengatakan bahwa Tuhan merupakan Wajibul Wujud, maksudnya yang memberikan
bentuk kepada segala yang ada dan Dia adalah sebab effesien yang menciptakannya.
Dia mendengar sebagaimana manusia mendengar dan melihat sebagaimana manusia
melihat. Dia mengetahui setiap saat partikel kecil sekalipun baik di bumi maupun di
surga. •Menurut al Kindi (dalam Sharifah, 1994:35) Tuhan adalah Dzat tunggal yang
tak terlihat karena ia tidak tersusun dan tak ada susunan baginya, tetapi sesungguhnya
Ia terpisah dari segala apa yang dilihat. Ia bukan materi, tak berbentuk, tak berjumlah
dan tak berkualitas. Al-Kindi menganggap Tuhan sebagai “Al-Wahidul haq” yakni
Tuhan yang satu dalam hakikatnya.

d). Menurut al Farabi (dalam Sharifah, 1994:42) Tuhan sebagai “Al-Maujud Al-
Awwal” yakni wujud yang pertama yang harus dimengerti sebagai zat yang qadim.
Keqadimannya itu bukan karena sesuatu yang lain, melainkan karena dirinya sendiri.
Oleh karena Dirinya merupakan Dzat yang qadim, mau tidak mau mestilah
hubungannya dengan alam atau sesuatu diluar diri Nya tidak menyentuh secara
langsung.
Menurut Ibnu Rush (dalam Sharifah, 1994:32) Tuhan adalah pencipta sesungguhnya,
artinya Ia mencipta dengan tujuan tertentu, manfaat tertentu, serta nilai-nilai tertentu.
Yang sangat jelas dalam Al-quran adalah diciptakannya alam semesta.

2.3 Surat Al-Qur'an, khususnya Surat Al-Ikhlas, Al-An’am, Ash-Shad, dan al-
insan menjelaskan tentang Ketuhanan dalam Islam

1. Surat Al-Ikhlas ayat 1-4


Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta
segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada
sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. Al- Ikhlas:1-4)
2. Surat Al-An’am ayat 1
‫اَ ْ لَ حْ مُ د لِ ل ّٰ ِ ه ا ل َّ ِ ذْ يَ خَ لَ ق ا ل َّ سٰ مٰ وِ تَ و اْ الَ ْ رَ ضَ وَ جَ عَ ل ا ل ُّ ظ لُ ٰ مِ تَ و ا ل ُّ نْ وَ رۗ ەُ ث‬
‫َّم ا ل َّ ِ ذْ يَ ن كَ َ فُ رْ و ا بِ َ ر ب ِّ ِ هْ مَ يْ عِ د لُ ْ وَ ن‬
Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan
menjadikan gelap dan terang, namun demikian orang-orang kafir masih
mempersekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu."

3. Surat Ash-Shad ayat 65 ُ ‫قْ اِل نََّ مآَاَ۠ن اُ ْمِنٌذ ۖر َّ َو ماِ مْ ِنٰا ٍلِهاَّ الُهللاّٰ ْاَلوِاُحدْاَلقَّ هُار‬
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi
peringatan, tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Maha Perkasa,"

4. Surat Al-Insan ayat 30


ِّٰۗ
َ‫َو ماتشُاْء َو ِناآلْانَّ يشَاءُهللا اَّ ناَهللّٰ َك َاَنِع ْلًيماَ ِح ْك ًيما‬
Artinya: "Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila Allah
kehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."

2.4 Konsep Ketuhanan dalam Islam, seperti kepercayaan kepada Allah yang
Satu, Ketuhanan dalam Ibadah (Tauhid Uluhiyyah), sifat-sifat Allah, Allah
sebagai Pencipta, pengabadian diri kepada Allah, dan kepercayaan pada Hari
Kiamat

1. Kepercayaan kepada Allah yang Satu


Ajaran Islam menganut monoteisme ketat (Tauhid). Umat Islam meyakini bahwa
hanya ada satu Allah yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana, dan Maha Pengasih. Tidak
ada yang setara dengan-Nya, dan tidak ada Tuhan selain-Nya. Ini dikenal sebagai
Tauhid Rububiyyah (kepercayaan kepada Allah sebagai Pencipta dan Penguasa
semesta).

