Anda di halaman 1dari 15

METAFISIKA KETUHANAN YANG MAHA ESA

PERTEMUAN 3
KEPERCAYAAN DAN AGAMA DI INDONESIA

A. KEPERCAYAAN MASYARAKAT INDONESIA


Kepercayaan masyarakat di Indonesia tidak terlepas dari kepercayaan
asli masyarakat nenek moyang yang bergeser menjadi ragam keagamaan di
Indonesia. Pada umumnya kepercayaan asli masyarakat Indonesia
merupakan bentuk kerohanian khas mistis dan metafisik yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kepercayaan asli sering disebut dengan
istilah religi. Kepercayaan manusia tidak terbatas pada dirinya sendiri saja,
tetapi akan terpangaruh pada benda-benda dan tumbuh-tumbuhan yang
berada di sekitarnya. kepercayaan adalah sikap menganggap sesuatu sebagai
benar adanya.
Dengan demikian, suatu kepercayaan merupakan ungkapan batin
manusia akan adanya sesuatu yang rohaniah. Dalam konteks ini,
kepercayaan merupakan suatu pengakuan batin mengenai adanya sesuatu,
baik itu zat maupun roh, yang melampaui manusia sebagai seorang pribadi.
Keyakinan tersebut menimbulkan kesadaran manusia terhadap adanya
makhluk halus atau roh yang berbau mistik dan metafisik, yang dipercaya
dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan.
Jika diperhatikan, lukisan-lukisan yang terdapat di berbagai lapisan
daerah dan di gua-gua yang ada di Indonesia tidak hanya mempunyai nilai
estetika, tetapi juga mengandung makna etika magis. Beberapa ahli
menyimpulkan bahwa cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah
memiliki arti kekuatan atau perlindungan dari roh-roh yang erat sekali
dengan mistis dan metafisik.
1
Kepercayaan dimaksudkan adalah keyakinan yang dianut umat
sebelum datang agama-agama yang sudah ada dan populer didunia ini.
Namun demikian bukan tidak ada keyakinan dari berbagai macam bawaan
masing-masing daerah dan suku tersebut masih dipegang oleh sebagian
kecil masyarakat. Walaupun peradaban (civilization) dan budaya kehidupan
sekarang sudah sangat maju, modern yang memasuki gelobalisasi yang
melenial dan agama-agama sudah jelas identitasnya, namun kepercayaan
sebagai peninggalan masyarakat primitif masih sangat banyak. Pada
prinsipnya ada tiga pola yaitu : pertama Animsime, kedua Dinamisme dan
yang ketiga Aliran Kebatinan.

1. ANIMISME
Animisme berasal dari kata anima, dari bahasa Latin ‘Animus’ dan
bahasa Yunani ‘Avepos’, dalam bahasa Sansekerta disebut ‘Prana’, dalam
bahasa Ibrani disebut ‘Ruah’ yang artinya ‘napas’ atau jiwa. Ia adalah
ajaran atau doktrin tentang realitas jiwa.
Menurut Taylor, Animisme adalah perlambangan dari suatu jiwa atau
roh pada beberapa mahluk hidup dan objek bernyawa lainnya. Segala
sesuatu hidup karena nyawa, roh atau jiwa, baik aktif maupun tidak aktif.
Masyarakat Kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya
menampilkan niai-nilai sosial politik dan ketuhanan, dalam bentuk kerajaan
mengadakan kenduri serta sedekah kepada para berahmana.
Kehidupan dan mahluk halus dapat dipisahkan dari tubuh dan jasad.
Hidup itu sendiri dapat pergi meninggalkan jasad seperti halnya pada waktu
manusia pingsan, tidak sadar atau mati. Juga mahluk halus tadi dapat
menampakkan diri kepada manusia dari jarak jauh.

