OLEH :
KELOMPOK 3
DOSEN PEMBIMBING :
Hidayat S.PdI, MM
PENDAHULUAN
Konsep Tuhan dalam Islam menjadi fondasi bagi pemahaman mendalam mengenai
ajaran dan pandangan keyakinan umat Muslim. Dalam pandangan Islam, Tuhan
disebut sebagai Allah SWT, yang Maha Kuasa, Maha Tahu, dan Esa. Konsep ini
tercermin dalam keyakinan akan keesaan Allah dan sifat-sifat-Nya yang Maha Mulia.
Para ahli, seperti Syeikh Siti Jenar, menyoroti kompleksitas konsep Tuhan,
menegaskan bahwa manusia terbatas dalam memahami esensi Tuhan. Perspektif lain,
seperti yang diungkapkan oleh Nasr dan Al-Suhrawadi, menekankan aspek kebersihan
dan cahaya dalam penghampiran kepada Tuhan.
Ajaran Islam bukan hanya sekadar keyakinan, melainkan juga landasan pelaksanaan
ajaran damai. Nilai-nilai seperti larangan kedzaliman, persamaan derajat, keadilan,
kebebasan, hidup rukun, toleransi, dan solidaritas sosial menjadi pilar-pilar yang
membentuk masyarakat yang harmonis.
2. Apa pandangan para ahli, seperti Syeikh Siti Jenar, Nasr, Al-Suhrawadi, Ibnu
Thufail, al Kindi, al Farabi, dan Ibnu Rush, mengenai Tuhan dalam Islam, dan
bagaimana kontribusi pandangan mereka terhadap pemahaman konsep Tuhan?
4. Apa konsep Ketuhanan dalam Islam, seperti kepercayaan kepada Allah yang Satu,
Ketuhanan dalam Ibadah (Tauhid Uluhiyyah), sifat-sifat Allah, Allah sebagai
Pencipta, pengabadian diri kepada Allah, dan kepercayaan pada Hari Kiamat?
2. Menelaah pandangan para ahli, seperti Syeikh Siti Jenar, Nasr, Al-Suhrawadi, Ibnu
Thufail, Al-Kindi, al Farabi, dan Ibnu Rush, terkait pemahaman mengenai Tuhan
dalam konteks Islam.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tuhan dalam Islam, dan konsep Ketuhanan tersebut tercermin
dalam ajaran Islam
Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, Ketuhanan adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan sifat keadaan Tuhan atau segala sesuatu yang
berhubungan dengan Tuhan. Sedangkan Tuhan dalam bahasa arab disebut ilaah yang
berarti dalam "Ma'bud" (yang disembah). Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan
"Tuhan", dalam Al-Qur'an dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan
atau dipentingkan manusia. Dalam konsep Islam, Ketuhanan disebut dengan
menyembah Allah SWT dan meyakini bahwa Allah sebagai Maha Tinggi Yang Nyata
dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan
Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai
Yang Tunggal dan Maha Kuasa.
Tuhan adalah suatu dzat abadi dan supranatural yang menciptakan langit, bumi beserta
isinya dan menciptakan makhluk-makhluk yang ada di bumi.
2.2 Pandangan para ahli, seperti Syeikh Siti Jenar, Nasr, Al-Suhrawadi, Ibnu
Thufail, al Kindi, al Farabi, dan Ibnu Rush, mengenai Tuhan dalam Islam, dan
kontribusi pandangan mereka terhadap pemahaman konsep Tuhan
b). Menurut Nasr (dalam Hunafa, 2006:43-64) Tuhan adalah Dzat yang Maha Suci,
sehingga untuk mendekati Nya seseorang harus dalam keadaan suci. Oleh karena itu,
orang-orang sufi berusaha untuk mensucikan dirinya demi perjumpaannya dengan
Dzat yang Maha Suci tersebut.
Menurut Al-Suhrawadi ( dalam Hunafa, 2006:4) Tuhan adalah “Nur al-Anwar” atau
cahaya dari segala cahaya dan merupakan wujud realitas yang bersifat absolute dan
tidak terbatas, karena tidak terbatas sehingga atas kehendak Nya, maka segala sesuatu
yang ada di dunia ini beserta isinya tercipta. Nur al-Anwar adalah Dzat Tuhan, yaitu
Allah swt yang memancarkan cahaya-cahaya terus menerus secara berkesinambungan
dan melalui sinar-sinar itu, maka terciptalah segala wujud dari segala kehidupan.
c). Menurut Ibnu Thufail (dalam Hamdan, 1994:34) Tuhan adalah Dzat yang
sempurna yang memberi eksistensi kepada segala sesuatu. Thufail
mengatakan bahwa Tuhan merupakan Wajibul Wujud, maksudnya yang memberikan
bentuk kepada segala yang ada dan Dia adalah sebab effesien yang menciptakannya.
