Anda di halaman 1dari 15

japanese soldier who never back home

7,037 views

Konsep Ketuhanan Dalam Islam

Posted on 15 Mei 2015

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang eksistensi
Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh yang paling
nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof
Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam membuktikan adanya
penggerak yang tak terlihat (wujud Tuhan).

Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya ini kemudian
secara berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia keimanan Islam. Tapi tradisi
ini, mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin suci Islam dan kemudian
secara spektakuler melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dan secara riil,
tradisi ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf (irfan) dalam penafsiran
Islam.

Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. Ketika kita
membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas tentang eksistensi
Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya,
wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan. Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang
dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas
alam. Pencarian kita tentang Tuhan dalam koridor filsafat bukan seperti penelitian terhadap satu
fenomena khusus yang dipengaruhi oleh faktor tertentu.

Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni, Tuhan
hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi Dia meliputi
semua tempat dan segala realitas wujud. [1]

TUJUAN

Adapun tujuan penulisan yaitu :


Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pendidikan Agama Islam
Untuk mengenal lebih dalam tentang konsep ketuhanan dalam islam
Untuk memahami filsafat/hakikat ketuhanan
Untuk mengetahui Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam
Untuk memahami bagaimana pemikiran manusia tentang tuhan
Untuk memahami bagaimana pandangan islam terhadap animisme dan dinamisme
Untuk mengetahui bukti adanya Tuhan

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil permasalahan yang dihadapi yaitu: Bagaimana
Konsep Dasar Ketuhanan Dalam Islam?

BAB II

PEMBAHASAN

I. Hakikat Ketuhanan

Tuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah sesuatu yg diyakini, dipuja, dan disembah
oleh manusia sbg yg Mahakuasa[2].Tuhan dipahami sebagai zat Mahakuasa dan asas dari suatu
kepercayaan[3]. Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada
berbagai konsep ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan
teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut
deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di
alam semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan
menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang
paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki
kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-
sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut
monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki
pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan hal terbesar yang dapat direnungkan[4].

Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat pada gagasan
kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang dimilikinya. Atenisme pada zaman Mesir
Kuno, kemungkinan besar merupakan agama monoteistis tertua yang pernah tercatat dalam
sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan pencipta alam semesta[5], yang disebut Aten[6].
Kalimat Aku adalah Aku dalam Alkitab Ibrani, dan Tetragrammaton YHVH digunakan
sebagai nama Tuhan, sedangkan Yahweh, dan Yehuwa kadangkala digunakan dalam agama
Kristen sebagai hasil vokalisasi dari YHVH. Dalam bahasa Arab, nama Allah digunakan, dan
karena predominansi Islam di antara para penutur bahasa Arab, maka nama Allah memiliki
konotasi dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam. Umat muslim mengenal 99 nama suci bagi
Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya menyebut Tuhan dengan gelar Elohim atau Adonai
(nama yang kedua dipercaya oleh sejumlah pakar berasal dari bahasa Mesir Kuno,
Aten).[7][8][9][10][11]
Banyaknya konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu sama lain dalam hal sifat, maksud, dan
tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya pemikiran-pemikiran yang menganggap
adanya satu kebenaran teologis yang mendasari segalanya, yang diamati oleh berbagai agama
dalam sudut pandang yang berbeda-beda, maka sesungguhnya agama-agama di dunia
menyembah satu Tuhan yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-
beda mengenai-Nya.[12]

Dalam upaya kita mengetahui hakikat keberadaan Tuhan, yang harus kita ketahui adalah apa
yang sesungguhnya ada. Tuhan itu Maha Ada. Dia ada dari diri-Nya sendiri, Self Existent. Tuhan
tidak bergantung pada sesuatu yang lain demi menjadi Tuhan. Sementara kita berada karena
Tuhan telah menciptakan kita.

Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Tuhan selalu berada di mana-mana. Kemanapun dan
dimanapun kita berada, Tuhan akan selalu menyertai kita. Tiada sedikit pun ruang tanpa
kehadiran-Nya. Kita juga tidak perlu mencari dimana Dia berada, yang diperlukan hanyalah
kesadaran kita akan hakikat keberadaan-Nya dan bukti-bukti Kekuasaan-Nya.

Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Tuhan selalu berada di mana-mana. kita sangat
memerlukan kesadaran akan hakikat keberadaan-Nya dan bukti-bukti Kekuasaan-Nya.

Dengan demikian, tanpa melihat dzat-Nya yang Maha Agung, kita telah dapat mengungkap
hakikat keberadaan-Nya melalui segala ciptaan-Nya yang ada. Apa yang ada pada diri kita
sendiri dan semua yang ada di alam semesta ini, tanpa kecuali, dapat dijadikan bukti akan
hakikat keberadaan-Nya. Tuhan telah memberikan bekal kepada manusia berupa akal, dan
dengan akal itu manusia dapat memikirkan segala hal yang ada di dalam kehidupannya, sampai
akhirnya dia dapat mengetahui tentang hakikat adanya Tuhan dan sifat-sifat-Nya

Oleh karena itu, bagi kita yang telah percaya akan keberadaan-Nya sebagai Sang Pencipta alam
semesta yang maha luas ini, maka tidaklah cukup bagi kita dengan hanya percaya bahwa Tuhan
itu sesungguhnya memang ada. Akan tetapi kita juga meyakini-Nya sebagai satu-satunya yang
dapat dipertuhankan, serta tidak memandang adanya kualitas serupa kepada sesuatu apapun yang
lain[13].

II. Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam

1. Secara Umum

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata
dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim
bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan
Maha Kuasa. Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.

Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asmaul husna artinya: nama-nama yang paling
baik) yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu
pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang
paling terkenal dan paling sering digunakan adalah Maha Pengasih (ar-rahman) dan Maha
Penyayang (ar-rahim). Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu
tindakan kemurah hatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya
dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana
pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun.

Di dalam Alquran telah dijelaskan :

Artinya : Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang
kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Al-Anam 6:103)[14]

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang
personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Karena
Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-
Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, jalan yang diridhai-
Nya.[15]

2. Menurut Al-quran

Dalam Al-Quran perkataan tuhan di kenal dengan istilah rabb,maalik atau malik dan Ilaah.
masing-masing istilah tersebut mempunyai tekanan arti sendiri-sendri.

A. Rabb

Rabb adalah Tuhan Sang Maha Pencipta, yang meciptakan keseluruhan alam ini tidak hanya
sekedar menciptakan tetapi juga di maksudkan sebagai Sang Maha Pemelihara. Dari sisi
pengakuan,tidak hanya kaum muslimin yang mengakui adanya Rabb.Banyak orang di dunia
barat tidak secara formal beragama tetapi mereka mengakui adanyaDia Tuhan Yang Maha
Pencipta.

Dalam Al-Quran ,perkataan Rabb sering di hubungkan dengan kata kerja.

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Meciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah.bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang Mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di
ketahuinya

tedapat kata kerja: meciptakan dan mengajar. Rabb mempunyai pengertian tuhan yang berbuat
aktif jadi, dia hidup dan ada dengan sesungguhnya , bukan ada dalam pikiran saja.

B. Malik

Dalam Al-Quran, kata Malik di pakai untuk menunjukan pada Tuhan yang berkuasa
mempunyai,memiliki atau merajai sesuatu. Secara kronologis, kata Malik menduduki jabatan
kedua setelah Rabb, artinya apabila Rabb itu menunjuk pada yang berbuat aktif,maka menunjuk
pada yang menguasai semua apa yang telah diperbuat-nya tadi .karena kedua kata itu ditujukan
kepada Allah SWT,maka berarti bahwa Allah SWT itu pencipta alam dan Dia pula yang
menguasainya.

C. Illah

Secara etimologis llaahmempuyai arti sebagai yang disembah dengan sebenarnya atau tidak
sebenarnya.Apa saja yang disembah manusia ,dia itu llaah namanya.Ini yang membedakan
seseorang apakah muslim atau bukan.Sesorang bisa memiliki sesembahan berhala(kaum
peganis),atau api(zoraster)atau matahari dan banyak lagi.

