Anda di halaman 1dari 33

konsep ketuhanan

manusia dan alam


kelompok 1
Tyara Hestyani Putri Ananda Pertiwi
01 08011182227049 05 08011282227064

Oki Sukma Mayangsari Era Dwi Wahyuni


02 08011182227002 06 08011282227043

Adinda Cahya Putri Pasma Azzahra


03 Indriarto
08011182227009
07 08011282227022

Azmi Muhammad
04 Padhil 08011182227055 08
M. Willy alfarizy
08011382227078
konsep ketuhanan dalam agama islam
Hakikat Tuhan
● Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tuhan adalah sesuatu yang di yakini, di puja , di sembah
oleh manusia , sebagai yang Maha Kuasa, Maha Perkasa dan lain sebagai nya. Kalimat Tuhan
dapat di pergunakan untuk apa saja yang di puja dan di sembah oleh manusia. baik persembahan
yang benar atau yang salah.
● Dalam Al-Qur'an Allah Berfirman:" “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan
hawa nafsunya sebagai Tuhannya….?” (Q.S. Al-Jaatsiyah: 23) Dalam QS 28 (Al-Qashash):38,
perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri: “Dan Fir’aun berkata: Wahai
pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.”
● Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti
berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau
penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
• Dalam upaya kita mengetahui hakikat keberadaan Tuhan, yang harus kita ketahui bukanlah apa yang
merupakan benda semata, akan tetapi apa yang sesungguhnya ada. Tuhan itu Maha Ada. Dia ada dari
diri-Nya sendiri. Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Tuhan selalu berada di mana-mana.
Kemanapun dan dimanapun kita berada, Tuhan akan selalu menyertai kita. Tiada sedikit pun ruang
tanpa kehadiran-Nya. Kita juga tidak perlu mencari dimana Dia berada, yang diperlukan hanyalah
kesadaran kita akan hakikat keberadaan- Nya dan bukti-bukti Kekuasaan-Nya.

• Menurut para agamawan, apabila kita masih belum juga menyadari kehadiran-Nya, mungkin mata hati
kita yang masih tertutup, sehingga kita tidak menyadari kehadiran-Nya. Padahal Tuhan itu sangat dekat
dengan kita, bahkan lebih dekat dari pada urat leher kita.

• Dengan demikian, tanpa melihat dzat-Nya yang Maha Agung, kita telah dapat mengungkap hakikat
keberadaan-Nya melalui segala ciptaan-Nya yang ada, tidak terkecuali pada diri kita sendiri. Begitu
banyak hal yang dapat kita jadikan bukti akan hakikat keberadaan-Nya. Apa yang ada pada diri kita
sendiri dan semua yang ada di alam semesta ini, tanpa kecuali, dapat dijadikan bukti akan hakikat
keberadaan-Nya.
PENGERTIAN TUHAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Untuk Mengetahui Pengertian Tuhan Dalam Islam,maka perlu di kaji rujukan dari Al- Qur'an tentang
kata-kata yang memiliki makna tuhan.Dalam Al-Qur'an perkataan tuhan di kenal dengan istilah
rabb,maalik atau malik dan Ilaah.