Dia mendengar sebagaimana manusia mendengar dan melihat sebagaimana manusia
melihat. Dia mengetahui setiap saat partikel kecil sekalipun baik di bumi maupun di
surga. •Menurut al Kindi (dalam Sharifah, 1994:35) Tuhan adalah Dzat tunggal yang
tak terlihat karena ia tidak tersusun dan tak ada susunan baginya, tetapi sesungguhnya
Ia terpisah dari segala apa yang dilihat. Ia bukan materi, tak berbentuk, tak berjumlah
dan tak berkualitas. Al-Kindi menganggap Tuhan sebagai “Al-Wahidul haq” yakni
Tuhan yang satu dalam hakikatnya.
d). Menurut al Farabi (dalam Sharifah, 1994:42) Tuhan sebagai “Al-Maujud Al-
Awwal” yakni wujud yang pertama yang harus dimengerti sebagai zat yang qadim.
Keqadimannya itu bukan karena sesuatu yang lain, melainkan karena dirinya sendiri.
Oleh karena Dirinya merupakan Dzat yang qadim, mau tidak mau mestilah
hubungannya dengan alam atau sesuatu diluar diri Nya tidak menyentuh secara
langsung.
Menurut Ibnu Rush (dalam Sharifah, 1994:32) Tuhan adalah pencipta sesungguhnya,
artinya Ia mencipta dengan tujuan tertentu, manfaat tertentu, serta nilai-nilai tertentu.
Yang sangat jelas dalam Al-quran adalah diciptakannya alam semesta.
2.3 Surat Al-Qur'an, khususnya Surat Al-Ikhlas, Al-An’am, Ash-Shad, dan al-
insan menjelaskan tentang Ketuhanan dalam Islam
3. Surat Ash-Shad ayat 65 ُ قْ اِل نََّ مآَاَ۠ن اُ ْمِنٌذ ۖر َّ َو ماِ مْ ِنٰا ٍلِهاَّ الُهللاّٰ ْاَلوِاُحدْاَلقَّ هُار
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi
peringatan, tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Esa, Maha Perkasa,"
2.4 Konsep Ketuhanan dalam Islam, seperti kepercayaan kepada Allah yang
Satu, Ketuhanan dalam Ibadah (Tauhid Uluhiyyah), sifat-sifat Allah, Allah
sebagai Pencipta, pengabadian diri kepada Allah, dan kepercayaan pada Hari
Kiamat
3. Sifat-sifat Allah
Islam mengajarkan berbagai sifat dan atribut Allah yang dinyatakan dalam Al-Quran
dan Hadis. Beberapa sifat-sifat tersebut mencakup Rahman (Maha Pengasih), Rahim
(Maha Penyayang), Al-Quddus (Maha Suci), Al-Hakim (Maha Bijaksana), dan sifat-
sifat lain yang menunjukkan kekuasaan, kasih sayang, dan kebijaksanaan Allah.
2.5 Konsep Ketuhanan dalam Islam menjadi landasan pelaksanaan ajaran Islam
yang damai
Islam berasal dari kata َ ً سِ لَ مyang artinya selamat, bebas dan damai. Dalam kaidah
tata bahasa Arab berbunyi: َ سِ لَ م –َ يْ سَ لُ م –ِ سْ لً ما –َ سْ لً ما –َ سَ الَ مةyang berarti
damai. Kemudian, terdapat istilah ال َّ سَ الُ م اْ لَ عَ لِ مyang diartikan perdamaian dunia.
Kata َ سلَّ َ مberarti menyerahkan, hal ini berarti melepaskan sesuatu yang di dalamnya
terdapat unsur pembebasan. Maka, dapat dipahami bahwa Islam mengajarkan
perdamaian yang di dalamnya terdapat prinsip pembebasan, baik dari rasa takut, lapar
maupun ketidakamanan. Sebagaimana dalam firman Allah, QS. Al Quraisy/106: 4,
الَِّ ذيَْأَطَعُم ْهِمْم نُج ٍو َعوََآَم ُنْهِمْم نَ ْخ ٍو ف
Berdasarkan ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam hidup yang damai itu sendiri,
terbebas dari berbagai rasa ketakutan, kelaparan dan ketidakamanan. Itulah intisari
dari ajaran Islam yang terkadang banyak umatnya sering melupakan َ سِ لَ مmaksud
perdamaian, juga berarti pembebasan. Juga ada kata ُ سلٌ م, yang berarti tangga.