Sedangkan Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah
ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri,
meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan
terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56).

Meskipun segala sesuatu dapat disebut sebagai Ilah, namun Ilah yang sebenarnya ialah Ilah yang
mempunyai jabatan Robbun dan Malikun. Dengan kata lain, walaupun segala sesuatu dapat
dipertuhan dan disembah manusia, namun Tuhan yang sebenarnya yang berhak disembah
manusia ialah Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta yaitu Allah SWT[13]

3. Secara Etimologi

Beberapa teori mencoba menganalisa etimologi dari kata Allah. Salah satunya mengatakan
bahwa kata Allh ( )berasal dari gabungan dari kata al- (sang) dan ilh (tuhan) sehingga
berarti Sang Tuhan. Namun teori ini menyalahi bahasa dan kaidah bahasa Arab. Bentuk
marifat (definitif) dari ilah adalah al-ilah, bukan Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal
dalam bahasa Arab. Penggunaan kata tersebut misalnya oleh Abul Ala al-Maududi dalam
Mushthalahatul Arbaah fil Quran (h. 13) dan Syaikh Abdul Qadir Syaibah Hamad dalam al-
Adyan wal Furuq wal Dzahibul Muashirah (h. 54).

Kedua penulis tersebut bukannya menggunakan kata Allah, melainkan al-ilah sebagai bentuk
marifat dari ilah. Dalam bahasa Arab pun dikenal kaidah, setiap isim (kata benda atau kata sifat)
nakiroh (umum) yang mempunyai bentuk mutsanna (dua) dan jamak, maka isim marifat kata
itupun mempunyai bentuk mutsanna dan jamak. Hal ini tidak berlaku untuk kata Allah, kata ini
tidak mempunyai bentuk marifat mutsanna dan jamak. Sedangkan kata ilah mempunyai bentuk
marifat baik mutsanna (yaitu al-ilahani atau al-ilahaini) maupun jamak (yaitu al-alihah). Dengan
demikian kata al-ilah dan Allah adalah dua kata yang berlainan[16].

4. Secara Tipografi

Kata Allh selalu ditulis tanpa alif untuk mengucapkan vowel . Ini disebabkan karena ejaan
Arab masa lalu berawalan tanpa alif untuk mengeja . Akan tetapi, untuk diucapkan secara
vokal, alif kecil selalu ditambahkan di atas tanda saddah untuk menegaskan prononsiasi
tersebut[15].
III. Konsep Tentang Allah

Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan yang berdasar Al-
Quran dan hadis secara harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak pakar ulama bidang
akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat spekulasi berdasarkan
penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.

1. Alquran dan Hadist

Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Quran (Al-Alaq 96:1-5), Tuhan menunjukkan
dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal termasuk di
antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya Al-Quran adalah kalam Allah, sehingga
semua keterangan Allah dalam al-Quran merupakan penuturan Allah tentang diri-Nya.

Selain itu menurut Al-Quran sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak
manusia pertama kali diciptakan. Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke
bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah
dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah
bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan,
otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Quran menegaskan ini dalam surah Az-Zumar 39:8
dan surah Luqman 31:32[17].

2. Allah Maha Esa

Keesaan Allah atau Tauhid adalah mempercayai dan mengimani dengan sepenuh hati bahwa
Allah itu Esa dan (wid). Al-Quran menegaskan keberadaan kebenaran-Nya yang tunggal dan
mutlak yang melebihi alam semesta sebagai; Zat yang tidak tampak dan wahid yang tidak
diciptakan.[15]

Menurut Alquran :

dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia
memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu
(musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain. (al-
Anam 6:133).

Tauhid merupakan pokok bahasan Muslim. Menyamakan Tuhan dengan ciptaan adalah satu-
satunya dosa yang tidak dapat diampuni seperti yang disebutkan dalam Al-Quran. Umat Muslim
percaya bahwa keseluruhan ajaran Islam bersandar pada prinsip Tauhid, yaitu percaya Allah itu
Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Bahkan tauhid merupakan kosep teoritis yang harus
dilaksanakan karena merupakan syarat mutlak setiap Muslim[15].

