Anda di halaman 1dari 98

BAB I

                                      T U H A N                                       

1. LATAR BELAKANG MASALAH


a. Setiap orang pasti butuh kekuatan
b. Setiap orang pasti butuh pertolongan
c. Setiap orang pasti memiliki keterbatasan
d. Diatas keterbatasan ada kekuatan yang tak terbatas
e. Kekuatan yang tak terbatas itu adalah gaib atau ilahi, TUHAN
f. Dari seluruh agama yang ada, maka nama TUHAN itu juga berbeda-beda sebutan-Nya
g. Ada banyak kelompok atau komunitas yang sampai sekarang belum mengakui keberadaan
Tuhan, ada kepercayaann leluhur di tanak Batak (Parmalim) dan ada juga yang atheis, fungsi
Tuhan dalam berbagai agama-agama memiliki kedudukan yang sama dan juga perbedaan,
tergantung aturan agama masing-masing atau dogma.

 Hampir semua  orang yang mengakui bahwa Tuhan atau Allah itu ada, mempercayai
keberadaanNya adalah gaib. Gaib artinya tidak dapat dilihat dan diraba; tidak dapat dicium
dan dikecap dan tidak dapat didengar suaranya seperti bunyi ; tetapi keberadaanNya dan
kuasaNya dapat di alami oleh orang-orang yang percaya kepadaNya.
 Sebutan agama-agama dan bangsa-bangsa kepada Tuhan bermacam-macam, Misalnya;
agama Hindu menyebut Brahman, Sang Hyang Widhi atau Dewa; agama Budha menyebut
Sang Adi Budha, agama Islam menyebut Allah, agama Jahudi menyebut Elohim, Jahwe,
Adonai. Bangsa Junani menyebut Theos atau Kurios. Bangsa Romawi menyebut, Deo, atau
Deus, Bangsa Inggris menyebut God atau Lord. Tetapi apapun sebutanya ; Tuhan atau Allah
itu dipercayai kebenarannya adalah gaib. Pandangan tentang keberadaan dan Fungsi Tuhan
atau Allah para agama-agama terdapat perbedaan dan persamaan.
 Disadari bahwa karena keberadaan Allah yang gaib itu dapat membuat orang tidak mau
repot-repot; mereka menganggap bahwa segala sesuatu yang tidak dapat diamati dengan
indra atau akal budi, adalah sesuatu yang tidak ada; maka orang menjadi jatuh kepada
Atheisme; baik atheisme teoritis maupun atheisme praktis, mereka menganggap bahwa
keberadaan Tuhan atau Allah itu tidak ada.
 Kemudian karena adanya perbedaan dan persamaan konsep tenteng Tuhan atau  Allah pada
agama-agama maka orangpun bisa jatuh pada kepercayaan politheisme dan sinkretisme.
 Disatu pihak mahasiswa diperhadapkan pada bahaya Atheisme dengan konsep-konsep
Materialisme dan Rationalisme. Dan dipihak lain mahasiswa juga diperhadapkan pada
godaan-godaan politheisme dan synkretisme dengan pengaruh-pengaruh agama lain,
kebudayaan Rasionalisme maupun dengan Modernisme kehidupan.
 Dengan pembahasan topik ini mahasiswa dapat meninjau ulang sikap kepercayaan dan
pemahaman-pemahamannya tentang Tuhan Yang Maha Esa
 Apakah Mahasiswa konsisten dengan iman Kristiani yang benar; tentunya berdasarkan
kebenaran yang terdapat pada kitab suci, Alkitab.

2. KAJIAN MATERI
2.1.     Bentuk-Bentuk Penyembahan  Kepada Yang Gaib
Dalam konteks ilmu agama-agama, ada empat bentuk penyembahan kepada yang gaib.
a. Bentuk Theisme: yaitu penyembahan kepada Tuhan atau gaib sebagai suatu
keberadaan yang berpribadi, dan yang menyatakan diriNya dengan Wahyu kepada
orang-orang tertentu. Bentuk Theisme ini terdapat pada agama Yahudi, Kristen, Islam
dan Hindu Weda. Keberadaan Tuhan (yang gaib) itu dipercayai : berfirman, mencipta,
memelihara, membimbing, mengajar, menghukum, menyelamatkan dan memberkati
umatNya.
b. Bentuk Monisme: yaitu bentuk penyembahan kepada ilahi (yang gaib), sebagai
keberadaan yang tidak berpribadi: Esensi yang gaib itu terdapat pada alam secara
totalitas. Esensi yang gaib dipercayai identik pada alam. Bentuk monisme ini terdapat
pada Hindu Upanisad, ajaran Tao, kebatinan dan mistik. Kepercayaan ini juga disebut
pantheisme atau panentheisme. Pada bentuk monisme ini tidak pernah kita dengar
bahwa yang gaib itu : berfirman, membimbing atau menyelamatkan, dan lain-lain.
Tetapi pemeluk monisme ini percaya bahwa yang gaib itu berkuasa dan berpengaruh
kepada manusia.
c. Bentuk Non Theisme: yaitu bentuk penyembahan kepada yang gaib sebagai
kekosongan. Bagi non Theisme sebenarnya tidak ada Tuhan atau ilahi yang berpribadi.
Tidak ada ilahi yang melekat pada alam. Yang mereka sembah adalah kekosongan. Apa
yang dapat dilihat dan diraba hanyalah sesuatu yang semu atau maya. Yang kekal dan
mutlak adalah kekosongan. Bentuk penyembahan Non Theisme adalah agama Budha.
d. Bentuk Demonisme: adalah suatu bentuk penyembahan kepada kuasa gaib yang jahat.
Kuasa-kuasa gaib yang jahat itu berada di balik alam ini, yang dipimpin oleh setan.
Kuasa-kuasa gaib ini disembah untuk dapat digunakan oleh manusia. Bentuk
penyembahan ini terdapat pada praktek-praktek klenik, santet dan okultisme.

2.2. Keberadaan Tuhan atau Allah Menurut Agama-Agama Non Kristen.


2.2.1.      Agama Primitif (Agama Suku)
Menurut kepercayaan suku-suku primitif, Tuhan atau ilah itu digambarkan dalam konsep
Pantheisme dan Panentheisme.
Pantheisme artinya: paham atau kepercayaan yang menganggap bahwa ”semua yang ada
adalah ilahi. Sedangkan Panentheisme artinya bahwa : semua ada dalam ilahi. Pantheisme dan
Panentheisme dapat diberikan istilah Totalisme, yaitu paham yang menekankan keutuhan,
atrinya bahwa semua yang ada, adalah dalam satu sistem keutuhan.
Menurut suku-suku primitif dipercayai bahwa keberadaan yang ilahi itu ada dimana-
mana. Alam semesta ini penuh dengan daya-daya gaib. Daya-daya gaib itu disamakan dengan
ilah-ilah yang melekat pada alam itulah yang disembah sebagai berhala.
Suku-suku primitif mempercayai bahwa keberadaan ilah-ilah itu melekat pada pohon,
pada sungai, pada lembah, pada kuburan atau pada tempat-tempat lain. Keberadaan ilah-ilah itu
harus dihormati, jika tidak dihormati maka ilah-ilah itu akan mengganggu kehidupan manusia,
itu makanya suku-suku primitif sering mengadakan acara-acara penyembahan dan pemberian
sajian pada tempat-tempat yang dianggap ada penghuninya.
Sesungguhnya agama primitif tidak menyembah Tuhan Yang Maha Esa, melainkan
mempercayai dan menyembah banyak ilah (Politheisme). Atau dengan kata lain, suku-suku
primitif mempercayai keberadaan Tuhan adalah melekat pada alam.

 2.2.2.  Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Agama Hindu


Sudah kita singgung di depan bahwa agama Hindu Weda termasuk pada bentuk
Penyembahan Theisme. Pribadi yang mutlak itu wujudnya tunggal maha sempurna, memiliki
sifat-sifat sempurna, tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat, atau didengar. Tetapi keberadaan
Brahman itu meresap pada seluruh alam ; dan seluruh alam semesta adalah pancaran dari zat
Brahman. Termasuk zat inti manusia yang disebut Atman adalah berasal dari Brahman
Kalau boleh dibandingkan keberadaan seluruh makhluk hidup dengan Brahman, adalah
seperti hubungan setetes air dengan samudra raya. Setetes air zat intinya sama dengan zat inti
samudra raya : yaitu sama-sama rumus molekulnya H 2O. Demikian jugalah keberadaan
makhluk-makhluk hidup dalam alam semesta ini adalah sama zat intinya dengan zat inti  
Brahman, yaitu Atman-atman.
Atman-atman inilah yang menjelma dalam bentuk makhluk-makhluk hidup. Penjelmaan
atman ini terjadi secara berulang-ulang dan itulah yang disebut Reinkarnasi. Apabila karma
sesuatu mahluk hidup, seperti manusia, buruk, maka penjelmaan atmanya akan menjadi
siluman, tetapi jika karmanya baik maka penjelmaannya akan lebih baik dan dapat menjadi
dewa atau dewi. Dan jika sudah menjadi dewa atau dewi, maka itulah yang disebut Brahman
atau keadaan Moksa = sempurna.
Agama Hindu mempercayai ada suatu keberadaan yang mutlak yaitu Brahman, atau Sang
Hyang Widhi. Tetapi mereka juga mempercayai dan menyembah dewa-dewi sebagai ilah-ilah.
Berarti agama Hindu sebenarnya bukan monotheisme, melainkan adalah Politheisme. Ada
persamaan kepercayaan Hindu dengan agama suku-suku primitif tentang keberadaan ilah-ilah,
dewa-dewi, yang melekat atau meresap pada alam.

3. Keberadaan Tuhan atau Allah Menurut Agama Budha.


  Kepercayaan agama Budha banyak persamaannya dengan agama Hindu, misalnya :
reinkarnasi ( penjelmaan berulang-ulang ).tentang keberadaan yang sempurna di agama Hindu
disebut dewa-dewi sedangkan di agama Budha disebut bodhisatwa-bodhisatwa.
Bagi agama Budha ada sifat-sifat ke-tuhanan, yaitu :
- sifat cinta kasih (Metha) yaitu sifat yang bersih dari pikiran membenci.
- Sifat belas kasihan (Karuna) yaitu sifat suka menolong tanpa mengharapkan balasan.
(bandingkan : kasih agape)
- Sifat merasa bahagia – gembira (Mudita) yaitu sifat bebas dari iri hati melihat orang
berbahagia.
- Sifat tenang, teguh, keadaan batin yang seimbang (Upekkha) yaitu sifat pendirian yang tidak
tergoyahkan
Sifat- sifat ke-Tuhanan inilah yang dimiliki setiap umat Budha. Inti ajaran Budha ialah:
untuk memperoleh kesempurnaan. Setiap umat Budha harus berusaha menghilangkan keakuan 
(egoisme).
Menurut ajaran Budha : kesempurnaan, kebenaran, kekuatan dan kebahagiaan dapat
dirasakan, apabila manusia itu sampai pada tingkat kekosongan (sunyata). Menghilangkan
keakuan, egosme berarti berusaha mencapai keadaan kosong. Jika seseorang telah berhasil
mengosongkan dirinya, itu sama artinya dia telah mengalami kesempurnaan.
Menurut agama Budha : keberadaan Tuhan Yang Maha Esa itu yang disebut Sang Hyang
Adi Budha, adalah kekosongan itulah maka dapat dikatakan bahwa agama Budha adalah non
theisme karena mereka tidak percaya Tuhan yang mutlak, atau yang berpribadi, melainkan
keadaan yang kosong ( Nirwana ) 
4.  Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Agama Islam
   Ada tiga agama monotheisme di dunia yaitu: agama Jahudi, agama Kristen dan agama
Islam. Ketiga agama ini sama-sama mempercayai dan menyembah hanya satu Tuhan atau
Allah. Agama Islam sering menyebut dirinya sebagai agama Tauhid, artinya Agama yang
mempercayai keberadaan Allah yang Esa.
   Dalam pengakuan iman agama Islam disebut ”Aku mengaku bahwa tiada Tuhan selain
Allah (Asyyhadu anna la illaha illa’ Ilah)
   Kalimat pengakuan ini mengandung arti bahwa satu-satunya yang layak dipuja dan
disembah ialah Allah, Allah itu keberadaannya Esa, Tunggal. Allah tidak melahirkan dan tidak
dilahirkan dan tidak ada yang menyamaiNya. Bagi Islam menyebut Allah itu beranak dan
diperanakkan adalah suatu dosa besar. Ayat-ayat Al-Quran yang menyatakan keesaan Tuhan
Allah, antara lain:
     Al-Ikhlas 1-4    : ”Katakanlah : ”Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak, dan tidak diperanakkan dan tidak ada
seorang pun yang setara dengan Dia.”
       Al-Bagarah 16 :”Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa ; tiada Tuhan melainkan Dia
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".
        Al A’raaf 59     : ”Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selainya”.
Bagi Islam kepercayaan kepada Allah yang Maha Esa, adalah salah satu inti utama dalam
ajaran Islam. Setiap orang yang masuk Islam, diharuskan mengucapkan dua kalimat Pengakuan
Iman, yakni : ”Saya mengaku tidak ada Tuhan kecuali Allah dan saya mengaku bahwa
Muhammad adalah Rasul Allah”.
Kalau kita mau jujur, bahwa sesungguhnya konsep agama Islam tentang keberadaan
Tuhan atau Allah adalah hampir sama. Misalnya, tentang sifat-sifat Allah: Maha Esa, Maha
Besar, Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan lain-lain.
Tetapi khusus mengenai ajaran Tri Tunggal dalam iman Kristen sangat ditolak oleh
ajaran agama Islam. Agama Islam tidak dapat menerima keberadaan Allah yang Tritunggal.
Keberadaan Allah yang Maha Besar dan Maha Kudus mewajibkan setiap muslim tunduk, dan
sujud di hadapanNya.
Mungkin kita sering melihat saudara kita yang beragama Islam, bila sholat, mereka
selalu sujud menundukkan kepala sampai mencium tanah, itu berarti bahwa keberadaan
manusia yang hina tidak pantas berhadapan muka dengan Allah yang Maha Besar dan Maha
Kudus. Sikap sholat yang sujud menunduk adalah simbol kerendahan hati di hadapan Allah.

C.     PANDANGAN ATHEISME TENTANG  KETIDAKBENARAN TUHAN ATAU


ALLAH
1.      Pengertian Atheisme
Atheisme adalah suatu aliran berpikir/sikap yang berusaha menyangkal atau meniadakan
keberadaan Allah. Ada dua wujud Atheisme, yaitu Atheisme Teoritis dan Atheisme Praktis.
Atheisme Teoritis ialah aliran berpikir yang mengutamakan argumentasi-argumentasi teoritis-
rasional, untuk menolak dan meniadakan keberadaan Allah. Sedangkan Atheisme Praktis ialah
sikap hidup sehari-hari yang tidak nmempercayai dan tidak meyakini adanya kuasa dan
keberadaan Allah.
Di negara Indonesia Atheisme teoritis memang tidak di benarkan lagi mewujudkan diri,
karena bertentangan  dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 1 : ”Negara berdasarkan atas
keTuhanan”. Lembaga swadaya masyarakat, partai-partai dan organisasi-organisasi
kemasyarakatan tidak boleh mengajarkan atau mengembangkan teori-teori  yang menyangkal
keberadaan Tuhan. Selain UUD 1945 sebagai Hukum Dasar tertulis di negara ini, Pancasila,
khususnya sila pertama : keTuhanan Yang Maha Esa juga tidak memungkinkan atheisme
teoritis berkembang di negara ini.
Namun demikian tidak berarti bahwa penganut atheisme praktis tidak ada di Indonesia?
Sikap-sikap yang mengandalkan kecerdasan berfikir, kekuatan materi, dan kekuasaan politik
adalah merupakan wujud dan atheisme praktis. Materialisme, Hedonisme adalah bagian dari
gejala-gejala atheisme praktis.
2. Pandangan Teoritis Atheisme Tentang Keberadaan Tuhan atau Allah
a. Friedrich Nietzche   : Menyatakan bahwa ”Allah yang dipercayai oleh agama-agama itu
sudah mati”. Manusialah yang berkuasa. Alasannya : Bahwa kenyataan yang terjadi
manusialah yang mengatur kehidupan ini, manusialah yang mengendalikan dunia ini.
b. Ludwig Feuerbarh   : Mengajarkan bahwa ”Allah atau ilah-ilah yang dipercayai oleh
orang-orang beragama, hanyalah berupa keinginan hati manusia yang dipantulkan pada
layar alam semesta”. Inilah yang disebut ”Teori Proyeksi”. Feuerbach menegaskan :
sebenarnya Allah itu tidak ada; kalaupun Allah itu ada, itu hanyalah ciptaan keinginan
hati manusia itu sendiri. Manusia itulah yang menciptakan Allah
c. Sigmund Freud: Teori Proyeksi  dari Feuerbach mempengaruhi  Freud S. Freud sebagai
seorang ahli ilmu jiwa analisis, mengatakan bahwa kepercayaan itu mempunyai dasar
dalam keinginan-keinginan kejiwaan, berupa ilusi tanpa dasar dalam realitas. Freud
menggambarkan : kepercayaan terhadap Tuhan adalah gejala-gejala kejiwaan saja.
Manusia butuh seorang Bapa; yang dapat memelihara, menghibur, dan, melindungi
dirinya. Maka ciri-ciri kebapaan itu diproyeksikan pada lingkungan langit diatas. Maka
profil seperti itulah yang dikenakan kepada Tuhan, atau Allah. Jadi menurut Freud :
Tuhan atau Allah itu tidak ada, Allah itu hanyalah ilusi manusia
d. Karl Marx   : Menurut Marx, kepercayaan kepada Tuhan atau Allah , hanyalah sebagai
kompensasi atau kekecewaan, yang dialami manusia dalam alam dan masyarakat.
Penderitaan-penderitaan sosial, ekonomis dan phisik yang dialami kaum buruh dalam
masyarakat kapitalis dikompensasikan dengan mengimpikan suatu hidup setelah hidup
ini, yakni hidup bahagia dan adil. Bagi Marx, ”Tuhan  Yang Maha Kuasa” itu adalah
refleksi yang fantastik dari kedudukan  tak berkuasa rakyat terhadap alam dan keadaan
sosial ekonomi, yang diciptakan manusia itu sendiri. Agama yang mengajarkan Tuhan
Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa hanyalah  candu pembius masyarakat, agar
lupa tentang kenyataan-kenyataan hidup yang susah dan menyakitkan. Dengan kata lain
: Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Marx hanyalah semacam bius, candu.
Sesungguhnya Tuhan  atau Allah itu tidak ada.
Membaca seluruh teori-teori argumentasi pada atheis diatas, kita dapat memahami
bahwa landasan berfikir mereka adalah Materialistis, Positivisme dan Rotionalis. Mereka
membuat kemampuan berfikir itu menjadi jaminan kebenaran. Mereka tidak dapat melihat
keberadaan Allah melampaui kemampuan berfikirnya.
Para Atheis melihat kebenaran  hanya pada hal-hal yang material, hal-hal yang positif,
yang dapat diamati dengan logika dan ratio, padahal keberadaan Allah adalah tidak terbatas,
sedangkan kemampuan berfikir manusia adalah terbatas.
D.     KEBERADAAN DAN FUNGSI TUHAN YANG MAHA ESA MENURUT IMAN
KRISTEN
1.      Keberadaan Tuhan Allah
Iman Kristen adalah termasuk dalam bentuk penyembahan theisme, yang mempercayai dan
menyembah Tuhan Allah sebagai pribadi. Pribadi Tuhan Allah menyatakan diri dalam
kehidupan manusia. Pribadi Tuhan Allah yang dimaksud dengan bukan dalam bentuk zat
(thing) atau material.
Dalam kitab Yohanes 4 : 24 ditegaskan bahwa: ”Allah itu Roh, dan barang siapa menyembah
Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.” berarti : pribadi Tuhan Allah yang
disembah menurut iman Kristen adalah pribadi Roh.
Bagaimana kita berhubungan dengan Roh itu ?
Jika kita berhubungan dengan Allah Roh, maka kita harus menggunakan lapisan diri kita-yang
paling dalam yaitu hati atau roh kita. Menurut teori kepribadian, keberadaan manusia terdiri
dari empat lapisan, yaitu:
- Lapisan jasmani    :  berhubungan dengan material
- Lapisan perasaan   :   berhubungan dengan sikap, emosi, semangat
- Lapisan pikiran     :   berhubungan dengan konsep teori
- Lapisan hati-roh    :   bahagian diri kita yang kita pakai didalam berhubungan dengan
hal-hal gaib, roh.
Hati atau roh kitalah yang kita gunakan dalam berhubungan dengan Allah Roh. Jika
seseorang belum menggunakan hati atau rohnya untuk berhubungan dengan Allah, maka dia
tidak akan bertemu.
Menurut  Alkitab dapat kita baca bahwa orang-orang percaya dapat berhubungan
dengan pribadi Allah Roh itu, hannyalah dengan pernyataan Allah sendiri. Allah yang lebih
dahulu menyatakan diri dan memperkenalkan diriNya kepada manusia.
Misalnya :
-                Allah Menyatakan diri Kepada Adam. (Kej. 1 : 29)
-                Allah menyatakan diri kepada Abraham (Kej. 12:1)
-                Allah menyatakan diri pada Musa (Kel. 3 : 6)
Dari beberapa contoh diatas, dijelaskan bahwa Allah Roh itu dapat dialami oleh manusia
hanya melalui pernyataan Allah sendiri. Keberadaan Allah Roh itu adalah bebas, artinya:
Hakekat dan keberadaanNya tidak dapat dibatasi oleh pikiran dan kemauan manusia. Hal ini 
sudah dinyatakan kepada Musa, dalam Kelurahan 3: 14                          ”Firman Allah kepada
Musa; Aku adalah Aku, lagi  FirmanNya : Beginilah kau katakan kepada Israel, Akulah Aku,
telah mengutus aku kepadamu”
2.      Fungsi Tuhan Allah
Kita sudah membahas di depan, Atheisme berpendapat bahwa tidak ada Allah. Tidak
ada fungsi Allah dalam kehidupan. Manusialah pusat segala kegiatan, Allah sudah mati, Allah
itu hanya ciptaan manusia.
Tetapi iman Kristen berkata : Tuhan Allah adalah Pencipta segala-galanya. Tuhan
Allah adalah pemelihara kehidupan. Tuhan Allah adalah Pelindung Kehidupan Tuhan Allah
adalah Penghukum Kehidupan. Tuhan Allah adalah Pembebas Kehidupan.
Pemazmur Salomo dengan indah menggambarkan fungsi Allah dalam kehidupan
sebagai berikut : ”Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang
membangunnya. Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
Sia-sialah orang dengan jerih payahnya, sebab Ia memberikan kepada yang dicintai pada waktu
tidur.”  (Mazmur 127 : 1-5).
Dari keseluruhan refreksi pemazmur ini dapat  diambil kesimpulan bahwa Allah
berfungsi sebagai pemberi jaminan kehidupan dan kebahagiaan bagi setiap orang yang percaya
kepadaNya. Manusia memang harus berusaha dalam kehidupan tetapi kuasa dan anugerah
Allah yang memberi kebahaggiaan sejati.
3.      Mengenal Allah di dalam Yesus Kristus
Memahami keberadaan dan fungsi Allah menurut iman Kristen harus mengacu pada
sumber ajaran Kristiani yaitu Kitab Perjanjian  Lama dan Kitab Perjanjian Baru. Apabila kita
membaca Kitab Perjanjian Lama maka kita mengetahui keberadaan Allah itu adalah Allah yang
jauh (Deus Transendensius).
Tetapi dalam Kitab Perjanjian Baru, Allah jauh itu sudah menjadi Allah yang dekat,
Allah yang berada di tengah-tengah kita (Deus Immanensius) ”Allah beserta kita.(Matius 1 : 2.
Esensi keberadaan Allah adalah Firman yang sudah ada pada mulanya. KeberadaanNya
kemudian menjadi manusia, dan telah berada di tengah-tengah manusia. Allah telah berfungsi
dan berelasi dengan kehidupan manusia yaitu dengan perwujudan kemuliaan, kasih karunia dan
kebenaran. (Yohanes 1:1-2,14).
Yesus Kristuslah wujud Allah yang telah menjadi manusia. Keberadaan Allah yang
tidak terbatas dapat dilihat dan dimengerti hanya di dalam Yesus Kristus. Yesus sendiri sudah
mengatakan bahwa Dialah yang menyatakan nama Allah kepada semua orang. (Yohanes 17 :
6).
Malahan kepada murid-muridnya, Yesus menegaskan bahwa Dialah jalan dan kebenaran
dan hidup; tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Dia (Yesus).
Siapa yang telah mengenal Yesus maka dia telah mengenal Allah Bapa.” (Yohanes 14 : 6-7).
Yesus berkata;” Barangsiapa yang telah melihat aku, ia telah melihat Bapa. Aku di dalam Bapa
dan Bapa di dalam Aku. (Yohanes 14 : 9-10).
III.  Pokok-Pokok Pikiran Kristiani tentang Materi Kajian
1.         Menurut iman Kristen keberadaan Tuhan itu adalah Roh. Dan barang siapa yang
menyembahNya, haruslah menyembahNya dalam roh dan kebenaran.
2.         Keberadaan dan fungsi Tuhan Allah menurut iman Kristen hanya dapat dikenal di dalam
profil Yesus Kristus  seperti disaksikan Alkitab.
3.         Iman Kristen menolak pandangan Atheisme yang menyangkal kebenaran Allah karena
Atheisme membuat kemampuan, berfikir sebagai jaminan kebenaran, pada hal kemampuan
berfikir manusia terbatas.
4.         Iman Kristen juga menolak kepercayaan politheisme dan synkritisme, karena keduanya
bertentangan dengan hukum Tuhan yang pertama.
VI. Latihan
1.      Tuliskan pengalamanmu secara pribadi tentang keberadaan Tuhan, dalam hidup sehari-hari.
2.      Tuliskan tiga bentuk politheisme yang sering terjadi dalam masyarakat. Jelaskan apa
alasanmu menganggap itu politheisme.
3.      Tuliskan satu contoh perilaku orang yang menganut atheisme praktis
4.      Cari beberapa ( ayat) Alkitab  yang membuktikan bahwa hanya di dalam Yesus Kristus kita
mengenal Allah.