Tangga ialah alat untuk naik ke tempat yang lebih tinggi, kemudian dengannya dapat
melihat wawasan luas serta dapat melihat sekeliling. Di samping itu juga bermakna
selamat dari marabahaya, misalnya karena dikejar anjing galak, kemudian naik
tangga. Sehingga, di dalam kata Islam saja sudah terdapat unsur keselamatan,
perdamaian, pembebasan serta pandangan/wawasan yang luas. Salam seorang muslim,
ketika bertemu satu dengan yang lain ialah yang artinya ‘damai buat anda’, atau yang
lebih baik dari itu ال َّ سَ الُ مَ علْ يُكْ مdengan menambahkan ungkapan warahmatullahi
wabarokaatuh (rahmat dan barokah dari Allah). Ketika kalimat tersebut sudah terucap,
berarti seorang muslim telah menjamin keselamatan orang yang ada di hadapannya.
Kedamaian orang tersebut dijamin, karena telah mengucapkan janji, yaitu. ا ل َّ سَ الُ مَ ع
َلْ ي كُ ْ مNamun terkadang masih terdapat paradok, ketika ada seorang muslim
menagih hutang kepada saudaranya, kemudian ia mengucapkan salam sambil
mengetuk pintu. Lalu setelah yang punya rumah keluar untuk membuka pintu, tamu
tadi kemudian berkata keras atau bahkan marah dan mencaci sambil menagih hutang
yang belum dibayar. Artinya, fenomena tersebut bertentangan dengan ucapan salam
tadi. Karena pada awalnya ia telah berjanji datang membawa kedamaian, tapi malah
mencak-mencak.
َKata َ سِ لَ مatau Islam, juga menjadi salah satu nama Allah SWT, yakni
yang berarti Maha Pemberi Keselamatan. Setiap muslim setiap kali ال َّ سالُ م
mengakhiri shalatnya juga dengan menolehkan wajahnya ke kanan dan kiri sambil
mengucap salam. Maka, sholat itu merupakan mi’roj, atau dalam riwayat disebutkan
ashsholaatu mi’rojul mu‘min. Setidaknya seorang mukmin naik jiwanya kepada
Tuhannya, lalu kembali lagi ke dunia. Menutup dengan salam, menyebarkan
perdamaian.
4. Memberikan kebebasan
Islam menjunjung tinggi kebebasan, terbukti dengan tidak
adanya paksaan bagi siapa saja dalam beragama, setiap orang bebas menentukan
pilihannya. Firman Allah Q.S Al- Baqarah ; 256 : “ tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan
yang salah”.
dengan adanya kebebasan itu maka setiap orang puas untuk menentukan pilihannya,
tidak ada yang merasa terkekang hingga berujung pada munculnya kebencian.
6. Menganjurkan toleransi
Islam menganjurkan kepada umatnya saling toleransi atas segala perbedaan yang ada,
dalam rangka mencegah terjadinya pertikaian yang dapat merugikan semua pihak.
dalam firman-Nya Q.S Fushilat : 34-35 “ dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.
tolaklah (kejahatan itu ) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang
antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia. sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang
yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
keberuntungan yang besar”.
Dalam surah lain Allah berfirman Q.S At-Taubah : 103-104 “ Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka, dan mendoalah untuk mereka. sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui”.
dengan adanya kewajiban membayar zakat tersebut, maka menunjukkan bahwa ajaran
islam membentuk kehidupan sejahtera bagi masyarakat. dengan adanya kehidupan
sejahtera itu mencerminkan bahwa perdamaian sudah terwujud.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemahaman konsep Tuhan dalam Islam melibatkan kompleksitas pandangan para ahli
seperti Syeikh Siti Jenar, Nasr, Al-Suhrawadi, Ibnu Thufail, al Kindi, al Farabi, dan
Ibnu Rush. Surat Al-Qur'an, seperti Al-Ikhlas, Al-An'am, Ash-Shad, dan Al-Insan,
memberikan gambaran mendalam tentang Ketuhanan dalam Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep Tuhan dalam Islam dari berbagai
sumber dan perspektif, mengkaji pandangan para ahli, memahami konsep ketuhanan
berdasarkan Al-Qur'an, serta meneliti bagaimana konsep ini menjadi landasan
pelaksanaan ajaran Islam yang damai.
3.2 Saran
Dengan demikian, pemahaman mendalam terhadap konsep Tuhan dalam Islam dan
implementasi nilai-nilai ajaran ini diharapkan dapat membentuk masyarakat yang
harmonis dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
❖ https://www.liputan6.com/hot/read/5392743/konsep-ketuhanan-dalam-islam-
dan-dalilnya-yang-perlu-diketahui-kaum-muslim?page=4
❖ https://core.ac.uk/download/pdf/270289815.pdf
❖ https://core.ac.uk/reader/270289815
❖ https://islamiccenter.uad.ac.id/islam-dan-perdamaian/