Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

STUDI FILSAFAT AGAMA


“Kepercayaan manusia tentang Tuhan dinamisme dan anamisme”

DOSEN PENGAJAR

Dra. Darni Yusna M.Ag


PENYUSUN:

BARIK SAINI 2215030016

RATNA DEWI 2215030010

FALKULTAS USHULUDDIN

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI IMAM BONJOL PADANG

1444 H / 2023 M
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Membicarakan tentang ketuhanan merupakan hal yang sangat penting dalam
sebuah agama. Ini karena inti dari semua agama adalah berasal dari keyakinan
adanya hakikat yang di yakni sebagai Tuhan, yaitu realita zat atau sesuatu
supranatural, yang paling tinggi, yang paling agung, yang suci, yang menciptakan
dan menghidupkan manusia, tempat bergantung, yang di kagumi sekaligus dan
sebagainya. Tuhan menurut agama-agama besar dunia di sebut Allah (Islam),
Allah/yesus (kristen), Yahweh (Yahudi) Sang Hyang Widhi (Hindhu), dan Thian
(Kong Hu Chu). Dalam hal ini hubungan antara Agama dan Tuhan yang dapat di
jadikan kajian penelitian Agama adalah sebagai berikut : Paham manusia tentang
Tuhan, pengetahuan manusia dengan Tuhan, pengetahuan manusia dengan Tuhan,
gambaran manusia tentang Tuhan dan tanggapan manusia tentang Tuhan.
Paham manusia tentang Tuhan meliputi berbagai jenis kepercayaan seperti
kepercayaan Monotheisme, Polyteisme, Monisme Dan Henotheisme. Monotheisme
berasal dari kata yunani Monos berarti tunggal, sendirian, satu- satunya, tidak ada
yang lain dan theos yang berarti tuhan. Monotheisme.

adalah paham yang berpendapat bahwa tuhan itu satu, Esa, Tunggal.Tak terbilang.
Polyteisme, berasal dari kata yunani Poly yang berarti terbilang, lebih dari satu ,
beberapa atau banyak dan Theos berarti Tuhan. Polyteisme berarti paham yang .
mengimani, menyembah dan memuja banyak Tuhan. Polyteisme disebut juga
sebagai paham primitif karena belum bisa membedakan hakikat Tuhan dengan
fenomena alam sebagai manifestasi keberadaan tuhan. Dalam Polyteisme terdapat
Animism, Dinamisme, Paganisme Yang intinya berpendapat bahwa penguasa-
penguasa lain didunia ini selain Allah yang berupa benda-benda alam, roh-roh
halus, dewa-dewa, makhluk halus, bahkan manusia. Henotheisme pula adalah
paham yang mengkonsentrasikan diri pada tuhan yang tunggal tetapi dalam mitos
masih mengakui adanya tuhan-tuhan lain.
BAB I
PEMBAHASAN