                               
BAB II
MANUSIA

I. Latar Belakang Masalah


1.      Konsep kita tentang manusia akan mempengaruhi sikap, perilaku dan tindakan-tindakan kita
dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa sering terjadi perbedaan-perbedan sikap, perilaku dalam
kehidupan sehari-hari, itu selalu ada hubungannya dengan pemahaman tentang siapa dan
bagaimana dia. Pemahaman tentang hakekat manusia menjadi landasan sikap hidup seseorang
dalam berperilaku dan bertindak. Misalnya : seorang penganut paham materialisme yang
berpikir bahwa manusia itu adalah berasal dari materi dan hidup karena materi maka dia akan
selalu bersikap mengutamakan materi, kemudian perilaku dan tindakan-tindakannya cenderung
materialistis.
2.      Mahasiswa yang diperhadapkan dengan berbagai konsep sekuler tentang siapa dan
bagaimanakah manusia itu, perlu meninjau kembali permahamannya tentang siapakah dirinya;
dan bagaimanakah dia seharusnya menurut iman Kristen.
3.      Pembahasan topik manusia ini sangat penting dan urgen dalam kehidupan modern sehingga,
mahasiswa dapat memperbaharui komitmennya untuk hidup lebih kristiani lagi.
II. KAJIAN MATERI
A. Hakekat Manusia
            Membicarakan hakekat manusia sama dengan mempertanyakan apa, siapa dan
bagaimana manusia itu. Hal manusia menjadi salah satu pokok penting dalam memahami arti
kehidupannya itu, disamping  tentang Allah dan tentang dunia.
            Terjadinya perbedaan sikap dan perbuatan dalam kehidupan, berdasar pada perbedaan
pemahaman tentang manusia juga. Sebelum kita membahas hakekat manusia menurut Iman
Kristen, terlebih dahulu pandangan-pandangan non Kristen dibicarakan. Pandangan-
pangdangan ini menjadi bandingan bagi kita untuk memahami iman Kristen lebih dalam.
1. Manusia menurut filsafat sekuler
Beberapa aliran filsafat sekuler yang diketengahkan ialah : Materialisme, Atheisme, dan
Komunisme.
a) Menurut Matelialisme : manusia pada hakekatnya adalah materi ; inti ajaran materialisme ialah; 
bahwa segala sesuatu berasal dari materi, oleh materi dan untuk materi. Manusia itu tidak lebih
dari apa yang dimakannya. Kuburan adalah akhir kehidupan  manusia. Nilai manusia diukur
dengan nilai materinya. Sadar atau tidak sadar sesungguhnya pandangan ini justru
merendahkan hakekat manusia itu sendiri
b) Aliran Atheisme sebaliknya mengangkat hakekat manusia sama dengan ilah.
Ludwig Feurbach (1804-1972) mengatakan : “Manusia adalah awal, pertengahan dan akhir dari
pada religi”. Setiap bagian ajaran agama adalah usaha untuk mengobjekkan sesuatu keinginan
manusia, termasuk Allah;  bagi Atheisme Allah itu sesungguhnya keinginan manusia itu
sendiri. Inilah yang disebut “Theori Proyeksi”.
Menurut teori ini, Allah dan ilah-ilah dianggap sebagai keinginan-keinginan hati manusia yang
diproyeksikan pada layar alam sementara.
Verkuyl memberii komentar tentang teori ini:
Sebenarnya teori ini mencoba menurunkan Allah dari TahtaNya, lalu mendewakan manusia
dan mengangkat manusia ke atas “tahta” sebagai gantiNya.
Menuut Feurbach “Allah” identik dengan manusia dan kemudian ia membuat manusia itu
menjadi suatu “Allah”
c) Ajaran Komunisme, menitikberatkan hakekat manusia pada kepentingan sosial ekonomi.
Hakekat hidup manusia ialah kerja. Dan seluruh kerja manusia diarahkan pada produksi yang
bersifat ekonomi. Segala sesuatu yang tidak bernilai ekonomi tidak layak hidup.
2. Manusia menurut agama-agama Non Kristen
a) Agama Primitif (Agama Suku)
Menurut agama primitif secara umum, bahwa manusia dan dunia dipandang dalam suatu
kesatuan yang utuh (totalisme). Manusia dan sukunya dianggap sebagai dunia kecil (mikro
kosmos) sedangkan alam semesta dianggap sebagai dunia besar (makro kosmos). Manusia
primitif melihat dunia bukan sebagai objek, melainkan memandang dirinya sebagai salah satu
subjek dari banyak subjek yang membentuk dunia ini, artinya manusia itu dipandang sebagai
bagian dari dunia.
Menurut konsep totalisme primitive, hubungan manusia sebagai mikro kosmos bukan
seperti hubungan subjek dengan objek, melainkan sebagai hubungan sesama subjek. Yang perlu
dipelihara dalam hubungan sesama subjek itu ialah agar terpelihara ketertiban dan
keseimbangan kosmos. Jika terjadi suatu bencana, bahaya, hama atau peristiwa-peristiwa yang
tidak diingini, maka hal itu adalah disebabkan karena adanya gangguan terhadap tata tertib
kosmos.
Manusia menurut agama primitive, bertanggung jawab kepada alam, dengan cara ikut
memelihara ketertiban dan keharmonisan dalam alam. Di pihak lain juga, orang primitif
memandang dunia ini penuh dengan daya-daya gaib (Dinamisme); adanya roh-roh yang
mendiami tempat-tempat tertentu, (Animisme)
Manusia dapat memperoleh dan berhubungan dengan daya-daya gaib dab roh-roh itu,
kemudian dapat juga mempergunakan daya-daya gaib itu untuk kepentingannya.
Disatu pihak manusia primitif takut terhadap daya-daya gaib dan roh-roh itu, tetapi di
pihak lain mereka berusaha menguasai dan mempergunakannya.
Catatan : Manusia primitif tidak bertanggung jawab kepada Allah melainkan kepada alam
semesta.

b) Agama Hindu
Menurut ajaran agama Hindu, manusia itu sendiri dari tiga unsur yakni: Atman. Jiwa dan
Angga. Jika manusia itu diperumpamakan seperti sebuah mobil, maka Atman adalah
penggeraknya, Jiwa adalah pengendalinya dan Angga adalah kerangkanya. Jiwa dan Angga itu
sifatnya fana, hancur pada saat manusia itu mati . tetapi Atman adalah bagian inti dari manusia,
dan sifatnya kekal.
Atman adalah berasal dari Brahman. Brahman ialah yang mutlak dan yang sempurna.
Jika manusia mati maka atmannya pun menjelma pada bentuk-bentuk yang lain, sesuai dengan
karmanya.
Atman itulah yang lahir berulang-ulang (re-inkarnasi). Apabila atman itu telah bersatu
dengan Brahman maka itulah yang disebut suasana Moksa, saat itulah lenyap segala perbedaan.
Manusia itu memperoleh kesempurnaan. Moksa adalah tujuan hidup.
Status/ keberadaan manusia (atman, jiwa, angga) ditentukan oleh karma  seseorang itu.
Apabila karmanya baik maka status keberadaannya semakin tinggi dan terhormat, tetapi apabila
karmanya jelek, maka status keberadaannya semakin rendah.
Karma artinya perbuatan-perbuatan yang dilakukan sesuai dengan darma. Darma artinya :
ajaran-ajaran agama dan hukum-hukum yang terdapat pada kitab suci.
Catatan : Agama Hindu tidak mengenal Allah sebagai pencipta, tidak mengenal perbatasan
antara Allah dan ciptaan.
c) Agama Budha
Menurut agama Budha, manusia adalah suatu : “Nama-Rupa”, artinya ia terdiri dari
“nama” (roh) dan “rupa” (tubuh). Di dalam kehidupannya psychophysis “Nama-Rupa” ini
bekerja dengan mempergunakan perasaan, pengertian, kesadaran, assosiasi dan lain-lain
(Skanda).
Tetapi “Nama-Rupa” yang disebut manusia itu tidak mempunyai kepribadian. Ia adalah
a-natta (tanpa jiwa). Manusia itu bukanlah suatu “kenyataan” yang tetap.
Segala perkataan dan perbuatan manusia akan binasa. Manusia itu dapat mengerti bahwa
seluruh kehidupan ini adalah sia-sia dan tidak mempunyai kehidupan sebagai pribadi, hanya
dengan cara : memahami dan menuruti Dharma. Jika manusia itu menuruti Dharma, maka dia
akan terlepas dari persangkaan tentang kehidupan sebagai pribadi. Dharma artinya norma,
hukum keadilan, tata tertib semester alam.
Hidup manusia itu menjadi binasa adalah karena nafsu. Selama nafsu (tanha) masih
dimiliki manusia itu maka dia tidak akan sampai kepada kebebasan, kesempurnaan. Menurut
ajaran agama Budha, agar manusia sampai kepada kesempurnaan (nirwana), maka dia harus
menghilangkan hawa nafsu dan egoisme.
d) Agama Islam
Terjadinya manusia menurut ajaran agama Islam dapat diuraikan sebagai berikut:
manusia pertama (Adam) diciptakan langsung dari tanah. Keturunan manusia pertama
diciptakan melalui proses dari saripati air yang hina. Sehingga memperoleh bentuk yang
sempurna .
Sura 32 ayat 7-9 : “yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan
yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari
sari pati air yang hina (air mani). Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam
tubuhnya roh ciptaannya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hari ;
tetapi kamu sedikit bersyukur.
Jelas sekali bahwa ajaran Islam menegaskan tentang konsep penciptaan ; Hakekat
manusia adalah berasal dari ciptaan Allah. Hidup menurut Islam bukan hanya kehidupan
duniawi, tetapi berkelanjutan sampai kehidupan akhirat (ukhrawi).
 Hidup di dunia adalah sebagai masa bakti. Manusia disebut “abdi” artinya hamba. Di
tangan Allah, manusia bagaikan  suatu alat yang dipergunakan Allah. Sikap muslim yang
tunduk sujud pada saat sholat, adalah  menggambarkan posisi manusia sebagai hamba yang
tidak layak berhadapan dengan Allah yang Mahabesar.
Disatu pihak posisi manusia adalah sebagai hamba yang rendah dihadapan Allah, tetapi
dipihak lain amal dan perbuatan manusia (perbuatan baik) akan diperhitungkan sebagai pahala.
Apa yang dipetik di akhirat adalah hasil tanaman di dunia, amal baik akan berbalas baik, amal,
buruk akan berbalas buruk. Menurut Islam ada lima tahap yang dialami oleh manusia dari awal
kejadiannya sampai dengan tempat akhirnya, yakni:
Pertama Alam roh      : ialah suatu alam yang tidak  diberitahukan letaknya dan susunannya
oleh Allah. Seperti dikatakan dalam Quran : “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh,
katakanlah roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan, melainkan
sedikit”. (Al-Ismo) (S.17:85).
Kedua Alam Arhaam : ialah alam kandungan dalam rahim ibu. ”Dialah yang membentuk
kamu dalam rahim sebagaimana dikehendakinya      (Ali Imran ayat 6).
Ketiga Alam Dunia     : yaitu alam yang dialami manusia setelah dia dilahirkan oleh ibunya.
Keempat Alam Barzah            : yaitu alam diseberang kuburan, setelah manusia meninggalkan
alam fana. Alam ini merupakan awal dari alam akhirat. Alam barzah disebut juga dengan alam-
kubur, ini gaib seperti alam roh.
Kelima Alam  Akhirat : yang disebut juga alam baka. Artinya alam terakhir yang abadi, tiada
berkesudahan. Apa yang diperoleh di akhirat adalah balasan dari apa yang dilakukan manusia
di dunia; Amal baik berbalas baik, amal buruk berbalas buruk.
Satu lagi pandangan Islam yang penting tentang manusia ialah: Bahwa manusia yang baru lahir
adalah suci, bersih dari dosa, tidak mengetahui apa-apa. Surat Al-Nahl ayat 78 mengatakan :
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dengan tidak mengetahui sesuatu apapun,
kemudian Dia jadikan buatmu, pendengaran dan penglihatan dari hati yang bersyukur
kepadaNya”
Dalam suatu hadist Nabi Muhammad menjelaskan bahwa pengaruh orangtualah yang
utama meletakkan dasar kepribadian anak itu.

Catatan: Dalam agama Islam, usaha manusia melalui amal yang baik dapat memperoleh
keselamatan. Konsep dosa warisan tidak diterima oleh Islam. Manusia berdosa ialah karena
manusia itu sendiri melanggar hukum Allah, Apabila manusia tidak melanggar hukum Allah,
maka manusia tidak berdosa, itu maka seorang anak baru lahir dianggap bersih dari dosa,
karena seorang bayi belum tahu apa-apa.
3.  Hakekat Manusia menurut Iman Kristen
a) Dari manakah sumber kehidupan manusia?
Ahli ilmu Alamiah Dasar berkata bahwa : “Sumber kehidupan ialah berasal dari
kehidupan sebelumnya”.
Kemudian kalau ditanya lagi : “Dari manakah sumber kehidupan yang pertama”? Ahli
evolusi biologis menjawab, “Dari binatang satu sel”. Dan apabila ditanya lagi : “dari mana asal
binatang satu sel”? maka mereka akan menjawab, hal itu terjadi secara kebetulan.
Baik Ilmu alamiah dasar, maupun teori evolusi bialogis tidak dapat menjawab
pertanyaan : Dari manakah sumber kehidupan : mereka hanya dapat menguraikan dan
menjelaskan tentang proses terjadinya kehidupan. Termasuk mengenai asal kehidupan manusia.
Verkuyl mencatat pandangan evolusi biologis tentang manusia. Teori Evolusi-Biologis
menganggap “manusia sebagai binatang menyusui yang cerdas, yang pertumbuhannya
berlangsung menurut proses evolusi dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi”.
Berarti asal kehidupan manusia itu adalah lanjutan pertumbuhan dari makhluk yang lebih
rendah sebelumnya, yang berkembang secara evolusi-biologisnya, maka sampailah pada tingkat
status manusia yang bijaksana (homo sapiens) atau manusia sekarang (homo recons).
Menurut Iman Kristen, berdasarkan Alkitab secara tegas dikatakan bahwa asal kehidupan
adalah dari Allah. Allah yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya (kejadian 1 :
1+26-27; Kejadian 2 : 7; Johanes 1 : 3-4).
b) Manusia adalah ciptaan Allah
Dalam kitab Kejadian 1 dan 2 ; secara jelas ditegaskan bahwa manusia itu bukan berasal
dari makhluk hidup yang lebih rendah justru menurut ayat 26-27, dikatakan : “Allah
menciptakan manusia itu menurut gambar dan rupa Allah, pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi dan segala isinya. Segala sesuatu yang diciptakan adalah sangat baik adanya.
Manusia sebagai gambar dan rupa Allah diberikan kebebasan untuk memilih, namun sejalan
dengan itu Allah juga memberikan tanggung jawab kepada manusia, untuk menanti aturan yang
ditetapkan.
Lalu Tuhan Allah memberi perintah kepada manusia : “Semua pohon dalam taman ini
boleh kau makan buahnya dengan bebas tetapi pohon pengetahuan tentang baik dan jahat itu,
jangan kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakan buahnya pasti engkau mati”
(Kejadian 2:16-17).
Di satu pihak, manusia sebagai ciptaan Allah mempunyai posisi yang mulia ; karena dia
diciptakan pada akhir penciptaan dengan fungsi tertentu : oleh karena itu manusia disebut
Mahkota ciptaan. Allah memberi wewenang kepadanya untuk menguasai, mengusahai dan
memelihara ciptaan lainnya (Kejadian 1: 26 ; 2 : 15).
Tetapi di pihak lain, sebagai ciptaan Allah, manusia itu adalah rendah dihadapan Allah.
Ciptaan tidak mungkin bermegah dihadapan penciptaannya.  Makanya sikap manusia sebagai
ciptaan dihadapan Allah ialah : Bersyukur, bertanggung jawab dan rendah hati.
B. MANUSIA DAN TANGGUNG JAWABNYA
Sesuai dengan status hakiki manusia sebagai ciptaan Allah, dan gambar Allah, maka ada
beberapa tanggung jawabnya :
1. Manusia mengabdi kepada Allah
Setelah segala sesuatu diciptakan, maka Allah memberikan tugas kepada manusia yaitu :
agar manusia bertambah banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya (Kejadian 1 : 28).
Kemudian Allah menempatkannya di Taman Eden sebagai pengusaha taman itu dan pemelihara
ciptaan lainnya (Kejadian 2 : 15).
Manusia memperoleh tugas dari Allah, berarti manusia harus mengabdi ; statusnya
adalah  abdi Allah. Dunia ini menjadi tempat manusia mengabdi terhadap apa yang ditugaskan
Allah. Pelaksanaan tugas ini adalah sebagaian dari tanggung jawab manusia terhadap Allah.
2. Manusia menguasai dan mengusahai ciptaan lainnya
Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung tentang tugas manusia yang menguasai,
mengusahai dan memelihara ciptaan lainnya. Tetapi perlu dijelaskan lagi bahwa jikapun
manusia memperoleh wewenang untuk menguasai dan mengusahai ciptaan lainnya, itu tidak
berarti manusia diperbolehkan bertindak sewenang-wenang terdapat ciptaan lainnya. Manusia
tidak menjadi imperial terhadap ciptaan lain.
Manusia menguasai dan mengusahai adalah dalam rangka memelihara dan
mengembangkan ciptaan Allah. Seluruh kegiatan dan tindakan penguasaan dan pengusahaan
ciptaan lain adalah merupakan pelaksanaan amanat Tuhan Allah. Manusia harus selalu
mempertanggung jawabkan perbuatannya terhadap ciptaan lain kepada Allah.
3. Manusia Kristen menjadi garam dan terang didunia
Orang Kristen mendapat dua macam mandat dari Allah, yaitu mandat budaya dan mandat
rohani. Mandat budaya diterima semua manusia secara umum termasuk orang Kristen, tetapi
mandat rohani hanya ditunjukkan kepada orang-orang Kristen.
Mandat budaya diterima manusia pada saat penciptaan, yaitu untuk menguasai,
mengusahai dan memelihara ciptaan lain.  Sedangkan mandat rohani diterima oleh murid-murid
Yesus setelah dipanggil dan diutus pergi ke seluruh dunia.
Mandat rohani meliputi tanggung jawab agar menjadi garam dan terang dunia. Yesus
berkata kepada murid-murid atau orang Kristen : “Kamu adalah garam dan terang dunia”
(Mat.5:13-16).
Kemudian sesudah Yesus bangkit dari mati dan sebelum naik ke surga, Dia memberi
perintah Agung kepada murid-murid : “Pergilah, jadikan semua bangsa muridKu, babtiskanlah
mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan ajarkan mereka melakukan segala sesuatu
yang telah kuperintahkan kepadamu, dan ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai
akhir zaman”.
Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk (Matius 28:19-20,
Markus 16:15). Dalam konteks budaya, orang Kristen mendapat tanggung jawab yang sama
dengan manusia lain. Tetapi dalam konteks kerajaan Allah, orang Kristen memperoleh
tanggung jawab menjadi garam dan terang dunia.
Sebagai garam dan terang dunia orang Kristen berperan memberikan kualitas dan baik
ditengah-tengah dunia. Dan juga berkewajiban menunjukan sesuatu yang lebih baik kepada
dunia, sehingga dunia dapat melihat perbuatan-perbuatan  yang baik dan memuliakan Allah di
sorga. Sebagai garam dan terang, orang Kristen tidak akan menjadi perusak dan penindas
kehidupan dunia.
4. Orang Kristen turut menyelamatkan Dunia
Jika seorang Kristen menyadari dirinya sebagai ciptaan Allah dan juga sebagai makhluk
dunia yang membutuhkan ciptaan lainnya, maka tidak boleh tidak akan senantiasa memberikan
perhatiannya pada masalah dunia.
Masalah-masalah dunia yang sering mengganggu kepentingan dan kebutuhan manusia
antara lain : polusi, erosi, hama, wabah penyakit, perang, diskriminasi, kemiskinan dan lain-
lain. Terjadinya masalah-masalah ini tidak lepas dari pada tanggung jawab manusia, khususnya
orang Kristen.
Manusia sering menjadi penyebab dari kesukaran-kesukarannya sendiri. Demi
mempertahankan dan meningkatkan mutu kehidupannya, manusia terutama orang Kristen,
terpanggil dan bertanggung jawab menyelamatkan dunia sekitarnya. Arti penyelamatan yang
dimaksud ialah suatu perbaikan, penyembuhan, pembebasan dan pemeliharaan dunia sekitar
yang dibutuhkan.
Tindakan penyelamatan ini di satu pihak merupakan pemenuhan kebutuhan manusia
sendiri, tetapi dipihak lain adalah merupakan pertanggungjawaban manusia, orang Kristen
terhadap mandat yang sudah diperoleh dari Allah. Oleh karena itu orang Kristen harus
menyadari bahwa sebagai ciptaan Allah dan sebagai mandataris Allah mereka mempunyai
tanggung jawab kepada Allah ; Dan tanggung jawab itu diwujudkan sekaligus dinyatakan
dalam kehidupan sehari-hari.
C. MANUSIA DAN CIPTAAN LAIN
1. Hubungan manusia dengan ciptaan lainnya
Di satu pihak manusia mempunyai kedudukan istimewa diantara ciptaan lainnya.
Manusia disebut gambar dan rupa Allah. Manusia diberi wewenang dan tanggung jawab untukk
menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan lainnya, manusia disebut mahkota ciptaan.
Tetapi di pihak lain manusia juga terikat dengan ciptaan lainnya. Dalam riwayat penciptaan
Allah lebih dahulu menciptakan ciptaan lainnya, baru pada hari terakhir Allah menciptakan
manusia.
Mengapa manusia diciptakan setelah ciptaan lainnya? Hal ini dapat dipahami dari rencana
Allah yang bertanggung jawab ; Allah lebih dahulu menyediakan apa yang dibutuhkan
manusia, baru manusia diciptakan.
Allah telah merencanakan bahwa manusia dapat hidup jika didukung oleh ciptaan
lainnya. Memang hidup itu datangnya dari Allah, tetapi hidup itu berlanjut dengan dukungan
ciptaan-ciptaan Allah lainnya. Segera setelah manusia pertama diciptakan, Allah berfirman
kepadanya : “Lihatlah aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di
seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji itulah akan menjadi makananmu
(Kejadian 1 : 29)”.
Juga dalam sejarah manusia, dalam hubungan dengan Allah. Manusia sering
menggunakan binatang dan tumbuhan (ciptaan lain) untuk memuja Allah. Hak itu sudah di
mulai pada masa Kain dan Habel mempersembahkan hasil tumbuh-tumbuhanya dan dari hasil
ternak-ternaknya( Kejadian 4:3-4)
Yesus sendiri mengakui bahwa “roti” adalah salah satu sumber kehidupan: ada
tertulis,”manusia hidup bukan dari roti saja” (Matius 4:4 dikutip dari ulangan 8:3). Dalam doa
Bapa Kami, yang di ajarkan Yesus di katakan : “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami
secukupnya (Matius,6,11) Istilah makanan secukupnya disebut”Artos” (Bahasa Yunani) artinya
“roti”
Kalau disimak lebih mendalam bahwa roti itu adalah hasil olahan dan ciptaan lainya.
Bahan bakunya adalah terbuat dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Dengan demikian jelaslah
bahwa manusia itu tidak dapat di lepaskan dari hubunganya yang prinsipil dengan ciptaan
lainya.
2. Manusia bebas dan terikat dengan ciptaan lainnya
Dalam satu uraian tentang hubungan manusia dengan dunia ciptaan lainnya :R. Oranye
pernah menuliskan sebagai berikut : “Nisbah antara manusia dan dunia dapat di lihat dari
segi .yaitu: kebebasan dan keperluan,” Manusia dengan sikap bebasnya terhadap ciptaan lain
dengan pikiran dan tindakanya. Tetapi di pihak lain manusia terikat kepada cipataan lain.
   Orang Kristen telah memperoleh keselamatan dan kuasa dari Allah . maka di satu pihak
dia bersikap bebas terhadap dunia dan ciptaan lain, tetapi di pihak lain orang Kristen merasa
terikat dengan ciptaan lain, karena ciptaan lain merupakan keperluan dan kebutuhan hidup
dalam dunia(L. Oranye : menyebut dengan istilah keperluan , tetapi adalah lebih tepat di
katakan dengan istilah kebutuhan).
   L. Oranye mengatakan lagi bahwa : “manusia tak pernah dapat dilepaskan dari dunia,”
Yesus sendiri berkata tentang murid-muridnya,”Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil
mereka dari dunia, tetapi supaya engkau melindunginya “(mereka) dari yang jahat”. (Johannes
17:15).
3.  Manusia bertanggung jawab melestarikan lingkungan hidup
Istilah keutuhan ciptaan diartikan kelestarian hidup : ciptaan yang utuh maksudnya
adalah sama dengan lingkungan hidup yang lestari Arti lestari lebih menekankan
kesinambungan ciptaan dan lingkungan hidup : melestarikan lingkungan hidup berarti menjaga
dan memelihara kesinambungan ciptaan agar tidak menggangu lingkungan hidup manusia itu
sendiri.