● Rabb adalah"Tuhan Sang Maha Pencipta", yang meciptakan keseluruhan alam ini tidak hanya
sekedar menciptakan tetapi juga di maksudkan sebagai " Sang Maha Pemelihara". Dan juga setiap
kejadian tidak lepas dari kekuasaan-Nya sebagai"Sang Maha Pengatur“
● Malik, Dalam Al-Qur'an, kata Malik di pakai untuk menunjukan pada Tuhan yang berkuasa
mempunyai,memiliki atau merajai sesuatu. alquran surat alfatihah (1) ayat 4 yang artinya: "Yang
Menguasai Hari Pembalasan“
● Ilah, Secara etimologis ''llah''mempuyai arti sebagai yang disembah dengan sebenarnya atau tidak
sebenarnya.Apa saja yang disembah manusia ,dia itu llaah namanya.Ini yang membedakan
seseorang apakah muslim atau bukan.
Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
● Pemikiran Barat
○ Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan
pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif
dan ada pula yang berpengaruh negatif.
○ Animisme
Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran
roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat
primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena
itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang,
serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan.
o Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu
banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut
dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa
yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang
membidangi angin dan lain sebagainya.
o Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu
dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan
yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif
(tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun
manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa
disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional)
o Monoteisme
Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham yaitu: deisme, panteisme,
dan teisme. Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller
dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam
masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama
monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung
dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.
Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan
sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan
memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan
tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan
pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif.
Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah
monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan. (Zaglul Yusuf, 1993: 26-37)
• Pemikiran Islam
o Mu'tazilah
Merupakan kaum rasionalis dikalangan muslim, serta tekanan memakai akal pikiran dalam memahami
semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan
ilmu logika Yunani, satu sistem teologis untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Mu'tazilah lahir
sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.

o Qodariah
Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri
yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus
bertanggung jawab atas perbuatannya.
o Jabariah
Berteori bahwa manusia tidak memiliki kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua
tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini merupakan pecahan dari
Murji'ah

o Asy'ariyah dan Maturidiyah


Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran Qadariah dan Jabariah.
Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam
periode masa lalu. Pada prinsipnya alimn-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan
ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran
aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari Islam.
Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu
mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh
kepentingan politik tertentu
pandangan islam
terhadap animisme
dan dinamisme
Animisme dan dinamisme yang dibicarakan sejauh ini adalah sebagian
kecil saja dari apa yang biasanya disebut agama bangsa-bangsa primitif
dan secara keseluruhan merupakan gambaran yang bulat tentang agama
bangsa-bangsa primitif. Sebagai telah dibicarakan diatas, bahwa
dinamisme dan animisme adalah kepercayaan yang khayal belaka. Islam
tidak membenarkannya, sebab hal itu termasuk syirik (menyekutukan
Tuhan), orang yang menjalankannya disebut Musyrik. Islam
mengajarkan bahwa orang tidak boleh menghormati dan menyembah
selain Allah, sebagaimana ditegaskan dalam syahadat yang pertama
yang artinya ; saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Hanya
Allah sajalah yang Maha Menjadikan, Maha Kuasa dan Maha Tinggi
serta Maha Bijaksana.
bukti adanya
tuhan
a.) bukti secara fitrah
● Ini menjadi sangat wajar, karena sesungguhnya setiap manusia sebelum ia dilahirkan ke atas dunia,
dia sudah menyaksikan "kebesaran" Allah Subhanahu wata'ala ketika ia masih berada di dalam
kandungan ibunya. Ini dapat kita lihat dalam firman Allah Subhanahu wata' ala dalam Al-Qur'an Surat
Al A'raf ayat 172: "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". [ Q.S (7) : 172]
b.) bukti secara indrawi
● Bukti keberadaan Allah Subhanahu wata'ala juga dapat kita saksikan melalui panca indra yang kita
miliki. Kita dapat saksikan bahwa adanya langit yang kokoh tanpa tiang, bumi yang dihamparkan,
gunung-gunung yang ditegakkan di atasnya sebagai pasak, bahkan pada diri kita sendiri, itu semua
merupakan tanda atau bukti bahwa pasti ada sang kreator ulung di balik itu semua. Tidak mungkin
sesuatu yang ada, tercipta dengan sendirinya. Apalagi sesuatu yang tercipta tersebut merupakan
maha karya yang bersifat kompleks dan rumit.
c.) bukti secara naqli
● Naqli artinya bersumber dari Al Qur'an. Bagi orang-orang yang sudah meyakini keberadaan Allah
Subhanahu wata'ala, tidak sulit untuk menemukan bukti keberadaan-Nya. Karena hal ini banyak
diterangkan di dalam Al Qur'an. Bukti kemukjizatan Al Qur'an sebagai salah satu tanda
keberadaan Allah Subhanahu wata'ala dapat kita lihat dalam Surat Al Isro' (17) ayat 88 :
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". [Q.S (17) : 88]
konsep manusia dalam agama islam
Dalam Al-Qur’an terdapat 4 kata atau istilah yang digunakan untuk menunjukkan manusia. Pertama,
kata ins yang kemudian membentuk kata insan dan unas. Kata “insan” diambil dari kata “uns” yang
mempunyai arti jinak, tidak liar, senang hati, tampak atau terlihat. Substansi manusia terdiri atas jasad
dan ruh, tanpa memasukkan nafs.