Pengertian Dinamisme dan Animisme


Sebelum masuk pada pembahasan konsep ketuhanan Dinamisme dan
Animisme, terlebih dahulu seseorang perlu mengetahui pengertian dari Dinamisme dan
Animisme untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kesalah pahaman
dengan menyelaraskan pemahaman dari pengertian yang mungkin saja sebelumnya
berbeda. Dan eksisnya suatu hal sebenarnya tidak jauh dari definisinya sendiri sebagai
kata universal yang mewakilinya dengan memasukkan cakupan dan pembersihan dari
hal-hal luar yang tidak berhubungan dalam mempertegas kategori dan ruang
lingkupnya. Oleh karena itu, makalh ini pun dimulai dari penjelasan sebuah definisi.
a) Dinamisme
Secara etimologis, dinamisme berasal dari kata Yunani dynamis atau
dynaomos yang artinya kekuatan atau tenaga. Dari sini dapatdiambil kata kunci
dari dinamisme yaitu kekuatan atau tenaga. Jika dikembangkan dalam sebuah
pengertian tentang aliran akan didapatkan sebagai kepercayaan (anggapan)
akan adanya kekuatan atau gaib yang terdapat pada berbagai barang, baik yang
hidup atau mati di mana kuatan gaib ini memancarkan pengaruhnya secara gaib
pula pada apa yang ada di sekitarnya.
Dalam Kamus Ilmiah Populer yang disusun Tim Pustaka Agung Harapan,
dinamisme diartikan sebagai kepercayaan primitif dimana semua benda
mempunyai kekuatan yang bersifat gaib.[2] Orang primitif dengan
pengetahuannya yang minim mempercayai hal ini sebagi jawaban dari
ketidakmampuannya dalam mengungkap dan memahaminya lebih dalam.
Sementara hal-hal tersebut dengan berbagai kegunaannya tidak pernah llepas
dari kehidupan. Dan kepercayaan akan kekuatan gaib di dalamnya mungkin
menjadi satu-satunya cara mereka menjelaskan dan memahami berbagai
kejadian dalam menghapus rasa penasaran yang selalu memburunya.
b) Animisme
Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di
sini menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau
dikembangkan, animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap
adanya makhluk halus atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik benda
hidup atau benda mati sekalipun. Tidak hanya percaya, mereka bahkan
memuliakan roh-roh tersebut. Penghormatan ini dilakukan agar tidak mendapat
gangguan mereka tetapi justru mendapat keberuntungan dari mereka dengan
adanya penghormatan. Karena roh-roh ini dapat memberi banyak manfaat
(dalam keyakinan mereka) dan dapat dimintai pertolongan.
Sedangkan pengertian roh dalam masyarakat primitif tidak sama dengan
pengertian roh pada masyarakat modern. Masyarakat primitif belum bisa
membayangkan roh yang bersifat immateri. Karenanya, roh terdiri atas materi
yang sangat halus sekali. Sifat dari roh ini adalah memiliki bentuk, umur, dan
mampu makan.[3] Hal ini dapat diketahui dari sesajen yang diberikan
masyarakat primitif sebagai bentuk hadiah pada roh-roh tersebut.
Teori animisme ini, pertama kali dikemukakan oleh taylor, seorang sarjana
aliran evolusionisme bangsa Inggris yang mengatakan bahwa segala seuatu
yang ada di dunia ini semuanya bernyawa (memiliki roh). Dan roh-roh ini ada
yang melekat pada diri manusia yang disebut jiwa, ada juga yang tidak melekat
pada diri manusia atau terpisah dari badan, seperti lelembut atau hantu,
genderuwo dan lainnya. Kepercayaan animisme ini merupakan asas
kepercayaan agama manusia primitif.
Meskipun masih belum diakui sepenuhnya sebagai agama, menurut Tylor
ada empat tahap proses yang dilalui animisme untuk bisa diakui sebagai agama
primitif. Tahap pertama, masyarakat primitif mengkhayalkan adanya hantu jiwa
(ghost-soul) orang mati yang mengunjungi orang hidup. Hantu jiwa inilah yang
mengganggu orang-orang yang masih hidup. Tahap kedua, jiwa menampakkan
diri. Tahap ketiga, timbul kepercayaan dalam masyarakat tersebut bahwa segala
sesuatu berjiwa. Tahap keempat, dari yang berjiwa itu ada yang menonjol,
seperti pohon besar atau batu yang aneh. Akhirnya, yang paling menonjol dari
kesemuanya itu disembah.[4]