2. Ketuhanan dalam Ibadah (Tauhid Uluhiyyah)


Konsep ini mengajarkan bahwa semua bentuk ibadah dan penghambaan harus hanya
ditujukan kepada Allah. Umat Islam dilarang menyembah atau mengabdi pada sesuatu
selain Allah, termasuk berhala, patung, atau makhluk lainnya. Ini mencakup shalat,
puasa, zakat, dan ibadah- ibadah lainnya.

3. Sifat-sifat Allah
Islam mengajarkan berbagai sifat dan atribut Allah yang dinyatakan dalam Al-Quran
dan Hadis. Beberapa sifat-sifat tersebut mencakup Rahman (Maha Pengasih), Rahim
(Maha Penyayang), Al-Quddus (Maha Suci), Al-Hakim (Maha Bijaksana), dan sifat-
sifat lain yang menunjukkan kekuasaan, kasih sayang, dan kebijaksanaan Allah.

4. Allah sebagai Pencipta


Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu di alam semesta.
Tidak ada yang ada kecuali karena kehendak-Nya, dan Dia mengatur segala sesuatu
dengan sempurna
.
5. Pengabadian diri kepada Allah
Konsep ini mencakup pengabdian diri secara penuh kepada Allah dalam segala aspek
kehidupan. Muslim diharapkan untuk hidup sesuai dengan ajaran agama, menjalankan
perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

6. Kepercayaan pada Hari Kiamat


Umat Islam meyakini bahwa ada Hari Kiamat di mana semua manusia akan
dihidupkan kembali dan akan diadili oleh Allah atas perbuatan mereka di dunia.
Orang-orang yang beriman akan mendapatkan pahala, sedangkan yang berdosa akan
mendapatkan hukuman.
Konsep ketuhanan dalam Islam sangat penting karena menjadi dasar bagi seluruh
ajaran dan praktik keagamaan. Keimanan kepada Allah, pengabdian kepada-Nya, dan
mengikuti ajaran-Nya adalah prinsip- prinsip utama dalam hidup seorang Muslim.
Selain itu, konsep ketuhanan dalam Islam juga mencerminkan hubungan yang
mendalam antara manusia dan Allah, di mana manusia mencari petunjuk,
pengampunan, dan rahmat-Nya dalam hidup mereka.

2.5 Konsep Ketuhanan dalam Islam menjadi landasan pelaksanaan ajaran Islam
yang damai

Islam berasal dari kata َ‫ ً سِ لَ م‬yang artinya selamat, bebas dan damai. Dalam kaidah
tata bahasa Arab berbunyi: َ‫ سِ لَ م –َ يْ سَ لُ م –ِ سْ لً ما –َ سْ لً ما –َ سَ الَ مة‬yang berarti
damai. Kemudian, terdapat istilah ‫ال َّ سَ الُ م اْ لَ عَ لِ م‬yang diartikan perdamaian dunia.
Kata َ‫ سلَّ َ م‬berarti menyerahkan, hal ini berarti melepaskan sesuatu yang di dalamnya
terdapat unsur pembebasan. Maka, dapat dipahami bahwa Islam mengajarkan
perdamaian yang di dalamnya terdapat prinsip pembebasan, baik dari rasa takut, lapar
maupun ketidakamanan. Sebagaimana dalam firman Allah, QS. Al Quraisy/106: 4,
‫الَِّ ذيَْأَطَعُم ْهِمْم نُج ٍو َعوََآَم ُنْهِمْم نَ ْخ ٍو ف‬
Berdasarkan ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam hidup yang damai itu sendiri,
terbebas dari berbagai rasa ketakutan, kelaparan dan ketidakamanan. Itulah intisari
dari ajaran Islam yang terkadang banyak umatnya sering melupakan َ‫ سِ لَ م‬maksud
perdamaian, juga berarti pembebasan. Juga ada kata ُ‫ سلٌ م‬, yang berarti tangga.
Tangga ialah alat untuk naik ke tempat yang lebih tinggi, kemudian dengannya dapat
melihat wawasan luas serta dapat melihat sekeliling. Di samping itu juga bermakna
selamat dari marabahaya, misalnya karena dikejar anjing galak, kemudian naik
tangga. Sehingga, di dalam kata Islam saja sudah terdapat unsur keselamatan,
perdamaian, pembebasan serta pandangan/wawasan yang luas. Salam seorang muslim,
ketika bertemu satu dengan yang lain ialah yang artinya ‘damai buat anda’, atau yang
lebih baik dari itu ‫ ال َّ سَ الُ مَ علْ يُكْ م‬dengan menambahkan ungkapan warahmatullahi
wabarokaatuh (rahmat dan barokah dari Allah). Ketika kalimat tersebut sudah terucap,
berarti seorang muslim telah menjamin keselamatan orang yang ada di hadapannya.
Kedamaian orang tersebut dijamin, karena telah mengucapkan janji, yaitu. ‫ا ل َّ سَ الُ مَ ع‬
‫ َلْ ي كُ ْ م‬Namun terkadang masih terdapat paradok, ketika ada seorang muslim
menagih hutang kepada saudaranya, kemudian ia mengucapkan salam sambil
mengetuk pintu. Lalu setelah yang punya rumah keluar untuk membuka pintu, tamu
tadi kemudian berkata keras atau bahkan marah dan mencaci sambil menagih hutang
yang belum dibayar. Artinya, fenomena tersebut bertentangan dengan ucapan salam
tadi. Karena pada awalnya ia telah berjanji datang membawa kedamaian, tapi malah
mencak-mencak.
َKata َ‫ سِ لَ م‬atau Islam, juga menjadi salah satu nama Allah SWT, yakni
yang berarti Maha Pemberi Keselamatan. Setiap muslim setiap kali ‫ال َّ سالُ م‬
mengakhiri shalatnya juga dengan menolehkan wajahnya ke kanan dan kiri sambil
mengucap salam. Maka, sholat itu merupakan mi’roj, atau dalam riwayat disebutkan
ashsholaatu mi’rojul mu‘min. Setidaknya seorang mukmin naik jiwanya kepada
Tuhannya, lalu kembali lagi ke dunia. Menutup dengan salam, menyebarkan
perdamaian.