a) Pengertian Lingkungan Hidup


Lingkungan hidup yang dimaksud ialah meliputi alam sekitar ciptaan lain dan manusia
lain, dan secara khusus lapisan kuasa (pemerintah yang berkuasa serta budaya). Dengan kata
lain, bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dimana manusia itu
harus berhubungan dengan itulah yang disebut lingkungan hidup.
Lingkungan hidup yang fisik dan non fisik, kehidupan manusia tidak hanya berhubungan
dengan hal-hal fisik saja, atau materi, tetapi dengan kekuasaan, dengan budaya dan perilaku
juga manusia harus berhubungan.
Lingkungan alam sekitar : yang dimaksud meliputi unsur-unsur hidup, yakni: air, udara,
tanah, api (panas). Unsur-unsur inilah yang paling mendukung kehidupan manusia. Manusia
tidak bisa lepas dari unsur-unsur ini dalam kehidupan sehari-hari.
Jika terjadi masalah pada air, udara, tanah dan api maka sekaligus menjadi masalah bagi
kehidupan manusia. Manusia bernafas dari udara, sebagian besar zat tubuh manusia didukung
oleh air, dan selain manusia hidup diatas tanah sumber makanan yang dibutuhkan setiap hari
adalah tumbuh dari tanah. Manusia juga hidup dengan suhu panas yang dibutuhkan.
Lingkungan ciptaan lain : yang dimaksudkan ciptaan lain ialah binatang dan tumbuh-
tumbuhan. Ciptaan lain ini pun tidak mungkin lepas dari kehidupan sehari-hari manusia. (Hal
ini sudah diuraikan pada nomor sebelumnya). Manusia terikat dan butuh dengan binatang dan
tumbuh-tumbuhan.
Lingkungan manusia lain (sesama) : manusia lain bukan saja orang –orang seiman, tetapi
juga orang-orang yang tidak seiman , bukan hannya orang-orang dewasa, melainkan orang-
orang yang masih kanak-kanak pun adalah manusia (sesama).
Semua lapisan dalam masyarakat adalah sesama. Manusia adalah makluk sosial, maka
secara sosiologis manusia harus berhadapan dan berhubungan dengan lapisan –lapisan tersebut.
Bagaimanapun, kehidupan manusia akan banyak di pengaruhi oleh lapisan sosial yang
bermacam-macam itu. Dan sejalan dengan itu manusia berhadapan dengan kebudayaan serta
perilaku sesama manusia yang lain.
Lingkungan kuasa, bagaimanapun manusia dalm kehidupan sehari-hari selalu berhadapan
dengan struktur, apakah itu struktur dalam keluarga: Ayah, Ibu, Kakak, Abang, Kakek dan lain
sebagainya. Struktur dalam masyarakat misalnya : Kepala Desa, Lurah, Penegak Hukum,
Tokoh Masyarakat, Tokoh agama, dan struktur dalam lapisan kerja ; misalnya : Direktur,
Kepala Kantor, Bos, Pimpinan Proyek dan sebagainya.
Semua struktur dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari kuasa. Kuasa itu berguna
dalam mengatur kehidupan bersama manusia. Pemerintah dan lapisan kuasa merupakan bagian
kebutuhan dan kewajiban manusia dalam kehidupan sehari-hari.
b) Sikap Kristen Terhadap Kelestarian Hidup
Ada dua sikap Kristen terhadap kelestarian lingkungan hidup, yaitu:
1. Kelestarian lingkungan hidup adalah kebutuhan manusia, dan melestarikan lingkungan
hidup adalah kewajiban manusia.
2. Kelestarian lingkungan hidup adalah kebutuhan manusia, memberi arti bahwa manusia
adalah bahagian dari lingkungan hidup itu. Menurut pemahaman Kristen bahwa
manusia ini pada azasinya selalu membutuhkan keharmonisan dengan lingkungannya.
Taman Eden sebagai profil lingkungan hidup yang harmonis, seimbang, selaras, dan
serasi, memberi gambaran tentang lingkungan hidup yang dibutuhkan manusia.
Allah sendiri yang menciptakan lingkungan hidup yang harmonis itu bagi manusia.
“Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu sungguh amat baik” (Kejadian 1 : 31)”.
Melestarikan lingkungan hidup sebagai kewajiban didasarkan pada Firman Allah kepada
manusia, yaitu: agar manusia, ,menguasai dan memelihara taman Eden (Kejadian 2 : 15).
Manusia yang bertanggung jawab kepada Allah ialah manusia yang patuh dan taat kepada
FirmanNya.
c) Tindakan-tindakan Yang Dapat Dilakukan Dalam Rangka Melestarikan Lingkungan Hidup
Tindakan-tindakan Kristen yang dapat dilakukan dalam rangka melestarikan lingkungan
hidup, erat hubungannya dengan Tritugas panggilan Kristen, yaitu : melayani, bersaksi dan
bersekutu.
Melayani Lingkungan Hidup ialah menyediakan diri untuk menyediakan diri untuk
membantu, menolong, mempertahankan dan meningkatkan kelestarian lingkungan hidup.
Dalam Markus 10:45 ditegaskan bahwa Yesus datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan
untuk melayani.
Maka orang Kristen juga terpanggil untuk melayani dunia lingkungannya. Orang Kristen
terpanggil memberi perhatian terhadap masalah kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.
Misalnya : adalah sangat indah bila orang Kristen turut secara spontan dan langsung
dalam program-program penghijauan, perbaikan air minum di desa-desa, turut ambil bagian
dalam gotong royong, jika terjadi bencana alam banjir, dan lain-lain. Tindakan dan aktifitas
orang Kristen yang demikian menjadi pertanda bahwa orang Kristen turut melayani
kepentingan lingkungan hidup.
Bersaksi dalam lingkungan hidup dalam arti yang meluas meliputi tindakan
menyuarakan, membela dan mempertahankan sesuatu di tengah-tengah masyarakat dengan
tujuan menjadi kesinambungan sesuatu dalam lingkungan hidup.
Orang Kristen terpanggil untuk menyuarakan, membela dan mempertahankan segala
sesuatu yang bermakna kelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup.Yesus berkata pada pesan
AgungNya : Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan
kepadamu, dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman,”(Matius28:20).
Dengan demikian orang Kristen berkedudukan aktif dalam masalah-masalah lingkungan
hidup. Sikap orang Kristen yang tidak mau tahu dan no comment terhadap masalah lingkungan
hidup adalah cenderung pada sikap yang egoistis dan masa bodoh. Dengan tindakan nyata
orang Kristen terpanggil menjadi motivator kelestarian lingkungan hidup.
Misalnya dengan buah-buah pikiran terhadap pemerintah tentang kelestarian lingkungan
hidup, dan juga turut menyampaikan serta menterjemahkan program-program kelestarian
lingkungan hidup di tengah-tengah masyarakat. Orang Kristen harus bersaksi bahwa
melestarikan lingkungan hidup adalah sebagian dari mematuhi perintah Allah.
Bersekutu dalam lingkungan Hidup
Sudah merupakan kodratnya bahwa manusia adalah makluk sosisl dan makluk
lingkungan, berarti manusia di dalam hidupnya selalu membutuhkan yang lain itu bukan hanya
sesama manusia, tetapi juga ciptaan lain, Ingat, Allah  menciptakan makluk lain bersama
manusia.
Orang Kristen pun, sebagai manusia pada hakekatnya selalu membutuhkan kehidupan
bersama dengan lingkunganya. Bersekutu dalam  lingkungan hidup berarti mampu dan bersedia
hidup bersama dengan lingkunganya. Dengan kata lain, tidak hidup secara menyendiri atau
bersikap apriori terhadap lingkunganya. Dengan sikap ini orang Kristen menunjukkan
kesadaran bahwa orang Kristen menpunyai hubungan dan kepentingan yang hakiki dengan
lingkungan.
Yesus menegaskan bahwa muridnya tidak dipisahkan dari dunia (Yoh. 17: 15-17). Murid-
murid menjadi garam dan terang dunia (Matius 5: 13-16). Tentu sebagai garam dan terang tidak
mungkin terpisah dari dunia yang digarami dan diterangi. Orang Kirsten sebagai garam dan
terang dalam lingkungan haruslah bersekutu dengan kehidupa bersama dunia.
Bersekutu dalam lingkungan berarti memlihara hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang dengan lingkungannya, karena itu merupakan tanggung jawab dan kebutuhan orang
Kristen juga. Dari kerangka Tri Tugas panggilan orang Kristen dalam lingkungan dapat
dipahami dan disadari bahwa orang Kristen adalah bagian yang integral dalam lingkungan
hidupnya.
Panggilan tidak sekedar tugas, melainkan juga sebagai keharusan untuk dapat
memperoleh kehidupan yang wajar ; baik dengan unsur alam sekitar, dengan ciptaan lain, atau
dengan sesama manusia lain termasuk dengan unsur kekuasaan dan kebudayaan yang ada.
Kemampuan dan kesediaan untuk melayani, bersaksi dan bersekutu dengan lingkungan
hendaknya dipelihara dan ditingkatkan untuk mewujudkan kehidupan yang normal dan
bahagia.
4. Peka dan Tanggap terhadap tanda-tanda zaman
Satu lagi tanggung jawab yang dapat diperlihatkan orang Kristen terhadap lingkungan
dan keutuhan ciptaan ialah peka dan tanggap terhadap segala tanda-tanda zaman. “Waspadailah
supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu”. Kata Yesus (Matius 24:4).
Yesus memberitahukan tanda-tanda zaman antara lain : kekacauan, perang, kelaparan,
gempa bumi, penipuan, penyiksaan, pembunuhan, pemalsuan, kedurhakaan, dan kasih menjadi
dingin (Matius 24 : 1-14).
Kejadian-kejadian diatas sudah berlangsung pada masa dulu dan juga pada kini. Hal itu
mengingatkan orang-orang percaya  akan penderitaan dan cobaan kehidupan. Tanda-tanda
diatas mengajak orang-orang percaya untuk peka dan tanggap.
Bagaimanapun kejadian-kejadian seperti itu menyangkut kehidupan lingkungan dan
keutuhan ciptaan. Sebagai orang Kristen adalah wajar bertanya, mengapa terjadi kekacauan,
perang, kelaparan, gempa, pembunuhan, kepalsuan dan lain-lain? Siapa yang bertanggung
jawab? Dan bagaimana menghadapinya?
Tanpa mengabaikan aspek theologis, adalah wajar bertanya secara logika. Apa hubungan
sebab akibat terjadinya hal-hal tersebut diatas? Bukankah terjadinya tanda-tanda seperti itu
disebabkan faktor manusia? Bukankah manusia yang menciptakan perang? Bukankah manusia
yang mencemarkan udara, air, tanah, dan api serta kebudayaan lainnya? Bukankah manusia
yang menggundulkan hutan secara semberono dan serakah, maka terjadi banjir, erosi,
kelaparan, gempa bumi, dan lain-lain, sehingga mengganggu kepentingan manusia?
Kepekaan dan ketanggapan orang Kristen terhadap tanda-tanda zaman, membuat sikap
mawas diri, self koreksi. Dan dengan demikian tergeraklah hati untuk turut bertanggung jawab
serta ikut mencegah dan menanggulangi terjadinya kejadian tersebut diatas.
Dr. TB. Simatupang dalam suatu ceramahnya tentang : “Tugas kenabian gereja dalam
pembangunan”, menyebutkan bahwa “orang Kristen / gereja mempunyai sikap kreatif, kritis,,
realis dan positif terhadap pembangunan. Kreatif berarti orang Kristen ikut serta dengan
pembangunan lingkungannya di segala bidang. Orang Kristen harus menyadari dirinya turut
menentukan laju dan arah pembangunan lingkungannya.
Sedangkan kritis, berarti orang Kristen harus berani memberikan sumbangan pikiran
untuk memperbaiki kesalahan dan membela serta mempertahankan kebenaran, kemudian ikut
mencari jalan keluar, bagaimana memecahkan permasalahan yang timbul. Sikap seperti diatas
membawa orang Kristen kepada peranan yang aktif dan positif sesuai dengan tugasnya sebagai
garam dan terang dunia (Matius 3 : 13-16).
5. Orang Kristen dengan masalah pencemaran dan bencana alam
Pada bagian terdahulu telah dicoba memahami dan menyadari tanggung jawab orang
Kristen terhadap masalah lingkungan hidup secara umum tetapi pada bagian ini perlu dibahas
secara khusus bagaimana sikap dan tanggung jawab orang Kristen menghadapi masalah
pencemaran dan bencana alam.
Pencemaran dan bencana alam sering menggangu dan menghancurkan kehidupan
manusia. Pencemaran yang dimaksud meliputi udara, air, tanah, dan api. Pencemaran sering
merupakan akibat dari tindakan dari perilaku manusia yang tak bertanggung jawab. Demikian
juga bencana alam, seperti banjir, erosi, hama dan wabah penyakit  orang sering diakibatkan
oleh manusia yang kurang pengetahuan, dan perbuatan manusia yang serakah dan sembrono.
M.T. Zen, seorang sarjana geologi dan geofisika (1981) menegaskan bahwa ada beberapa
tindakan manusia yang mengakibatkan malapetaka terhadap kehidupan manusia masa
berikutnya yaitu: “Kalau diteruskan lagi penyebaran lebih banyak pestisida, material radiaktif,
palastik, air selokan dan kotoran industry keperaian, juga ke udara dan ke tanah-tanah lapang”.
M.T. Zen melihat tindakan-tindakan ini akan mengakibatkan pencemaran pada unsur
udara, air dan tanah tempat manusia hidup. Akibat pencemaran ialah peracunan dan
pembinasaan terhadap makhluk tertentu. Dan ini akan menggangu keseimbangan ekologi dan
ekosistem.
Dari data yang diajukan oleh M.T. Zen (1981) bahwa dewasa ini digunakan setengah juta
bahan buatan manusia yang tidak dapat diramalkan sifat-sifat sebagian bahan tersebut. Dan
akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran dari bahan-bahan tersebut dapat mengancam dan
menghancurkan tidak kurang dari 280 jenis binatang menyusui, 350 jenis burung, dan 20.000
jenis tumbuhan.
Di satu pihak manusia membutuhkan peningkatan produktivitas dengan cara-cara bibit
unggul, pemakaian pupuk dan penyemprotan hama dan wabah penyakit dengan pestisida, serta
pencetakan lahan-lahan pertanian : tetapi di pihak lain, dengan tindakan-tindakan itu manusia
telah merangsang timbulnya masalah baru, yaitu hama yang lebih ganas, penyakit yang sulit
disembuhkan, terjadinya banjir, erosi, dan bencana lainnya. Sehingga makin lama dirasakan
prestasi pertumbuhan produktivitas bukan meningkat melainkan menurun, dan kesejahteraan
hidup makin terancam.
Dari kenyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak sama artinya dengan peningkatan kesejahteraan umat manusia. Hal ini terjadi
adalah akibat tidak adanya keseimbangan antara makhluk hidup.
Faktor utama yang mendapat perhatian ialah : Orang Kristen terpanggil untuk mencari
pemecahan, bagaimana mencegah sikap serakah, egoistis dan emosional pada manusia. Orang
Kristen sendiri bertanggung jawab menghindarkan perbuatan-perbuatan yang menjurus pada
pengrusakan keseimbangan-keseimbangan lingkungan dan keutuhan ciptaan.
Orang Kristen yang menyadari dirinya bukan hanya penakluk dan penguasa lingkungan
tetapi juga adalah pengusaha dan pemelihara lingkungan hidup (Kejadian 2 : 15 - 16). Orang
Kristen adalah abdi-abdi Allah untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup
dan keutuhan ciptaan Allah.

III. Pokok Pikiran Kristiani Tentang Materi Kajian


1.      Asal kehidupan manusia adalah dari Allah
2.      Pada saat diciptakan Allah, manusia itu sangat baik adanya, tetapi setelah berdosa, manusia
menjadi mahluk binasa, mahluk yang rusak.
3.  Sejak semula manusia menerima hak dan tanggung jawab dari Allah penciptanya
a.       Hak menikmati ciptaan lainnya dan tanggung jawab untuk menguasai, mengusahai, dan
memelihara ciptaan lainnya.
b.      Hak untuk memperoleh kasih karunia Allah dan tanggung jawab untuk mengabdi serta
memuliakan Allah dalam hidup sehari-hari.
VI. Latihan
1.   Buatlah perbandingan pandangan agama non Kristen dengan iman Kristen tentang hakekat
manusia.
2.   Daftarkan 5 poin tanggung jawab manusia menurut Iman Kristen
3.   Buatlah satu cerita contoh tentang perilaku seorang mahasiswa Kristen yang bertanggung
jawab dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
MORALITAS

I.     Latar Belakang Masalah


Berbicara tentang moralitas berarti berdiskusi tentang bagaimana menjadi baik dan
bagaimana berbuat baik. (How to be good how to do good).
Hal baik berkaitan dengan moral dan kaidah atau kitab suci yang dipakai. Menilai sesuatu itu
baik jika sesuai dengan norma. Dalam  kehidupan sehari-hari di masyarakat  ada norma dan
kaidah yang diakui secara umum. Jika seseorang ingin menjadi baik dan  ingin berbuat baik
dalam masyarakat , maka dia terlebih dahulu mengetahui norma dan kaidah yang berlaku di
masyarakat itu.
Orang Kristen yang hidup dalam masyarakat, tentu berhadapan dengan norma-norma dan
kaidah-kaidah itu ; orang Kristen kadang-kadang bertanya dalam dirinya, bagaimana harus
berbuat? Bagaimana harus berperilaku?  Orang Kristen dalam masyarakat heterogen
berhadapan dengan norma-norma adat, kebiasaan dan norma-norma agama yang berbeda-beda.
Tentunya orang Kristen harus dapat  memahami norma-norma itu, apakah bertentangan dengan
iman Kristen atau tidak.
Untuk mencegah moralitas Kristen yang tercemar maka pembahasan topik ini sangat
berguna bagi mahasiswa sehingga mahasiswa memiliki moralitas kristiani yang sesuai dengan
iman Kristen. Norma-norma adat dan agama lain dapat diterima sepanjang norma-norma itu
sesuai dengan iman Kristen.
II. Kajian Materi
A.     PENGERTIAN MORALITAS SECARA UMUM
Perkataan moralitas berasal dari kata Mos atau Mores (Bahasa Latin) yang sering diartikan:
”Kelakuan lahir seseorang” Pada hal sesungguhnya kata moral dan etika adalah dua kata yang
sama artinya. Tetapi dalam pemakaian sehari-hari kata Etika(Ethos) diartikan lebih mendalam
dari arti kata Moral. Etika tidak hanya menyinggung perbuatan-perbuatan lahir saja, Etika juga
menyinggung soal-soal kaidah dan motif-mitif perbuatan seseorang.
Kata lain yang dekat artinya dengan kata moral dan etika ialah kesusilaan, berasal dari
bahasa Sangsekerta yang artinya norma atau peraturan hidup yang baik. Dari ketiga istilah
diatas diambil kesimpulan bahwa moralitas yang kita bicarakan ialah tentang : bagaimana
menjadi baik. Dan bagaimana berbuat baik.(How to be good how to do good).
Secara umum moralitas itu dikaitkan dengan norma dan kebiasaan hidup yang diakui secara
umum. Adat-istiadat tradisi dan ajaran agama yang dominan dalam masyarakat, menjadi acuan
utama untuk menilai seseorang apakah bermoral atau tidak.
Seseorang yang tidak berperilaku sesuai adat dan kebiasaan hidup kemudian dinilai
kurang bermoral, atau tidak bermoral. Moralitas itu dinampakkan tidak hanya dalam perkataan,
tetapi juga dalam sikap, perbuatan dan  tindakan, termasuk juga cara-cara berpakaian dan
berinteraksi.

B.     SUMBER DASAR MORALITAS


Secara umum moralitas tidak dapat dipisahkan dari faktor, adaptasi, tradisi, filsafat, dan
ajaran agama yang dianut. Faktor-faktor ini membentuk seseorang menampakkan moralitasnya
dalam masyarakat.
Dalam beberapa faktor itu, tentu ada faktor yang lebih dominan, maka moralitas
seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor apa yang dominan pada dirinya. Misalnya :
seseorang yang sangat ketat pada adatnya maka moralitasnya dominan dipengaruhi adatnya.
Seseorang yang  begitu ketat mengamalkan ajaran agamanya, maka moralitasnya dipengaruhi
oleh ajaran agamanya itu. Atau seseorang yang begitu menganut suatu falsafah hidup tertentu
maka moralitasnya akan dipengaruhi falsafah hidup tertentu maka moralitasnya akan
dipengaruhi falsafah hidup tersebut.
Adat Sebagai Sumber Moralitas
Adat Batak misalnya mengajarkan : Prinsip Dalihan Na Tolu yaitu:
- Manat Mardongan tubu : artinya tidak gegabah terhadap teman satu marga (saudara)
- Elek marboru  : artinya sikap membujuk terhadap keluarga anak perempuan, atau
keluarga saudara perempuan.
- Somba marhula-hula : artinya hormat terdapat pihak keluarga istri, atau keluarga menantu
perempuan
Prinsip Dalihan Na Tolu ini merupakan ajaran adat Batak yang sangat berpengaruh pada
moralitas orang Batak dalam bermasyarakat , khususnya pada seseorang orang Batak.
Orang Batak jika bergaul dalam masyarakat, ketemu dengan ”dongan tubu” selalu
bersikap ”manat”, tidak gegabah, mereka saling menghargai dan jika bertemu dengan ”boru”
mereka bersikap ”elek” membujuk, dan jika bertemu dengan ”hula-hula”, mereka bersikap
lebih hormat ; itulah prinsip-prinsip bergaul dan berinteraksi pada masyarakat adat Batak.
Apabila ada orang Batak yang tidak mengamalkan prinsip berinteraksi seperti itu, maka
mereka akan dinilai kurang, bermoral. Adat Batak adalah salah satu sumber moralitas yang
signifikan bagi masyarakat batak.
Ada tiga faktor identitas masyarakat suku Batak yaitu : marga bahasa dan adat. Tetapi
adat Batak adalah sumber moral yang paling utama.
Kebiasaan (tradisi / sebagai sumber moralitas)
Setiap kelompok masyarakat selalu ada kebiasaan atau tradisi yang dipelihara. Anggota
masyarakat tidak boleh terlepas dari kebiasaan hidup atau tradisi yang berlaku pada masyarakat
itu. Secara khusus kita menyoroti kebiasaan dalam masyarakat suku Batak.
Misalnya :
- Kebiasaan Memberi sesuatu dengan tangan kanan bukan dengan tangan kiri, apabila seseorang
memberi sesuatu dengan tangan kiri, di harus menyatakan maaf, jika tidak maka itu tidak
sopan, atau kurang bermoral.
- Kebiasaan memberii tempat yang terhormat kepada pihak keluarga hula-hula, tulang, apabila
diadakan suatu pertemuan adat, ataupun pertemuan biasa.
- Kebiasaan mengunjungi, orang tua pada hari besar agama. Misalnya hari Natal, Tahun
Baru dan lain-lain.
Demikian juga menghindari pantangan-pantangan dalam moralitas suku Batak antara lain
: Menyebut  nama orang tua, berbicara main-main dengan mertua, inang bao, anggi boru dan
lain-lain.
Dalam moralitas suku Batak dan pantangan-pantangan yang harus dipelihara, agar tidak
melanggar kesopanan dan kehormatan.
Falsafah Hidup Sebagai Sumber Moralitas
Kadang-kadang dalam masyarakat kita menjumpai ada orang yang berperilaku berbeda
dengan orang lain. Tentu kita bertanya mengapa dia berperilaku agak berbeda dari yang lain.
Tentu kita bertanyan mengapa dia berperilaku agak berbeda dari yang lain, rupanya dia baru
pulang dari luar negeri, dia sudah lama hidup diluar negri. Dulu cara hidup nya tidak begitu,
tetapi sekarang dia sudah lain: ternyata dia menganut suatu falsafah hidup yang baru, dia
menjadi individualis, materialis, atheis atau komunis; falsafah hidup yang baru itu
mempengaruhi moralitasnya dalam kehidupanya sehari-hari.
d.  Ajaran agama sebagai sumber moralitas
Selain ajaran adat, kebiasaan hidup, dan falsafah hidup, satu lagi faktor yang
mempengaruhi moralitas adalah ajaran agama. Ajaran agama yang dipahami dengan cara
berfikir tertentu,dan sikap mental yang terbentuk sedemikian rupa akan memunculkan moralitas
umat beragama dengan cara tertentu.
Misalnya :
Orang-orang yang mengamalkan ajaran agama secara fanatis dan ekstrim, akan memunculkan
perilaku, moralitas yang fanatik ekstrim dalam masyarakat.
Orang yang mengamalkan ajaran agama secara hakiki moderat, akan memunculkan perilaku
dan moralitas yang teguh tetapi flexible.
Tetapi ada juga orang mengamalkan ajaran agamanya secara fragmatis atau kurang serius maka
akan memunculkan perilaku dan moralitas yang mengambang atau kurang konsisten.
C.  KRISIS MORAL
Yang dimaksud dengan krisis moral ialah suatu sikap dan perilaku yang bertentangan
dengan adat, kebiasaan umum, dan agama yang dianut, sikap dan perilaku itu dinampakkan
dalam kehidupan sehari-hari. Krisis moral itu cenderung sebagai pemberontakan pada norma-
norma kehidupan yang dianut. Krisis moral itu bisa terjadi pada orang per orang dan bisa juga
terjadi pada kelompok-kelompok orang dalam masyarakat.
Bentuk-bentuk krisis moral itu antara lain :
1.   Pola Hidup Yang Rusak
 Pola hidup yang rusak seperti pergaulan bebas, free seks, fornografi, pornoaksi,
materialisme, korupsi, anarkisme dan sadisme menjadi masalah moralitas yang serius dalam
masyarakat.
Pola hidup pergaulan bebas, free seks, pornografi, pornoaksi, sebernarnya tidak hanya
terjadi pada zaman modern ini, tetapi juga di zaman dahulu telah ditemukan dalam kehidupan
manusia.
Misalnya :  - Masyarakat Sodom dan Gomora ( kej. 19 : 1-8 )
                   - Masyarakat Roma ( roma 1 : 24-32 )
Pola hidup materialis dan korupsi ialah sikap hidup yang mengutamakan materi dan
keinginan duniawi. Orang menjadi materialis dan korupsi adalah berakal pada mementingkan
diri sendiri, tanpa memperhatikan orang lain. Rasul Paulus pernah mengingatkan jemaat
Kristen di Korintus agar tidak menjadi orang yang egostis.
I Korintus 8 : 15 ”Orang yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan dan orang yang
mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.(juga Keluaran 16 : 18). Sedangkan pola hidup
anarkisme dan sadisme adalah sikap hidup yang berakar pada kebiasaan-kebiasan kekerasan
dan kebencian.
Yesus pernah berkata : barang siapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang
(Matius. 26 : 25). Yesus juga mengajarkan ”aku berkata kepadamu janganlah kamu melawan
orang yang berbuat jahat padamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah
juga kepadanya pipi kirimu (Matius 5 : 39).
2. Penyalahgunaan Narkoba
Dalam dosis tertentu narkoba iru dapat digunakan untuk tujuan-tujuan positif. Misalnya :
Obat bius untuk tindakan medis, tetapi yang menjadi masalah ialah jika narkoba di
salahdunakan. Penyalahgunaan Narkoba mengakibatkan : Ketagihan; Ketergantungan;
Melumpuhkan daya kerja; Mengalami rasa senang yang palsu; Menghayal; Fly; Halusinasi;
Gemeteran; dan Kejang jika dihentikan dan nilai-nilai moral agama tidak diperdulikan.
Paulus memberii nasehat kepada jemaat Kristus di Roma (12:9) ”Hendaklah kasih  itu
jangan pura-pura jauhilah yang jahat, lakukanlah yang baik”.
Orang jatuh pada penyalahgunaan Narkoba bisa karena:
- Gaya hidup ringan
- Tidak waspada
- Coba-coba
- Mungkin karena stress dan
- Ingin melupakan masalah dan lain-lain
Yesus telah memberi peringatan kepada murid-muridNya : Lihat aku mengutus kamu
seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular, dan
tulus seperti merpati, tetapi waspadalah terhadap semua orang (Matius 1 : 16-17). Ada pepatah
yang mengatakan ”mencegah lebih baik dari pada mengobati”.
3. Fanatisme dan Ekstrimisme
Fanatisme ialah suatu sikap yang merasa diri yang paling benar, dan orang lain yang
berbeda dari dia tidak benar kemudian sikap fanatisme menimbulkan tindakan extrim yaitu
berupa :   penolakan, pelanggaran dan penghancuran kelompok lain. Tindakan-tindakan yang
dilakukan sering mengganggu kehidupan masyarakat harmonis. Fanatisme dan ekstrimisme
dapat berwujud kelompok agama, dan dapat juga berwujud kelompok suku.
Mengapa orang menjadai fanatisme dan ekstrimis? Salah satu penyebab utama ialah:
-          Pemahaman ajaran agama yang terbatas dan sempit
-          Pergaulan masyarakat yang tertutup
Yesus pernah berkata kepada murid yang fanatik: ”Barang siapa tidak melawan kamu ia
ada dipihak kamu” (Luk. 9:50) : Berbeda tidak harus berlawanan. Moralitas yang baik ialah:
”mampu menghargai perbedaan”
D.  MORALITAS KRISTEN
Secara umum moralitas Kristen didasarkan pada intisari dari seluruh hukum taurat dan
kitab para nabi yaitu : mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama manusia seperti  diri
sendiri (Mat. 22: 4-40).
Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap
akal budi, merupakan moral Kristiani yang vertikal, sedangkan mengasihi sesama seperti diri
sendiri adalah moralitas kristiani yang horizontal tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
orang Kristen. Tetapi dalam topik kajian ini moralitas horizontal mendapat tekanan utama:
a)      Tidak ada yang berbuat baik (Roma 3 : 12)
Di satu pihak manusia itu pada waktu diciptakan sangat baik adanya (Kejadian1: 30).
Tetapi setelah manusia itu berdosa, ternyata manusia tidak ada lagi yang baik. Rasul Paulus
mengutip mazmur 14 : 1-3 dan mengatakan : ”seperti ada tertulis, tidak ada  yang benar,
seorang pun tidak, tidak ada seorang pun berakal budi, Tidak ada seorang pun yang mencari
Allah, semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat
baik seorang pun tidak” ( Roma 3 : 10-15 ).
Dalam kitab nabi Mikha dikatakan sebagai berikut : ”hai manusia, telah diberitahukan
kepadamu, apa yang baik dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu, selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati dihadapan Allahmu” (Mikha 6 : 8)
Manusia dapat berbuat baik dan menjadi baik, setelah lebih dahulu mendapat perbaikan
dari Allah. Manusia menjadi baik ketika Allah memperbaiki manusia, dan manusia itu sendiri
mau diperbaiki.
b)      Orang yang baik akan berbuat baik
Kita sering menilai seseorang sebagai orang yang baik, setelah melihat perbuatan-
perbuatannya yang baik,tetapi sesungguhnya seseorang dikatakan baik bukan karena dia
berbuat baik, melainkan karena dia adalah orang yang baik maka dia mampu melakukan
perbuatan-perbuatan baik.
Yesus sendiri berkata sebagai berikut : ”karena tidak ada pohon yang baik yang
menghasilkan yang tidak baik, dan tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah
yang baik ; sebab setiap pohon dikenal karena buahnya. Karena dari semak duri orang tidak
memetik buah ara dan duri-duri tidak memetik buah anggur.
Seperti yang dikatakan Paulus...”tetapi buah roh ialah kasih, suka cita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri, jikalau kita
hidup oleh roh baiklah hidup kita juga dipimpim oleh Roh” ( galatia 5 : 22,23+25)
Moralitas Kristen tidak hanya perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan lahiriah,
melaikan hati yang mendorong perbuatan-perbuatan itu  adalah menjadi faktor utama dalam
penilaian, baik atau tidak.
c)  Mengikuti Moralitas Yesus
Jika kita menelusuri sikap dan perilaku-perilaku dan tindakan-tindakan yang dilakukan
Yesus selama dia hidup didunia, ada beberapa point yang dapat kita pedomani sebagai dasar
moralitas Kristen. Yesus dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak memerankan etika, karakter
daripada etika kepribadian, etika karakter yang dimaksud ialah sikap dan perilaku yang
mengutamakan watak yang teguh dalam jati diri yang mantap.
1. Yesus rendah hati dan kenal diri
Sebelum Yesus muncul ditengah-tengah masyarakat, Yohanes pembabtis sudah
mengatakan bahwa :”Yesus adalah lebih berkuasa daripadanya dan melepaskan tali kasutNya
pun dia tak layak” (Matius 3 : 11), tetapi ketika Yesus sendiri muncul dia minta supaya
Yohanes membabtisNya. Yohanes tidak mau, namun Yesus mendesak, dan berkata kepada
Yohanes :”Biarlah hal ini terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh
kehendak Allah; (Matius 3 : 15).
Yesus mau merendahkan diriNya dihadapan Yohanes, walaupun sebenarnya dia lebih
berkuasa daripada Yohanes. Kemudian sebelum Yesus ditangkap dia mengadakan perbuatan
simbolik, yaitu membasuh kaki murid-muridnya (Yohanes 13 : 4-5)
Selain itu, waktu dia berdoa di taman Getzemane dia minta kepada Bapa di Sorga, agar
cawan (penderitaan) itu diambil daripadaNya, namun dengan rendah hati dan kenal diri
dihadapan Bapa dia berkata : ”Bukan kehendakku, melainkan kehendakMulah yang terjadi         
( Lukas 22 : 42). Karakter kerendahan hati dan loyal pada tugas dan kenal diri, itulah contoh
moral yang diwariskan oleh Yesus kepada para muridNya.
2. Yesus menghormati posisi orang lain
Disamping kesediaan merendahkan diri dihadapan Yohanes dan dihadapan murid-
muridNya, sikap dan perbuatan Yesus, yang mau dibabtis oleh Yohanes. Juga adalah suatu
penghormatan Yesus terhadap posisi dan tugas orang lain. Yesus menghormati Yohanes
sebagai pendahuluNya.
Dan Dia berkata kepada Pilatus: ”Kerajaanku bukan dari dunia ini, jika kerajaanku dari
dunia ini, pastilah hamba-hambaKu telah melawan, supaya aku jangan diserahkan kepada orang
Yahudi,......(Johannes 28 : 36)
3. Yesus berani menyatakan kebenaran
Walaupun Yesus seorang yang rendah hati, loyal, kenal diri dari menghormati posisi
orang lain tetapi pada waktunya ; Yesus berani menyatakan kebenaran dihadapan siapa dan
kepada siapapun.
Misalnya : 
        Yesus berani mencela orang-orang Farisi. Dan Ahli-ahli taurat yang munafik. (lukas 11: 42-
47).
        Yesus berani mengkritik dan menyindir. Orang-orang yang suka dihormati. (Luka 14 : 7-11)
        Yesus berani memprotes orang menampar mukanya, walaupun hanya dengan kata-kata
(Yohanes 18 : 23) yang tegas
        Yesus berani meluruskan perkataan Pilatus tentang kuasa ; kuasa itu datangnya dari Allah
(Yohanes 19 : 10-11)
Contoh-contoh diatas memberikan bukti bahwa Yesus bukan orang yang lemah atau
orang takut kepada kuasa di dunia, tetapi dia berani menyatakan kebenaran itu kepada
siapapun, namun caranya masih dalam etika yang dapat dipertanggungjawabkan.
Etika seperti inilah juga yang diajarkan oleh Paulus kepada teman sekerjanya Timotius :
”Beritakanlah Firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya nyatakanlah apa yang
salah, tegorlah dan nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran (2 Timotius 4 : 2).
d). Moralitas Kristen juga memperhatikan sopan santun
Dalam berinteraksi dengan pihak lain, orang Kristen juga adalah perlu memperhatikan
sopan santun dan adat-istiadat yang berlaku, agar orang Kristen dapat berfungsi sebagai garam
dan terang. Rasul Paulus pernah memberikan nasihat kepada Timotius, bagaimana caranya
melayani jemaat dengan sopan santun dan adat-istiadat yang baik.
Paulus berkata : ”Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegurlah
dia sebagai Bapa, tegorlah orang-rang muda sebagai saudaramu”. Perempuan-perempuan tua
sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu, dengan penuh kemurnian
hormatilah janda-janda yang benar-benar janda (1 Timotius 5: 1-3).
Dari keseluruhan prinsip moralitas Kristen hal yang terutama ialah apa yang dikatakan
Rasul Paulus kepada jemaat Korintus :”Segala sesuatu diperolehkan, benar tetapi bukan segala
sesuatu berguna ; segala sesuatu diperolehkan benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.
Apapun yang kamu lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Kor.
10:23+31).
Moralitas Kristen harus berorientasi pada hal yang berguna, membangun dan
memuliakan Allah. Moralitas vertikal harus seimbang dengan moralitas horizontal. Mengasihi
Tuha Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap kekuatan dan
mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah merupakan dua sisi yang tidak terpisah
dalam moralitas kristiani.
III. Latihan
1. Rumuskan secara singkat apa makna moralitas secara umum [5 baris]
2. Daftarkantiga bentuk krisis moral di sekitarmu
3. Sebutkan pendapatmu ”mengapa terjadi krisis moralitas”.
4. Carilah dalam Alkitab : tiga contoh krisis moral.