Masing-masing yang berlawanan ini pada prinsipnya saling membutuhkan jasad tanpa ruh merupakan
substansi yang mati, sedang ruh tanpa jasad tidak dapat teraktualisasi. Karena saling membutuhkan
maka diperlukan yang dapat menampung kedua natur yang berlawanan, yang dalam terminology
psikologi Islam disebut dengan nafs.
Kaum Materialisme Antropologik memandang hakikat manusia semata-mata atas materi;
bahwa manusia adalah jasad yang tersusun dari bahan-bahan material dari dunia anorganik. Kaum
Materialisme Biologik berpendapat bahwa manusia adalah badan yang hidup.

Sedangkan kaum Idealisme Antropologik memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki
kehidupan spiritual-intelektual yang intrinsik dan tidak tergantung pada materi. Dalam perspektif
Islam pandangan ini belumlah lengkap, karena kedudukan manusia di mata Allah SWT dan di alam
jagad sungguh mulia dan tinggi. (Hassan Shadily, l983: 2139).
Hakikat
manusia dalam
Islam dapat
dijelaskan
sebagai berikut
1. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh
dirinya sendiri dan bukan pula diciptakan secara kebetulan. Banyak sekali ayat al-Qur‘an yang
menjelaskan tentang penciptaan dan asal usul manusia. Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian
memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Manusia adalah
makhluk yang paling baik. Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang baik bentuk kejadiannya di antara
makhluk-makhluk yang ada di alam semesta ini sehingga dijuluki Alquran surat al-Tiin (85) dengan insan
ahsani taqwiim dan tetapi bisa pula jatuh kepada asfala saafiliin.
Ahsani taqwiim dalam pengertian bahwa manusia memiliki derajat yang lebih tinggi secara jasmani
dan rohani bila dibanding dengan makhluk lainnya. Ahsani taqwiin juga berarti orang yang beriman dan
bertakwa serta pandai bersyukur kepada Allah SWT. Sedangkan pengertian asfala saafiliin antara lain
adalah kesesatan dan orangnya bertempat di neraka kelak, karena ia tidak beriman, ingkar dan tidak
bersyukur kepada Allah SWT, tidak seperti orang yang ahsani taqwiim. (Mahyuddin Khazanah, Nomor
60: 724) .
2. Manusia terdiri dari Dimensi Material dan
Immaterial
Manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan
dimensi immaterial (rohani, jiwa, akal dan sebagainya). Aspek jasmani tidak dapat dipisahkan dari aspek
rohani tatkala manusia hidup di dunia. Penting fungsi jasmani tidak dapat dinafikan dalam kehidupan
manusia.

 Dari segi jasmani kelebihan dan kesempurnaan manusia terletak pada bentuk ciptaan fisik dan rupa
wajahnya yang sangat indah dan sempurna, serta ditambah dengan posisi badannya yang tegak
lurus ,ke atas.
 Dan dari segi rohani , manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berkekuatan spiritual keagamaan,
karena manusia memiliki kemampuan akal dan kalbu yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.
3. Manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna (insan kamil)
Manusia dalam Islam juga dikenal dengan sebutan insan kamil dengan potensi jasmani, akal, kalbu, akhlak,
sosial dan seni serta dimensi,psikologikal yang dimilikinya. (Zakiah Daradjat, 1992: 23-34).

