Anda di halaman 1dari 5

Materi Tuhan yang Maha Esa dan Ketuhanan

Apa yang saudara ketahui tentang Tuhan?


Kata TUHAN, yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu TUH HYANG, yang memiliki
arti roh atau dewa yang memiliki posisi tertinggi dalam khayangan atau surga. Jadi, tiap-tiap
agama penganut paham monotheisme memiliki nama untuk Tuhan. Contoh : Islam : ALLAH,
Nasrani : ALLAH (Bapa), YESUS (Putra), Roh Kudus, (Konsep Trinitas), Yahudi : Iehovah
(atau sering disebut Yehuwa, Yahweh, Jehovah).

Hindu dengan konsep ketuhanan Parabrahman yaitu Syiwa, Wisnu, dan Brahma; Buddha
yang menyebut Tuhan sebagai, "Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam" (Suatu Yang
Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak)

Menurut Swinburne R.G (1995) dalam bukunya yang berjudul "God". Tuhan dipahami
sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan.

Heuken, Adolf (1976), Ensiklopedi Populer Gereja) Arti kata Tuhan ada hubungannya
dengan kata Melayu tuan yang berarti atasan/penguasa/pemilik.

Sementara, apa itu Tuhan yang maha esa? Menurut KBBI kata "Esa" berarti tunggal
atau satu. Kata "Allah" memiliki arti Tuhan sedangkan "Maha" berarti sangat.
Jadi, Allah Maha Esa artinya Allah merupakan Tuhan satu satunya dan tidak ada sekutu
baginya

Ada berbagai konsep mengenai ketuhanan, antara lain meliputi teisme, deisme, panteisme, dan
lain-lain.

1. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian
di alam semesta.
2. Dalam pandangan deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, tetapi tidak ikut
campur dalam kejadian di alam semesta.
3. Sementara, menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri

A. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

a. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang
bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama itu sendiri
dikenal yang namanya teori evolusionisme,
Apa itu teori evolusionisme? Teori evolusionisme adalah suatu teori yang menyatakan
adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan
oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens.

Sementara, proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme


adalah sebagai berikut:
Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang
berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada
benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada
pula yang berpengaruh negatif.
Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana
(Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat
dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang
misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.

Animisme
Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda
yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai
sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu
yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila kebutuhannya dipenuhi.
Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut,
manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah
salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh

Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena
terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian
disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada
dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yangmembidangi masalah air, ada yang
membidangi angin dan lain sebagainya.

Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh
karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai
kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif
(tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia
masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut
dengan henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).

Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam
monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk
monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme,
dan teisme.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max


Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya
monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya
rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan
pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka
berikan kepada wujud yang lain.

Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan


evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai
menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama.

Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan
relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-
macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan
didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan
monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993:26- 27).

Setiap warga negara mempunyai kebebasan untuk memeluk agama mana sesuai dengan
UUD 1945 pasal 28 E ayat 1. Setiap agama menyembah dan mempercayai ajaran yang
dituangkan dalam kitab suci. Nah, kita akan belajar untuk mengenal sosok Tuhan dalam
pandangan 6 agama di Indonesia,.

1. Pandangan Tuhan dalam Agama Islam


Menurut ajaran agama Islam, Tuhan dinamakan sebagai Allah SWT dan diyakini
sebagai Dzat Maha Tinggi yang nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha
Tahu, Yang Abadi, Penenetu Takdir dan Hakim untuk alam semesta. Kata Allah
dalam Al Quran merupakan sebutan khusus dan tidak dipunyai oleh kata lain selain-
Nya karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang berhak menyandang nama tersebut.