3. Sifat Allah

Al-Quran merujuk sifat Tuhan ada pada asmaul husna (lihat QS. Al-Araf 7:180, Al-Isra
17:110, Ta Ha [20]:8, Al-Hasyr 59:24). Menurut Gerhard Bwering, Nama-nama tersebut
menurut tradisi dijumlahkan 99 sebagai nama tertinggi (al-ism al-aam), nama tertinggi Tuhan,
Allh. Perintah untuk menyeru nama-nama Tuhan dalam sastra tafsir Qurn ada dalam Surah
Al-Isra ayat 110,[18]

Katakanlah: Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai asmaul husna (nama-nama yang terbaik),

Sesungguhnya sifat-sifat Allah yang mulia tidak terbatas/terhingga. Di antaranya juga tercantum
dalam Asmaul Husna. Sebagian ulama merumuskan 20 Sifat Allah yang wajib dipahami dan
diimani oleh umat Islam di antaranya:

1. Wujud (ada) dan mustahil Allah itu tidak ada (adam)[ Al Araf 7:54]
2. Qidam (terdahulu) dan mustahil Allah itu huduts (baru) [Al Hadid 57:3]
3. Baqo (kekal) dan mustahil Allah itu fana (binasa). Allah sebagai Tuhan Semesta Alam
akan hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus makhluk ciptaan-Nya. Jika Tuhan itu
fana atau mati, bagaimana nasib ciptaan-Nya seperti manusia? [Al Furqan 25:58]
4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (tidak serupa dengan makhluk-Nya) dan mustahil Allah itu
sama dengan makhluk-Nya (mumaatsalaatuhu lil hawaadits). [Asy-Syura 42:11]
5. Qiyamuhu binafsihi (berdiri dengan sendirinya) dan mustahil Allah itu qiyamuhu bi
ghairihi (berdiri-Nya dengan yang lain). [Al Ankabut 29:6]
6. Wahdaaniyah (Esa atau Satu) dan mustahil Allah itu banyak (taaddud) misalnya 2, 3, 4,
dan seterusnya. Allah itu Maha Kuasa. [Al Muminun 23:91 & Al Ikhlas 112:1-4]
7. Qudrat (Kuasa) dan mustahil Allah itu ajaz (lemah). Jikalau Allah itu lemah, tentu saja
makhluk ciptaan-Nya dapat mengalahkan-Nya. [Fathir 35:16-17]
8. Irodat(Berkehendak) [Hud 50:172]
9. Ilmu (Mengetahui) dan mustahil Allah itu jahal (bodoh). Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu, karena Dialah yang menciptakan-Nya. [Al Anam 6:59]
10. Hayat (Hidup) dan mustahil Allah itu maut (mati). Hidupnya Allah tidak seperti
hidupnya manusia. Manusia dihidupkan oleh Allah yang kemudian akan mati, sedangkan
Allah tidak akan mati. Ia akan hidup terus selama-lamanya. [Al Furqan 25:58]
11. Sama (mendengar) dan mustahil Allah bersifat shomam (tuli). [Al Baqarah 2:256]
12. Bashar (melihat) dan mustahil Allah bersifat Amaa (buta).[ Al Hujurat 49:18]
13. Kalam (Berfirman) [An-nisa:164]

Sementara Sifat yang ke 14sampai 20 tidak dicantimkan karena sebenarnya sifat sifat seperti
Qadirun, Muridan, Aliman, Kyayan, Samian dan Mutakaliman adalah bentuk subjektif atau
pelaku dari sifat nomor 7 sampai 13[19].