IV. Kesimpulan Materi Kajian


1.     Membicarakan moralitas ialah : Berdiskusi tentang bagaimana baik dan bagaimana berbuat
baik
2.     Moralitas  Kristen harus didasarkan dan dinilai pada iman Kristen seperti disaksikan Alkitab.
3.     Adat-Istiadat, kebiasaan hidup, tradisi dan falsafah hidup, dapat menjadi sumber moralitas
Kristen, asal sesuai dengan iman Kristen berdasarkan Alkitab
4.     Moralitas Kristen berorientasi pada prinsip berguna, membangun, dan memuliakan Allah,
segala  sesuatu boleh, asal berguna, membangun dan memuliakan Allah..

V. Tes Formatif
1.    Buatlah rumusan singkat, padat dan tepat, Pebedaan pokok moralitas Kristen dan moralitas non
Kristen
2.    Buat pendapatmu, bagaimana mencegah terjadinya krisis moral pada dirimu.
BAB IV
MASYARAKAT

I. Latar Belakang Masalah


-         Umat Kristen adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Makanya jika terjadi
pergumulan dalam masyarakat tidak boleh tidak, umat Kristen harus terlibat didalamnya.
-         Tetapi kadang-kadang sebagai umat Kristen kurang menyadari posisi kehadirannya dalam
masyarakat ; di satu pihak ada umat Kristen yang bersikap ekslusif (tertutup) dalam masyarakat
dan dipihak lain ada umat Kristen bersikap terlalu melarut (menyatu) dalam masyarakat,
sehingga timbullah perilaku-perilaku umat Kristen yang fanatik ekstrim di satu pihak. Tetapi
dipihak lain timbul juga perilaku yang kehilangan jati diri kristiani dalam pergaulan
masyarakat.
-         Memang Yesus Berkata bahwa Kristen disatu pihak bukan berasal dari dunia, tetapi umat
Kristen harus hidup didunia, harus hidup dalam masyarakat (Yohanes 17 : 14-19). Umat
Kristen harus menjadi garam dan terang dalam masyarakat (Matius 5 : 13-16).
-         Topik kajian ini sangat penting untuk mencegah sikap egois dan apriori pada mahasiswa
prinsip kristiani dalam hidup bermasyarakat.
II. Kajian Materi
PENGERTIAN MASYARAKAT SECARA UMUM
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang dimaksud masyarakat adalah ”kesatuan
orang-orang yang dibangun atas unsur-unsur kesamaan”. Unsur-unsur kesamaan itu sangat
banyak macamnya.  Hendropuspito dalam buku ”Sosiologi Agama” (1983 ) membagi atas lima
macam unsur kesamaan yang dapat menciptakan kesatuan sosiologis (masyarakat).
a). Kesatuan orang-orang (masyarakat)  yang dibangun atas dasar kesamaan etnis, meliputi
persamaan darah, bahasa, daerah dan nasib yang sama. Masyarakat suku, masayarakat bangsa,
adalah contoh nyata dari kesatuan ini
b). Kesatuan orang-orang (masyarakat)  yang dibangun atas persamaan ideologi, misalnya
masyarakat liberalisme, sosialisme, sosialisme, komunisme, marhaenisme.
c). Kesatuan orang-orang (masyarakat)  yang dibangun oleh penerimaan sistem politik yang sama.
Masyarakat negara-negara kesatuan, negara-negara federasi, seperti NKRI, negara Malaysia,
Amerika Serikat dan lain-lain.
d). Kesatuan orang-orang atas dasar pragmatis yaitu atas dasar persamaan, profesi, hobby, bakat,
keilmuan, misalnya ; masyarakat (organisasi) ikatan dokter, persatuan olahraga, pecinta alam,
organisasi sarjana ilmu-ilmu tertentu.
d). Kesatuan orang-orang ( masyarakat ) yang dibangun atas kesamaan iman, keagamaan misalnya
keagamaan Kristen, masyarakat Islam, masyarakat Hindu, dan lain-lain.
Menurut Hendropuspito diantara kesatuan sosiologis ( masyarakat ) diatas, kesatuan
masyarakat karena kesamaan iman dan agamalah yang terkuat dan tertinggi. Terciptalah
masyarakat karena kesamaan iman dan agama, ternyata lebih tangguh dari jenis masyarakat
lain. Kesatuaan orang-orang karena kesamaan iman dan agama, telah melibatkan seluruh
pribadinya. Manusia selalu mencari sesamanya yang seiman.
Manusia dapat mengungkapkan (perasaan yang terdalam dan terkuat pada dirinya ). Dari
beberapa contoh jenis masyarakat di atas hal-hal yang kita garis bawahi adalah :
-          Unsur pokok dalam masyarakat adalah adanya orang-orang yang bersatu, orang-orang yang
terikat satu dengan yang lain
-          Orang-orang bersatu itu menyadari bahwa diantara mereka terdapat unsur-unsur kesamaan
-          Masyarakat bangsa Indonesia adalah masyarakat yang paling dekat dengan kehidupan kita
Namun, disamping faktor kesamaan-kesamaan tertentu yang terdapat dalam masyarakat, tidak
dapat dipungkiri juga bahwa selalu terdapat perbedaan. Perbedaan-perbedaan dalam
masyarakat tidak serta merta menjadi pendorong untuk saling mengisi dan saling melengkapi
antar orang-orang dalam kesatuan masyarakat itu.
Perbedaan-perbedaan dalam masyarakat yang perlu kita hargai misalnya :
-          perbedaan suku, bangsa, ras
-          perbedaan agama, keyakinan, aliran
-          perbedaan tingkat pendidikan, adat istiadat
-          perbedaan status sosial ekonomi
-          dan lain-lain.
Semua perbedaan-perbedaan itu dapat menjadi pendorong bagi kita untuk berbuat apa yang
terbaik bagi kehidupan bersama.
2.    Pergumulan Masyarakat Secara Umum
Jhon scott dalam artikelnya yang berjudul : kepemimpinan kristiani, pada buku : isu-isu global
(1994) menggariskan bahwa ada beberapa kategori bahaya yang mengancam dunia dan
masyarakat masa kini :
a.       kategori global, yaitu bahaya persenjataan nuklir, pelanggaran terhadap hak-hak azasi manusia,
krisis lingkungan dan energi, kepincangan ekonomi utara-selatan
b.      kategori sosial : yaitu tragedi pengangguran yang berkepanjangan, konflik dalam hubungan
indusrtial, kekerasan rasial yang tidak terduga.
c.       Kategori moral : yang meliputi kekuatan yang berusaha merongrong stabilitas perkawinan dan
kehidupan keluarga, tantangan terhadap tata susila seksual. Pergaulan bebas, aborsi sesuka hati,
narkoba, penyimpangan dan pelecehan seksual.
d.      Kategori spiritual : yaitu bahaya meluasnya materialisme sehingga hilangnya kepekaan realitas
yang transendent dan rohani. Kurangnya minat masyarakat pada soal-soal iman dan agama.
Keadaan masyarakat yang sedang diancam oleh gejala seperti diatas, tidak terlepas dari
kehidupan orang Kristen.walaupun disatu pihak dikatakan, orang Kristen itu berbeda secara
azasi dari orang-orang non Kristen dalam masyarakat tetapi dari pihak lain harus kita akui
bahwa orang Kristen adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Malahan dapat dikatakan, orang-orang Kristen sering menjadi subjek dan objek gejala-gejala
yang terjadi dalam masyarakat.
Sebagai bagian yang integral dari masyarakat, orang Kristen wajar turut bergumul
dengan masyarakat lainnya. Menurut iman Kristen bahwa dunia ini adalah satu kesatuan hidup
yang saling berkaitan ; Firman Tuhan berkata ; Dalam joh 3 : 16 ” karena demikian besar kasih
Allah akan dunia ini....demikianlah seluruh dunia adalah sasaran kasih Allah”. Yesus juga
telah berkata :” kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri ( Matius 22: 39). Pergumulan
masyarakat dunia secara global seperti ancaman nuklir, pelanggaran HAM dan lain-lain adalah
bagian dari pergumulan orang Kristen juga. Pergumulan masyarakat kategori konflik sosial
antar anggota dan kelomok masyarakat yang satu dengan yang lainnya, tindakan-tindakan
kekerasan juga menjadi bagian dari keprihatinan orang Kristen.
Apalagi ancaman-ancaman moral dan spiritual dalam masyarakat menjadi topik
pergumulan yang sangat dekat dengan wacana keimanan kristiani. Orang Kristen dengan
didasari oleh iman Alkitabiah tidak pantas membelakangi dunia dan masyarakat yang sedang
bergumul, dan mencoba cuci tangan atau tidak mau tahu terhadap persoalan-persoalan yang
terjadi, memang bisa saja orang Kristen merasa tidak pernah berbuat sesuatu yang
menimbulkan pergumulan dalam masyarakat, tetapi itu bukan alasan bagi orang untuk
berpaling dari masyarakat. Orang Kristen harus ikut bergumul dalam kehidupan masyarakat,
baik dalam sektor sektoral, regional nasional, maupun global.
3.      Prinsip Hidup Bermasyarakat Kristiani
Ada beberapa prinsip hidup bermasyarakat Kristiani yang dapat dikemukakan, sebagai
landasan sikap bertindak umat Kristen dalam masyarakat ; baik dalam konteks hidup
bermasyarakat secara lokal. Prinsip-prinsip hidup itu adalah sebagai berikut:
a. Manusia Tidak Baik Hidup Sendiri
Menurut iman Kristen, berdasarkan Alkitab bahwa pada dasarnya manusia itu
diciptakan Allah adalah sebagai makhluk bermasyarakat, makhluk yang harus berhubungan
dengan ciptaan lainnya. Sesuai dengan rancangan Allah pada mulanya, manusia itu diciptakan
harus berteman. Tuhan Allah berfirman ; Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja ”Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”.(Kejadian 2 : 18)
Maksud pernyataan ini tidak hanya dikaitkan dengan konsep hidup manusia yang
berkeluarga, yaitu : Hubungan suami-istri, tetapi juga memberi makna manusia itu harus hidup
bermasyarakat, manusia hidup membutuhkan satu dengan yang lain. Manusia tergantung
kepada manusia lain.
Menurut Alkitab, manusia menerima tugas dari Allah untuk menguasai, menguasahai
dan memelihara Taman Eden (Kejadian 2 : 15). Tugas ini tidak mungkin dilaksanakan dengan
baik, jika manusia seorang diri. Allah menyadari bahwa manusia membutuhkan teman, maka
diciptakan perempuan itu. Konsep hubungan suami-istri, kemudian berkembang menjadi
konsep keluarga beranak cucu. Allah berfirman kepada manusia : ”Beranak cuculah dan
bertambah banyak ; penuhilah bumi” (Kejadian 1 : 28) dari semula Allah sudah
memprogramkan kehidupan manusia yang bermasyarakat yaitu kehidupan kebersamaan
(Living together).
Hidup bersama dengan orang lain diarahkan pada pelaksanaan tugas yang diberikan
Allah kepada manusia. Allah yang membentuk lembaga suami-istri. Allah yang memberkati
terciptanya keluarga sebagai masyarakat inti, dan Allah juga yang telah memanggil dan
memilih umatNya, supaya menampakkan kerajaan Allah dalam dunia ini.
b. Mengasihi Sesama Seperti Diri Sendiri
Menurut Alkitab  manusia memiliki dua arah hubungan yaitu : Hubungan dengan Allah
secara vertikal dan hubungan dengan secara manusia dan alam secara horizontal. Allah sendiri
telah berkata kepada umarNya : “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan
segenap jiwamu dan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6 : 5) dan kasihilah sesamamu seperti
dirimu sendiri (Imamat 19 :18). Dan Yesus sendiri menegaskan bahwa pada kedua hukum
inilah tergantung seluruh hukum taurat dari kitab para nabi (Matius 22 : 40).
Mengasihi sesama seperti diri sendiri adalah prinsip hidup bermasyarakat yang paling
hakiki dalam iman Kristen. Mengasihi sesama seperti diri sendiri bermakna : “Menghargai
hidup manusia lain seperti menghargai hidup diri sendiri”. Jika masing-masing manusia secara
pribadi mampu menghargai orang lain, maka kehidupan bersama yang harmonis, seimbang,
selaras, dan serasi akan terwujud.
Menurut iman Kristen, setiap manusia memiliki Hak azasi dan kewajiban azasi yang
sama dalam kehidupan bermasyarakat, maka sejalan dengan itu setiap manusia harus
menerapkan hak dan kewajiban secara seimbang. Dietriech Bonhoffer pernah mengatakan
“hak atau kebebasan tanpa kewajiban adalah kekacauan, tetapi kewajiban tanpa kebebasan
adalah penindasan” ; artinya jika masing-masing manusia mengutamakan haknya, tetapi
melaksanakan kewajibannya, maka kehidupan masyarakat akan kacau, dan sebaliknya, jika
dalam kehidupan masyarakat dituntut kewajiban, tetapi tidak ada hak dan kebebasan, maka
kehidupan seperti inilah yang disebut ; penjajahan atau penindasan.
Yesus pernah berkata “Apa yang engkau kehendaki diperbuat orang lain kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka, itulah isi seluruh hukum taurat dan kitab para
nabi”. (Matius 7 12). Mengasihi sesama seperti diri sendiri tidak hanya menyangkut sesama
teman, tetapi juga sesama manusia yang memusihi dan menganiaya kita. Yesus berkata :
“Kasihilah musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5 : 44).
Dalam konteks bermasyarakat, orang Kristen berkewajiban mengahargai hidup manusia
lain, termasuk orang-orang yang menjadi sendiri, bukan berarti menyetujui perbuatan-
perbuatan dan perilaku yang tidak benar, tetapi maksudnya menjauhkan diri sikap dan
tindakan-tindakan yang merusak kehidupan orang lain. Mengasihi sesama seperti diri sendiri
meliputi : sikap membela kebenaran, menghormati hak-hak azasi manusia lain, menegor apa
yang salah dan menolak tindakan dan perbuatan-perbuatan kekerasan.
c. Jadilah Garam Dan Terang Dalam Masyarakat
Orang Kristen yang merupakan bagian integral dalam kehidupan masyarakat mendapat
fungsi yang sangat khas. Fungsi itu ialah menjadi ”Garam dan Terang”. Yesus berkata :
”Kamu adalah garam dan terang dunia”.(Matius 5 :1-16).
Menjadi garam berarti : ”Orang Kristen berguna untuk menjadi kebutuhan pokok dalam
masyarakat: Orang Kristen menjadi disukai oleh masyarakat” (Kisah 2 : 4) menjadi garam
juga berarti orang Kristen berguna untuk memberi nilai tambah meningkatkan kualitas
kehidupan dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai garam orang Kristen harus melarutkan diri dalam kehidupan masyarakat. Orang
Kristen harus bergaul dalam masyarakat. Konsekwensi melarutkan dalam masyarakat seperti
garam, bisa saja kehilangan existensi diri, tetapi tidak dengan esensi diri. Esensi diri kristiani
inilah yang berfungsi memberi nilai tambah dalam kehidupan masyarakat.
Menjadi terang, berarti orang Kristen harus mampu menciptakan suasana kehidupan yang
jelas dan terbuka. Seperti terang dalam kehidupan  sehari-hari berguna untuk membuat suasana
sekitar terang benderang, sehingga orang yang berbeda pada sekitar terang yang bersinar akan
dapat melihat kehidupan secara jelas dan nyata. Dalam suasana terang, orang dapat
membedakan hal-hal yang seharusnya berbeda ; orang dapat membedakan, mana yang baik dan
mana yang buruk. Orang Kristen menjadi motivator sikap hidup terbuka jelas, dan jujur. Orang
Kristen berfungsi sebagai terang dalam masyarakat itu sendiri. Mendorong masyarakat dapat
melihat apa yang baik dan apa yang tidak baik, dan apa yang seolah-olah baik.
d. Orang Kristen Harus Cerdik, Tulus dan Waspada Dalam Masyarakat
Prinsip hidup cerdik tulus dan waspada dikaitkan dengan kehidupan masyarakat yang
berpotensi berbahaya. Orang Kristen ada kalanya berhadapan dengan kehidupan masyarakat
yang berbahaya. Yesus pernah berkata kepada murid-muridnya ”Lihat aku mengutus kamu”
Seperti domba ketengah serigala : sebab itu, hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus
seperti merpati, tetapi waspadalah terhadap sesama orang, karena ada yang akan menyerahkan
(Matius 10 : 16-17).
Disatu sisi orang yang Kristen menajdi kesukaan banyak orang dalam masyarakat, tetapi
disisi lain, orang Kristen dapat saja dibenci oleh orang-orang tertentu dalam masyarakat. Orang
Kristen tidak boleh terlena ddengan sikap hidup yang merasa aman dan disukai banyak orang,
masyarakat  bisa saja berubah menjadi sarang serigala.
Oleh karena itu orang Kristen harus cerdik, artinya orang Kristen harus memakai otak
dan berpikir rasional. Dan kalau perlu boleh bergaya Lihay dalam hidup bermasyarakat. Namun
demikian pada saat orang Kristen bergaya hidup lihay seperti ular (bukan licik), orang Kristen
sekaligus harus menjadi orang tulus seperti merpati.
Bagaimana gaya hidup lihay dapat dipadukan dengan gaya hidup tulus. Gaya hidup lihay
tapi tulus, adalah gaya hidup yang cerdas. Orang Kristen tidak harus mengatakan apa saja yang
diketahui dalam masyarakat (itu adalah sikap lihay), tetapi orang Kristen juga harus mengetahui
(mengerti) apa saja yang dikatakan dalam masyarakat (sikap hidup tulus, jujur). Selajutnya 
prinsip waspadalah dalam masyarakat, menggambarkan sikap hidup yang hati-hati,tidak terlalu
mudah percaya pada gekala-gejala dalam masyarakat.
Dunia ini pennuh dengan serigala dan sikap kepura-puraan, oleh karena itu, kecerdasan,
ketulusan dan kewaspadaan hidup dalam masyarakat menjadi modal dasar kita untuk dapat
mengasihi sesama kita seperti diri sendiri.

4. Partisipasi Umat Kristen dalam Pergumulan Masyarakat (Tangguh jawab Kristiani).


Sesuai dengan prinsip hidup bermasyarakat Kristen yaitu:
-         Orang Kristen adalah integral dari masyarakat sekitarnya
-         Orang Kristen menghargai dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.
-         Orang Kristen terpanggil menjadi garam dan terang masyarakat sekitar.
-         Orang Kristen harus bersikap cerdik, tulus dan waspada terhadap masyarakat sekitarnya
Maka orang Kristen wajar ikut berpartisipasi dalam pergumulan masyarakat :
Pergumulan masyarakat yang dimaksud meliputi bahaya yang mengancam, baik secara global,
regional maupun lokal. Jenis-jenis pergumulan masyarakat seperti, pergumulan sosial, moral
dan spiritual juga bagian dari pergumulan orang Kristen sama seperti yang dihadapi masyarakat
umum. Konflik sosial, dekadensi moral dan spiritual adalah fokus pergumulan yang sangat
relevan untuk diberikan oleh orang Kristen.
Ada dua  sikap yang dipilih umat Kristen terhadap pergumulan masyarakat:
-         Pertama, ialah umat Kristen melarikan diri atau menghindari dari pergumulan masyarakat
-         Kedua, umat Kristen concern, iku serta dalam setiap pergumulan masyarakat.
Didala melaksanakan partisipasinya di tengah-tengah pergumulan masyarakat menurut
John Scott harus disadari, bahwa:
a.       Orang Kristen adalah berbeda secara azasi dari masyarakat non Kristen.
b.      Orang Kristen harus masuk (bergaul) dalam masyarakat non Kristen.
c.       Orang Kristen harus dapat berpengaruh dalam masyarakat.
d. Orang Kristen mampu mempertahankan jati dirinya dalam masyarakat.
Orang  Kristen adalah berbeda secara asasi dari masyarakat non Kristen, bukan
maksudnya membuat posisi orang  Kristen menjadi eksklusive dari masyarakat lain. Berbeda
secara asasi artinya bahwa orang Kristen sudah menerima pembaharuan dari Kristus (Yohanes
17 : 16). Orang Kristen harus masuk (bergaul) dalam masyarakat non Kristen, artinya orang
Kristen tidak boleh menghindarkan diri dari masyarakat. Orang Kristen harus mampu hidup
berdampingan dengan masyarakat. Orang  Kristen harus dapat berpengaruh dalam masyarakat
itu bukan berarti, orang Kristen bersikap aroan, atau memaksakan kehendak dalam masyarakat.
Tetapi maksudnya orang Kristen dapat memberi nilai tambah pada masyarakat sekitarnya,
dapat memberi sesuatu yang berguna untuk membangun dan memperbaiki kehidupan
masyarakat. Orang Kristen juga didalam melaksanakan partisipasinya ditengah-tengah
masyarakat, jangan kehilangan identitas dan jati dirinya sehingga betulah dia menjadi garam
dan terang masyarakat sekitarnya.
5. Bentuk-Bentuk partisipasi umat Kristen dalam masyarakat
Menurut Alkitab banyak bentuk partisipasi orang percaya didalam kehidupan berbangsa
dan bermasyarakat. Beberapa dari bentuk partisipasi itu dapat diketengahkan sebagai berikut.

a. Mendoakan Bangsa, Masyarakat dan Pemerintah


Paulus dalam suratnya yang pertama kepada Timotius berkata : Pertama-tama aku
menasihatkan : naikkanlah permohonan doa dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk
raja-raja, dan untuk semua pembesar agar kita dapat hidup tenang dan tentram dalam segala
kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, juru selamat
kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan
kebenaran” (1 Timotius 2:1-4).
Mendoakan orang lain adalah salah satu bentuk mengasihi dan memperdulikan orang
lain, dengan mendoakan secara tulus dan ikhlas menjadi pertanda, kita berpartisipasi dalam
pergumulan bangsa, dan masyarakat seiman dan seagama sendiri, melainkan semua orang,
termasuk raja-raja dan pembesa-pembesar (pemerintah).
Untuk apa kita mendoakan pemerintah, bangsa, masyarakat sekitar kita? Paulus
menggaris bawahi, supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh: pengetahuan dan
kebenaran. Jika semua orang termasuk unsur-unsur pemerintahan sudah mengetahui
kebenaran ; maka peluang untuk menikmati kehidupan yang tenang dan tentram dalam segala
kesalehan dan kehormatan akan semakin besar. Berdoalah untuk kemakmuran hidup
masyarakat.
J.Verkuyl mengatahan : Doa umat Kristen, jika dilakukan dengan kejujuran hati dan
dengan iman, sangatlah besar artinya, doa terhadap negara adalah pelayaran politis yang paling
dasar yang dilakukan oleh gereja dan tiap-tiap orang Kristen untuk bangsa, negara dan
masyarakat.
b. Menaati Hukum dan Peraturan yang Berlaku
Menanti hukum dan peraturan yang berlaku bagi Kristen adalah penjabaran dari prinsip
hidup kristiani ”Menjadi garam dan terang masyarakat sekitar”. Jika orang Kristen setiap  saat
berusaha menaati hukum dan peraturan yang berlaku maka sekaligus orang Kristen telah turut
serta menciptakan ketertiban hidup dan memberi contoh yang bagi masyarakat lain, jika kita
berbicara tentang hukum dan peraturan berlaku dalam masyarakat itu tidak hanya berkaitan
dengan hukum-hukum tertulis  dan peraturan-peraturan formal, tetapi juga norma-norma dan
kebiasaan hidup (tradisi) yang diwarisi oleh masyarakat tertentu.
Paulus telah memberikan sebagai contoh bentuk ketaatan kepada hukum dari peraturan
yang berlaku antara lain:
1)        Tidak melawan pemerintah, yang sah,
2)        Membayar pajak kepada yang berhak menerima pajak (bukan pungutan liar).
3)        Membayar cukai kepada yang berhak menerima cukai (Bukan sogok, suap, pelicin).
4)        Memberi rasa takut dan hormat kepada orang berhak menerima rasa takut dan hormat
(Roma.1:1-7).
Yesus sendiri juga mengajarkan :”Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu
berikan kepada kaisar, dan kepada Allah, apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Lukas
20:25). Tetapi harus diingat bahwa ketaatan kepada Hukum dan peraturan yang berlaku di
masyarakat, tidak boleh bertentangan  dengan ketaatan kita kepada Allah dan Yesus Kristus.
Bahkan harus dikatakan bahwa ketaatan kepada Allah adalah menjadi pedoman kita menaati
hukum dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat, atau dengan kata lain, ketaatan kita
kepada hukum dan peraturan yang berlaku, haruslah merupakan manifentasi ketaatan kita
kepada Allah didalam Yesus Kristus (moral yang tunggal).

c. Mengatakan Ya Kalau Ya, Tidak Kalau Tidak


Jikalau orang Kristen wajib menaati hukum dan menghargai norma-norma tradisi yang
berlaku dalam masyarakat, tetapi Yesus meminta supaya kita jujur dan tegas pada kebenaran.
Yesus meminta supaya kita jujur dan tegas pada kebenaran.  Yesus berkata : ”Jika ya,
hendaklah kamu katakan ya, jika tidak, hendaklah kamu berkata tidak, apa yang lebih
daripada itu, berasal dari si jahat” (Matius 5 : 37).
Orang Kristen terpanggil untuk melayani bersekutu dan bersaksi dalam masyarakat,
tetapi semua pelayan, persekutuan dan kesaksian itu harus selalu berdasarkan kebenaran Allah.
Paulus dalam suratnya kepada Timotius, memberikan beberapa sikap dan tindakan
kristiani dalam kebenaran masyarakat antara lain:
1)      Jauhilah tahyul dan dongeng nenek-nenek tua
2)      Beritakan dan ajarkanlah kebenaram injil
3)      Jagalah kemurnian dirimu
4)      Nyatakan apa yang salah, tegor dan nasihatilah
5)      Dengan segala kesabaran dan pangajaran (II Tim. 4)
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berhadapan dengan perilaku-perilaku dan
prinsip-prinsip hidup yang bertentangan dengan kebenaran Allah misalnya :
1)        Katakanlah apa yang baik-baik saja tetapi jangan katakan yang sebenarnya.
2)        Kebencianlah yang mengatakan kebenaran
3)        Suara rakyat (mayoritas) adalah suatu Tuhan (Lat : ’vox populi vox deo’), sedang suara
segelintir (minoritas) adalah suara jahat.
4)        Boleh berbohong asal untuk kebaikan
5)        Boleh mencuri asal tidak ketahuan
6)        Memang iblis mempunyai kekuatan
Tetapi sebagai orang Kristen yang ikut berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat, kita
harus membela, dan mempertahankan kebenaran.
Di satu pihak orang Kristen tidak menjadi orang-orang ekslusif, arogan dan ekstrim, tapi
di pihak lain, orang Kristen tidak akan menjadi orang-orang yang munafik, berpura-pura dalam
masyarakat: Katakanlah ya, kalau ya, tidak, kalau tidak.

