Anda di halaman 1dari 2

Nama : Lulu’atul Hanifah

Prodi : Piaud 1
Nim : 20212700111
Filsafat Umum

Filsafat ketuhanan

Study Tentang Tabiat Allah dan kepercayaan

Tuhan dipahami sebagai zat Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan.
Definisi tentang Tuhan tidak memiliki kesepakatan, terdapat berbagai konsep
ketuhanan. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus
pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan
pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta.
Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Penganut
monoteisme peracya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa
materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan terbesar yang
dapat direnungkan. Akibat konsep ketuhanan yang berbeda-beda Itulah, banyak
gagasan tentang sosok Tuhan, sifat-sifat yang dimilikinya, bahkan hakikat Tuhan
pun terus dipermasalahkan. Dan bagaimanakah Tuhan terus dicari oleh manusia
sebagai fitrah seorang hamba yang akan selalu membutuhkan eksistensi tertinggi
yang dapat menjadi tempat bertumpu dan berlindung. Filsafat ketuhanan
mengajarkan manusia mengenal Tuhan melalui akal pikiran semata-mata yanag
kemudian kebenarannya didapati sesuai dengan wahyu (kitab suci).Dengan kata
lain, bahwa baik agama mauapun Filsafat ketuhanan sama-sama bertolak dari
pangkalan pelajaran ketuhanan, tetapi jalan yang ditempuh berbeda.

Ide tentang Allah pada orang beragama secara umum biasanya dijelaskan dalam
tabiat Allah; "Yang Maha Tinggi" (Anselmus mengatakan: "Allah adalah sesuatu
yang lebih besar dari padanya tidak dapat dipikirkan manusia)Yang Maha Besar,
Yang Maha Kuasa, Yang Maha Baik dan sebagainya. Menurut Anselmus, ajaran-
ajaran kristiani bisa dikembangkan dengan rasional, jadi tanpa bantuan otoritas
lain (Kitab Suci, wahyu, ajaran Bapa Gereja). Bahkan ia bisa menjelaskan
eksistensi Allah dengan suatu argumen yang bisa diterima bahkan juga oleh
mereka yang tidak beriman. Eksistensi Allah dimulai dari pikiran manusia yang
menerima begitu saja ajaran agama, tetapi juga menanyakannya dari siapa dan
mengapa dirinya ada, alam alam, dan Allah sendiri bisa diterima adanya.

Beberapa sikap orang beriman dalam mencari pencerahan akan adanya Allah:
Manusia yang menerima begitu saja dikarenakan ajaran turun-temurun dari para
pendahulunya, manusia ditekankan harus percaya, bahkan tanpa
bertanya.Manusia mulai bertanya mengapa dirinya ada? Mengapa alam
ada?Kemudian menanyakan Allah terkait; siapa, isinya, dan mengapa Dia
ada?Semua jawaban itu akan dijawab oleh para ahli dalam bidang yang disebut
teologi; theos dan logos, ilmu tentang hubungan manusia dan ciptaan dengan
Allah. Jawaban-jawabannya bisa sangat beragam, tergantung agama dan
kepercayaan yang mana yang memberikan jawaban. Namun setidaknya ada
beberapa kesimpulan yang mereka berikan sebagai jawaban:

- Allah ada, dan adanya Allah itu dapat dibuktikan secara rasional juga

- Allah ada, tetapi tidak dapat dibuktikan adanya tidak dapat diketahui apakah
Allah benar-benar ada

- Allah tidak ada, dan ketentuan ini dapat dibuktikan juga

Oleh karena itu filsafat berusaha membuktikan keyakinan-keyakinan manusia


itu melalui berbagai jalan; metafisika, empirisme, rasionalisme, positivisme,
spiritualisme

Anda mungkin juga menyukai