4. Sufisme

Sufisme ialah spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis,
bahkan mistis. Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu,
perbedaan tersebut belum sampai mendistorsi Al-Quran. Pendekatan yang bersifat spekulatif
untuk menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari rasionalitas hingga agnostisisme,
panteisme, mistisme, dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid
sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat.
Dalam Islam, bentuk spekulatif mudah dibedakan sehingga jarang masuk ke dalam konsep
tauhid sejati. Beberapa konsep tentang Tuhan yang bersifat spekulatif di antaranya adalah Hulul,
Ittihad, dan Wahdatul Wujud.

5. Hulul

Hulul atau juga sering disebut peleburan antara Tuhan dan manusia adalah paham yang
dipopulerkan Mansur al-Hallaj. Paham ini menyatakan bahwa seorang sufi dalam keadaan
tertentu, dapat melebur dengan Allah. Dalam hal ini, aspek an-nasut Allah bersatu dengan aspek
al-lahut manusia. Al-Lahut merupakan aspek Ketuhanan sedangkan An-Nasut adalah aspek
kemanusiaan. Sehingga dalam paham ini, manusia maupun Tuhan memiliki dua aspek tersebut
dalam diri masing-masing.

Dalam sufistik-mistis, orang yang mengalami hulul akan mengeluarkan gumaman-gumaman


syatahat (kata-kata aneh) yang menurut para mistikus disebabkan oleh rasa cinta yang melimpah.
Para sufi yang sepaham dengan ini menyatakan gumaman itu bukan berasal dari Zat Allah
namun keluar dari roh Allah (an-nasut-Nya) yang sedang mengambil tempat dalam diri manusia.

Mansur al-Hallaj menggunakan ayat Al-Quran semisal surah Al-Baqarah ayat 34 untuk
menjelaskan pahamnya. Dalam ayat itu berbunyi, Sujudlah wahai para malaikat kepada
Adam. Al-Hallaj menjelaskan bahwa mengapa Allah memerintahkan bersujud kepada Adam
padahal seharusnya hanya bersujud kepada Allah dikarenakan saat itu Allah telah mengambil
tempat dalam diri Adam sehingga Adam memiliki kemuliaan Allah. Al-Hallaj juga menyebutkan
hadits yang mendukung pendapatnya, seperti, Sesungguh-Nya Allah menciptakan Adam sesuai
bentuk-Nya, dan juga menurutnya hulul pernah terjadi pada diri Isa, dimana Allah mengambil
tempat pada dirinya[20].

7. Ittihad

Ittihad adalah paham yang dipopulerkan Abu Yazid al-Bustami. Ittihad sendiri memiliki arti
bergabung menjadi satu, sehingga paham ini berarti seorang sufi dapat bersatu dengan Allah
setelah terlebih dahulu melebur dalam sandaran rohani dan jasmani (fana) untuk kemudian dalam
keadaan baqa, bersatu dengan Allah. Dalam paham ini, seorang untuk mencapai Ittihad harus
melalui beberapa tingkatan yaitu fana dan baqa. Fana merupakan peleburan sifat-sifat buruk
manusia agar menjadi baik. Pada saat ini, manusia mampu menghilangkan semua kesenangan
dunia sehingga yang ada dalam hatinya hanya Allah (baqa). Inilah inti ittihad, diam pada
kesadaran ilahi.

Berbeda dengan Hulul, jika dalam Hulul Tuhan turun dan melebur dalam diri manusia, maka
dalam Ittihad manusia-lah yang naik dan melebur dalam diri Tuhan[20].

8. Wahdatul Rujud

Wahdatul Wujud merupakan paham yang dibawa Ibnu Arabi. Wahdatul Wujud bermula dari
hadits Qudsi, Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal.
Maka Ku-ciptakan makhluk, maka mereka mengenal Aku melalui diri-Ku. Menurutnya, Tuhan
tidak akan dikenal jika tidak menciptakan alam semesta. Alam merupakan penampakan lahir
Tuhan.

Menurut paham ini, Tuhan dahulu berada dalam kesendirian-Nya yang mutlak dan tak dikenal.
Lalu Dia memikirkan diri-Nya sehingga muncul nama dan sifat-Nya. Kemudian Dia
menciptakan alam semesta. Maka seluruh alam semesta mengandung diri Allah, sehingga Allah
adalah satu-satunya wujud yang nyata dan alam semesta hanya bayang-bayang-Nya. Bedasar
pikiran tersebut, Ibnu Arabi berpendapat seorang sufi dapat keluar dari aspek kemakhlukan dan
dapat melebur dalam diri Allah[20].