III. Pokok-pokok Pikiran Kristiani


1. Umat Kristen adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu
umat Kristen wajar terlibat dalam pergumulan dan dinamika masyarakat.
2. Namun demikian, umat Kristen haruslah menunjukkan jati dirinya sebagai garam dan terang
masyarakat sekitarnya.
3. Umat Kristen sebagai anak-anak Allah dapat memberikan contoh yang baik dalam masyarakat
melalui sikap dan perilaku kristiani yang benar.
4. Di satu pihak umat Kristen tidak boleh melarikan diri atau menghindar dari pergumulan
masyarakat, tetapi dipihak lain umat Kristen tidak harus sama dengan masyarakat sekitarnya.

IV. Latihan Mahasiswa


1.      Ringkaslah materi kajian dengan 10  pokok pikiran
2.      Daftarkan masalah-masalah sosial yang aktual disekitarmu (2 Kasus)
3.      Buat pendapatmu yang berbeda dengan materi kajian
4.      Cari 2 point isi Alkitab yang berkaitan dengan permasalahan sosial (kasus susila atau kriminal)
5.      Rumuskan suatu komitmen pribadi dalam berperilaku dalam masyarakat (prinsip-prinsip yang
akatual)

V. Test Formatif
1. Sebutkan tiga contoh kasus masalah dalam masyarakat
2. Tunjukkan sikap kristiani terhadap pergumulan-pergumulan dalam masyarakat
3. Sebutkan beberapa tindakan nyata kristiani sebagai manifestasi umat Kristen dalam
pergumulan masyarakat
BAB V
IPTEKS
.
I.        Latar Belakang Masalah
-          Sesungguhnya Tuhan Allah memberi kemampuan kepada manusia untuk menggunakan dan
mengembangkan IPTEKS, tujuanya adalah untuk kesejahteraan manusia dan untuk kemuliaan
Allah.
-          Tetapi tidak dapat di pungkiri bahwa penggunaan dan pengembangan IPTEKS sering bertolak
belakang dari tujuan Mulia itu. Kenyataan, penggunan dan pengembangan IPTEKS, justru
merusak kehidupan manusia itu sendiri dan melecehkan kemuliaan Tuhan.
-          Mahasiswa sebagai insan calon ilmuwan, tehnolog dan seniman sangat dimungkinkan terjebak
dalam kemerosotan penggunaan dan pengembangan IPTEKS itu, maka perlu diantisivasi dari
sudut iman Kristen. Bagaimana mencegah, supaya mahasiswa tidak jatuh pada kemerosotan
tersebut.
-          Kajian ini sangat penting, agar mahasiswa terhindar dari sikap yang menggunakan IPTEKS di
satu pihak, dan dipihak lain agar mahasiswa tidak apriori tehadap penggunaan dan
pengembangan IPTEKS Modern.
II. Kajian Materi
A.     PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni adalah sejalan dengan
perkembangan peradaban manusia. IPTEKS tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia.
Allah pencipta, telah memberikan akal budi kepada manusia, sehingga di mungkinkan manusia
menggunakan dan mengembangkan akal budinya.
Penggunaan dan pengembangan akal budi secara teliti, teratur dan terarah oleh manusia
menghasikan ilmu pengetahuan. Kemudian dengan hasil ilmu pengetahuan itu manusia
menciptakan cara baik berupa alat-alat atau perkakas maupun dengan teknik/metode maka
itulah yang disebut Teknologi.
-          Teknologi itu dibutuhkan manusia untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya.
-          Teknologi dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan, untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, perkembangan teknologi sejalan
dengan perkembangan masalah.
-          Manusia juga memiliki perasaan. Perasaan itu perlu diungkapkan melalui berbagai cara.
-          Perasaan yang diungkapkan itulah yang disebut seni. Manusia membutuhkan cara
mengungkapkan perasaan.
-          Perasaan itu diungkapkan melalui suara, disebut seni suara ; yang dingkapkan melalui alat
bunyi disebut seni musik ; sedangkan perasaan yang diungkapkan melalui gerak disebut  seni
tari ; perasaan yang diungkapkan melalui pahatan,ukir disebut seni pahat atau seni ukir.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, adalah
hasil dan proses kehidupan manusia. Manusia itu sendiri yang menghasilkan IPTEKS.
B.     ILMU PENGETAHUAN MENURUT IMAN KRISTEN          
1.      Pengertian Ilmu Pengetahuan secara umum
Menurut D.C. Mulder, Ilmu Pengetahuan adalah ”suatu macam berpikirnya manusia” ciri-
ciri berfikir yang ilmiah ialah : mendasar, teratur, teliti dan terarah ; dengan kata lain bahwa
seseorang disebut berfikir ilmiah, jika dia menggunakan otaknya secara mendasar, teratur, teliti
dan terarah. Ilmu pengetahuan merupakan proses dan hasil berpikir manusia.
Fungsi otak dalam proses ilmu pengetahuan adalah sebagai pengolah informasi yang yang
berbeda-beda dan juga sebagai pencipta solusi dalam mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi manusia.
Stephen R.Covey mengatakan bahwa  ”ada dua belahan otak manusia , yang fungsi dan
cara kerjanya berbeda., lihat di bawah ini:

Cara kerja otak kanan : Cara kerja otak kiri :


1. Logis / Verbal 1.Intiutif dan kreatif
2. Berkaitan dengan kata 2. Berkaitan dengan gambar
3. Berkaitan dengan bagian spesifik 3.Berkaitan dengan keseluruhan dan
hubungan              antar bagian
4. Analisis (menguraikan) 4. Sintesis (menggabungkan)
5. Berfikir berurutan 5. Berfikir serentak / keseluruhan
6. Terikat dengan waktu 6. Bebas waktu

Menurut Covey bahwa pada setiap manusia terjadi dominasi dalam kerja otaknya. Jika
otak kirinya dominan maka dia cenderung ahli pada eksakta (IPA-MATEMATIKA), tetapi jika
otak kanannya dominan maka dia cenderung ahli filsafat, sosial seni dan theologia. Agar cara
kerja otak lebih cemerlang maka dianjurkan penggunaan keseluruhan otak secara seimbang.
Kemampuan nalar (otak) manusia dari sudut Ilmu kependidikan sering dikategorikan
sebagai barikut :
1. Kemampuan mengingat
2. Kemampuan mengerti
3. Kemampuan menerapkan
4. Kemampuan menguraikan
5. Kemampuan menggabungkan dan
6. Kemampuan mengevaluasi
Jika seseorang mampu menggunakan potensi otak ini secara keseluruhan maka dia
menjadi seorang ilmuwan yang berwawasan luas.
b. Dasar Ilmu Pengetahuan menurut Alkitab
Dalam alkitab kejadian 1 : 27 a, dikatakan bahwa : manusia diciptakan menurut gambar
Allah ; artinya kualitas manusia pada mulanya adalah sesuai dengan kehendak dan rancangan
Allah, termasuk potensi berfikirnya. Allah sendiri yang memberikan ilmu yang baik kepada
manusia (amsal 4 : 2); dan jika manusia takut kepada Allah (menghargai kuasa Allah), maka
manusia akan memperoleh kesempatan untuk berilmu pengetahuan yang benar.(Amsal 1 : 7a)
Selanjutnya dalam kitab Kisah Para Rasul 1 : 8, dijelaskan bahwa kuasa roh kudus yang
diterima oleh orang-orang percaya akan membuat mereka mengerti apa yang harus dilakukan.
Dengan kesaksian ayat-ayat diatas dapat disimpulkan bahwa : dasar dan sumber ilmu
pengetahuan yang benar adalah kasih dan kuasa Allah sendiri yang telah diberikan kepada
manusia sebagai ciptaanNya.
c. Guna Ilmu Pengetahuan menurut Alkitab
Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena
keuntungannya melebihi keuntungan perak dan hasilnya melebihi emas.(Amsal 3 : 13 : 14).
Penulis amsal menyadarkan kita bahwa, memperoleh ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang
menguntungan.  Ilmu pengetahuan ternyata lebih berhaga dari emas pilihan (Amsal 8 : 10b)
Ilmu pengetahuan dapat memberikan keuntungan materi bagi orang, dan lebih dari itu
lebih juga memberi kebahagiaan batin orang yang bersangkutan. Kepuasan batin itu akan
dinikmati, apabila ilmu pengetahuan yang diperoleh digunakan untuk kesejahteraan manusia
dan untuk kemuliaan Tuhan.  Apostel Paulus mengatakan :”Apapun yang anda lakukan
lakukanlah untuk kemulian Tuhan (I Korintus 10 : 31)
d. Sikap dan Perilaku Kristiani dalam berilmu pengetahuan.
Dibawah ini ada beberapa ciri sikap dan perilaku kristiani dalam penggunaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
1.      Mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenaraNya (Matius 6 : 33). Sikap ini menggambarkan
bahwa ilmuwan kristiani harus selalu meletakan usaha penggunaan dan pengembangan ilmunya
pada kebenaran Allah ; artinya, penggunaan dan pengembangan ilmu tidak boleh bertentangan
dengan kebenara Allah.
2.      Membuat Kristus menjadi pedoman hidup (Filipi 2 : 5)
”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus” artinya : setiap ilmuwan Kristen harus menunjukan sikap rendah hati,
dan bertanggung jawab.
3.       Membuat diri menjadi teladan dan berbuat baik misalnya : jujur dan sungguh-  sungguh (Titus
2 : 7)
4.      Cerdik seperti ular, tetapi tulus seperti merpati dan waspada terhadap semua orang
( Matius 10 : 16-17 ) artinya : setiap ilmuwan harus menunjukan sikap dan perilaku cerdas,
tulus dan waspada secara integral dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Mampu menguasai diri ( II Petrus 1 : 5-6 )
Artinya : setiap ilmuwan Kristen dapat menggunakan dan mengembangkan ilmunya untuk
kebaikan dan kesejahteraan manusia, bukan untuk tujuan-tujuan yang didorong oleh emosi dan
kepentingan sesaat saja.
6.      Berfikir murni, pendamai, peramah, tidak memihak dan tidak munafik (Jakobus 3:17)
Maksudnya, bahwa sikap-sikap moral-moral dan elegan harus menjadi ciri-ciri ilmuwan
Kristiani.
e. Hubungan Ilmu Pengetahuan Dengan Iman Kristen
Ada beberapa pendapat yang mencoba menggambarkan tentang hubungan ilmu
pengetahuan dengan iman antara lain :
1.      Aliran positivisme ; berkata bahwa tidak ada hubungan ilmu dengan hal-hal yang gaib. Iman
itu tidak dapat diamati dengan pikiran maka jika hal yang tidak dapat diamati dan dibuktikan
cecara akal budi, maka tidak dapat diterima kebenaranya. Aliran ini tidak menerima hubungan
antara ilmu dengan iman
2.      Aliran Rationalisme ; berkata bahwa”akal budi” adalah kunci dari segala rahasia” aliran ini
membuat akal budi sebagai suatu keyakinan. Bagi mereka mengerti dulu baru percaya, iman
adalah hasil pengertian akal budi.
3.      Aliran Sintesis ; menggambarkan bahwa ilmu dan iman dapat dihubungkan dan digabungan
untuk meneriman kebenaran.
Kebenaran-kebenaran kodrati dipahami melalui akal budi dan ilmu pengetahuan,
sedangkan kebenaran-kebenaran adikodrati, hanya dapat dipahami melalui iman dan
kepercayaan Allah.
Menurut Thomas Aquinas  : bahwa setiap manusia memiliki kedua dunia ini, maka
dalam setiap manusia, iman dan akal budi dipertemukan ( Sintesis untuk menemukan
kebenaran ).
Tetapi  paham yang ke – 4 menjadi suatu paham yang lebih dekat dengan paham
Alkitabiah, yaitu yang menyatakan : ”Iman mencari pengetahuan dan pengertian, iman menjadi
landasan berpikiran untuk mencari kebenaran.
Anselmus berkata : percaya dulu baru mengerti artinya iman menjadi Landasan kita
untuk mencari pengertian-pengertian yang lebih benar. Seorang ilmuwan Kristen harus
membangun ilmunya pada landasan berpikir yaitu imannya yang diyakininya, berdasarkan
Alkitab.
Hubungan iman dengan ilmu pengetahuan dapat digambarkan seperti hubungan fundasi
bangunan dengan gedung yang dibangun. Gedung bangunan ilmu pengetahuan terikat dengan
fundasi bangunan yaitu landasan berpikirnya.
Misalnya, jika seorang ilmuwan Kristen membangun suatu teori fisika ; maka landasan
berpikirnya adalah pokok Iman Kristen yang menyakini bahwa : ”Pencipta Alam Semesta dan
segala isinya adalah Allah, asal kehidupan adalah Allah. Allah tidak terikat pada ruang dan
waktu. Sebelumnya segala sesuatu ada, Allah sudah ada. Segala sesuatu akan berakhir, tetapi
Allah tidak.
Dengan landasan berfikir seperti itu, maka ilmuwan Kristen, tidak akan terjebak pada
teori ilmu yang meniadakan kebenaran Allah.
Dipihak lain, jika orang Kristen membuat iman sebagai landasan berfikir; maka
pertanyaan-pernyataan ilmu, akan dapat dijawab dan dipahami sesuai dengan kesaksian
Alkitab; jika ilmuwan Kristen mau membuat diri dengan penyataan Allah dalam  Alkitab, maka
Tuhan akan memberikan hikmat, pengetahuan dan kepandaian (Amsal 2 : 6).
Dapat disimpulkan bahwa hubungan Iman dengan ilmu pengetahuan adalah sebagai
hubungan yang mendasar. Iman bukan Ilmu pengetahuan, tetapi iman yang sungguh-sungguh
akan memberikan ilmu pengetahuan dan pengertian yang benar. Ingat rumusan Albert Einstein,
yang mengatakan  ”Agama tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh, tetapi pengetahuan tanpa
agama adalah buta”.
C.        TEKNOLOGI MENURUT IMAN KRISTEN
Teknologi secara umum berarti suatu kecakapan dan kemampuan manusia untuk
menguasai aspek-aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari manusia mengalami
hambatan; manusia ingin memecahkan masalah dan mengatasi hambatan itu; dengan
kemampuan otak yang terarah dan dengan pengalaman sosial serta adaptasi lingkungan
manusia berusaha menciptakan cara dan alat untuk mengatasi masalah itu, Maka terciptalah
teknologi. Teknologi dalam kehidupan manusia,  menjadi suatu cara untuk mengatasi masalah,
dan sebagai cara untuk mewujudkan kemauannya.
Menurut iman Kristen, berdasarkan Alkibat, Teknologi adalah suatu potensi yang
diberikan Allah kepada manusia. Dalam kitab Kejadian 1 : 26 – 28 dikatakan bahwa manusia
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah ; tujuannya ialah agar manusia menguasai ciptaan
lain dan seluruh bumi.
Teknologi adalah suatu segi yang sangat berharga dalam kehidupan manusia. Teknologi
menjadi suatu berkat bagi kehidupan manusia. Karena teknologi dapat digunakan manusia
untuk melawan kelaparan, kemiskinan, penderitaan, penyakit, dan wabah maut.
Namun demikian dari sisi lain teknologi juga dapat menjadi kutuk bagi kehidupan
manusia, karena teknologi digunakan untuk alat permainan jahat, seperti penipuan,
penyelewengan, pemalsuan, dan tindak-tindak kejahatan lainnya.
Maka dari sudut Iman Kristen, dapat disimpulkan bahwa Teknologi berarti sebagai
kebutuhan dan sekaligus sebagai tanggung jawab orang Kristen yang menggunakan dan
mengembangkan Teknologi selalu diperhadapkan kepada hak dan tanggung jawab. Disatu
pihak orang Kristen menggunakan dan mengembangkan Teknologi adalah untuk mengatasi
masalahnya dan untuk menikmati kehidupan yang lebih  baik, tetapi dipihak lain, orang
Kristen  menggunakan dan mengembangkan Teknologi adalah sebagai tanggung jawabnya,
untuk mengasihi sesamanya  dan memuliakan Tuhan Allah (Matius 22 : 35-39 ; I Korintus 10 :
31).
D.  SENI MENURUT IMAN KRISTEN
Menurut Iman Kristen seni juga harus juga diungkapkan untuk memuliakan Tuhan ;
perasaan gembira, bersyukur, memuji dapat diungkapkan melalui suara nyanyian, melalui
syair-syair dan juga melalui alat-alat musik
Mazmur 33 : 1-3. ”bersoraksorailah, hai orang-orang benar, dalam Tuhan! Sebab
memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi,
Bermasyurlah bagiNya, dengan gambus 10 tali, nyanyikanlah bagiNya nyanyian baru, petiklah
kecapi, baik dengan sorak-sorai.
Ada orang berkata :”Seni adalah untuk seni, tetapi Iman Kristen bukan demikian. Seni 
bukan untuk seni, melainkan : seni adalah kebahagiaan manusia dan untuk kemuliaan Tuhan.
Orang Kristen jangan memuja seni tetapi orang Kristen menggunakan dan
mengembangkan seni untuk kebahagiaan manusia dan untuk memuja Allah. Seni musik, seni
suara, seni sastra, dapat menghibur dan membahagiakan manusia dan dapat juga dipakai untuk
mengungkapkan rasa syukur dan agung kepada Tuhan Allah.
5.  Mencegah Krisis Penggunaan Dan Pengembangan Ipteks
Kita dapat rumuskan kembali bahwa ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS)
adalah segala sesuatu yang dihasilkan manusia, melalui pikiran, kemauan dan perasaanya.
Ilmu pengetahuan sebagai hasil pikiran, Teknologi sebagai hasil kemauan dan seni
sebagai hasil perasaan ; IPTEKS tidak terlepas dari kehidupan manusia, termasuk orang
Kristen. Maka dalam penggunaan dan pengembangannya, manusia bisa saja bersifat positif dan
bersifat negatif.
Kenyataan sering terjadi bahwa penggunaan dan pengembangan IPTEKS, manjadi kontra
produktif bagi kehidupan manusia. Kejahatan dan keegoisan manusia sering menggunakan
IPTEKS sebagai alat dan cara kerjanya.
Misalnya:
Praktek-praktek hasil teknologi canggih mengakibatkan malapetaka bagi kehidupan
manusia. Penggunaan bahan-bahan radioaktif, bahan gas dan bahan-bahan pestisida dapat
merusak keseimbangan, keselarasan dan keseraian kehidupan. Penebangan kayu besar-besaran
dan penangkapan ikan di laut secara besar-besaran dengan menggunakan teknologi, jika
didorong  dengan sikap dan  sifat egoisme dan kerakusan, maka terjadilah krisis dalam
kehidupan manusia modern, dipihak lain pengembangan  IPTEKS sering dianggap sebagai
tujuan bukan sebagai alat. Penggunaan dan pengembangan IPTEKS dijadikan sebagai
pemberhalaan. Harkat dan martabat manusia dianggap lebih rendah dari IPTEKS itu sendiri,
pada hal IPTEKS itu adalah hasil manusia.
Pertanyaan sekarang : mengapa sering terjadi kemerosotan nilai dalam penggunaan dan
pengembangan IPTEKS ? jawabannya ialah bahwa sebenarnya kesalahan bukan pada hasil-
hasil IPTEKS itu, melainkan pada manusia yang menghasilkan dan menggunakan IPTEKS itu
sendiri.
Sebagai orang Kristen kita tidak perlu menganggap hasil-hasil IPTEKS sebagai
pemberontakan manusia kepada Allah, sehingga orang Kristen apriori kepada IPTEKS, tetapi
orang Kristen terpanggil mengarahkan agar hasil-hasil IPTEKS digunakan dan dikembangkan
untuk kesejahteraan manusia dan untuk kemuliaan Tuhan.
Iman Kristen selalu menanggapi bahwa segala kemerosotan dan kejauhan nilai pada
penggunaan dan pengembangan IPTEKS  adalah merupakan akibat penyelewengan dan
pemberontakan manusia terhadap jalan Tuhan.
Memang iman Kristen menegaskan bahwa akibat dosa, manusia menjadi kehilangan nilai
luhurnya ; ”manusia tidak ada yang benar, tidak ada lagi yang berakal budi, tidak ada yang
menyembah Allah. Semua orang sudah sesat ; tidak seorangpun yang berbuat benar, seorang
pun tidak” (Roma 3 : 10-12).
Dengan berkata demikian, bukan maksudnya kita menolak segala sesuatu yang
dihasilkan oleh manusia, dan bukan juga meniadakan manfaat IPTEKS  yang dihasilkan oleh
manusia,  tetapi kita mau menegaskan bahwa  segala sesuatu yang dihasilkan manusia, harus
dikuduskan oleh Kristus.
Bagaimana kita harus mencegah kemerosotan penggunaan dan pengembangan IPTEKS
itu?
Jawabnya:
       Orang Kristen harus konsekwen dan konsisten dengan imannya.
       Moralitas Kristen menjadi dasar kita menggunakan dan mengembangkan IPTEKS.
       Menyadari dan menghayati bahwa penggunaan dan pengembangan IPTEKS bukan tujuan
kehidupan melainkan alat untuk kesejahteraan manusia dan untuk memuliakan Allah.

III . Pokok-pokok Pikiran Kristiani


1. Allah telah memberikan potensi kepada manusia untuk menghasilkan IPTEKS, maka
dengan potensi itulah, manusia mampu mengembangkan IPTEKS.
2. Penggunaan dan pengembangan IPTEKS, disatu pihak adalah sebagai hak untuk
menikmati kehidupan yang lebih baik, tetapi dipihak lain sebagai tanggungjawab untuk
mengasihi sesama dan memuliakan Allah.
3. Agar manusia terhindar dari krisis nilai dalam penggunaan dari pengembangan IPTEKS
maka manusia tidak membuat IPTEKS sebagai pujaan, tetapi IPTEKS sebagai alat
mengasihi sesama dan memuliakan Allah.
4. Moralitas menjadi dasar manusia untuk menggunakan dan mengembangkan IPTEKS
sehingga manusia terhindar dari penyalahgunaan IPTEKS.
.
IV.  Latihan Mahasiswa
1. Buat ringkasan  ”Guna IPTEKS dalam kehidupan”.
2. Daftarkan 10 point dampak negatif penggunaan IPTEKS dalam kehidupan.
3. Cari 5 ayat Alkitab yang berkaitan dengan penggunaan IPTEKS dalam kehidupan.
BAB VI
BUDAYA

I. Latar Belakang Masalah


1. Topik kajian ini perlu dibahas untuk memberikan pemahaman yang luas tentang
pengertian kebudayaan. Ada pemahaman yang hanya mengartikan kebudayaan sebagai
kesenian atau adat-istiadat. Pengertian itu tidak salah : tetapi kebudayaan lebih dari
sekedar kesenian atau adat-istiadat, kebudayaan dapat dipahami dari berbagai sudut
pemahaman.
2. Kemudian pemahaman tentang hubungan kebudayaan dengann iman Kristen pun perlu
didiskusikan secara jujur dan objektif. Hubungan kebudayaan dengan iman Kristen
harus dilihat dari sudut iman Kristen berdasarkan Alkitab. Adakah dasar Alkitabiah
yang dipakai sebagai pedoman untuk meninjau hubungan kebudayaan dengan iman
Kristen.
3. Mahasiswa juga perlu menyadari faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya krisis 
nilai  dalam kebudayaan sehingga mahasiswa dapat mengambil sikap yang benar
terhadap kebudayaan
II. Kajian Materi
A.     PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menunjukkan pengertian kebudayaan. Verkuyl
dalam buku Etika Kristen dan Kebudayaan, menyebutkan sebagai berikut:
-         Kultur
Berasal dari bahasa Latin : Cultura, yang artinya membuat, mengolah, mengerjakan, menanam.
Jika kebudayaan dikaitkan dengan istilah kultur, maka kebudayaan berarti : suatu kegiatan
pengerjaan, kegiatan pengelolaan.