4. Manusia sebagai makhluk yang paling


bagus proses kejadiaanya
Menurut Al-quran surat Al-Mukminun (23) ayat 12-16 manusia diciptakan Allah dari intisari tanah yang
dijadikan nutfah (sperma bagi laki-laki dan ovum atau telur bagi wanita) dan disimpan di tempat yang kokoh dan
aman. Kemudian nutfah (campuran antara sperma laki-laki dan perempuan) dijadikan darah beku, darah beku
dijadikan mudhgah, mudhgah (zighot) dijadikan tulang (‘izhaam), tulang dibalut dengan daging (lahm), yang
kemudian dijadikan Allah makhluk manusia dalam bentuk fisik (al-basyar). Inilah 5 periode kejadian manusia dalam
Alquran.
5. Makhluk yang bersifat ke-Tuhanan (rohani)

Dalam surat al-Hijr (15) ayat 29 dan As-Sajadah (32) ayat 7-9 selanjutnya menjelaskan bahwa
setelah kejadian manusia dalam kandungan mengambil bentuk al-basyar, ditiupkan ke dalamnya roh
(ciptaan-Ku) dan dijadikan baginya pendengaran, penglihatan, dan perasaan, sehingga lengkaplah proses
kejadian manusia sebagai manusia khalifah yang memiliki banyak kemuliaan.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim lebih lanjut lagi menyebutkan
bahwa roh ditiupkan Allah SWT ke dalam fisik janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nutfah,
40 hari ‘alaqah (darah beku) dan 40 hari mudhgah. (M. Rasyid Ridha, 1342: 24) Keterangan Alquran dan
hadis ini dapat berarti bahwa Allah SWT memberi manusia potensi berupa sifat-sifat dan akhlakakhlak-
Nya seperti yang terdapat dalam asmaul husna, sehingga manusia betul-betul memiliki sifat ke-Tuhanan.
(Hasan Langgulung, 1991: 361).
6. Manusia sebagai makhluk yang mulia
Dalam surat al-Isra’ (17) ayat 70 ditegaskan oleh Allah bahwa manusia adalah makhluk yang mulia
dengan kemuliaan berupa kemudahan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, rezeki dan
kelebihan-kelebihan lain dari makhluk lain. (Mahyuddin Khazanah, Nomor 60: 26).
Jadi, pada dasarnya manusia merupakan ciptaan terbaik diantara makhluk lainnya, hanya saja
kebanyakan pemikiran manusia belum mampu untuk mengerti dan memahami hal tersebut, Allah SWT
telah menggambar kan manusia di dalam All-Quran sebagai makhluk yang mulia, bukan sebagai makhluk
yang kotor seperti yang dilihat dari sejarah cikal bakal manusia turmanusia bumi saat nabi adam dan hawa
melakukan larangan Allah SWT.
Manusia diciptakan tentu memiliki tujuan. Bagi ummat islam konsep manusia adalah dilihat dari
bagaimana maksud atau tujuan Allah di dalam kehidupan ini. Sebagian ummat lain menganggap bahwa
manusia tercipta sendirinya dan melakukan hidup dengan apapun yang mereka ingin kan, sebebas-
bebasnya. Dalam ilmu pendidikan islam, yang berbicara mengenai konsep manusia tentunya tidak
didefinisikan seperti itu.
Konsep Manusia
Dilihat Dari Tujuan
Penciptaannya
Di Muka Bumi Oleh
Allah SWT.
1. Beribadah Kepada Allah SWT
Menurut islam berdasarkan dari tujuan penciptaanya, manusia semata-mata diciptakan
untuk beribadah kepada Allah SWT. Beribadah kepada Allah, artinya kita menganggap Allah
sebagai satu-satunya Tuhan yang layak untuk disembah, menjadi tempat bergantung, diagungkan,
dan diikuti seluruh perintahnya. Allah menyuruh manusia beribadah bukanlah untuk kebaikan-Nya,
melainkan untuk kebaikan umat manusia itu sendiri. Dengan beribadah kepada Allah,
menjadikannya sebagai Illah dalam hidup kita, maka akan datang kebaikan dalam hidup.
2. Mendapatkan Ujian Dunia untuk Masa
Depan Akhirat
Menghadapi musibah dalam islam hakikatnya adalah menghadapi ujian di dunia yang
harus dilalui dengan kesabaran. Ujian di dunia adalah agar Allah bisa mengetahui siapa yang bisa
mengikuti dan mengabdi pada Allah dengan membalas segala perbuatan dan usahanya untuk
menghadi ujian, di akhirat. Untuk itu pahala adalah credit poin yang harus tetap diisi agar kelak
saat proses penghisaban (perhitungan) kita mendapatkan hasil terbaik setelah ujian di dunia. Jika
seluruh hidup ini adalah ujian dari Allah, maka termasuk kebahagiaan pun adalah ujian. Karena
hakikatnya hidup ini adalah ujian maka, kita perlu mengusahakan hidup untuk bisa mendapatkan
keridhoaan Allah yang terbaik pada kita
3. Melakukan Pembangunan Di Muka Bumi
dan Tidak Berbuat Kerusakan
Dalam All-Quran surat Al-Baqarah ayat 30 menjelaskan bahwa manusia diciptakan di
muka bumi adalah untuk menjadi khalifah. Khalifah di sini artinya bukan hanya sekedar pemimpin.
Namun, manusia yang hidup semuanya harus menjadi pemimpin. Fungsi dari pemimpin adalah
mengatur, mengelola, menjaga agar sistem dan perusahaannya menjadi baik dan tidak berantakan.
Pemimpin juga menjadi figur atau teladan, tidak melakukan sesuatu dengan semena-mena atau
tidak adil. Pemimpin membuat segalanya berjalan dengan baik, teratur, dan bisa tercapai tujuannya.
Untuk itu, khalifah adalah tugas dari semua manusia untuk mengelola, mengatur segala kehidupan
di dunia.
4. Menegakkan Keadilan di Muka Bumi
Menjalankan misi khalifah fil ard bukan berarti kita mengerjakannya seorang diri.
Melakukan misi khalfiah fil ard berarti kita berbagi tugas dengan manusia lainnya, saling
membantu, dan memberikan manfaat. Untuk menjalankan misi khalifah fil ard maka manusia harus
memiliki kemampuan, skill, pengetahuan yang dengan keahluannya tersebut ia mampu membangun
bidang-bidang yang ada di muka bumi. Untuk itu penting sekali bagi umat islam untuk
menjalankan tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan islam,agar bisa melaksanakan secara optimal
bidang-bidang di muka bumi.
KONSEP ALAM DALAM AGAMA ISLAM