2.6 Nilai-nilai ajaran Islam, seperti larangan kedzaliman, persamaan derajat,


keadilan, pemberian kebebasan, kehidupan rukun dan saling tolong menolong,
toleransi, dan meningkatkan solidaritas sosial, membentuk dasar kehidupan
damai dalam masyarakat

1.islam sebagai agama yang membawa misi perdamaian dengan tegas


mengharamkan kepada umat manusia melakukan kedzaliman kapan dan dimana saja.
seperti yang tercatat dalam firman Allah Q.S Al- Furqaan :19 “bahwa barangsiapa
diantara kamu yang berbuat zalim, niscaya kami rasakan kepadanya azab yang besar”
disamping itu Rasulullah bersabda : “wahai umatku sesungguhnya telah aku haramkan
bagi diriku perbuatan dzalim dan aku juga mengharamkannya diantara kalian maka
janganlah berbuat zalim”.

2. Adanya persamaan derajat


persamaan derajat diantara manusia merupakan salah satu hal yang ditekankan
dalam islam. tidak ada perbedaan antara satu golongan dengan golongan lain, semua
memiliki hak dan kewajiban yang sama. kaya, miskin, pejabat, pegawai, perbedaan
kulit, etnis dan bahasa bukanlah alasan untuk mengistimewakan kelompok atas
kelompok lainnya. Allah berfirman : “ hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi allah ialah orang yang paling bertaqwa
diantara kamu. sesungguhnya allah maha mengetahui lagi maha mengenal”.
Rasulullah bersabda : “ sesungguhnya allah tidak melihat kepada bentuk kalian
ataupun kepada harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan perbuatan kalian”.
jadii, yang membedakan derajat seseorang atas yang lainnya hanyalah
KETAKWAAN. yang paling bertakwa dialah yang paling mulia. dengan adanya
persamaan derajat itu, maka semakin meminimalisir timbulnya benih- benih
kebencian dan permusuhan diantara manusia, sehingga semuanya dapat hidup rukun
dan damai

3. Menjunjung tinggi keadilan


Islam sangat menekankan perdamaian dalam kehidupan sosial
ditengah masyarakat, keadilan harus diterapkan bagi siapa saja walau dengan musuh
sekalipun. dengan ditegakkannya keadilan, maka tidak ada seorangpun yang merasa
dikecewakan dan didiskriminasi sehingga dapat meredam rasa permusuhan, dengan
demikian konflik tidak akan terjadi. Allah berfirman dalam Q.S Al-Maidah ; 8 “wahai
orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karna Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. dan bertaqwalah kepada allah,
sesungguhnya allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”

4. Memberikan kebebasan
Islam menjunjung tinggi kebebasan, terbukti dengan tidak
adanya paksaan bagi siapa saja dalam beragama, setiap orang bebas menentukan
pilihannya. Firman Allah Q.S Al- Baqarah ; 256 : “ tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan
yang salah”.
dengan adanya kebebasan itu maka setiap orang puas untuk menentukan pilihannya,
tidak ada yang merasa terkekang hingga berujung pada munculnya kebencian.