C. Konsep Ketuhanan dan Peribadatan


Selain adanya hal yang dipyakini dan yang meyakini, salah satu syarat agama
adalah adanya konsep kepercayaan atau ketuhanan yang membedakannya dari yang
lain. Begitu pula dalam dinamisme dan animisme sebagai sebuah kepercayaan.
Berangkat dari berbagai pengertian di atas, dapat dimunculkan beberapa konsep
sebagaimana berikut:
a. Dinamisme
Sebagai kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam
dinamisme dilakukan klasifikasi benda-benda yang memancarkan kekuatan
gaib menjadi tiga bagian.[5]
1. Benda-benda keramat
Yang dimaksud benda-benda keramat bagi orang primitif ialah benda yang memiliki
kekuatan luar biasa dan jarang ditemukan bandingnya sehingga bagi mereka terkesan
gaib, seperti logam mas, perak, besi dan lainnya. Dan untuk menyatakan
kekeramatannya, ada berbagai kriteria dengan masing-masing bagian mempunyai
kesaktiannya (makna) sendiri-sendiri. Misalnya ada kebiasaan di Goa untuk
menimbang sepotong rantai dari emas pada tiap-tiap tahun. Kalau beratnya bertambah
ada harapan baik bagi kerajaan. Sebaliknya jika berkurang maka berarti malapetaka.
2. Binatang-binatang keramat
Pada kepercayaan bangsa primitif, terdapat suatu anggapan terhadap beberapa jenis
binatang yang keramat. Binatang-binatang ini dilarang diburu kecuali pada waktu suci.
Bahkan ada binatang yang dianggap dapat menurunkan manusia. Pada umumnya
binatang keramat ini dimiliki tiap-tiap klan dan sangat dihormati. Selain itu, binatang
ini dilarang dianiaya, diburu sewenang-wenang dan dimakan dagingnya dengan
sembarangan. Dan hanya dengan upacara-upacara resmi saja diadakan penyembelihan
hewan-hewan ini. Seperti buaya, harimau, perkutut dan lainnya.
3. Orang-orang keramat
Dalam masyarakat primitif ada kepercayaan bahwa beberapa manusia ada yang
dianggap suci, bertuah, keramat dan sebagainya. Mereka dihormati lebih dari yang
lainnya, baik karena keturunannya maupun karena ilmunya. Menurut mereka, orang-
orang tersebut memiliki kekuatan gaib. Misalnya dalam pewayangan. Kresna dan Rama
dianggap penjelmaan Wisnu. Sehingga mereka diyakini sakti, berhak memerintak
kerajaan dan mendapat kedudukan tinggi dalam masyarakat. Selain itu, dalam zaman
sekarang ada kiai dalam masyarkat pedesaan yang selalu didewakan seakan tidak
pernah salah. Hal ini merupakan sisa-sisa dinamisme.
b. Animisme
E.B Tylor berpendapat bahwa agama primitif timbul dari animisme. Maka
dapat dikatakan bahwa animisme adalah cikal bakal agama. Karena sesuai dasar
pertama dalam agama yakni iman atau percaya, maka hal ini dirasa benar
adanya. Lebih lanjut Tylor menjelaskan karakteristik yang dimiliki semua
agama, baik besar maupun kecil, kuno atau modern adalah kepercayaan pada
roh yang berpikir, bertindak, dan merasa seperti pribadi manusia.[6] Inilah yang
menjadi titik persamaannya dengan animisme, yakni percaya pada roh.
Apabila ditinjau dari bentuknya, animisme memiliki beberapa sifat yang
menyerupai sifat agama, misalnya dalam animisme orang mempercayai barang
yang gaib dan barang-barang ruhaniah, memuja kekuatan dan kekuasaan yang
maha tinggi untuk mendapatkan limpahan kasih saying dan kebahagiaan
hidupnya, insyaf akan kelemahan manusia sehingga mereka dengan rela dan
patuh menyandarkan diri pada kekuatan gaib.
Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan.
Kepercayaan-kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat.[7]
1. Kepercayaan dan penyembahan kepada alam (Naturewonship). Seperti penyembahan
pada api, matahari, bintang dan lainnya.
2. Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda (folishworship). Dalam anggapan
mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan benda-benda tersebut akan
terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan hidup. Seperti kepercayaan pada batu akik,
besi buat jimat, air buat obat, api untuk membakar mayat dan lainnya
3. Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang (animalworship). Binatang-
binatang ini dipuja karena dianggap memberikan keselamatan dan kemanfaatan.
Seperti sapi di Bali, Lembu di Mesir, ular di india, buaya dan lainnya.
4. Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-worship). Dalam
kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang sudah mati masih hidup dan dapat
diminta pertolongannya. Maka tidak jarang lagi orang yang mengadakan peringatan
bagi si mati selama tiga atau tujuh hari, seratus hari dan seterusnya. Ditambah dengan
pemberian sesajen kepada roh-roh btersebut. Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil oleh
orang-orang tertentu untuk dimintai doa restu dan lainnya.
A.

BAB 11
PENUTUP

Kesimpulan
Paham beragama terus berkembang seiring dengan perkembangan pikiran
manusia dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Semakin maju ilmu manusia yang berarti
lebih banyak yang dapat dilakukannya sendiri, maka semakin sedikit Tuhan yang
dipercayainya. Hali ini dapat dilihat dari perubahan berangsur-angsur dari keyakinan
akan banyak Tuhan (polytheisme) sampai pada keyakinan akan satu Tuhan
(monotheisme).
Secara etimologis, dinamisme berasal dari kata Yunani dynamis atau dynaomos
yang artinya kekuatan atau tenaga. Dari sini dapatdiambil kata kunci dari dinamisme
yaitu kekuatan atau tenaga. Jika dikembangkan dalam sebuah pengertian tentang aliran
akan didapatkan sebagai kepercayaan (anggapan) akan adanya kekuatan atau gaib yang
terdapat pada berbagai barang, baik yang hidup atau mati di mana kuatan gaib ini
memancarkan pengaruhnya secara gaib pula pada apa yang ada di sekitarnya.
Sebagai kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam
dinamisme dilakukan klasifikasi benda-benda yang memancarkan kekuatan
gaib menjadi tiga bagian.
1. Benda-benda keramat
2. Binatang-binatang keramat
3. Orang-orang keramat
Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di sini
menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau dikembangkan,
animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap adanya makhluk halus
atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik benda hidup atau benda mati sekalipun.
Tidak hanya percaya, mereka bahkan memuliakan roh-roh tersebut. Penghormatan ini
dilakukan agar tidak mendapat gangguan mereka tetapi justru mendapat keberuntungan
dari mereka dengan adanya penghormatan. Karena roh-roh ini dapat memberi banyak
manfaat (dalam keyakinan mereka) dan dapat dimintai pertolongan.
Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan.
Kepercayaan-kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat.
1. Kepercayaan dan penyembahan kepada alam (Naturewonship). Seperti
penyembahan pada api, matahari, bintang dan lainnya.
2. Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda (folishworship). Dalam
anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan benda-benda
tersebut akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan hidup. Seperti
kepercayaan pada batu akik, besi buat jimat, air buat obat, api untuk membakar
mayat dan lainnya
3. Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang (animalworship).
Binatang-binatang ini dipuja karena dianggap memberikan keselamatan dan
kemanfaatan. Seperti sapi di Bali, Lembu di Mesir, ular di india, buaya dan
lainnya.
4. Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-worship).
Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang sudah mati masih
hidup dan dapat diminta pertolongannya. Maka tidak jarang lagi orang yang
mengadakan peringatan bagi si mati selama tiga atau tujuh hari, seratus hari dan
seterusnya. Ditambah dengan pemberian sesajen kepada roh-roh btersebut.
Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil oleh orang-orang tertentu untuk dimintai
doa restu dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Perbandingan Agama. Jakarta: PT. Rineka Cipta


Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama Wisata Pemikiran Dan Kepercayaan Manusia.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
Pals, Daniel L. Seven Theories Of Religion Dari Animisme E.B. Tylor,
Materialisme Karl Marx Hingga Antropologi C. Geertz. Yogyakarta:
Qalam, 2001.
Tim Pustaka Agung Harapan. ________. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Pustaka Agung Harapan.
Warsito, Loekisno Choiril. Paham Ketuhanan Modern Sejarah Dan Pokok-
Pokok Aja
rannya. Surabaya: Elkaf, 2003.

Anda mungkin juga menyukai