IV. Bukti Adanya Allah

Adanya Allah swt adalah sesuatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang kebenarannya telah
diakui, tanpa perlu pembuktian yang bertele-tele). Berikut ini akan dikemukakan dalil-dalil yang
menyatakan wujud (adanya) Allah swt, untuk memberikan pengertian secara rasional.
Mengimani Wujud Allah Subhanahu wa Taala Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal,
syara,dan indera.

1. Dalil Fitrah

Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari atau tidak, disertai
belajar ataupun tidak naluri berketuhanannya itu akan bangkit. Firman Allah:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini
Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Al-
Araf:172)

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: Siapakah yang menciptakan mereka,
niscaya mereka menjawab: Allah, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari
menyembah Allah)? (Az-Zukhruf:87)

Ayat dan hadis tersebut menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan. Ketuhanan ini bisa
difahami sebagai ketuhanan Islam, karena pengakuannya bahwa Allah swt adalah Tuhan.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa secara fitrah, tidak ada manusia yang menolak adanya Allah
sebagai Tuhan yang hakiki, hanya kadang-kadang faktor luar bisa membelokkan dari Tuhan
yang hakiki menjadi tuhan-tuhan lain yang menyimpang[13].

2. Dalil Akal

Akal yang digunakan untuk merenungkan keadaan diri manusia, alam semesta dia dapat
membuktikan adanya Tuhan. Di antara langkah yang bisa ditempuh untuk membuktikan adanya
Tuhan melalui akal adalah dengan beberapa teori, antara lain :

a. Teori Sebab
Segala sesuatu pasti ada sebab yang melatar belakanginya. Adanya sesuatu pasti ada yang
mengadakan, dan adanya perubahan pasti ada yang mengubahnya. Mustahil sesuatu ada dengan
sendirinya. Mustahil pula sesuatu ada dari ketiadaan. Pemikiran tentang sebab ini akan berakhir
dengan teori sebab yang utama (causa prima), dia adalah Tuhan.

b. Teori Keteraturan

Alam semesta dengan seluruh isinya, termasuk matahari, bumi, bulan dan bintang-bintang
bergerak dengan sangat teratur. Tuhanlah yang mengatur segala keteraturan yang ada di alam
semesta ini, hinggasedemikian rupa adanya.

c. Teori Kemungkinan

Alam ini tidak mungkin dapat terjadi dengan sendirinya, alam raya yang terdiri dari sekian jenis
atom, sekian banyak unsur, sekian banyak benda,juga tidak mungkin terjadi dengan kebetulan.
Kemungkinannya adalah 1/~ (satu per tak terhingga), atau dengan kata lain tidak mungkin,
hanya Allah lah yang menciptakan semua ini[13].

d. Dalil Naqli

Meskipun secara fitrah dan akal manusia telah mampu menangkap adanya Tuhan, namun
manusia tetap membutuhkan informasi dari Allah swt untuk mengenal dzat-Nya. Sebab akal dan
fitrah tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya.

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.(al-Araf:54)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt adalah pencipta semesta alam dan seisinya, dan Dia
pulalah yang mengaturnya[13].

e. Dalil Inderawi.

Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat dijelaskan melalui dua fenomena:

1. Pengabulan Doa

Kita dapat mendengar dan menyaksikan beberapa orang yang doa nya dikabulkan. Serta
meminta pertolongan kepada Allahyang maha kuasa.contohnyaseperti Nabi Muhammad Saw,
doa beliau selalu dikabulkan oleh Allah SWT. Karena Nabi Muhammad adalah manusia yang di
muliakan Allah SWT[13].