2
Para ahli filsafat di zaman itu memadukan antara hidup dan mahluk
halus tsb, sampai pada suatu konsep yang sangat terkenal yang dapat
dideskripsikan sebagai suatu jiwa atau roh yang merupakan mahluk seperti
hantu atau setan yang sewaktu-waktu muncul dgn tiba-tiba pada orang
tertentu. Taylor menambahkan bahwa menurut mereka mahluk halus tadi
dapat me-masuki tubuh manusia, menguasainya dan dapat pula merasuk
kedalam tu-buh binatang-binatang seperti burung, reptil dan juga dapat
berada pada tumbuhan dan lainnya.
Kepercayaan pada roh biasanya termasuk rasa kebutuhan akan suatu
bentuk komunikasi dengan roh, baik dalam bentuk pemujaan kepada roh
individual dan kelompok untuk menyangkal kejahatan, musibah dan
menjamin keselamatan
Pada umumnya keyakinan masyarakat primitif mempercayai dua
bentuk konsep tentang jiwa-jiwa dan roh-roh yang sangat mempangaruhi
kehidupan manusia, yaitu: Adanya jiwa pada segala mahluk yang terus
menerus berada pada mahluk tersebut walaupun tubuhnya telah mati.
Didalam alam ini diyakini banyak sekali roh-roh yang berpangkat dari
yang rendah sampai yang tinggi yang memiliki kehendak-kehendak yang
dapat mempangaruhi kehidupan manusia itu sendiri. Seperti dalam
animisme terdapat suatu susunan keagamaan dengan suatu rangkaian
upacara-upacara dan bentuk-bentuk sesembahan yang melukiskan adanya
mahluk halus, roh dan jiwa yang mempunyai keinginan dan kehendak. Juga
terdapat adanya daya kekuatan yang bekerja dalam manusia karena
keinginan dan kehendak tadi, juga terdapat kepercayaan bahwa mahluk
halus tsb ada disekitar manusia baik dihutan, dipepohonan, digunung dan
lainnya dan kadang-kadang bersikap baik terhadap manusia dan sebaliknya,

3
sehingga manusia dikuasai rasa takut. Roh tadi bersifat super manusiawi
yang sangat menentukan kehidupan manusia.
Dari penjelasan diatas, kepercayaan masyarakat primitif, khususnya
Animisme telah memahami adanya roh halus/jiwa dalam diri mereka,
walaupun manusia itu sudah mati roh/ jiwa tersebut tetap ada pada tubuh
mereka. Kepercayaan pada roh biasanya termasuk rasa kebutuhan akan
suatu bentuk komunikasi dengan roh, baik dalam bentuk pemujaan kepada
roh individual dan kelompok untuk menyangkal kejahatan, musibah dan
menjamin keselamatan.
Mereka juga meyakini bahwa roh leluhurnya dapat melindungi dan
menye-lamatkan kehidupan generasi sesudahnya dari berbagai ancaman dan
musi-bah yang mereka hadapi. Disisi lain mereka juga meyakini bahwa di
alam sekitarnya sangat banyak roh halus yang kadang bersifat baik maupun
tidak.
Dalam konsep pemikiran masyarakat primitif belum sampai kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya,
kalaupun ada pengakuan tentang Tuhan, hanya terbatas pada kepercayaan
dan keyakinan terhadap roh-roh halus yang meraka anggap sebagai Dewa.
Mereka meyakini bahwa yang melahirkan mereka adalah para leluhurnya,
ma-ka penghormatan serta pemujaan terutama ditujukan kepada leluhurnya
dengan berbagai upacara dan persembahan tertentu secara sakral. Demi-
kian juga mereka memberikan penghormatan pada tempat tertentu yang di-
anggap dihuni oleh roh-roh halus tsb untuk dapat melindungi dan mense-
jahterakan mereka.
Kepercayaan Animisme timbul berdasarkan penalaran manusia atas
segala fenomena alam dan experience (pengalaman) hidupnya, sehingga

4
belum dapat disebutkan sebagai agama. Hanya merupakan hasil budi daya
mereka sehingga masuk unsur kebudayaan.
Secara definisi : Animisme adalah kepercayaan masyarakat primitif
atas keyakinannya bahwa setiap mahluk hidup memiliki jiwa dan roh yang
selalu menetap pada jasadnya, dan bahwa disekitarnya terdapat mahluk
halus yang dapat mempangaruhi dan mengganggu manusia. Dialam
animisme terdapat masyrakat yang memiliki kepercayaan dengan yang
disebut totem dan tabu.
Animisme pada masyarakat yang memiliki kepercayaan terhadap otem
dan tabu ini meyakini adanya hubungan kekerabatan atau pertalian
kekeluargaan terhadap hewan-hewan tertentu, dian-taranya ada yang
menganggap bahwa nenek moyang mereka berasal dari binatang, sehingga
ada hubungan roh mereka dengan roh dan jiwa binatang tertentu seperti,
singa, harimau, elang, beruang dll. Mereka juga percaya bahwa roh
binatang tersebut dapat menolong, melindungi ataupun menyelamatkan
mereka dari bahaya tertentu. Keyakinan demikian pada masyarakat
Animisme disebut Totemisme. Istilah Totem berasal dari suku Indian
Ajibwa Utara “Ototemen”.
Istilah “Tabu” adalah berupa pantangan ataupun larangan sebagai
pedoman pada masyarakat primitif agar selalu selamat, terhindar dari
bahaya agar kehidupan mereka selalu sejahtera. Apabila Tabu tersebut
dilanggar akan dapat menimbulkan bencana bagi mereka.
Di Indonesia sendiri masih ada terdapat penganut animisme hingga saat
ini. Pada kepercayaan animisme menganggap bahwa “enek moyang yang
telah mati hanya badannya yang hilang, adapun roh atau semangatnya
masih tetap ada di sekeliling kita dan tempat tinggalnya yang tertinggi dan
mulia ialah kahyangan”. Hyang (Puyang) artinya adalah roh atau nenek
5
moyang Sistem kepercayaan animisme di Indonesia pada umumnya banyak
di jumpai di provinsi Kalimantan Barat, tepatnya tempat suku Dayak
berada. Suku Dayak adalah salah satu suku yang masih memegang erat
dengan roh-roh nenek moyang yang ada. Prinsip kepercayaan animisme
sendiri mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, pohon, goa, batu
besar, dan benda lainnya itu memiliki nyawa dan hidup (abstrak) yang
metafisik, namun mereka mempercayai kehidupan mereka tidak
mengganggu manusia, justru membantu manusia dari roh jahat.
Kepercayaan animism juga mempercayai bahwa roh orang yang telah
meninggal bisa merasuki hewan hidup dan pohon. Jika orang yang mati
tersebut memiliki dendam kepada seseorang maka, roh orang tersebut akan
merasuki hewan, guna untuk membalas dendam kepada orang-orang yang
menyakiti hatinya selama masa hidupnya.

Ritual Animisme
Negara Indonesia sangat terkenal dengan berbagai macam upacara
ritual, entah upacara keagamaan, upacara kebudayaan, dan banyak jenis
lainnya. Salah satu ritual adalah ritual melakukan persembahan dan berdoa
di tempat yang di anggap keramat (Ini merupakan kepercayaan dan
kebudayaan animisme di mana mereka menganggap tempat tersebut
merupakan tempat yang roh yang dapat menjawab keinginan mereka),
selain itu adanya upacara yang sering di lakukan untuk memandikan dan
memberi bunga, keris, tombak, dan kirap pusaka lainnya.
Terlepas dari percaya atau tidaknya akan ritual ini, tetap saja masih
melakukannya. Benda yang di anggap suci dan memiliki kekuatan gaib. (Ini
adalah ciri kedua dari animisme, menyembah dan mempercayai pada
benda-benda pusaka.
6
2. DINAMISME
Dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘dinamos’ (dynamic)
yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai kekuatan, kekuasaan
atau khasiat dan dapat juga diartikan dengan daya. Di Yunani terdapat
kepercayaan bahwa arwah leluhur tinggal di makam dan memiliki
kekuasaan atas baik dan buruk, sakit dan mati. Karena itu genos dalam
masyarakat yunani sering memiliki suatu status kepahlawanan yang di
muliakan dan di sembah. Di mesir mempunyai kepercayaan yang sama
dengan di yunani.
Dalam ensiklopedi umum disebutkan bahwa Dinamisme sebagai
kepercayaan keagamaan primitif pada zaman sebelum kedatangan agama
Hindu ke Indonesia (termasuk Polinesia dan Melanesia), yang menyatakan
bahwa dasar-nya adalah percaya adanya kekuatan yang maha ada (kekuatan
bathin) yang berada dimana-mana. Kekuatan bathin ini biasanya disebut
Mana (dalam bahasa Indonesia disebut Tuah).
Dinamisme disebut juga Preanimisme, yang mengajarkan bahwa setiap
benda mempunyai Mana. Lebih lanjut dikatakan bahwa Dinamisme adalah
sebagai kepercayaan kepada suatu daya kekuatan atau kekuasaan yang
dianggap halus, maupun yang berjasad yang dimiliki benda, binatang dan
manusia.
Dari uraian diatas diketahui bahwa Dinamisme terbatas pada suatu
keyakinan masyarakat primitif terhadap adanya daya, kekuatan, kekuasaan
yang bebas yang dapat dimiliki oleh manusia, hewan, tumbuhan dan benda-
benda alam lainnya. Kekuatan tersebut dapat bersifat positif maupun negatif
yang berpangaruh pada kehidupan manusia maupun masyarakat tertentu.

7
Bila dikaitkan dengan faham Animisme, maka Dinamisme adalah suatu
keyakinan praanimisme yang berkaitan dengan jiwa atau roh yang memiliki
energi metafisika yang sakti (memiliki daya, kekuatan, kekuasaan yang
super natural).
Dengan keyakinan ini maka penganut Animisme dan Dinamisme
mengadakan upacara-upacara berupa persembahan ataupun ritual tertentu
yang bersifat sakral. Kepercayaan dan keyakinan tersebut pada
perkembangannya kemudian menyembah bermacam Dewa sebagai Tuhan
mereka.
R.H. Corrington dalam bukunya The Melanesians (1981) mengatakan
bahwa Mana adalah sebagai kekuatan supernatural atau supernatural power.
Supernatural adalah suatu alam ghaib yang suci tempat berada kekuatan-
kekuatan yang telah dikenal manusia didalam alam sekitarnya dan yang
dihadapi oleh manusia dengan suatu rasa keagamaan. Juga dikatakan,
bahwa Mana adalah suatu kepercayaan terhadap adanya suatu kekuatan
yang sama sekali berbeda dengan kekuatan fisik, sesuatu kekuatan yang
menonjol, menyimpang dari biasa, luar biasa.
Nenek moyang bangsa Indonesia telah mempunyai kepercayaan asli
yaitu Dinamisme “mereka percaya bahwa segala sesuatu ada rohnya atau
semangatnya”. Sedangkan Animisme “nenek moyang yang telah mati
hanya badannya yang hilang, adapun roh atau semangatnya masih tetap ada
di sekeliling kita dan tempat tinggalnya yang tertinggi dan mulia ialah
kahyangan”. Hyang (Puyang) artinya adalah roh atau nenek moyang.
Mana dalam kepercayaan Dinamisme pada teknis serta
pengembangannya dikenal beberapa istilah seperti Fetish, Mag/Magis,
dukun, syaman dan lain-lain.

8
Pemahaman serba roh dalam penjelasan yang berkaitan dengan
Animisme dan Dinamisme tidak dapat disamakan dengan istilah Roh yang
khusus pada manusia menurut ajaran Agama Samawi. Dalam Alquran
dijelaskan bahwa roh yang diberikan Tuhan khusus kepada mahluk
manusia (Adam anak cucu keturunannya). Jadi tidak sama dengan nyawa
binatang, atau mahluk halus lainnya.
Prof. Kamil Kartapraja berpendapat bahwa selain kepada roh-roh yang
telah meninggal dunia, kebanyakan rakyat Indonesia percaya pula kepada
dewa-dewa dan mahluk halus yang bukan berasal dari manusia. Dewa-dewa
dan mahluk halus itu yang dianggap menyebabkan terjadinya bencana alam
dan kecelakaan-kecelakaan, seperti tanah longsor atau gempa bumi, gunung
meletus dan sebagainya. Dewa-dewa dan mahluk halus itu sesekali menyu-
sahkan manusia pada kehidupannya sehari-hari. Bila demikian manusia
menyerahkan urusan dewa-dewa dan mahluk halus tersebut kepada dukun-
dukun, yang kemudian terus berkembang dan mereka bersikap sedemikian
rupa dengan penuh rahasia.
Penyembah berhala di Indonesia mengenal dewa tertinggi yang sering
dise-but dengan menggunakan nama asing, seperti nama Batara Guru
terdapat dalam bentuk yang berlainan pada orang Batak, Bugis dan Filipina,
sebutan Malaka pada orang Dayak dan Latahala di Buru yang didalam
bahasa Arab adalah Allah ta’ala.
Kepercayaan dewa tertinggi ini berasal dari bahasa Indonesia yang
disebut Hyiang yang memiliki kekuatan cipta dan pemeliharaan ciptaannya
yang maksudnya adalah bahwa ia akan menghukum orang yang menentang
per-buatannya. Dalam konteks ini, kepercayaan merupakan suatu
pengakuan batin mengenai adanya sesuatu, baik itu zat maupun roh, yang
melampaui manusia sebagai seorang pribadi.
9
Penciptaan manusia kebanyakan berupa dongeng-dongeng tidak
langsung dari padaNya, seperti manusia keluar dari bambu dan rotan atau
diturunkan dari langit.
Selain melalui dukun, para dewa menghubungi manusia melalui
utusannya berupa binatang-binatang atau burung-burung untuk
memperingatkan ma-nusia atau memberikan pertolongan.
Ada golongan dewa yang tinggal diantara langit dan bumi namanya
Sang-hyang. Semua dewa tinggal diatas bumi, dilangit, di gunung-gunung
yang tinggi. Penghormatan istimewa juga diberikan kepada dewa-dewa
digunung maupun dilautan, yang kepada mereka diberikan korban manusia.
Diantara para dewa ada yang hingga sekarang dihormati ialah dewi
(dewa perempuan) yang menjaga lautan selatan pulau jawa, yang namanya
Nyai Ratu Loro Kidul. Meskipun penduduk pantai selatan sudah menganut
agama Islam, namun Nyai Ratu Loro Kidul masih sangat ditakuti oleh
rakyat setempat, banyak orang mempunyai keyakinan bahwa Nyai Ratu
Loro Kidul kaya raya dan suka memberi kepada manusia, bila sesudah ia
mati mau jadi pengikutnya.
Mahluk-mahluk halus yang derajatnya lebih rendah, tinggal dipohon-
pohon atau tempat yang lain. Mereka sering mengganggu manusia sehingga
men-jadi sakit. Itulah sebabnya orang memuliakan pohon-pohon besar.
Kepercayaan-kepercayaan, yang terdiri dari syahadat-syahadat dan mitos-
mitos dan pengalaman-pengalaman yang terdiri dari upacara-upacara
keagamaan dan peribadatan, membantu untuk mencapai tujuannya.
Kepercayaan keagamaan tidak hanya mengakui keberadaan benda-benda
dan makhluk-makhluk sakral tetapi seringkali memperkuat dan
mengokohkan keyakinan terhadapnya dan juga kepercayaan agama tidak
hanya melukiskan dan menjelaskan makhluk-makhluk sakral dan alam
10
ghaib,Tuhan dan para malaikat, surga dan neraka tetapi yang lebiih penting
dari semuanya itu adalah bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut
memberitahukan bagaimana alam ghaib ini dapat dihubungkan dengan
dunia manusia yang nyata.
Aliran kepercayaan tersebut sebagai produk budaya manusia dalam
peraadaban pada tingkat masyarakat primitif, namun hingga sekarang masih
banyak dianut suku-suku terasing dibelahan dunia. Hingga sekarang umat
beragama belum secara potimal memberikan perhatian terhadap
kemakmuran suku-suku terasing ini kecuali Katolik.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kepercayaan serta keyakinan
ma-syarakat primitif, khususnya Dinamisme dan Animisme di Indonesia
meningkat kepada keyakinan adanya mahluk halus lain serta dewa-dewa
yang bukan berasal dari roh-roh nenek moyang mereka yang sudah
meninggal. Dan mereka juga meyakini bahwa mahluk lain tersebut dapat
menolong tetapi juga dapat mencelakakan melalui kejadian alam seperti
banjir, tanah longsor, letusan gunung dll, bahkan sampai kepada kematian.
Oleh karenanya masyarakat primitif membuat persembahan-persembahan
serta ritual-ritual melalui dukun-dukun.
Munculnya istilah sembahyang berasal dari Sembah Hyang,
Menyembah Dewa tertinggi namun sudah menjadi istilah bagi masyarakat
Indonesia, sehingga terbawa pada masyarakat beragama dalam
melaksanakan menyembah Tuhannya.

Ritual Dinamisme
Ritual dinamisme sekilas tampak sama dan serupa dengan animisme,
mereka memuja pada benda dan tempat, namun prinsip utama yang mereka
sembah jauh berbeda, Animisme percaya hewan dan benda memiliki
11
nyawa, dinamisme percaya nenek moyang atau leluhur yang tinggal pada
suatu tempat. Pandangan sosiologi agama yang tidak percaya kepada
adanya yang gaib menafsirkan yang gaib itu dengan simbol pemersatu yang
diciptakan oleh masyarakat yang bersangkutan. Durkheim mengatakan
bahwa simbol itu mirip dengan kepercayaan suku Aborogin kepada gambar
hewan totem. Hewan totem dipercayai sebagai hewan atau tumbuh-
tumbuhan yang menjadi nenek moyang mereka. Sehingga kepercayaan
mereka tetap bertahan.
Ritual dinamisme selalu mengadakan upacara keagamaan seperti dalam
kejadian-kejadian penting, contohnya; ada kelahiran bayi pada satu
keluarga, maka seluruhnya akan mengadakan upacara keagamaan, kedua
ada kematian, pada kematian ini juga di adakan upacara keagamaan. Yang
ke tiga, mereka akan mengadakan upacara saat adanya panen hasil
pertanian.
Pada masa panen pertanian tersebut merupakan hal yang sangat sakral
sebab mereka masih belum memiliki wawasan yang besar mengenai
bercocok tanam, sangat berbeda dengan pemahaman orang yang
pemahaman agamanya sudah baik dan benar. Apalagi dengan orang zaman
super modern yang melenial dalam bercocok tanam kini memiliki faktor
pendukung seperti teknologi yang canggih yang kini terus berkembang.

3. Aliran Kebatinan
Prof. Kamil Kartapraja (petugas pencatatan Aliran Kepercayaan dan
Kebatinan Departemen Dalam Negeri 1949-1961 dan Guru Besar pada
IAIN Sunan Kalijaga dan IAIN Syarif Hidayatullah) adalah bahwa Aliran
Kebatinan dan Kepercayaan di Indonesia ialah kepercayaan rakyat
Indonesia yang tidak termasuk kedalam salah satu agama rakyat Indonesia.
12
Agama yang diakui oleh pemerintah ada 6 (enam) yaitu Islam, Katolik,
Protestan, Hindu, Budha dan Kong Fu-Tse atau kong hu cu. Pengakuan itu
bukan merupakan surat keputusan, tetapi suatu kenyatan di Departemen
agama RI ada petugas khusus yang melayani agama-agama tersebut.
Aliran Kepercayaan dapat digolongkan dua golongan besar :
a. Golongan kepercayaan yang animistis tradisional, tidak terdapat
filosofinya dan tidak ada mistiknya. Contohnya : Kaharingan adalah
kepercayaan suku Dayak di Kalimantan, Pelbegu dan Permalin adalah
kepercayaan rakyat Tapanuli dan sebagainya.
b. Golongan kepercayaan rakyat yang ada filosofinya disertai ajaran
mistik yang memuat ajaran-ajaran bagaimana caranya manusia dapat
bersatu dengan Tuhan atau sedikitnya dapat sedekat mungkin.
Ajarannya selalu membicarakan yang ada sangkut pautnya dengan
bathin atau hal-hal yang ghaib. Oleh karenanya golongan kepercayaan
ini disebut golongan Kebathinan. Contoh aliran kebatinan adalah
Pangestu, Sapta Darma dan lain-lain.
Dari uraian diatas terlihat perbedaan antara kepercayaan masyarakat
primi-tif seperti Dinamisme dan Animisme dengan aliran kebathinan.
Bahkan aliran kebathinan banyak diikuti oleh para intelektual. Sampai saat
ini masih banyak orang yang memiliki kepercayaankepercayaan tertentu
terhadap benda-benda mati. Benda-benda mati tersebut seperti pohon
beringin besar, batu, keris, peninggalan nenek moyang, tempat pemakaman
dan lain sebagainya. Mereka mempunyai ritual serta adat istiadat yang
berbeda pula dalam memperlakukan benda-benda tersebut disetiap daerah.
Adapun ritus tertentu tersebut dilakukan sesuai dengan adat yang telah
dijalankan oleh nenek moyang sebelumnya atau bersifat turun-temurun.
Sehingga kepercayaan mereka tetap bertahan dari generasi ke generasi.
13
Manusia atau benda yang dimitoskan itu kemudian hidup dalam
sejarahsejarah lisan berbentuk cerita-cerita atau kisah yang meskipun tidak
didukung oleh pembuktian kritis. Mistifikasi pun terjadi jika manusia atau
benda memiliki kekuatan yang diyakini sebagai kekuatan lebih dibanding
manusia atau benda lainnya. Misteri tersebut, misalnya terdapat pada sosok
manusia yang memiliki kelebihan di bidang tertentu yang sifatnya
supranatural.
Religi yang diyakini masyarakat dapat menjadi bagian dari suatu sistem
nilai yang ada di dalam kebudayaan masyarakat bersangkutan. Sistem nilai
ini kemudian menjadi pendorong atau penggerak serta pengontrol bagi
tindakantindakan para anggota masyarakat. Secara fungsional, religi
menjadi pengatur untuk menata kehidupan manusia, baik dalam
hubungannya dengan semesta, alam sekitarnya, maupun kepada Yang Maha
Esa.
Tujuan utama dari Aliran Kebathinan adalah pendekatan bathiniahnya
yang ingin beserta dengan Tuhan. Secara sadar mereka memahami alam
ghaib serta adanya Tuhan Yang Maha Pencipta.
Hanya didalam upacara-upacara ritualnya tidak berdasarkan kaidah
dan akidah agama yang ada, oleh karenanya kepercayaan tersebut disebut
Aliran Kebathinan.
Aliran ini tidak dapat disamakan dengan ajaran Kerohanian dalam
Islam seperti Thariqatullah dalam Tasauf/Sufi atau ajaran kerohanian dalam
agama Nasrani. Pemahaman serta ritualnya berdasarkan wahyu/firman
Tuhan Yang Maha Esa.
Kesimpulannya, aliran Kebathinan adalah kepercayaan yang
berdasarkan olah bathin untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
berlandaskan faham filosofis yang dianutnya, bukan berdasarkan firman
14
dan wahyu dalam kitab suci, walaupun diantara aliran Kebathinan ini ada
juga yang mencampur ba-urkan dengan aqidah agama tertentu, namun
keutamaan konsepnya adalah pendekatan bathiniah dengan Tuhan secara
mistik. Khusus masalah ini dapat dikembangkan uraian pada konsep Tasauf
Islam.

15

Anda mungkin juga menyukai