5. Menyeru hidup rukun dan saling tolong menolong


Islam juga menyeru pada umat manusia untuk hidup rukun dan saling tolong
menolong dalam melakukan perbuatan mulia dan mengajak mereka untuk saling bahu
membahu menumpas kedzaliman dimuka bumi ini, dengan harapan kehidupan yang
damai dan sejahtera dapat terwujud. Allah berfirman Q.S Al-Maidah: 2 “ dan tolong
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebijakan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertaqwalah kamu pada allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-nya”

6. Menganjurkan toleransi
Islam menganjurkan kepada umatnya saling toleransi atas segala perbedaan yang ada,
dalam rangka mencegah terjadinya pertikaian yang dapat merugikan semua pihak.
dalam firman-Nya Q.S Fushilat : 34-35 “ dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.
tolaklah (kejahatan itu ) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang
antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia. sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang
yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
keberuntungan yang besar”.

7. Meningkatkan solidaritas sosial


Solidaritas sosial juga ditekankan oleh agama mulia ini untuk ditanamkan kepada
setiap individu dalam masyarakat, agar dapat memposisikan manusia pada tempatnya
serta dapat mengentaskan kefakiran, kebodohan dan kehidupan yang tidak menentu.
maka islam mewajibkan kepada orang yang mampu untuk menyisihkan hartanya guna
diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Allah berfirman dalam Q.S Al-
Ma’arij ; 24-25 “ dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak punya apa-apa (yang tidak mau
meminta)”.

Dalam surah lain Allah berfirman Q.S At-Taubah : 103-104 “ Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka, dan mendoalah untuk mereka. sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui”.
dengan adanya kewajiban membayar zakat tersebut, maka menunjukkan bahwa ajaran
islam membentuk kehidupan sejahtera bagi masyarakat. dengan adanya kehidupan
sejahtera itu mencerminkan bahwa perdamaian sudah terwujud.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemahaman konsep Tuhan dalam Islam melibatkan kompleksitas pandangan para ahli
seperti Syeikh Siti Jenar, Nasr, Al-Suhrawadi, Ibnu Thufail, al Kindi, al Farabi, dan
Ibnu Rush. Surat Al-Qur'an, seperti Al-Ikhlas, Al-An'am, Ash-Shad, dan Al-Insan,
memberikan gambaran mendalam tentang Ketuhanan dalam Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep Tuhan dalam Islam dari berbagai
sumber dan perspektif, mengkaji pandangan para ahli, memahami konsep ketuhanan
berdasarkan Al-Qur'an, serta meneliti bagaimana konsep ini menjadi landasan
pelaksanaan ajaran Islam yang damai.

3.2 Saran

Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya pemahaman masyarakat tentang


konsep Tuhan dalam Islam, memberikan wawasan mengenai variasi pandangan dari
berbagai perspektif ilmuwan dan pemikir Islam, serta membangun pemahaman kokoh
terkait konsep-konsep ketuhanan dalam Islam.

Manfaat penelitian ini termasuk memperkuat keyakinan dan penghayatan agama,


menyajikan analisis terhadap ayat-ayat Al-Qur'an, dan mengaitkan konsep ketuhanan
dengan ajaran Islam yang damai.

Dalam pembahasan konsep Ketuhanan, nilai-nilai Islam seperti larangan kedzaliman,


persamaan derajat, keadilan, pemberian kebebasan, kehidupan rukun, saling tolong
menolong, toleransi, dan solidaritas sosial menjadi landasan bagi kehidupan damai
dalam masyarakat.

Dengan demikian, pemahaman mendalam terhadap konsep Tuhan dalam Islam dan
implementasi nilai-nilai ajaran ini diharapkan dapat membentuk masyarakat yang
harmonis dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

❖ https://www.liputan6.com/hot/read/5392743/konsep-ketuhanan-dalam-islam-
dan-dalilnya-yang-perlu-diketahui-kaum-muslim?page=4

❖ https://core.ac.uk/download/pdf/270289815.pdf

❖ https://core.ac.uk/reader/270289815

❖ https://islamiccenter.uad.ac.id/islam-dan-perdamaian/

Anda mungkin juga menyukai