Misalnya : seorang petani mengerjakan tanahnya supaya memberi hasil, kegiatan pertanian
adalah kebudayaan.
-         Peradaban
Berasal dari bahasa Arab : Adab artinya kesopanan, kehalusan, kebaikan, budi pekerti. Bertitik
tolak dari kata adab, peradaban, maka kebudayaan adalah suatu perilaku hidup yang sopan,
halus, dan baik adalah orang-orang yang berbudaya
-         Kebudayaan
Berasal dari bahasa Sansekerta : Budaya kata jamak dari budi yang artinya : roh atau akal. Jadi
kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh roh, akal (budi) manusia.
-         Cara hidup
Kata cara berasal dari bahasa Sansekerta berarti : Laku, kelakuan. Cara Hidup adalah segala
sesuatu yang dihasilkan manusia melalui pikiran, perasaan dan kemauan manusia.
Dari beberapa istilah diatas dapat ditarik kesimpulan suatu rumusan bahwa kebudayaan
adalah segala sesuatu yang dihasilkan  manusia melalui pikiran, perasaan dan kemauan
manusia.
Ilmu pengetahuan sebagai hasil pikiran  manusia juga adalah kebudayaan. Teknologi
sebagai hasil kemauan berdasarkan pikiran dan pengalaman adalah kebudayaan. Kesenian
sebagai hasil perasaan yang diungkapkan melalui suara alat-alat musik, gerakan, lukisan,
pahatan dan bahasa indah (sastra) adalah juga kebudayaan adat-istiadat  dan kebiasaan hidup
sebagai cara hidup sehari-hari, juga disebut kebudayaan.
Wujud kebudayaan dapat bersifat materil dan dapat bersifat immaterial. Kebudayaan
berwujud materil misalnya : alat-alat perkakas, mesin-mesin serta teknologi ; termasuk
komputer. Sedangkan kebudayaan berwujud immaterial antara lain : adat-istiadat, kebiasaan
hidup, kesenian, sastra, musik, hasil ilmu pengetahuan filsafat dan lain-lain.
B.      KRISIS KEBUDAYAAN
Yesus dimaksud dengan krisis kebudayaan ialah suatu keadaan/perilaku manusia merosot
dalam penerimaan, pemahaman, perbuatan, penggunaan dan penerapan kebudayaan itu. Baik
kemerosotan perilaku dalam menggunakan wujud budaya material maupun kemerosotan
perilaku dalam penerapan wujud kebudayaan immaterial.
Kemerosotan penggunaan wujud kebudayaan material misalnya :  pemakaian bahan-
bahan radioaktif, bahan-bahan gas dan bahan-bahan pestisida yang tidak memikirkan dampak
negatifnya bagi kelestarian lingkungan hidup. Dan hanya ingin memenuhi kebutuhan sementara
dan mengatasi masalah secara instan dan pragmatis sehingga terjadilah pencemaran udara,
pencemaran air dan tanah yang mengganggu kehidupan manusia.
Demikian juga pemakaian alat-alat dan teknologi canggih untuk tujuan-tujuan tertentu
tanpa mempertimbangkan tanggung jawab dan moral. Pengusaha-pengusaha besar dengan
mengandalkan alat-alat dan teknologi canggih dan mewujudkan ambisi dan egoisnya, sehingga
lingkungan hidup menjadi rusak atau musnah, terjadilah banjir dan erosi yang mengakibatkan
malapetaka bagi kehidupan manusia sedangkan kemerosotan penerapan wujud kebudayaan
immaretial misalnya : penyajian dan pementasan produk-produk kesenian apakah itu seni
musik, seni film seni drama, seni tari ataupun seni lukis, dan lain-lain sering berubah menjadi
penyajian perilaku-perilaku kekerasan , selera rendah, erotis, pornoaksi, dan gaya hidup yang
bertentangan dengan norma-norma adat dan agama.
Demikian juga sebagai dampak penggunaan alat-alat dan media komunikasi audio visual
seperti : alat-alat telekomunikasi canggih, televisi, internet membuat banyak orang jatuh pada
gaya hidup boros, konsumeris, manipulatif, suka meniru-niru, dan kehilangan jati diri.
Kita bisa merasakan bahwa terjadinya gaya hidup enteng pergaulan bebas, pornografi,
pornoaksi, tindak kekerasan, penyalahgunaan Narkoba dan lain-lain adalah sebagai akibat dari
pengaruh penerimaan dan penerapan wujud budaya yang salah. Penerimaan dan penerapan
budaya yang salah inilah yang disebut krisis kebudayaan. Sebenarnya bukan alat-alat atau hasil-
hasil IPTEKS itu salah, tetapi bagaimana manusia itu memahami, menerima dan menerapkan
kebudayaan itulah yang menjadi persoalan.
Kebudayaan sebagai hasil pikiran perasaan dan kemauan manusia tentunya harus ditinjau
dari hakekat manusia itu sendiri. Menurut iman Kristen terjadinya krisis kebudayaan adalah
berangkat dari merosotnya hakekat  manusia itu sendiri.
C.     SIKAP UMAT KRISTEN TERHADAP KEBUDAYAAN
Sebelum kita membicarakan sikap umat Kristen terhadap kebudayaan, perlu dulu dilihat
beberapa macam hubungan kebudayaan dengan agama. Verkuyl dalam buku : Etika Kristen
dan Kebudayaan (1982) menyadur pendapat Vander Lecuw, tentang hubungan kebudayaan
dengan agama.
Ada 4 tingkatan hubungan kebudayaan dengan agama yaitu :     
a.       Kebudayaan Dan Agama Sangat Erat Hubungannya.
Gejala ini dapat dilihat pada masyarakat primitif. Dapat dikatakan bahwa kebudayaan
identik dengan agama. Jika kita amati dalam masyarakat primif, semua kegiatan kebudayaan
tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan dan kegiatan-kegiatan bersifat agama.
b.      Kebudayaan Tersendiri Disamping Agama.
Hubungan kebudayaan dengan dengan agama belum terputus, namun dalam kegiatannya
masyarakat sudah bisa membedakan mana kegiatan kebudayaan dan nama kegiatan agama.
Kebudayaan ingin diakui keberadaannya secara bebas, disamping keberadaan agama.
Gejala ini dapat kita lihat pada masa pencerahan di Eropa dan pada aliranhumanisme.
 c.  Kebudayaan Memutuskan Hubungan  Dari Agama
Artinya terjadi pertentangan antara kebudayaan dan agama. Kebudayaan menganggap
agama sebagai suatu keberadaan yang tidak masuk akal. Kebudayaan melecehkan agama.
Gejala ini kita lihat pada aliran-aliran sekularisme atheisme. Tetapi dari pihak agama ada juga
yang mencurigai dan menolak kebudayaan. Kebudayaan dianggap menjauhkan diri dari
kehendak Allah. Gejala ini kita lihat pada aliran-aliran kharismatik.
 d.  Kebudayaan Dan Agama Mengalami Hubungan yang Dinamis
Artinya : adanya usaha untuk memulihkan hubungan keduanya. Disatu pihak adanya
kesadaran bahwa kebudayaan tidak dapat berjalan sendiri bertentangan dengan agama dan
dipihak lain agama tidak boleh selamanya mencurigai kebudayaan. Dan memang agama tidak
dapat terpisah dari kebudayaan.
Dari empat tingkatan hubungan ini, tentu agama Kristen atau iman Kristen menyadari
bahwa umat Kristen tidak mungkin memisahkan dirinya dari kebudayaan. Umat Kristen itu
sendiri turut berperan dalam menciptakan kebudayaan. Umat Kristen berdasarkan mandat
budaya yang diberikan Allah pada saat penciptaan seperti tertulis dalam kejadian 1 : 26-28
adalah merupakan landasan theologis untuk berperan dalam kebudayaan. Namun demikian
dalam sejarah gereja ada beberapa sikap yang ditunjukkan gereja atau Umat Kristen terhadap
kebudayaan.
Sikap-sikap itu diuraikan oleh H.Richard Niebur dalam bukunya Christ and Culture, inti
sari dari pendapat itu telah dituliskan Malcolm Brown Lee, dalam buku : Tugas manusia dalam
dunia milik Tuhan.

Ada 5 sikap umat Kristen (gereja) terhadap kebudayaan yaitu :


 a. Sikap Radikal (Menetang kebuyaan)
Dalam sejarah gereja, umat Kristen pernah bersikap menolak terhadap segala sesuatu
yang berkaitan dengan budaya. Mereka menganggap bahwa umat Kristen harus memiliki
Kristus ; bukan kebudayaan. Mereka mengambil nats1 yahonnes 2 : 15-16 sebagai dasar sikap
menolak tersebut.
”janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang
mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa, tidak ada didalam orang itu, sebab semua yang ada
didalam dunia, yaitu : kekinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup bukanlah
berasal dari Bapa melainkan dari dunia.
Penganut sikap radikal ini menganggap bahwa orang yang setia kepada Yesus harus
menolak dunia dan kebudayaannya. Kelompok-kelompok yang mengikuti sikap ini dapat
dilihat pada gerakan-gerakan kerahiban dibiara-biara dan gerakan pietisme.
 b. Sikap Akomodatif (Menyesuaikan diri)
Penganut sikap ini menyesuaikan diri dengan kebudayaan, mereka mencintai Kristus,
tetapi juga mencintai kebudayaan mereka tidak melihat ketegangan antara gereja dengan
kebudayaan, mereka menganggap Kristus sebagai milik kebudayaan atau Kristus untuk
kebudayaan. Disatu pihak mereka melihat kebudayaan dalam terang Kristus, tetapi dipihak lain
mereka melihat Kristus dalam terang kebudayaan. Mereka menyesuaikan Kristus dengan
kebudayaan.
c. Sikap Dominatif (Kristus diatas kebudayaan)
Penganut sikap ini menganggap Kristus berbeda dengan kebudayaan. Kristus relevan
kepada kebudayaan, tetapi Kristus berada diatas kebudayaan. Kebudayaan berasal dari Allah
dan dari manusia, karena itu kebudayaan perlu dilihat dalam terang ilmu pengetahuan dan
pernyataan Allah.
Kebudayaan itu suci tetapi sekaligus diwarnai oleh dosa. Tokoh utama penganut sikap ini
adalah : Thomas Aquino. Ciri khas penganut sikap ini adalah ”mereka mempertemukan
(sintesis). Unsur-unsur kebudayaan dengan unsur-unsur iman Kristen.
Aliran ini memahami kebenaran ada dua jenis yaitu : kebenaran-kebenaran kodratif dan
kebenara-kebenaran adikodratif. Kebenaran-kebenaran kodratif dapat diamati, dalam
kebudayaan sedangkan kebenaran-kebenaran adikodratif dapat dilihat dalam iman. Kebenaran-
kebenaran adikodratif lebih tinggi dari kebenaran-kebenaran kodratif artinya iman lebih tinggi
dari kebudayaan. Kristuslah yang menggenapi cita-cita kebudayaan.
d. Sikap Dualis (Kebudayaan dan Kristus Dalam Paradox)
Orang-orang dualis membagi dunia dalam dua macam kerajaan yaitu : Kerajaan Rohani
oleh Tuhan dan kerajaan gelap oleh iblis. Menurut sikap Dualis ”semua segi kebudayaan sudah
rusak keseluruhan, kebudayaan itu buruk, namun orang-orang dualis mengerti bahwa mereka
adalah anak-anak kebudayaan dan tidak dapat melepaskan diri dari padanya. Orang-orang
dualis berbicara dengan paradox-paradox. Mereka menganggap dirinya sekaligus sebagai orang
benar, dan orang berdosa (Simul Lutus Et Peccator)
Menurut aliran ini , manusia berada dalam dua kerajaan yaitu kerajaan Allah dan
kerajaan masyarakat. Martin Luther adalah penganut sikap ini.
e. Sikap Transformatif : Kristus memperbaharui kebudayaan
Sikap ini melihat Kristus sebagai penebus yang memperbaharui masyarakat. Kristus
mentransformir masyarakat, menurut penganut sikap ini, Allah memberikan tanah, akal budi
dan kehidupan sosial kepada manusia.
Manusia perlu menanggapi pemberian Allah itu dengan : kegiatan bercocok tanam,
beternak, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga mengatur hidup
bermasyarakat. Berbudaya adalah kewajiban manusia yang baik, walaupun dapat melakukan
kewajiban itu dengan jahat. Penganut sikap ini berdasarkan sikap mereka pada Yohannes 1 :
14, yang berbunyi :”Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita; artinya bahwa
firman itu harus memperbaharui manusia, firman itu harus memperbaharui kebudayaan.
Orang Kristen harus hidup dalam dunia dan memperbaharui dunia dengan
mentransformasikan nilai-nilai kristiani pada budaya. Demikianlah beberapa macam sikap umat
Kristen (gereja) terhadap kebudayaan dalam sejarah.
Sekarang bagaimana sikap itu ?
Sikap yang kita ambil adalah sebagai berikut :
a. Kita menolak kebudayaan yang bertentangan dengan iman
Firman Tuhan berkata :”Jangan ada padamu, Allah lain dihadapanku . jangan membuat
patung bagimu yang menyerupai apapun. Jangan sujud menyembah kepadanya, atau beribadah
kepadanya (Keluaran 20 : 3-5)
Berdasarkan Firman ini, umat Kristen harus menolak jika ada bentuk-bentuk kebudayaan,
apakah itu kebudayaan, adat-istiadat, kesenian atau tradisi-tradisi yang memang menduakan
Allah atau yang mengagungkan sebagai sumber berkat atau kebahagiaan , maka kebudayaan
seperti itu harus ditolak.
Misalnya : kebudayaan-kebudayaan tradisional yang harus kita tolak antara lain :
- Tradisi menghormati orang mati
- Kepercayaan meminta berkat kepada arwah
- Tradisi memberi makanan kepada arwah
- Kepercayaan pada benda-benda pusaka yang dapat memberi rejeki dan kesaktian dan       lain-
lain.   
Selain kebudayaan-kebudayaan tradisional, kita sebagai orang modern juga berhadapan
dengan budaya-budaya modern. Budaya modern pun tidak lepas dari pencemaran dan
kemerosotan nilai. Orang Kristen harus waspada terhadap bentuk-bentuk budaya modern atau
gaya hidup yang lagi trend antara lain :”Pergaulan bebas, free seks, kawin cerai, pornografi,
pornoaksi, tindak kekerasan, penyalahgunaan narkoba dan lain-lain.
Firman Tuhan berkata :”Jangan berjinah, setiap orang yang memandang perempuan serta
menginginkannya, sudah berjinah dengan dia didalam hatinya (Matius 5 : 27-28)
Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Markus 10 : 9).
Kasihilah sesamamu manusia dan musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya
kamu (Matius 5 : 43-44).
Buanglah semuanya ini : marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar
dari dalam mulutmu ( Kolose 3 : 8).
Dengan pedoman-pedoman Firman Tuhan, kita dapat membedakan mana kebudayaan
yang sesuai dengan iman Kristen dan mana kebudayaan yang bertentangan iman Kristen.
Kebudayaan yang bertentangan dengan iman Kristen harus kita tolak.
b. Sikap Dialektis Terhadap Kebudayaan
Kita tidak memakai istilah dualis karena paham dualis bukan paham Alkitabiah yang
komprehensip walaupun kita menyadari bahwa didalam dunia ini masih berkuasa iblis, tetapi
kerajaan itu tidak boleh kita anggap sebagai kerajaan yang sebanding dengan kerajaan Allah.
Iman Kristen menyaksikan bahwa kerajaan iblis sudah dikalahkan oleh Kerajaan Yesus.
”Maut telah ditelan dalam kemenangan”. Hai maut dimanakah kemenanganMu ?, Hai
maut dimanakah sengatmu ?” ( I Korintus 15 : 54-55 ). Namun demikian, iman Kristen
mengajarkan supaya umat Kristen selalu waspada terhadap dunia, Yesus mengutus murid-
murid kedunia seperti domba ditengah-tengah serigala (Matius 10 : 16-17). Sikap dialektis,
maksudnya ialah sikap umat Kristen yang jujur dan apa adanya terhadap dunia dan
kebudayaan.  Disatu pihak iman Kristen percaya bahwa setiap orang-orang yang ditebus
Kristus adalah orang kudus orang yang telah menerima kuasa dari Allah, tetapi dipihak lain,
karena umat Kristen masih hidup didunia ini, maka umat Kristen tidak terpisah dari dunia ini.
Umat Kristen juga masih terpengaruh dengan dunia ini.
Kita setuju dengan rumusan Martin Luther yang menyatakan :”orang Kristen disatu pihak
adalah orang-orang berdosa (Simuliustus Et Peccator). Oleh karena itu, orang Kristen juga
harus bersikap dialistis terhadap kebudayaan. Orang Kristen percaya bahwa Tuhan Allah yang
memberi mandat budaya kepada manusia (Kejadian 1 : 26 dan Kejadian 2 : 25).
Mandat untuk menguasai, mengusahai dan memelihara ciptaan Allah. Oleh karena itu
kebudayaan adalah tugas dan tanggung jawab manusia.
Namun, karena manusia sudah jatuh berdosa, maka pelaksanaan mandat itupun tercemar
dan ternoda. Paulus berkata :”Tidak ada yang benar, seorangpun tidak, semua sudah
berdosa”(Roma 3 : 10-12).
Oleh karena itu, umat Kristen tidak boleh mengabaikan kebudayaan sebagai tugas dan
tanggung jawab yang diberikan Allah kepadanya, namun dipihak lain, kebudayaan itu hanya
sebagai alat yang tidak terlepas dari dosa. Orang Kristen tidak boleh menggabungkan
kebudayaan.
c. Sikap menggarami dan menerangi kebudayaan
Kita setuju bahwa sikap memperbaharui kebudayaan adalah lanjutan dari tugas panggilan
umat Kristen didunia ini. Umat Kristen terpanggil menjadi garam dan terang dunia
(Matius5:13-16). Kebudayaan baik bersifat material maupun  yang bersifat immaterial adalah
termasuk bagian dunia yang harus digarami dan diterangi. Menggarami kebudayaan dengan
nilai-nilai kristiani adalah salah satu usaha memperbaharui dan memperbaiki nilai-nilai
kebudayaan itu sendiri.
Transformasi nilai-nilai ke-Kristenan ke dalam bentuk-bentuk budaya merupakan
pelaksanaan tugas panggilan umat Kristen didunia ini. Sedangkan menerangi kebudayaan
dengan nilai-nilai ke-Kristenan, maksudnya, mencegah agar kebudayaan jangan untuk hal-hal 
yang tidak benar tetapi diarahkan untuk kegiatan-kegiatan memuliakan Allah dan kesejahteraan
manusia.
Umat Kristen terpanggil untuk menggarami dan menerangi kebudayaan dengan nilai-
nilai ke-Kristenan.
                             
III. Pokok-pokok Pikiran Kristen
1. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan manusia, melalui pikiran,
perarasaan dan kemauannya. Hasil manusia itu, adalah  merupakan resporns manusia
terhadap potensi yang diberikan Allah kepadanya pada waktu penciptaan. Allah telah
memberikan mandat budaya kepada manusia, yaitu menguasai, mengusahai dan
memelihara ciptaan Allah ; dan kegiatan itulah yang disebut kebudayaan.
2. Karena manusia sudah berdosa, maka segala sesuatu yang dihasilkannya pun tidaklah
sempurna. Kebudayaan pun tidak terlepas dari akibat dosa. Oleh karena itu setiap saat,
kebudayaan juga harus diperbaharui, harus digarami dan diterangi dengan nilai-nilai
kristiani.
3. Umat Kristen harus mengkritisi kebudayaan dengan konsep dan prinsip-prinsip
kristiani, berdasarkan Alkitab; hingga umat Kristen tidak terjebak pada pengagung
kebudayaan melebihi etika dan iman Kristen.

Umat Kristen juga tidak perlu bersikap apriori atau menolah secara radikal terhadap
bentuk-bentuk kebudayaan itu untuk diisi dengan nilai-nilai kristiani.

IV. Latihan Mahasiswa


1. Buatlah satu rumusan singkat tentang hakekat Kebudayaan !
2. Carilah ayat-ayat Alkitab yang berkaitan dengan kemerosotan budaya !
3. Carilah ayat-ayat Alkitab yang berkaitan dengan sikap-sikap positif terhadap
kebudayaan

V. Test Formatif
1.             Bagaimana umat Kristen bersikap yang benar terhadap bentuk-bentuk budaya tradisional?
2.                Apakah anda setuju dengan kebudayaan barat ? Tuliskan pendapatmu !
BAB VII
HUKUM

I.  Latar Belakang Masalah


1         Secara umum masalah hukum dan pandangan agama sering dipisahkan. Hukum sering kali
dikaitkan dengan negara, kekuasaan, keadilan dan kebenaran. Negaralah yang menciptakannya,
melaksanakan dan mengawasi hukum melalui badan-badan nagara, seperti : MPR, DPR, DPD,
Pemerintah, dan lembaga-lembaga peradilan.
2           Tetapi jika dikaji lebih mendalam bahwa masalah hukum selalu berkaitan dengan manusia dan
kehidupannya. Karena hukum adalah berkaitan dengan manusia dan kehidupan, maka
pandangan agama perlu didengar.
3           Iman Kristen berdasarkan Alkitab perlu dilihat pandangannya, tentang : ”Hubungan hukum
dengan kehidupan manusia, tentang sumber hukum yang sesungguhnya tentang tanggung
jawab umat Kristen dalam penegakan hukum sesuai iman Kristen.
4           Dalam topik kajian ini perlu dilihat korelasi antara konsep dan prinsip umum tentang hukum
dengan pandangan Kristen berdasarkan Alkitab.
5           Kajian ini berguna untuk mahasiswa, agar mereka memiliki pemikiran yang komprehensip
tentang peranan mereka dalam penegakan hukum pada kehidupan sehari-hari baik sebagai
warga negara maupun sebagai umat kristiani.
II.   Kajian Materi
A.  PENGERTIAN DAN MAKNA HUKUM SECARA UMUM
a. Pengertian Pokok
Dalam penjelasan UUD 1945, tentang sistem pemerintahan negara ditegaskan bahwa :
”Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), bukan  berdasarkan atas
kekuasaan belaka”. Memang salah satu unsur pokok dalam  hukum  ialah  adanya kekuasaan.
Siapa yang  memiliki kekuasaan tertinggi, itu  tergantung pada sistem pemerintahan yang
dianut.
           Sistem demokrasi langsung, kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat secara langsung.
           Sistem demokrasi perwakilan, kekuasaan tertinggi dipengang oleh rakyat melalui perwakilan
           Sistem kerajaan : kekuasaan tertinggi dipegang oleh Raja.
           Sistem konstitusional, kekuasaan tertinggi terdapat pada konstitusi (hukum dasar) berarti
kekuasaan dibatasi oleh undang-undang dasar.
           Sistem diktator  absolutisme, kekuasaan tertinggi terdapat pada kemauan dan kepentingan
penguasa, dan dipegang oleh kepala Negara. Kekuasaan tidak dibatasi oleh Undang-undang
Dasar.
Dasar konteks negara Republik  Indonesia bahwa kekuasaan adalah unsur yang paling
utama dalam sistem hukum, namun kekuasaan sangat penting dalam penegakan hukum. Jika
kita simak dari pembukaan UUD 1945, yang diakui sebagai  hukum dasar tertulis di negara
kita, maka unsur pokok dari hukum di Indonesia ialah :
Pertama    : Kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, setiap manusia memiliki hari kebebasan.
Kedua      : Kewajiban negara yaitu :
1.      Memiliki seganp bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia memajukan
kesejahteraan umum.
2.      Mencerdaskan kehidupan bangsa
3.      Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
Maka secara mendasar dapat dikatakan bahwa, hukum adalah berkaitan dengan hak dan
kewajiban secara azasi. Manusia yang hidup menurut hukum adalah manusia  yang menyadari
apa haknya dan apa kewajibannya dalam kehidupan
b. Makna Hukum Bagi Kehidupan
Sesuai dengan kewajiban negara yang telah digariskan dalam UUD 1945,  maka hukum
itupun haruslah memberi makna sebagai berikut:
1) Hukum Itu Melindungi Seluruh Manusia
Pada modul, PAK, pelatihan nasional 2 digariskan “Pada dasarnya hukum adalah perlindungan
kepentingan manusia yang berbentuk kaidah atau norma perlindungan kepentingan hidup atau
kaidah disertai dengan sanksi yang bersifat mengikat dan memaksa, itulah hakikat dari hukum”.
Peraturan  hidup ada yang tertulis, dan tidak tertulis, setiap manusia mempunyai hak untuk
dilindungi dan setiap manusia wajib menghargai hak orang lain, jika tidak maka hukum akan
memberi sanksi kepadanya. Sanksi hukum bisa dari pemerintahan, bisa juga dari masyarakat.
2) Hukum Memajukan Kesejahteraan Umum
Jika setiap orang  menyadari haknya dalam kehidupan bersama, dan melakukan kewajiban
dalam interaksi sosial, maka kesejahteraan umum akan terwujud. Kesejahteraan umum
terwujud jika hukum itu terlaksana dengan baik. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
membuat manusia menikmati kesejahteraan yang hakiki, maka hukum itu  memberi
kesejahteraan hidup secara umum.
3)  Hukum Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
Di satu pihak hukum yang berlaku menuntut kepatuhan dan ketaatan dari masyarakat, tetapi
dipihak lain, hukum juga akan memberikan pencerahan bagi kehidupan manusia. Kepatuhan
dan ketaatan yang dituntut hukum haruslah berdasarkan kesadaran diri.

Idealnya hukum itu harus dipahami oleh masyarakat yang telah mengerti apa hak dan apa
kewajibannya dalam kehidupan bersama, tidak membuat kepatuhan pada  hukum itu menjadi
beban bagi mereka. Dan orang-orang yang hidup patuh pada hukum tetapi berarti itu sebagai
beban atau paksaan, mereka malah orang-orang yang cerdas.
4) Hukum Juga Menertiban Kehidupan
Dietriech Bonnhoffer, menegatakan bahwa ” kebebasan tanpa kewajiban adalah kekacauan,
artinya jika aspek kebebasan saja yang utamakan, sedangkan kewajiban tidak diutamakan,
maka kehidupan akan menjadi kacau, tidak tertib. Kehidupan bersama menjadi terib, jika
masing-masing anggota masyarakat menyadari apa haknya, dan melakukan apa kewajibannya.
Hukum memang adalah untuk mengikiat manusia agar hidup tertib, tetapi kehidupan hidup itu
bukan karena paksaan, melainkan berdasarkan pada kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
c. Fungsi Hukum Dalam Kehidupan
Jika kita telah membahas makna hukum dalam kehidupan itu berkaitan dengan arti
hukum secara hakiki. Tetapi membicarakan fungsi hukum dalam kehidupan  maka orientasinya
ialah : fungsi hukum secara formal. Yang kita maksud dengan hukum secara formal ialah UUD,
Undang Undang, dan keputusan-keputusan badam negara misalnya : Keputusan DPR,
keputusan pemerintahan dan lain-lain.
Hukum dasar tertulis dan kitab-kitab hukum tertulis lainnya mempunyai fungsi dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Fungsi hukum tertulis itu adalah sebagai berikut :


1)      Fungsi Integrasi artinya: Hukum tertulis menjadi faktor integratif, karena hukum (UU) menjadi
pegangan bersama dan diharapkan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan konflik yang
terjadi. Hukum menjadi sarana ”Conflict resolution”.
2)      Fungsi kontrol artinya: Hukum (UU) menjadi alat untuk mengontrol perubahan dan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
3)      Fungsi Perekayasaan nilai : Artinya, hukum (UU) menjadi alat untuk merekayasa nilai. Sebab
hukum berisi nilai-nilai masih berbuat idealis. Dengan butir-butir nilai dalam hukum (UU),
cita-cita dalam kehidupan masyarakat dengan diwujudkan. Hukum menjadi acuan nilai-nilai
yang dicita-citakan. (Naskah Akaddemik : Rancangan UU tentang Kehidupan Umat beragama,
Departemen Agama Republik Indonesia,2002)
Ketiga fungsi hukum di atas harus dipahami secara komprehensif artinya fungsi integrasi,
fungsi kontrol, dan fungsi rekayasa itu bertujuan secara terpadu dalam kehidupan sehari-hari.
B.  PANDANGAN KRISTEN MENGENAI HUKUM
a. Manusia Hidup Berdasarkan Hukum
Sepintas menurut Alkitab, hukum itu hanyalah berupa perintah-perintah dan tuntunan
Allah. Kitab perjanjian lama yang didominasi oleh hukum Taurat, banyak berupa perintah-
perintah dan titah-titah Allah.
J. Verkuyl mengatakan hukum Taurat adalah pengumuman tuntutan-tuntutan Allah
kepada manusia. Rasul Paulus sendiri berkata kepada orang Kristen bahwa ” Kamu tidak
berada dibawah hukum Taurat, tetapi dibawah kasih karunia,” (Roma 6:14). Semua orang yang
hidupdari pekerjaan hukum Taurat berada dibawah kutuk; sebab ada tertulis ”Terkutuklah
orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulisdalam kitab
hukumTaurat”(Galatia 3:10). Kesannya bahwa hukum Taurat hanyalah berisi daftar kewajiban
manusia. Tetapi jika menyimak keseluruhan isi Alkitab baik kitabPerjanjian Lama maupun
kitab Perjanjian Baru. Hukum-hukum Tuhan itu tidak semata-mata berupa tuntunan-tuntunan
yang harus dilakukan oleh manusia, melainkan juga berisi janji-janji dan hak kebebasan
manusia dihadapan Allah. Kewajiban-kewajiban dan hak kebebasan adalah kebutuhan manusia.
Menurut kitab Kejadian1-  3. Pada waktu Allah menciptakan manusia pertama, Adam
dan Hawa;  Allah serta merta memberikan hak dan kewajiban kepada manusia.  Allah sudah
menetapkan hukum bagi manusia pertama.
Allah sudah menggariskan kepada manusia apa-apa yang dapat dilakukan dan apa yang
dapat dinikmati (sebagai hak kebebasan). Dan Allah juga sudah menggariskan apa-apa yang
tidak dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dimakan oleh manusia (Kewajiban).
Hak kebebasan Manusia pertama
(1). Mengusahai ciptaan lain
(2). Beranak cucul-bertambah banyak
(3.). Memakan tumbuh-tumbuhan berbiji dan pohon-pohonan yang berbuah berbiji.