Semua kejadian di alam semesta ini sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti
segala rencana dan konsep yang sudah ada di dalam Al Qur’an. Dengan kata
lain, kejadian dunia ini adalah sebagai “cermin manifestasi” dan “keyakinan
lahir” dari rencana Allah yang sudah diberitahukan kepada manusia lewat Al
Qur’an.

Dalam pandangan sains modern, awalnya alam semesta ini berupa kabut
gas yang panas lalu terpisah dan merupakan awal dari proses terciptanya
galaksi-galaksi. Kemudian pecahan kabut tersebut melalui proses evolusi
terbentuk milyaran matahari dengan planetnya termasuk bumi.
Asal mula alam semesta dari kabut
berdasarkan terjemahan dari ayat Al Qur’an

Meskipun demikian, ratusan tahun sebelumnya, Al-Qur’an telah


menyebutkan sebagaimana tertulis dalam Surat Al-Anbiya ayat
30 “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga yang beriman?”
Konsep Penciptaan Alam Semesta

Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos (alam


semesta) menurut sains modern, maka konsep penciptaan yang tertera
dalam Al-Qur’an tidak dapat disangkal lagi kebenarannya. Adanya
kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabus gas
tersebut dikenal dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta, telah
dipaparkan jelas oleh Al-Qur’an jauh sebelum sains modern
mengemukakannya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai