Anda di halaman 1dari 3

Konsep Ketuhanan dalam Islam

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (Bahasa arab) dan diyakini sebagai Maha
Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu
Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai
Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid).
Menurut kajian filsafat, ilmu yang membahas tentang persoalan ketuhanan dikenal
dengan istilah “Teologi”. Menurut Kamus Filsafat (Lorens Bagus, 1996 : 1090), kata teologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “theo” yang artinya Tuhan/ Allah, dan
“logi/logos” yang berarti ilmu/ wacana. Menurut beberapa istilah, teologi dapat dipahami
sebagai berikut:
1. Ilmu yang berhubungan dengan dunia ilahi (dunia ideal, atau kekal tidak berubah)
dengan dunia fisik.
2. Ilmu yang membahas tentang hakikat Sang Ada dan kehendak Allah (atau dalam
istilah Yunani dikenal dengan sebutan Dewa).
3. Merupakan doktrin-doktirn atau keyakinan-keyakinan tentang Allah (atau para dewa),
dari beberapa kelompok keagamaan tertentu ataupun dari para pemikir perorangan.
4. Kumpulan dari ajaran yang menyangkut persoalan tentang hakikat dari Allah dan
hubungan-Nya dengan umat manusia dan juga alam semesta.
Filsafat sendiri merupakan persepsi kebenaran, artinya “usaha mencari dan menemukan
kebenaran secara menyeluruh dengan menggunakan cara-cara rasional, menjelaskan sesuatu
yang benar dan indah”. Namun wahyu kebenaran atau keimanan Tuhan hanya dapat dicapai
melalui hati atau keimanan. Bukan berarti filsafat tidak dapat menemukan keimanan, namun
diharapkan dapat menguatkan keimanan seseorang. Cara mencapai kebenaran filosofis adalah
melalui akal, sedangkan agama melalui wahyu dan hadis, yang kemudian diyakini dan
direnungkan hingga ditemukan kebenaran mutlak. Sedangkan tujuan filsafat dan agama sama,
yaitu mencari kebenaran, kebaikan, dan keindahan.
Tuhan Dalam Sejarah Pemikiran Manusia
Tuhan di konsepsikan dalam istilah berbeda-beda, ada Agama Langit (Samawi), ada
Agama Bumi (Ardhi), ada kepercayaan dan keyakinan tentang segala yang menguasai
keadaan atau lingkungan. Konsep tentang tuhan melahirkan aliran-aliran pemikiran (Filsafat)
seperti Teismus, Deismus Ateismus dan Agnocticismus (keyakinan kita tidak akan dapat
mengetahui tuhan dan mustahil membuktikan Tuhan itu ada atau tidak ada).
Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan Menurut Teori Evolusionisme (Max
Muller dan E.B.Taylor):
 Dinamisme : mengakui adanya kekuatan pada benda, yang berpengaruh terhadap
kehidupan..
 Animisme : mempercayai adanya peran roh dalam kehidupan.
 Politeisme : roh yang lebih dari yang lainnya disebut dewa dengan bidang kekuasaan
masing-masing.
 Henoteisme : satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut Tuhan, namun
masih mengakui Tuhan bangsa lain. (Tuhan tingkat nasional).
 Monoteisme : hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa (bersifat
internasional).
Aliran – Aliran Dalam Konsep Ketuhanan
 Deisme
Pandangan bahwa Tuhan adalah pencipta alam, tapi setelah alam ini diciptakan tuhan
tidak ikut andil dan bertanggung jawab di dalamnya, manusia dan alam ciptaanlah
yang bertanggung jawab.
 Teisme
Pandangan yang mempercayai adanya tuhan dan tuhan adalah pencipta alam sekaligus
pemeliharanya, menurutnya Tuhan adalah wujud tertinggi yang maha sempurna dan
absolut dia berada di luar dan di dalam alam jadi ada interalsi antara Tuhan dengan
alam.
 Panteisme
Pandangan bahwa seluruh alam ini adalah Tuhan dan tuhan adalah seluruh alam. Pan
artinyaseluruh, theo artinya tuhan dan ismus artinya paham, namun pentheisme
berbeda dengan wahdatul wujud, dalam pandangan ini alam bukan tuhan tetapi bagian
dari tuhan.
 Panenteisme
Suatu pandangan yang menyatakan bahwa seluruh realitas yang ada merupakan
bagian dari keberadaan Allah, hal ini berbeda dengan panteisme yang menyatakan
bahwa Allah sama dengan seluruh realitas. Panenteisme lebih menekankan tentang
Tuhan kepada aspek terbatas, berubah, mengatur alam, dan bekerja sama dengan alam
dalam hal mencapai kesempurnaan.
 Naturalisme
Suatu pandangan filosofis yang memberikan suatu peranan menentukan terhadap
alam. Dimana alam ini berdiri sendiri, serba sempurna, beredar dan bekerja menurut
sifat-sifatnya yang secara natural berdasarkan hukum sebab-musabab yang ada di
alam. Dimana alam ini tidak berasal dari apapun dan tidak bergantung pada apapun
baik itu kekuatan gaib ataupun supranatural.
 Ateisme
Aliran yang menyatakan bahwa Tuhan atau dewa/dewi tidak ada. Dan aliran ini juga
menolak terhadap pandangan yang bersifat adikodrati, dimana adanya kesangsian
terhadap eksistensi Tuhan di alam. Sikap dari aliran ini juga menolak semua agama
yang ada di dunia.
 Agnostitisme
Suatu keyakinan yang menyatakan bahwa seseorang tidak dapat memiliki
pengetahuan tentang Tuhan, atau keyakinan bahwa mustahil manusia dapat
membuktikan ada atau tidak adanya Tuhan.
Konsep Tuhan Menurut Istilah dalam Al-Qur’an
Ilah, Tuhan (Bahasa Arab) obyek yang diagungkan atau dipentingkan manusia,
sehingga manusia rela dikuasainya. bisa berarti benda baik abstrak (nafsu) maupun
nyata (manusia). seperti surah al-Jatsiyah ayat 23:
 ‫َأَفَر َأْيَت َمِن اَّتَخ َذ ِإَلَهُه َهَو اُه‬

Artinya: “maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhan?

Surat al-Qashas ayat 38, perkataan ilah dipakai Fira'un untuk menuhankan dirinya:
 ‫َو َقاَل ِفْر َع ْو ُن َيا َأُّيَها اْلَم ُأَل َم ا َع ِلْم ُت َلُك م ِّم ْن ِإَلٍه َغ ْيِر ي‬
Artinya: dan fir’aun berkata “wahai kaumku , aku tidak mengetahui tuhan bagimu
selain aku..
Ibnu Taymiyah memberikan definisi al-Illah sebagai berikut:
Al-Illah ialah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadaNya,
merendahkan diri, takut dan mengharapkanNya, padanya tempat berpasrah ketika
dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadaNya untuk kemaslahatan diri,
meminta perlindungan dariNya, dan menimbulkan ketenangan disaat mengingat dab
terpaut cinta kepadaNya. (imaduddin, 1880:56).
 Pengembaraan spiritual nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan dan berakhir pada
keyakinan yang murni dan tulus atau Hanif, yaitu ketundukan kepada Allah sebagai
satu-satunya zat yang diimani, yang disembah dan tempat segala-galanya bergantung
semua urusan. dikisahka dalam surat al-An'am ayat 75-79, yang artinya : ”dan
begitulah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi, dan supaya
Ibrahim termasuk orang-orang yang yakin ketika malam gelap, dilihatnya sebuah
bintang, katanya” inikah Tuhanku?. Tetapi setelah bintang itu tenggelam diapun
berkata, “aku tidak menyukai yang tenggelam”. Dan setelah bulan terbit, dia berkata
inikah Tuhanku? Dan ketilka bulan itu tenggelam maka dia berkata” sesungguhnya
jika Tuhan tidak memberi petunjukkepadankutentu aku termasukkaum yang sesat.
Pembuktian Wujud Tuhan
}85{ ‫َو َيْس َأُلوَنَك َع ِن الُّر وِح ُقِل الُّر وُح ِم ْن َأْمِر َر ِّبي َو َم ا ُأوِتيُتم ِّم ن اْلِع ْلِم ِإَّال َقِليًال‬

Artinya: “ mereka bertanya kepadamu (muhammad) katakanlah: ruh itu urusan tuhanku,
dan semua tidak diberikan pengetahuan (dariNya melainkan sedikit”

Menurut al-Kindi ada tiga jalan untuk membuktikan adanya Tuhan, yaitu baharunya
alam, keaneka ragaman dalam wujud, dan kerapian alam.

Menurut Ibnu Rusyd untuk membuktikan wujud Tuhan menggunakan Dalil Nidham yang
disebut juga Inayah wa al Ikhtira yang artinya pemeliharaan dan penciptaan;

Dalil Inayah, adalah teori yang mengarahkan manusia agar mampu menghayati wujud
Allah melalui penghayatan dan pemahaman alam untuk manusia, karena alam ini terjadi
bukan dengan kebetulan, tetapi diciptakan dengan rapi dan teratur atas ilmu dan
kebijaksanaan

Dalil Ikhtira, adalah teori yang mengarahkan manusia agar mampu menghayati wujud
Allah melalui penghayatan dan pemahaman keserasian atau keharmonisan aneka ragam.

Sumber :

https://spada.uns.ac.id/mod/resource/view.php?id=2530

https://scholar.archive.org/work/eh2q4ft52fgcjawlqk5nabztna/access/wayback/https://
jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/abrahamic/article/download/10728/pdf

Anda mungkin juga menyukai