Kewajiban manusia pertama


(1). Menguasai ciptaan lain
(2). Mengusahai Taman Eden
(3). Memelihara Ciptaan Allah
(4). Tidak memakan buah yang dilarang
Berdasarkan fakta diatas maka dapat disimpulkan bahwa sejak manusia diciptakan Alllah,
kepadanya diberikan hukum, hukum menjadi kehidupannya, manusia hidup berdasarkan
hukum. Iman Kristen menghargai hukum sebagai norma hidup.
b. Sumber Hukum
Kita tahu bahwa hukum itu ada yang tertulis dan ada juga yang tidak tertulis : tetapi baik
hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis tentu perlu dipertanyakan darimanakah
sumber hukum itu ? Ada dua pendapat yaitu :
-     Bersumber dari masyarakat ;
-      Bersumber dari pencipta manusia (Allah)
1.    Hukum bersumber dari masyarakat
Mereka mengatakan bahwa ”Hukum adalah hasil kontrak sosial”;  artinya apa
yang                       perlu atau tidak perlu dalam hukum adalah masalah kesepakatan saja. Kalau
masyarakat ada kesepakatan sesuatu yang mau diatur dalam ketentuan yang akan mengikat
bersama, jadilah dia dimasukan dalam aturan yang mengikat bersama (Rancangan UU tentang
kerukunan umat beragama)
Sumber hukum adalah kesepakatan masyarakat, kesepakatan itulah yang dipelihara dan
dilaksanakan dalam kehidupan bersama. Pendapat yang mengatakan bahwa masyarakatlah
yang menjadi sumber hukum, adalah berangkat dari sudut pandang aliran demokrasi.
Kekuasaan sebagai unsur penting dalam hukum dipahami berasal dari masyarakat. Mereka
menganggap suara rakyat (masyarakat) adalah suara Tuhan (Vox Populi, Vox Deo)
2.     Hukum berasal dari pencipta manusia (Allah)
Pendapat ini berangkat dari sudut pandang Theokrasi, artinya yang berkuasa dalam masyarakat
adalah Allah, Allah yang lebih dahulu mengatur bagaimana manusia itu harus hidup.
Pandangan inilah  yang sesuai dangan pandangan Kristen. Iman Kristen, mengakui bahwa
”Tuhan Allah adalah pusat dan sumber dari semua yang baik”. Tuhan Allah adalah hakim
tertinggi dan terakhir yang memutuskan apa yang benar dan yang salah. Karena itu tanggung
jawab manusia yang pokok ialah melakuakan apa yang dikehendaki Tuhan Allah. Didalam
mengambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan, semua manusia harus mencari
kehendak Tuhan Allah (Roma 12 : 2)
Jika kita percaya bahwa Tuhan Allah adalah sumber hukum maka hukum dari Tuhan itu
terwujud dalam tiga bentuk, yaitu :
- Hukum berupa amanat kebudayaan yaitu yang diberikan Allah kepada manusia pada waktu
penciptaan Adam dan Hawa. Tuhan Allah memberi hak-hak azasi manusia dan kewajiban-
kewajiban azasi manusia (Kejadian 1 : 3)
- Hukum Taurat yaitu hukum Allah yang diberikan Allah kepada umat Israel pada masa Exodus
dari Tanah Mesir menuju tanah perjanjian (Keluaran  20)
- Hukum Kasih yaitu hukum yang berikan Allah melalui Yesus Kristus, kepada orang-orang
percaya yang intinya ”Mengasihi Tuhan Allah dan mengasihi sesama manusia” (Matius 22 :
34-40).
Selain pandangan aliran Demokrasi dan Theokrasi, ada juga yang menganut Absolutisme
atau Diktatorisme. Aliran ini beranggapan bahwa sumber hukum adalah penguasa. Penguasa
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan tak terbatas,  menjadi penentu hukum.  Pontius
Pilatus seorang penguasa romawi berkata kepada Yesus, ”tidaklah engkau tahu atau berkuasa
untuk membebaskan engkau dan berkuasa juga untuk menyalibkan engkau ? Yesus menjawab
”engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap aku, jika kuasa itu tidak diberikan kepadamu
dari atas”(Johannes 19 : 10-11).
Paulus pada suratnya ke jemaat Roma menegaskan bahwa : sebab tidak ada pemerintahan
yang tidak berasal dari Allah dan pemerintahan-pemerintahan yang tidak ditetapkan oleh Allah
(Roma 13 : 1). Kesimpulan Hukum dan kekuasaan pada hakekatnya adalah berasal dari Allah.
C.  PARTISIPASI ORANG KRISTEN DALAM PENEGAKAN HUKUM
    a. Keteladanan Orang Kristen Mematuhi Hukum
Sebelum orang Kristen menganjurkan orang lain agar mematuhi hukum, maka orang
Kristen harus lebih dahulu menaati hukum. Ketika ada kelompok suruhan ahli taurat dan iman-
iman kepada Yahudi bertanya kepada (Yesus) Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada
kaisar atau tidak ? Yesus barkata : ”Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan
kepada kaisar. Dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”(Lukas 20 : 20-
26)
Kepatuhan kepada Kaisar adalah salah satu dari usaha penegakan hukum. Paulus juga
mengajarkan bahwa ”orang Kristen wajib membayar pajak dan cukai”(Roma  13 : 7). Orang
Kristen yang melaksanakan kewajiban pajak adalah merupakan salah satu partisipasi orang
Kristen manegakan hukum.
b.  Orang Kristen Menjauhi Perbuatan-perbuatan Melanggar Hukum
Selain keteladanan membayar pajak dan cukai sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku, Orang Kristen juga turut mendukung pemerintah dalam menjauhi praktek-praktek
yang melanggar hukum. Berbagai contoh perbuatan melanggar hukum yang harus dihindari
oleh Orang Kristen yaitu :
1. Praktek Korupsi Dan Penindasan Ekonomi
Terjadinya krisis ekonomi di negara Republik Indonesi adalah disebabkan banyak faktor ; salah
satu penyebab utama ialah : praktek korupsi dan ketidakadilan ekonomi.
Pada zaman nabi Habukuk, telah terjadi perbuatan-perbuatan korupsi dan penindasan ekonomi
dalam masayarakat, sehingga terjadilah krisis ekonomi. Firman Tuhan melalui nabi Hakubuk
berkatalah ”Celakalah Orang yang mengaruk bagi dirinya apa yang bukan
miliknya”.celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya
(Habakuk 2 : 6+9)
Pada suatu waktu orang Kristen mendapat peluang dan akan digoda untuk berbuat demikian,
tetapi dalam rangka partisipasi menegakan Hukum dan keadilan, maka orang Kristen wajib
menghindarkan perbuatan-perbuatan seperti itu.
        2. Perilaku Melecehkan Aparat Hukum
Dalam masyarakat sering terjadi perilaku-perilaku yang kurang menghargai dan
menghomati aparat negara , misal ; melanggar peraturan lalu lintas ; tidak mengindahkan
ketertiban umum, turut mengikuti praktek-prktek ilegal, seperti penyelundupan, togel dan judi.
Masyarakat sebenarnya, sudah tau bahwa perbuatan-perbuatan itu adalah melanggar
hukum, tetapi karena kesempatan-kesempatan untuk berbuat terbuka, maka banyak orang
melakukan juga, termasuk orang Kristen.
Rasul Petrus berkata : ”kepadamu semua lembaga penguasa, baik kepada raja,sebagai
pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya, untuk
menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat
baik. (I Petrus 2 : 13-14)
Paulus juga memberi nasehat dalam surat Roma 13 : 7 ”Berilah rasa takut kepada orang
yang berhak menerima rasa takut dan berilah rasa hormat kepada orang yang berhak
menerima rasa hormat”.
Jadi kesimpulannya : Orang Kristen wajib menghargai dan menghormati aparat-aparat
hukum, sebagai wujud partisipasi orang Kristen dalam penegakan hukum.
c. Orang Kristen Memberi Suara Nabiah
Suara nabiah adalah suara berupa sumbangan fikiran sehat, kritikan, tegoran, dan protes,
terhadap praktek-praktek pelanggaran hukum dalam masyarakat. Paulus memberi nasehat
kepada orang Kristen ”Beritakanlah firman, nyatakanlah apa yang salah, tegor dan
nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran (II Timotius 4 : 2).
Di satu sisi, Orang Kristen harus, mematuhi hukum dan menghargai aparat hukum, tetapi
dipihak lain, orang Kristen juga harus memberitakan, membela dan mempertahankan
kebenaran Firman Allah. Orang Kristen dapat memberi kritik dan protes terhadap praktek
pelanggaran dan pelecehan hukum, baik oleh aparat hukum atau masyarakat lain, tetapi kritik
dan protes itu tidak berubah menjadi melecahkan dan melawan penegakan hukum.

III. Latihan Mahasiswa


1.      Cari beberapa contoh perbuatan dan tindakan Yesus yang ikut menegakan hukum di
masyarakat Yahudi pada waktu dia hidup.
2.      Tunjukan beberapa contoh praktek-praktek yang sering dilakukan warga negara yang
sebenarnya adalah pelanggaran atau pelecehan hukum.
3.      Bagaimana pandanganmu tentang : a. Lokalisasi judi
                                                                      b. Lokalisasi WTS
IV. Pokok-pokok Pikiran Kristiani
1.      Menurut iman Kristen hukum bermakna bagi kehidupan manusia, untuk menjadi petunjuk
dalam haknya dan melaksanakan kewajibannya. Allah sendiri pada waktu menciptakan
manusia telah memberikan hukum kepada manusia. Hukum menjdi kehidupannya dan manusia
hidup berdasarkan hukum.
2.      Iman Kristen menghargai hukum sebagai norma hidup. Umat Kristen harus menghargai hukum
yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan iman Kristen. Hukum yang berlaku harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh umat Kristen.
3.      Umat Kristen terpanggil untuk ikut berpartisipasi dalam penegakan hukum, melalui:
”keteladanan mematuhi hukum, menjauhi perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum dan
mau memberikan saran-saran yang bersifat mengingat, mengkritik dan menyatakan kebenaran
kepada pemerintah ataupun pada masyarakat.
V. Test Formatif
Bentuk apa saja yang dapat anda lakukan sebagai partisipasi anda dalam penegakan
hukum (satu contoh kasus dalam kehidupan sehari-hari) 
BAB VIII
POLITIK

I. Latar Belakang Masalah


1. Ada dua sisi pandangan umum tentang politik
Pandangan pertama umum tentang politik :
- Politik itu permainan kotor, politik mencari kekuasaan
- Politik itu adalah kawasan yang bebas kejujuran ; yang diplesetkan dalam bahasa Batak
Toba : Poel-otik artinya bengkok sedikit adalah sah-sah saja.
- Dalam politik tidak ada musuh yang abadi dan tidak ada teman yang abadi ; tetapi
kepentinganlah yang abadi.
Pandangan-pandangan diatas membuat orang sebagian bersikap negatif terhadap
politik, sehingga ada orang yang tidak mau terlibat dalam politik atau sebaliknya, ada orang
yang berpetualang dalam politik, mereka memakai jalur politik untuk mencapai keinginan,
tujuan, menghalalkan segala cara.
Tetapi pandangan kedua mengatakan : Politik itu seni Politik itu bentuk pengabdian
pada bangsa dan negara. Politik itu tujuannya untuk kesejahteraan warna negara. Maka
dengan pandangan ini, banyak orang berjuang dalam dunia politik, atau ada orang Kristen
yang mengklaim bahwa mereka aktif dalam politik adalah sebagai pandangan atau amanah
pengabdian.
Maksud dan tujuan pembahasan topik ini adalah agar mahasiswa memperoleh
pemahaman yang mendalam kompregensip tentang berpolitik dan khususnya bagaimana
orang Kristen berpartisipasi dalam politik yang benar.

III. Kajian Materi


A.    PENGERTIAN POLITIK SECARA HAKIKI
a.       Menurut politik, pengertian politik secara hakiki adalah : ”Segala rencana, usaha dan
tindakan / kegiatan untuk memelihara dan mengelola negara.” Dan tujuannya adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan warga negara.
Kita mengetahui bahwa yang disebut negara terdiri dari tiga unsur yaitu : Wilayah, Rakyat,
dan Pemerintahan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan wilayahnya, Rakyat dan
pemerintah, adalah bagian dari negara. Berdasarkan pengertian diatas maka jika kita
berpartisipasi dalam politik ; jalan yang dapat dipakai bukan hanya jalur pemerintahan atau
kuasa, tetapi juga kewilayahan atau jalur rakyat.
Melakukan kegiatan dan pemikiran tentang soal-soal wilayah dan soal-soal rakyat, mis:
tentang pengembangan wilayah, kesejahteraan, keadilan, keamanan, pendidikan, adalah
juga termasuk dalam lingkup politik.
b.      Mahasiswa telah ikut berpartisipasi dalam politik jika mereka ikut memberikan pemikiran
dan kegiatan mengenai kelestarian lingkungan hidup, mengenai masalah sosial, masalah
ketidak adilan, kemiskinan dan lain-lain. Mahasiswa dan orang Kristen tidak harus ikut
partai politik atau politik praktis bsru disebut berpartisipasi dalam politil. Karena berpolitik
secara hakiki ialah ikut memberikan pemikiran dan tindakan dalam memelihara dan
mengolah negara. Sebagai warga negara yang baik, maka orang Kristen juga terpanggil ikut
memberikan baktinya untuk kesejahteraan bangsa dan negara.
c.      Namun dalam memberikan darma baktinya itu ; orang Kristen sebagai warga negara yang
baik, harus sadar diri, sebagai apa posisi dan perannya dalam negara dan masyarakat ;
orang Kristen tidak etis melakukan darma baktinya jika tidak sesuai dengan posisi dan
perannya dalam negara dan masyarakat.
d.      Orang Kristen juga harus menghargai posisi dan peran warga negara yang lain,  atau harus
menghargai posisi dan peran aparatur negara ; apakah itu unsur eksekutif, legislatif,
yudikatif.
B.     KONSEP ALKITAB TENTANG POLITIK
a. Pemerintahan politik berbeda pelayan Kristiani.
Yakobus dan Yohannes pernah meminta jabatan khusus kepada Yesus yaitu :
kedudukan disebelah kanan dan sebelah kiri Yesus (Markus 10: 37) tetapi Yesus
mengatakan :”kamu tidak tahu apa yang kamu minta.....”(ayat 38).
Rupanya kedua muridnya ini mengira Yesus adalah seperti kerajaan dunia (politis).
Kemudian Yesus berkata kepada seluruh murid ”kamu tahu bahwa mereka yang disebut
pemerintah bangsa-bangsa, memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-
pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras, atas mereka. ”Tidak demikian diantara
kamu! Barang siapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu....... karena anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”. (mark 10 : 42-
45)
Dengan penjelasan Yesus diatas, ditegaskan bahwa pelayanan kristiani berbeda
dengan pemerintahan politis. Yesus kedunia membawa pola dan suasana baru tentang
jabatan, kuasa, dan pelayanan. Jabatan dan kuasa dalam kepelayanan kristiani adalah
berdasarkan pada pengabdian dan pengorbanan bagi banyak orang. Sedangkan pada politik
kekuatan dan kekuasaan menjadi pola kepemimpinan yang sah.
b.      Orang Kristen tidak anti Pemerintahan Politik
Ada orang Kristen yang apriori terhadap pemerintahan politik, dan mengenggap
pemerintahan politik sebagai penguasa yang berasal dari iblis. 
Mereka menggunakan Nats  Alkitab  : why1: 1-10 sebagai dasar penilaian.
Ciri-ciri pemerintahan yang berasal dari iblis ialah:
1.      Penuh kesombongan dan menghujat Allah
2.      Melawan orang kudus
Memang dalam sejarah gereja, pernah terjadi perilaku dan tindakan-tindakan penguasa
politik, yang menghujat Allah dan menindas orang-orang Kristen Misalnya Kaisar Nero
dalam kerajaan Romawi pada abad I tetapi peristiwa itu bukan menjadi alasan kita untuk
menolak pemerintahan politik secara mutlak.
Pada masa Yesus, ada kelompok-kelompok masyarakat Yahudi yang mencoba
mempertentangkan Yesus dengan pemerintahan politik,”beberapa orang Farisi dan
Herodian bertanya kepada Yesus :”Apakah diperbolehkan membayar pajak atau tidak ?
Kemudian Yesus menjawab dengan tegas :” Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu
berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.(Mark
12 : 13-17).
Dengan pernyataan Yesus itu, berarti orang Kristen tidak anti kepada pemerintah
politik. Malahan dalam surat Paulus ke jemaat di Roma pasal 13 : 1-7, ditegaskan lagi:”
Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang diatasnya, sebab tidak ada pemerintah
yang berasal dari Allah dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah”.
Selanjutnya Paulus mengatakan, supaya orang Kristen :
- Membayar pajak kepada yang berhak menerima pajak
- Membayar cukai kepada yang berhak menerima cukai
- Memberi rasa takut kepada yang berhak menerima rasa takut
- Dan memberi hormat kepada yang berhak menerima hormat (Roma 13 : 7).

C.  BEBERAPA BENTUK PARTISIPASI POLITIK ORANG KRISTEN


Ada beberapa bentuk pertisipasi politik orang Kristen dalam berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat.
a. Menjadi Garam dan Terang Dunia Politik
Yesus memberi tanggung jawab kepada orang Kristen agar menjadi garam dan terang
dunia.....Mat 5 : 13-16,” Kamu adalah garam dunia dan kamu adalah terang dunia”. Dunia
yang dimaksud adalah juga meliputi dunia politik. Tetapi bagaimana orang Kristen menjadi
garam terang dalam dunia politik ?
Dalam praktek berpolitik tentu tidak lepas dari kekurangan dan penyimpangan,
malahan ada orang-orang politik dengan sadar melakukan trik-trik politik yang
bertentangan dengan kebenaran dan keadilan, oleh karena itu jika orang Kristen
berpartisipasi dalam dunia politik, maka mereka harus berani menjadi garam dan terang.
Menjadi garam dalam dunia politik berarti memberikan kualitas yang lebih baik
dalam sikap dan perilaku berpolitik. Orang Kristen harus berani memberi contoh dan kritik
yang sehat dalam berpolitik. Selanjutnya menjadi terang dalam politik berarti orang Kristen
terpanggil ”menciptakan” nuansa berpolitik jujur tetapi cerdas.
Orang Kristen tidak perlu menganut prinsip-prinsip berpolitik tidak jujur dan jahat,
seperti
- Peol-otik (bengkok sedikit adalah sah)
- Tidak ada teman dan musuh yang abadi, tetapi kepentinganlah yang utama.
- Singkirkan kepala batu
- Pecah belah dan kuasai (Devide et Impera)
- Uanglah yang mengatur negara
- Mumpung saya lagi berkuasa, dan lain-lain.
b. Bersaksi, Bersekutu dan Melayani dalam Politik
Ketika bentuk partisipasi ini disebut Tri Tugas orang Kristen dalam dunia
- Bersaksi dalam politik (Kisah 1:8)
Bersaksi dalam politik artinya memberi sikap, buah pikiran dan tindakan yang tujuannya
menegakkan kebenaran dan keadilan.
Paulus dalam suratnya kepada Timotius berkata :”Beritakanlah firman, siap sedialah, baik
atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasehatilah dengan
segala kesabaran dan pengajaran.”(II Timotius 4 : 2).
Demontrasi, unjuk rasa, jika dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
disampaikan dengan damai dan rendah hati adalah bentuk-bentuk kesaksian politis yang
sah menurut Iman Kristen. Memberitakan kebenaran, keadilan, mengatakan apa yang salah,
menegor dan memberi nasehat (saran) kepada pihak-pihak penyelenggara negara menjadi
sesuatu yang pertisipatif dari orang Kristen.
- Bersekutu Dalam Politik
Sebagai garam dan terang, orang Kristen harus hadir dalam dunia ; seperti garam, orang
Kristen harus melarut dalam dunia politik agar efektif dalam memberi nuansa terhadap
perilaku-perilaku berpolitik. Bersekutu dalam politik tidak harus memasuki partai politik
atau melakukan kegiatan-kegiatan politik praktis, tetapi bersekutu dalam politik artinya
membuat diri inklusif dalam perkembangan politik. Mengikuti perkembangan dan dinamika
politik  secara peka dan tanggap.
Bersekutu dalam politik boleh dengan cara mengikuti tren politik yang sedang terjadi, dan
mencoba memahami apa makna dari peristiwa yang terjadi itu. Orang Kristen juga tidak
boleh buta politik, tetapi
- sangat berguna jika orang Kristen dapat mengatisipasi kecenderungan-kecenderungan
politis
Yesus telah menasehati murid-muridNya :” Lihat ! Aku yang mengutus kamu seperti
domba ditengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus
seperti merpati, tetapi waspadalah terhadap semua orang....(Matius 10 : 16-17). Artinya :
Orang Kristen dalam bersekutu harus cerdik, tulus dan waspada, supaya jangan terjebak
dan terperangkap dalam permainan politik.
- Melayani dalam politik
Melayani dalam politik artinya memberi diri untuk orang lain sehingga orang lain dapat
memahami kecenderungan politik atau tidak terjebak dalam permainan poltik, membantu
dan menolong orang lain supaya jangan menjadi korban politik.
Yesus mengklaim dirinya, sebagai kepenuhan nubuatan nabi Yesaya tentang seorang tokoh
yang diurapi Allah. Yesus berkata :”Roh Tuhan ada padaku, oleh sebab Ia telah mengurapi
Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin ; Ia telah mengutus aku
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi
orang-orang yang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang”. Yesus datang kedunia juga untuk
melayani orang-orang yang tersangkut masalah politik : tetapi cara Yesus melayani bukan
dengan bentuk-bentuk politik praktis, dan bukan dengan cara-cara kekerasan.
Sewaktu Yesus ditangkap imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi ditaman
Getsemani, salah seorang murid Yesus menghunus pedangnya meletakkanya kepada hamba
iman besar sehingga putus telinganya...
Tetapi Yesus berkata : masukkanlah pedang itu kembali kedalam sarungnya,
sebab :”Barang siapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.”(Matius 26 : 51-52).
Kemudian pada waktu Yesus dihadapan imam besar Kayahfas dan Hanas, seorang penjaga
yang menjaga disitu ”menampar muka Yesus” tetapi Yesus berkata kepada orang itu:
”Jikalau kataKu itu salah tunjukanlah salahnya, tetapi Jikalau kataKu itu benar mengapakah
engkau menampar Aku? (Yohannes 18 : 22-23).
Dari contoh kejadian diatas dapat kita pahami bahwa Yesus adalah seorang tokoh pelayan
politis, yang anti kekerasan : Yesus berani mengatakan kebenaran ; Yesus mampu
memberikan kritik yang argumentatif kepada lawan-lawan politisnya, tetapi dia tidak
memakai cara-cara kekerasan.
Maka berdasarkan sikap dan perilaku yang ditunjukan Yesus, orang Kristen pun terpanggil
untuk melayani dalam politik secara berani dan elegan. Orang Kristen harus mampu
memberi pelayanan kepada orang-orang miskin, orang-orang tawanan, orang-orang
tertindas, dan orang-orang yang menjadi korban permainan politik, tetapi dalam peleyanan
itu, orang Kristen juga harus menghindari cara-cara dan bentuk-bentuk kekerasan.
Memang Bersaksi, Bersekutu dan Melayani dalam politik adalah tiga apek pelayanan
Kristiani yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain. Ketiga aspek pelayanan ini dapat
dilakukan orang Kristen secara integratif dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat pada waktu yang bersamaan.
Orang Kristen melayani dalam politik berarti orang Kristen memberi sesuatu yang berguna
untuk pengembangan dan kewajiban etika berpolitik yang santun dan bermartabat.
c. Mendoakan Raja (Penguasa) dan Negara
Bentuk partisipasi politik orang Kristen yang lebih rohani ialah: ”Mendoakan Raja dan
Kota”. Nabi Jeremia dalam suratnya kepada orang Israel dipembuangan Babel menasehati
bangsa itu agar mengusahakan kesejahteraan kota dan berdoa untuk kota. (Jeremia 29 : 7).
Demikian juga Paulus mengingatkan Timotius, agar menaikan doa syafaat untuk semua
orang, untuk raja-raja , dan untuk semua pembesar agar kita dapat hidup tenang dan tentram
dalam segala kesalehan dan kehormatan (I Timotius 2 : 2).
Mendoakan raja (penguasa) dan negara kita katakan lebih rohani, ialah karena dengan doa
kepada Tuhan kita memperhadapkan lembaga politik (Raja negara) dalam rohani kita
kepada Tuhan. Partisipasi kita dalam politik , tidak hanya pada aspek-aspek duniawi atau
jasmani saja melainkan roh kita juga ikut terlibat dalam dinamika politik. Mendoakan raja
dan negara bukan berarti kita mempolitisasi doa-doa kita dan ini sering disebut doa politik,
tetapi mendoakan raja dan negara berarti batin dan roh kita juga ikut mengumuli persoalan
dan perkembangan politik.
d. Menjadi Pekerja Sosial
Menjadi pekerja sosial juga adalah bentuk partisipasi politik yang dapat dilakukan orang
Kristen. Mengapa? karena tugas-tugas pekerja sosial adalah mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan sosial. Sedangkan tujuan politik secara hakiki adalah perbaikan dan
peningkatan kesejahteraan warga negara.
Pada jaman Rasul-rasul telah dipilih tujuh orang sebagai pekerja sosial yang khusus
melayani orang-orang miskin dan janda-janda (Kisah 6 : 1-7). Orang Kristen juga dapat
berpartisipasi dalam politik, melalui pelayanan pekerja sosial.
e. Pencinta Lingkungan
Salah satu unsur negara ialah Wilayah, maka pengelolahan wilayah lingkungan hidup,
ekosistem adalah bagian dari tugas negara orang-orang yang mengabdikan dirinya pada
usaha melestarikan lingkungan termasuk pada kegiatan politik secara hakiki.
Masalah lingkungan adalah masalah negara. Orang Kristen dapat berpartisipasi dalam
perbaikan dan pengelolahan lingkungan atau wilayah. Soal-soal pencemaran lingkungan
atau pengerusakan wilayah tidak lepas dari tanggung jawab orang Kisten.
Nabi Jeremia berkata :” Usahakanlah kesejahteraan kota (wilayah) dan berdoalah untuk
kota(wilayah itu), sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmua (Jeremia 29 :7)
f. Aktivitas Politik dan Partai -Politik
Ada tiga bentuk aktivitas politik yang dapat diperankan orang Kristen yaitu :
- Pengamat politik
- Anggota partai politik kebangsaan
- Anggota partai politik Kristen
Menjadi pengamat politik ialah berperan untuk pencerahan dan pencerdasan
berpolitik. Berusaha memberikan pemikiran-pemikiran dan analisis politik yang ilmiah,
jujur dan konsisten.
Sedangkan tugas anggota partai politik, terikat dengan Platform, visi dan misi, partai
politik yang diakui. Partai politik apapun yang dimasuki oleh orang Kristen, hal yang tidak
boleh dilupakan ialah:
Politikus Kristen harus menjadi garam dan terang
Politikus Kristen harus cerdik, tulus dan waspada terhadap semua orang (Mat 10 : 16-17).
Kalau kita berpikir strategi maka orang Kristen lebih baik masuk partai politik
kebangsaan dari pada masuk partai Kristen, alasannya : Orang Kristen lebih efektif jika
melarut pada partai politik kebangsaan dan menggarami pada partai itu, dari pada harus
menonjolkan atribut ke-Kristenan dalam bentuk partai politik Kristen. Tetapi yang utama
adalah : Jadikanlah teladan bagi yang lain.

III. Kesimpulan Materi Kajian


1. Politik adalah segala rencana, usaha dan tindakan kegiatan untuk memelihara dan
mengelola negara yang tujuannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
2. Politik tidak identik dengan pelayanan Kriten, tetapi pelayanan Kristen juga
meliputi aspek politik.
3. Iman Kristen memahami Pemerintahan politik dari dua sisi, yaitu :
a.      Pemerintahan yang berasal dari iblis, ciri-cirinya : penuh kesombongan. Menghujat Allah
dan melawan orang-orang kudus (Why 3 : 1-10)
b.     Pemerintahan yang berasal dari Allah, ciri-cirinya : memuliakan Allah, tidak menindas,
kudus (Rom 13 : 1-7).
4. Bentuk partisipasi politik orang Kristen yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a.      Menjadi garam dan terang dunia politik
b.     Bersaksi, Bersekutu, dan Melayani dalam politik
c.      Mendoakan Raja (penguasa) dan Negara
d.     Menjadi pekerja Sosial, Pecinta lingkungan
e.      Aktivis politik dan ikut partai politik
IV. Latihan Mahasiswa
1. Rumuskan dengan singkat : ”Makna berpolitik” secara umum
2. Poin-poin apa yang anda tidak setujui dari pembahasan materi? Sebutkan ! (kritik
anda).
3. Carilah ayat-ayat Alkitab, yang memberikan pedoman prinsip bagaimana berpolitik
yang benar (tiga poin)
4. Setujukah anda Partai Politik Kristen? Apa Alasannya?
BAB IX
KERUKUNAN

I. Latar Belakang Masalah


1.         Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang beragama sering tidak dapat memisahkan diri
dari pergaulan dengan orang-orang beragama lain. Dan malah dalam pergaulan itu terjadi
interaksi yang saling membutuhkan dan saling mempengaruhi.
2.         Khusus di negara Republik Indonesia, rakyatnya yang terdiri dari berbagai suku dan
agama, tentu membuat orang perlu mendalami bagaimanakah sikap di dalam bergaul
dengan sesama bangsanya yang beragama lain.
3.         Ada dua pemahaman umat beragama tentang sikap, terhadap agama lain:
Yang Pertama : ”Hanya agama saya yang benar ; agama lain tidak”.
Yang Kedua     : ”Semua agama adalah benar, karena semua agama menuju Allah, hanya caranya yang
berbeda-beda”.
4.         Iman Kristen tidak menganut kedua pemahaman tersebut :
Alasannya:
           Pemahaman pertama, menimbulkan sikap superior dan apriori terhadap umat yang lain.
           Pemahaman kedua, menimbulkan sikap kompromi dan munafik dalam kehidupan umat
beragama terhadap umat yang lain.
5.         Umat Kristen dalam pergaulannya dengan umat beragama sangat mendambakan hidup
yang rukun, pemazmur dalam Mazmur 133 : 1 menyerukan : ”sungguh, alangkah baiknya
dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun”.
Tetapi  yang menjadi permasalahan ialah : Bagaimana konsep Kristen  tentang hidup yang
rukun itu ; kerukunan yang bagaimana yang harus diterapkan oleh umat Kristen terhadapa
umat beragama lain!
6.         Kajian ini sangat penting bagi mahasiswa Kristen, agar terhindar dari sikap superior dan
apriori  terhadap umat beragama lain, disatu pihak juga agar tidak  terjebak pada sikap
kompromis palsu dan munafik dipihak lain.
II. Kajian Materi
A. KONSEP KRISTEN TENTANG KERUKUNAN DI INDONESIA
Di dalam melaksanakan pembangunan nasional salah satu faktor yang harus
mendapatkan prioritas ialah stabilitas nasional. Dan satu unsur di dalam menciptakan
stabilitas nasional ialah kerukunan hidup. Kerukunan hidup masyarakat meliputi kerukunan
hidup umat beragama.
Dalam program pembinaan kerukunan hidup beragama, kita mengenal Trilogi
Kerukunan hidup umat beragama:
       Kerukunan hidup antar umat beragama yang berbeda
       Kerukunan hidup intern umat beragama yang sama
       Kerukunan hidup antara umat beragama dengan pemerintah
a. Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Yang Berbeda
Dalam pergaulan hidup antar umat beragama yang berbeda sering terjadi benturan-
benturan yang mengganggu kerukunan. Perbedaan ajaran agama dapat menjadi sebab
musabab pertentangan antar umat beragama.
Memang harus diakui bahwa perbedaan-perbedaan ajaran agama sangat sensitif
dalam kehidupan masyarakat. Kalau kita sebagai umat beragama tidak dapat
mengendalikan diri di dalam pergaulan kita dengan umat beragama yang lain, maka
hubungan kita dengan umat beragama lain itu tidak akan dapat bertahan lama.
Untuk itu sebagai umat beragama yang baik, kita wajib mengetahui, memahami dan
mau menghargai perbedaan antara kita dengan umat beragama yang lain. Sikap menghargai
dan menghormati perbedaan ajaran dan gaya hidup umat beragama yang lain bukan berarti
kita harus menerima dan menyetujuinya.
Sebagai umat beragama tidak boleh mendua kepercayaan. Kita tidak boleh berpura-
pura, tetapi kita harus mampu menyaksikan iman dengan berani dan tegas : mampu
menunjukkan identitas sebagai orang beragama yang taat. Namun dalam pergaulan hidup
yang wajar, kita juga wajib memelihara kerukunan hidup antar umat beragama yang
berbeda.
Salah satu cara memelihara kerukunan hidup antar beragama, ialah menghindarkan
perilaku dan tindakan yang menyinggung dan menyakiti perasaan umat beragama yang
lain. Sebagai orang beragama tidak harus menganggap bahwa kita saja yang benar sedang
umat beragama yang lain tidak benar. Sikap meremehkan umat beragama yang lain dan
selalu membenarkan diri sendiri bukan sikap orang beragama yang baik.
b. Kerukunan Hidup Intern Umat Beragama Yang Sama
Selain kita harus rukun dengan umat beragama yang lain, maka kita juga harus rukun
dengan sesama umat beragama yang sama. Malahan kita lebih dahulu menjaga
kerukunanan hidup intern sesama kita, baru kita mampu hidup rukun dengan umat
beragama yang lain. Alangkah janggalnya, apabila kita rukun dengan umat beragama lain,
tetapi dengan umat seagama sendiri tidak siap untuk rukun. Kalau ada orang yang seperti
itu maka pantas orang itu dicurigai. Dengan keluarga orang lain rukun, tetapi dengan
keluarga sendiri tidak rukun. Ada apa itu ? Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di
Efesus dan dijemaat Korintus, memberikan nasehat agar para anggota jemaat memelihara
Kesatuan Dalam Keberlainan (Efesus 4 : 1-16 dan I Korintus 12 : 12-31).
Menurut Rasul Paulus, bahwa jemaat Kristen harus memelihara ”Kesatuan dalam
keberlaianan dalam kesatuan” Artinya, umat Kristen harus menghargai perbedaan dalam
persekutuan. Perbedaan tidak harus menjadi pertentangan atau perpecahan. Jika umat
Kristen mampu menghargai perbedaan dalam persekutuan, maka kerukunan intern akan
dapat dikendalikan.
Dalam Jemaat Kristen harus dipelihara sikap saling melayani dan sikap mengasihi,
dengan demikian kerukunan intern umat Kristen dapat diwujudkan. Program pemerintah
untuk membina kerukunan hidup umat beragama, baik kerukunan antar umat beragama
yang berbeda, maupun kerukunan intern umat beragama yang sama semata-mata adalah
untuk mensukseskan pembangunan.

c. Kerukunan Hidup Umat Beragama Dengan Pemerintah


Menurut pandangan Kristen bahwa pemerintah adalah merupakan suatu lapisan
kuasa, yang kepadanya kita harus berhubungan. Dalam Alkitab dijelaskan, ada dua jenis
pemerintahan, yaitu :
1.      Pemerintah yang berasal dari Allah atau sebagai wakil Allah (Roma 13 : 1-7)
2.      Pemerintah sebagai tempat kediaman roh-roh jahat / pemerintah Babel atau pemerintah    
kekacauan (Wahyu 13 : 1-20)
Tetapi dalam hubungan ini kita memberi perhatian pada jenis pemerintah sebagai
wakil Allah. Memang orang Kristen harus selalu kreatif dan kritis terhadap pemerintah
yang sah. Orang Kristen harus mampu membedakan mana pemerintah yang berfungsi
sebagai alat / wakil Allah dan mana pemerintah yang bukan berasal dari Allah.
”Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang diatasnya, sebab tidak ada
pemerintah yang tidak berasal dari Allah ; dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan
oleh Allah. Sebab itu barang siapa yang melawan perintah, ia melawan ketetapan Allah dan
siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman bagi dirinya” (Roma 13 : 1-2).
Disatu pihak orang Kristen tidak harus mendewakan pemerintah, sehingga apa saja
yang dilakukan pemerintah dianggap benar dan harus diiyakan; tetapi dipihak lain orang
Kristen juga tidak senantiasa apriori dengan kebijaksanaan pemerintah. Hidup rukun antar
umat beragama Kristen dengan pemerintahan, tetapi umat Kristen juga wajar memberikan
sumbangan pemikiran yang positif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah itu.
Terjadinya ketidak rukunan antar umat beragama dengan pemerintaha ialah akibat
tidak adanya sikap yang wajar dan positif dari kedua belah pihak. Sering terjadi umat
beragama prasangka terhadap kebijakan yang dilakukan pemerintah, tanpa lebih dahulu
memahami latar belakang terjadinya kebijaksanaan itu akibatnya umat beragama
menganggap pemerintah telah berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Misalnya, tentang lokalisasi WTS, judi, dan lain-lain.
Memang dari segi ajaran agama, kita harus menolak praktek WTS dan judi, tetapi kita
juga harus memahami mengapa pemerintahan menglokalisir WTS tersebut. Tujuan
pemerintah menglokasir WTS ialah agar bahaya itu tidak semakin menyebar ketengah-
tengah masyarakat. Sebagai umat beragama dan sebagai warga negara yang baik, kita tidak
baik mengadakan tindakan teror untuk menunjukkan bahwa kita tidak setuju dengan
kebijakan pemerintah itu, tetapi adalah lebih baik jika kita berani memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah tentang bagaimana mencegah dan menanggulangi bahwa
WTS maupun judi di tengah-tengah masyarakat.
Kerukunan hidup umat beragama dengan pemerintah akan  tercapai dan terpelihara
apabila antara umat beragama dengan pemerintahan terjadi saling mengerti dan menahan
diri.
B. BEBERAPA FAKTOR YANG MENGGANGGU KERUKUNAN
Hendropuspita dalam bukunya : Sosiologi Agama, halaman 155-159, menguraikan
beberapa faktor yang mengganggu kerukunan hidup umat beragama yaitu:
a. Sikap mental negatif
Sikap mental negatif ini nampak dalam bentuk, kesombongan religius, prasangka dan
intoleransi. Misalnya : umat beragama tertentu mempunyai keyakinan bahwa agamanya
memiliki ajaran yang paling benar. Akibanya mereka sombong dan merasa lebih tinggi dari
pada semua pemeluk agama lain.
b. Faktor Sara (Suku, Agama dan Ras)
Secara Sosiologi dapat dipahami bahwa suku, agama dan ras adalah merupakan nilai
pemersatu yang bersangkutan, tetapi juga menjadi faktor penyebab perpecahan.
c. Faktor perbedaan tingkat kebudayaan
Dapat disadari bahwa perbedaan tingkat kebudayaan yang menyolok akan
menganggu keseimbangan keserasian dan keselarasan pergaulan hidup bangsa dan
kelompok masyakat. Sering terjadi sikap superior pada tingkat kebudayaan yang tinggi
(maju) dan sikap inferior pada kelompok orang tingkat kebudayaan yang rendah. Maka
timbullah gap pemisah ; disatu pihak timbul nafsu menguasai dari kelompok berbudaya
tinggi dan rasa prasangka negatif pada masyarakat berbudaya rendah.
d. Faktor mayoritas dan minoritas golongan beragama
Dalam kehidupan umat beragama sering timbul sikap merasa lebih berkuasa dari
golongan mayoritas terhadap golongan minoritas. Juga mayoritas mengingini hak-hak
istimewa dari hak-hak yang diperoleh golongan minoritas. Faktor-faktor tersebut diatas
perlu dipahami dalam konteks kehidupan beragama bersama dengan sesama umat
beragama lain.
C. ARTI PERANAN AGAMA DI INDONESIA
a).  Dalam pembangunan nasional Agama mempunyai arti dan peranan yang penting. Sebagai
faktor motivasi agama memberikan dorongan batin (Motiv) akhlak dan moral manusia yang
mendasari dan melandasi cita-cita dan perbuatan dalam pembangunan nasional Indonesia.
b). Sebagai faktor kreatif dan innovatif ; artinya agama memberikan dorongan dalam
peningkatan dan pembaruan pembangunan.
c). Sebagai faktor integratif ; artinya agama mengintegrasikan dan menyerasikan segenap
aktivitas manusia dalam pembangunan, Agama mencegah dan menghindari terjadinya
ketimpangan dan ketidak-seimbangan dalam pembangunan.
d). Sebagai Faktor Sublimatif ; artinya agama berperan mensyahdukan dan mengkuduskan
segala perbuatan pembangunan, sehingga setiap perbuatan pembangunan adalah sebagai
ibadah dan pengabdian yang tulus ikhlas dari manusia Indonesia.
e). Sebagai faktor sumber inspirasi budaya bangsa Indonesia; artinya agama dapat memberikan
dan melahirkan sikap budaya baik sifat maupun non fisik yang sesuai dengan budaya
bangsa Indonesia.
D. FAKTOR BERAGAMA DAN TOLERANSI BERAGAMA
Toleransi beragama bukan berarti toleransi beriman. Artinya setiap agama tidak harus
menyetujui kepercayaan agama lain. Setiap agama harus tegas dan teguh pada ajaran
kepercayaannya. Agama Kristen sendiri mengajarkan agar setiap murid Yesus tidak takut
mengakui Nama Yesus.
Orang Kristen tidak boleh ragu-ragu akan kepastian imannya. Orang Kristen juga
tidak boleh bersikap munafik didalam pergaulannya. Namun orang Kristen harus
memperhatikan bagaimana cara bergaul yang baik dalam pergaulan sehari-hari ; orang
Kristen menjadi pribadi-pribadi yang simpatik dan efektif. Ketegasan dan keteguhan
imannya tidak menjadi sikap yang fanatis dan ekstrim. Dan dipihak lain keluesan serta
keramahan-tamahan dalam pergaulan, tidak menjadi sikap yang munafik dan plin-plan.
Fanatisme yang ekstrim adalah sama bahayanya dengan sikap munafik yang tidak ada
pendirian.
Maka dalam program toleransi beragama, prinsip yang dianut adalah bahwa setiap
penduduk dijamin kemerdekaannya memeluk agama dan kepercayaan, serta diberikan
kebebasan melaksanakan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing. (UUD
1945 pasal 29 : 2) Misalnya, seorang yang beragama Kristen bila berdoa pada suatu
upacara nasional, sesuai dengan toleransi beragama, tidak harus segan atau takut menyebut
nama Yesus Kristus dalam doanya.
Apabila orang Kristen mengatur doanya sedemikian rupa, agar orang lain yang tidak
seagama dengan dia tidak tersinggung dengan isi doanya, maka tindakan yang demikian
tidak lagi ditoleransi beragama, melainkan sudah berubah menjadi toleransi beriman.
Masalah doa adalah masalah iman. Namun sebelum orang Kristen memimpin doa pada
suatu upacara nasional, terlebih dahului dia mengajak hadirin agar berdoa menurut agama
dan kepercayaan masing-masing. Inilah yang disebut toleransi beragama. Masing-masing
pemeluk agama dan kepercayaan harus saling menghargai dan menghormati sikap
beragama orang lain.
E. KEBENARAN YANG UNIVERSAL MENURUT KRISTEN
Dalam injil Yohannes 14 : 6 ”Yesus berkata kepada muridNya” Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui
Aku. Pernyataan ini sering dipergunakan orang Kristen untuk menjelaskan bahwa satu-
satunya jalan agar bisa sampai kepada Bapa di sorga ; seseorang harus lebih dahulu melalui
Yesus. Pengertian  ”Melalui Yesus,” diidentikkan dengan ”Menjadi Kristen” Gereja
sebagai persekutuan orang-orang yang menamakan dirinya pengikut Kristus, disebut
sebagai ”Tubuh Kristus”.
Pengidentikan Yesus Kristus dengan Gereja berkembang menjadi pokok ajaran
bahwa ”Gereja adalah Jaminan Keselamatan”. Doktrin ini sampai pada abad sebelum
konsili Vatikan II, tahun 1962, masih dominan dalam ajaran Gereja Katolik Roma. Baru
pada Vatikan II, sikap Gereja Katolik sudah lebih terbuka dengan nilai-nilai di luar Gereja.
Anggapan bahwa Gereja sebagai satu-satunya jalan menuju Bapa di sorga,
mendorong orang-orang bersikap superior terhadap orang-orang yang bukan Kristen. Sikap
superior orang Kristen ini pada gilirannya akan berkembang menjadi membenarkan diri
sendiri dan menyalahkan orang lain.
Memahami pernyataan Yesus kepada Muridnya ; dalam Yohannes 14 : 6 ”bahwa
Dialah jalan, kebenaran dan hidup. Dialah satu-satunya jalan menuju Bapa di sorga,
selayaknya tidak cenderung mempersempit kebenaran Yesus Kristus. Pengidentikan Yesus
Kristus dalam kebenaran Gereja secara instusional, justru membatasi kehadiran dan
kebenaran Yesus Kristus pada tembok Gereja saja. Dalam rangka mengerti Kristus yang
universal ; tidaklah tepat membatasi kehadiranNya hanya pada agama  dimana Dia dikenal.
R Panikkar, seorang theolog Katolik India pernah mengatakan bahwa  ”Kita  tidak
dapat membatasi kehadiran Kristus pada suatu tokoh historis. Berbuat demikian berarti
semata-mata menolak ke AllahanNya.
Dalam hal ini R. Panikkar mau mengartikan Kristus yang universal dari segi
Theosentris. Kristus secara nyata telah muncul dalam sejarah dan juga nyata dalam daging.
Namun pada mulanya Dia adalah Firman, dan Dia bersama-sama dengan Allah, dan Dia
adalah Allah (Yohannes 1 : 1+14). Orang Kristen yang dikenal sebagai pengikut Kristus
tidak menjadi objek tersendiri dari Kristus yang universal. Kristus juga adalah perbuatan
Allah, atau Kristus adalah Allah.
Dari Yohannes 1 : 14 dapat dimengerti bahwa Allah telah menyatakan diriNya
diantara manusia telah melihat kemuliaanNya. Selanjutnya dalam Yohannes 1 : 18
dikatakan lagi, Bahwa Anak Tunggal Allah yang ada dipengakuan Bapa, yaitu Yesus
Kristus, dialah  yang menyatakanNya. Oleh Niftrik – Boland, dalam  bukunya ”Dogmatika
Masa Kini” (1967) menjelaskan bahwa pernyataan itu adalah perbuatan Allah. Allah bukan
hanya berada saja ; Ia bukan suatu kebenaran yang bugil, yang tidak bergerak Ia adalah
Allah yang bertindak. FirmanNya serentak merupakan perbuatanNya.
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : ”Kristus adalah puncak (pusat)
pernyataan Allah dan perbuatan Allah, perbuatan Allah adalah kebenaran Allah. Kebenaran
Allah hadir bagi seluruh ciptannNya. Maka kebenaran itu tidak dapat dibatasi hanya di
dalam tokoh Yesus dari Nazareth, ataupun di dalam institusi Gereja yang formal ;
melainkan dia bebas dan tidak terikat.
Pemikiran ini tidak mengecilkan artinya keberadaan Gereja Kristen sebagai Tubuh
Kristus; melainkan dengan pemikiran ini umat Kristen dapat memahami bahwa kebenaran
Allah adalah universal, melampaui batas/ukuran manusia
Dipihak lain juga harus disadari, bahwa kebenaran Yesus Kristus sebagai Firman
Allah, dan sebagai Allah sudah ada sebelum Yesus Nazareth ada. Kebenaran ini sering
disebut ”Pre-Existence”, artinya inti kebenaran Kristus sudah ada sebelum seorang bayi
Yesus Nazareth lahir didunia. Atau lebih jauh lagi, sebelum dunia diciptakan Dia sudah
ada, karena segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Yohannes 1 -3a) Kristus adalah universal
maka kebenaran juga adalah universal.
F.   SIKAP KRISTEN TERHADAP AGAMA LAIN
Untuk menghargai dan memelihara kerukunan hidup umat beragama, maka sikap
yang perlu dikembangkan umat Kristen ialah sebagai berikut :
a. Sikap Kreatif dan Kritis
Sikap orang Kristen yang kreatif dan kritis dalam kehidupan sehari-hari sangat
relevan dengan suasana dan kondisi yang sedang membangun. Sikap kreatif dan kritis
dalam pergaulan adalah menunjukkan kehidupan yang dewasa dan bertanggungjawab.
Disatu pihak orang Kristen harus mampu menghayati dan  mengamalkan imannya
sesuai dengan kasih Kristus ; dan di pihak lain orang Kristen harus harus mampu orang-
orang bukan Kristen.ngan teman
Dalam pergaulan orang Kristen sehari-hari, baik deteman seiman maupun dengan
orang-orang bukan Kristen Rasul-Paulus, memberikan sikap ; yaitu agar orang Kristen sudi
memberitakan dan mengajarkan Firman Tuhan ; dan lebih dari itu orang Kristen juga
diminta agar mau menegor orang lain ; asal cara menegor itu dengan penuh hormat dan
kasih (I Timotius 4 : 11 ; 5 :1-2).
Sikap kreatif dan kritis, tidak membuat  orang Kristen mengasingkan diri dari
pergaulan dengan orang-orang bukan Kristen. Dan juga tidak membuat orang Kristen
hanyut dalam pergaulan yang menghilangkan identitasnya. Kreatif berarti mampu
memberikan darma baktinya untuk kepentingan orang lain sedangkan kritis artinya orang
Kristen mampu bersaksi dan membela kebenaran dan kebaikan di dalam pergaulannya.
Disatu pihak orang Kristen menjadi orang yang, disukai semua orang (Kisah Rasul 2 :
47). Tetapi sekaligus juga orang Kristen menjadi kebencian bagi dunia sekitarnya
(Yohannes 15 :8-19).
Mengapa orang Kristen disukai Kristen semua orang? Tentu karena orang Kristen
memberikan sikap yang kreatif dan positif terhadap orang lain. Demikian juga mengapa
orang Kristen dibenci dunia sekitarnya ; ialah karena status mereka bukan dari dunia,
melainkan Tuhan sudah memilihnya agar menjadi saksi yang kritis dan benar.
b. Sikap Dialogis dan Simpatik
Selain sikap kreatif dan kritis, orang Kristen juga perlu memelihara sikap dialogis dan
simpatik terhadap orang-orang beragama lain. Menyaksikan iman Kristen bagi orang-orang
non Kristen harus mampu mendengar dan memberikan perhatian terhadap iman orang lain
yang beragama lain melalui sikap dan simpatik orang Kristen dapat mendengar kepada
iman agama-agama lain.
Huston Smith, 1958 dalam bukunyya ”The Regions of men : mengatakan bahwa :
didalam mendekati orang-orang non Kristen, Gereja pertama-tama harus mendengar kepada
iman kepercayaannya, tetapi juga harus mendengar kepada iman-iman kepercayaan agama
lain. Kita harus mendengar kepada mereka, karena persekutuan masa kini tidak akan terjadi
jika hanya dengan suatu tradisi, sebab setiap hari dunia berkembang”. Sehingga kita tidak
dapat hanya mempertahankan tradisi kita.
Alasan lain dari Smith, untuk menganjurkan mendengarkan kepada iman kepercayaan
agama lain ialah bahwa : dengan pengertian kita akan tradisi dan iman agama lain, itu dapat
menuntun kepada kasih ; atau sebaliknya, dengan kasih kita dituntut untuk mengerti
mereka”.
Apa yang dikatakan Smith untuk mendengar kepada iman-iman kepercayaan agama
lain, bukanlah suatu sikap pasif melainkan suatu sikap aktif dari umat Kristen. Sikap aktif
ini dapat diwujudkan dalam dialog dan penuh simpatik terhadapa agama lain. Melalui sikap
dialogis dan simpatik ini, orang Kristen telah mengutamakan komunikasi dua arah :
toleransi dan perkembangan pemikiran dalam pergaulannya dengan orang-orang beragama
lain. Pada tanggal 16-25 Maret 1970 di Ajaltoun Libanon, Dewan Gereja Dunia (BGD)
telah mengadakan suatu dialog antara orang-orang beriman (J. Samrtha : dalam bukunya
terbitan WC.C. ”Dialoque between men of faith, hal. 107-117)”. Peserta dialog tersebut
terdiri dari 3 (tiga) orang Islam 3 (tiga) orang Hindu, 4 (empat) orang Budha dan 24 (dua
puluh empat) orang Kristen. Mereka berasal dari negara yang berlainan, yang diundang
secara pribadi oleh DGD.
Dari hasil dialog itu terdapat beberapa perbedaan pendapat, namun tidak nampak
adanya perselisihan diantara sesama peserta. Dari kesaksian-kesaksian para peserta dialog
itu, diperoleh kesan bahwa dialog merupakan bukti adanya kejadian persekutuan  yang
menimbulkan penghargaan. Dialog membawa umat beragama kepada suatu dimensi baru
dalam pengalaman bertheologia.
Pada umumnya peserta dialog Ajaltoun itu mengakui bahwa kegiatan dialog seperti
itu akan membuktikan atau memberikan dampak positif dan kreatif bagi umat beragama.

III. Latihan
1. Tuliskan satu contoh kasus ketdak rukunan intern umat Kristen dan cari
penyebabnya (misalnya : di HKBP, GKPI, GMI, GBKP,GKPS, dan lain-lain).
2. Tuliskan satu contoh kasus konflik antar agama di Indonesia, dan cari penyebabnya.
Tuliskan satu contoh konflik antara sekelompok umat beragama dengan pemerintahan di
negara RI dan cari penyebabnya.

IV. Pokok-pokok Pikiran Kristiani


1. Kerukunan hidup umat beragama adalah suatu kondisi sosial yang sangat
dibutuhkan dalam rangka pembangunan bangsa, negara dan masyarakat.
2. Iman Kristen mengakui bahwa kenearan yang universal itu tidak dibatasi oleh
tembok agama, maka umat Kristen terpanggil menghargai dan memelihara
kerukunan hidup umat beragama, dengan sikap kreatif, kritis, dialogis dan simpatik.
3. Kerukunan hidup umat beragama adalah merupakan kewajiban dan kebutuhan bagi
umat Kristen dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk.
D A F T A R  P U S T A K A
http://bengnapit70.blogspot.co.id/2015/05/babi-tu-h-n-i.html

Abineno, J.L.Ch, Manusia dan Sesamanya; Jakarta, 2003


Atkinson, D, Kejadian I-II, Jakarta, 1996
Barbour, Ian, Ethics in an Age of Technology, San Franscisco : Harper, 1993
Browniee,M, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987
Brownlee, M. Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, Jakarta, 2004
Covey, S.R, Tujuh Kebiasaan Manusia yang sangat efektif, Jakarta, 1994
D.P.Niles, "Report of the Consultation of Theologians" dalam Asian Theological Reflections
on suffering and Hope, Hongkong: Oktober 10-15.
Darmaputera Eka Ph.D & Simatupang TB. DR., Peranan Agama - agama dan kepercayaan
Tuhan yang Maha Esa dalam Negara Pancasila yang membangun, BPK GM, Jakarta, 1987
Darmaputera, Eka, Pancasila Identitas Modernitas, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1987.Departemen Agama RI, Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama, PKHB,
Jakarta 1982
Departemen Agama RI, Pembenaan Kehidupan Beragama DiIndonesia, 1992
Dewan Gereja-Gereja di Indonesia, Melihat Tasnda-tanda Zaman, Jakarta, 1976
Hadiwiyono, H, Iman Kristen, Jakarta, 1982
Herlianto, Siapakah yang bernama Allah itu?, Jakarta , 2001
Ismael Andar , Selamat Berkembang, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003
Joesoef Fou, Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta, 1983
Keraf, Sonny, Masih Adakah Etika Dalam Politik? Kompas, Jakarta, Nopember 2001.
Koentjaraningrat, Kemurnian Ilmu pengetahuan dan tanggung jawab ilmuwan terhadap
masyarakat, Himpunan Indonesia untuk pengembangan ilmu-ilmu Sosial, Jakarta, 1977.
Kohlberg, Lawrence, Tahap-tahap Perkembangan Moral, Yogyakarta: Kanisius, 1995, Bab
I dan IV.
Kristanto, A.Tri, Etika Berbangsa, Sebuah Ironi, Kompas, Jakarta: Nopember 2001.
Mardiatmadja B.S.SJ, Iptek dari sudut Iman, BPK GM, Jakarta,1994
Mulder, D.C, Iman dan Ilmu Pengeetahuan, Jakarta 1983
Nababan, SAE, Iman dan Kemiskinan, Jakarta, 1996
Napitupulu Benget, S.Th.,M.Pd.K,  Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi 
Umum, Diktat Politeknik Negeri Medan, 2013
Neuner, Dialog Between Men Of Living Faith,WCC, Ttp
Niftrik-Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta, 1967
Rajiman, Menjadi Pelayan Kristus, Surakarta: CV Krida Aksara, 1987.
Shelton, Charles M, Moralitas Kaum Muda - Bagaimana Menanamkan Tanggung jawab
Kristiani, Yogyakarta: Kanisius, 1088), Bab I-II
Silitonga,SAM, Nilai-nilai Pendidikan dari Yesus, Medan, 2000
Simatupang T.B., Kehadiaran Kristen dalam perang revolusi dan pembangunan, Jakarta,
2004
Supardan, Penyunting , Ilmu, Teknologi dan Etika, Jakarta: BPK Gunung Mulia,1991
Verkuyl, J, Etika Kristen - Bagian Umum, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1976
Verkuyl, J, Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta, 1985
________, Etika Kristen, Kebudayaan, Jakarta, 1982
________, Etika Kristen,Ras, Bangsa, Gereja dan Negara, Jakarta, 1979
________, Fagmenta Apologetika, Jakarta, 1966
White, J, Kejujuran, Moral dan Hati Nurani Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987

Wilardjo, Like, "Ilmu dan Agama di Perguruan Tinggi : dipadukan atau dibincangkan?"
Dalam Jurnal Waskita, Vol, I, No. 1, April 2004

Anda mungkin juga menyukai