2. Mukjizat
Dalam aqidah Islam mukjizat dimaknakan sebagai suatu peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan
yang digunakan untuk mendukung kebenaran kenabian seorang nabi dan/atau kerasulan seorang
rasul, sekaligus melemahkan lawan-lawan/musuh-musuh yang meragukan kebenarannya.
Pengertian ini terkait dengan kehadiran seorang nabi atau rasul.

Rasul di dalam menyampaikan ajarannya seringkali mendapatkan pertentangan dari


masyarakatnya. Misalnya, ajarannya dianggap obrolan bohong (dusta), bahkan seringkali
dianggap sebagai tipu daya (sihir). Oleh karenanya, untuk membuktikan kebenaran kenabian dan
kerasulan tersebut sekaligus untuk melemahkan tuduhan para penentangnya maka para nabi dan
rasul diberi kelebihan berupa peristiwa besar yang luar biasa yang disebut dengan
mukjizat.Beberapa contoh mukjizat yang diterima oleh para rasul :

Nuh membuat bahtera di padang pasir, ketika Tuhan hendak menenggelamkan kaumnya.
Ibrahim tidak hangus dibakar, karena api yang membakarnya berubah menjadi dingin.
Daud memiliki suara merdu sehingga makhluk lain pun ikut bertasbih bersamanya,
sanggup berbicara dengan burung, dan berhasil mengalahkan Jalut seorang prajurit
raksasa dari negeri Filistin, yang sanggup melunakkan besi dengan tangan kosong.
Yusuf memiliki ketampanan luar biasa dan mampu mentakwilkan mimpi-mimpi.
Yunus bisa hidup di dalam perut ikan nun selama tiga hari.
Sulayman sanggup berbicara dalam bahasa hewan, menguasai bangsa jin, mampu
menundukkan angin, memiliki permadani yang terbuat dari sutera hijau dengan benang
emas dengan ukuran 60 mil panjang dan 60 mil lebar.
Musa memliki mukjizat berupa tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, topan, laut,
dan peristiwa-peristiwa di Bukit Thur.
Isa berupa kemampuan menyembuhkan orang buta, menyembuhkan penderita kusta dan
menghidupkan orang mati.
Muhammad berupa Isra dan Miraj, membelah bulan untuk membuktikan kenabiannya
terhadap orang Yahudi, bertasbihnya kerikil di tangannya, batang kurma yang menangis,
pemberitaan Muhammad tentang peristiwa-peristiwa masa depan ataupun masa lampau,
tetapi mukjizat yang terbesar adalah Al-Quran[13].

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pandangan Islam, Tuhan ialah Allah. Tuhan yang menciptakan alam semesta dan isinya.
Termasuk manusia dan makhluk lainnya. Allah lebih dekat dengan kita dibanding dengan urat
nadi kita sendiri, karena setiap lantunan doa yang kita panjatkan dalam hati, Allah selalu
mendengar, karena Allah maha Mendengar. Allah maha Segalanya. Oleh karena itu Allah
memiliki sifat yang harus diketahui oleh kita sebagai salah satu ciptaannya. Yaitu wujud, Qidam,
Baqa atau kekal, Mukhalafatul lil hawaditsi, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah, Qodrat, Irodat,
Ilmu, Hayat, Sama, Bashar, dan Khalam. Selain itu Allah juga dapat dibuktikan keberadaannya
yaitu dengan adanya mukjizat yang diterima oleh para Nabi, yang sejatinya dapat dijadikan
patokan bahwa Allah itu ada dan beserta kita semua.
B. Saran

Kita sebagai manusia seharusnya lebih mengembangkan pengetehuan tentang referensi konsep
ketuhanan dalam islam sehingga pemahaman kita tentang konsep ketuhanan dalam islam tidak
terbatas terutama mengenai filsafat ketuhanan,pemikiran manusia tentang tuhan,tuhan menurt
wahyu,dan dalil dalil pembuktian eksintensi tuhan.

Dan kita dikatakan sosok manusia yang seutuhnya apabila ada keselarasan manusia dengan
tuhannya.maka dari itu kita sebagai penerus pemuda bangsa dan negara mari kita pahamkan
dalam keseharian kita tentang pemahaman konsep dasar ketuhanan dalam islam.
Mengenal Metode Fatigue Testing Dengan
Fatigue Tester
Kamis, 5 Oktober 2017

Definisi fatigue testing dapat dianggap sebagai hanya menerapkan beban siklik untuk
benda pengujian untuk memahami bagaimana hal itu akan tampil di bawah kondisi
yang sama digunakan sebenarnya. Aplikasi beban dapat menjadi sebuah aplikasi
berulang dari beban tetap atau simulasi in-service beban. Aplikasi beban dapat diulang
jutaan kali dan sampai beberapa ratus kali per detik.

Mengapa Harus Melakukan Fatigue Testing?

Dalam banyak aplikasi, bahan dikenakan bergetar atau berosilasi pasukan. Perilaku
bahan di bawah kondisi beban seperti berbeda dari perilaku di bawah beban statis.
Karena bahan yang dikontrol mengalami siklus beban berulang (kelelahan) dalam
penggunaan aktual, desainer dihadapkan dengan memprediksi umur kelelahan, yang
didefinisikan sebagai jumlah total siklus kegagalan pada kondisi beban tertentu. Fatigue
testing memberikan data jauh lebih baik untuk memprediksi kehidupan di layanan
bahan.
Fatigue Testing - Dasar Pengujian

Konfigurasi

Sebuah mesin servo hydraulic fatigue tester biasanya digunakan untuk melakukan
pengujian fatigue test. Fatigue tester ini terdiri dari aktuator hidrolik dioperasikan
dipasang ke bingkai beban kekakuan tinggi untuk menerapkan beban ke spesimen.
Karena sistem ini hidrolik dioperasikan, adalah mungkin untuk mencapai kedua beban
tinggi dan frekuensi siklik tinggi.

Sistem pengujian pada fatigue tester harus dilengkapi dengan sistem kontrol yang
mampu mengendalikan tes dan pengukuran data pada frekuensi tinggi. Hal ini juga
penting bahwa sistem pengukuran beban secara akurat dapat mengukur beban
spesimen, dan memberikan kompensasi untuk kesalahan beban yang disebabkan oleh
gerakan dinamis dari sistem pengujian.

Bahan Pengujian Fatigue Testing

Beberapa bahan khas yang dikenakan fatigue testing:

Logam
Polimer
Komposit
Elastomer
Komponen struktural
Keramik

Standar Pengujian Fatigue Testing

ASTM berikut standar berlaku untuk fatigue testing:

E1820
E399
E606
E647

Fatigue Testing Jenis Jenis Fatigue Testing

Low Cycle Fatigue Testing


Pesawat mesin turbin rentan terhadap kelelahan low and high cycle fatigue. Low Cycle
Fatigue (LCF) menggambarkan lingkungan layanan dari banyak kritis (dan terutama
logam) komponen: frekuensi rendah, beban besar / strain. Lingkungan LCF khas dari
pisau turbin (heat-up/cool turun bersepeda) dan daya subjek generasi lainnya peralatan
untuk siklus termal dan / atau mekanis (mis. bejana tekan, pipa, dll) LCF biasanya
melibatkan deformasi yang besar, sehingga terakumulasi kerusakan pada spesimen.
LCF penelitian sangat penting untuk memahami kegagalan (dalam logam), untuk
keperluan perencanaan dan rekayasa.

High Cycle Fatigue Testing

High Cycle Fatigue Testing Tinggi (HCF) hasil dari siklus stres getaran pada frekuensi
yang dapat mencapai ribuan siklus per detik dan dapat diinduksi dari sumber mekanik
yang bervariasi. Hal ini khas dalam mesin turbin pesawat gas dan telah menyebabkan
kegagalan prematur dari komponen mesin utama (kipas, kompresor, turbin). Sementara
LCF melibatkan plastisitas massal di mana tingkat stres biasanya di atas kekuatan luluh
material, HCF dominan adalah elastis, dan tingkat stres berada di bawah kekuatan luluh
material.

Anda mungkin juga menyukai