Keesaan Allah bisa dibuktikan dengan tiga bagian pokok, yaitu kenyataan wujud
yang tampak, rasa yang ada dalam jiwa manusia, dan dalil-dalil logika. Kenyataan
wujud yang terlihat Al Quran memakai seluruh wujud bukti, terlebih keberadaan
alam semesta dengan segala isinya.
2. Pandangan Tuhan dalam Agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik
Dalam agama Kristen konsep ketuhanan terdapat dalam Trinitas, yaitu Allah Bapa,
Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Yang mana Yesus Kristus dipandang sebagai
Tuhan karena dipercaya bahwa Yesus merupakan Firman yang sudah jadi manusia
(Yohanes 1:1). Konsep ketuhanan kedua agama ini sebenarnya sama, tapi agama
Katolik masih menghormati dan menjunjung tinggi Santo dan Santa (Orang Suci).

Dalam Alkitab ada dalam Ulangan 6:4 “Dengarlah, hai orang Israel; Tuhan itu Allah
kita, Tuhan itu esa!” Kemudian ada disebutkan juga dalam II Samuel 7:22 “Sebab
itu Engkau besar, ya Tuhan ALLAH, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan
tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga
kami.

3. Pandangan Tuhan dalam Agama Hindu

Tuhan dalam agama Hindu dikatakan sebagai Brahman dan Sang Hyang Widhi.
Selain itu, pada dasarnya ketuhanan dalam agama Hindu adalah kepada Tuhan Yang
Esa. Akan tetapi, sistem ketuhanannya terkoordinasi pada konsep Trimurti. Trimurti
sendiri terbagi atas tiga sifat, yaitu Brahman, Wisnu, dan Siwa. Dewa-dewa
kemudian digambarkan dalam bentuk jelas dengan tujuan untuk penyembahan.

Banyak masyarakat yang tidak menganut agama Hindu mengatakan bahwa agama
Hindu mempunyai banyak Tuhan, bahkan tidak sedikit pula yang mengatakan bahwa
Hindu adalah agama politerisme

4. Pandangan Tuhan dalam Agama Buddha

konsep ketuhanan YME dalam agama Buddha berbeda dengan konsep ketuhanan
dalam agama lain, terlebih untuk agama samawi (Abrahamic religions). Di dalam
kitab Sutta Pitaka, Udana VII, diterangkan bahwa Tuhan dalam bahasa Pali
merupakan Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam. Subjek yang dipandang
sebagai Tuhan sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan, tapi
keadaan-Nya Maha Mutlak.

Konsep ketuhanannya lebih bersifat nonteistik, yaitu tidak menekankan keberadaaan


Tuhan Sang Pecipta atau tergantung pada-Nya, namun bagaimana mengejewantakan
sifat buddhisme. Untuk agama ini, tujuan akhir hidup manusia hanya untuk
mencapai Kebudhaan (annutara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati di mana
batin manusia tak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir.
5. Pandangan Tuhan dalam Agama Konghucu

konsep ketuhanan dalam agama Konghucu tidak bisa diperkirakan dan ditetapkan.
Dalam Yijing diterangkan bahwa Tuhan adalah Maha Sempurna dan Maha Pencipta
(Yuan); Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng); Maha Pemurah,
Maha Pemberi Rahmat, dan Maha Adil (Li); dan Maha Abadi Hukumnya (Zhen).
Selain itu, ada kata lain yang berhubungan dengan agama Konghucu yaitu Thian Li
dan Thian Ming. Thian Li merupakan hukum-hukum atau peraturan yang berasal
dari Thian (firman Tuhan). Sementara itu, Thian Ming merupakan sesuatu yang
sudah dijadikan atau yang sudah terjadi.\

Referensi:

1. swinburne, R.G. (1995), "God", dalam Honderich, Ted, The Oxford Companion to Philosophy, Oxford:
Oxford University Press
2. Heuken, Adolf (1976), Ensiklopedi Populer Gereja
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan". Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik
Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-27. Diakses tanggal 2013-08-15.
4. Assmann, Jan (2005), Religion and Cultural Memory: Ten Studies, hlm. 59

Anda mungkin juga menyukai