Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AGAMA 1

PRESPEKTIF MASYARAKAT TERHADAP KONSEP


KETUHANAN
Makalah ini Dibuat untuk memenuhi tugas kuliah agama 1

Disususn oleh :

Vito Gunawan
Ramdani Sulaeman Burhanudin
Saepul Saban

Dosen Pengampu :

M.Syauqi Mubarok, S.Pd.i.M.Pd

PROGRAM STUDI TEKNIK


INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI
GARUT 2023
Abstrak
PENDAHULUAN
Konsep ketuhanan adalah gagasan atau pemahaman tentang eksistensi, sifat, dan peran entitas
ilahi atau Tuhan dalam berbagai kepercayaan, agama, dan filsafat. Manusia bertuhan dapat merujuk
pada berbagai konteks, tergantung pada sudut pandang dan keyakinan individu. Ini bisa berarti
berbicara tentang bagaimana manusia memiliki kecenderungan untuk mencari makna dalam hidup
mereka, mencari hubungan dengan entitas ilahi, atau mengikuti agama dan kepercayaan tertentu.
Dalam banyak budaya dan agama, manusia sering dianggap memiliki dorongan alami untuk
mencari atau berhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri, seperti Tuhan
atau kekuatan spiritual. Kebutuhan manusia akan Tuhan dan agama melebihi semua kebutuhan
hidupnya. Mungkin salah satu indikasi bahwa religiusitas merupakan kebutuhan manusia adalah apa
yang dirasakan seseorang dalam dirinya sendiri dari kelemahan di hadapan beberapa manifestasi
kekuasaan Yang Mahakuasa, seperti angin kencang, laut yang bergolak, gempa bumi, dan gunung
berapi. Dan kebesaran kecerdasannya, dia tetap lemah di depan fenomena yang dengannya Tuhan
menyengsarakan hamba-hambanya, sehingga manusia tahu dari dirinya sendiri bahwa dia tidak
memiliki kemampuan untuk mendorong atau menjaga mereka, dan dari di sini kebutuhan manusia
yang lebih besar akan dewa untuk menggunakan dan percaya padanya

A. Konsep Ketuhanan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Ketuhanan yaitu segala sesuatu yang
berhubungan dengan sifat keadaan Tuhan atau segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan.
Sedangkan Tuhan dalam bahasa arab disebut ilaah yang berarti dalam “Ma’bud” (yang disembah).
Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Qur’an dipakai untuk menyatakan
berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia.
Konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil
pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batinia, baik yang bersifat penelitian rasional
maupun pengalaman batin Faham kepercayaan pemikiran manusia tentang tuhan. Konsep ketuhanan
bervariasi di seluruh budaya dan tradisi, dan mereka dapat sangat berbeda satu sama lain.
Konsep ketuhanan dapat sangat bervariasi dan mempengaruhi budaya, etika, dan tindakan
manusia. Mereka juga menjadi topik diskusi dan pemikiran filosofis yang mendalam. Setiap agama
atau kepercayaan memiliki cara sendiri untuk menjelaskan dan memahami Tuhan atau entitas ilahi
mereka, yang sering terkait dengan teks suci, ritual, dan tradisi yang unik.

B. konsep ketuhanan Menurut teori evolusisme


Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil
pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional
maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori
yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat
menjadi sempurna.
Manusia, sejak mula pertama sejarah pemikiran, sudah mengenal adanya suatu kekuatan-
kekuatan yang mengatasi manusia, suatu yang dianggap mahakuasa, dapat mendatangkan kebaikan
ataupun kejahatan serta dapat mengabulkan doa dan keinginan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pengetahuan tentang Tuhan sudah sejak dini dimiliki oleh manusia. Masyarakat manusia diberbagai
tempat mengenal adanya kekuatan-kekuatan supranatural, orang melanesia menyebutnya mana,orang
Jepang menyebutnya kami, orang India menyebutnya hari, orang Indian Amerika menyebutnya
wakan,orenda dan maniti.

Perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut.

1. Animisme
Pengertian dari Animisme cukup banyak. Mengutip dari buku Ensiklopedia Sejarah Lengkap
Indonesia dari Era Klasik Sampai Kontemporer oleh Adi Sudirman, teori animisme pertama kali
dikemukakan oleh Edward B Taylor. Istilah animisme berasal dari kata bahasa latin “anima”, yang
berarti jiwa.
Menurut Taylor tentang animisme, setelah manusia meninggal dunia, jiwa atau roh akan
meninggalkan jasmaninya. Jiwa atau roh itu kemudian bisa berpindah dan menempati makhluk-
makhluk hidup maupun benda-benda material. Oleh sebab itu, agar roh tidak mengganggu, maka
perlu dilakukan pemujaan pada arwah leluhur atau benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan
magis.
Adapun karakteristik masyarakat yang menganut paham ini, antaralain:

a. Mempercayai kewujudan roh sehingga memunculkan keyakinan bahwa roh orang yang
meninggal akan bergentayangan dan menyebabkan gangguan jika tidak dipuja atau
didoakan.
b. Meyakini bahwa benda-benda alam, seperti gunung, gua, hutan, dan lautan dijaga oleh
roh atau makhluk gaib yang harus dihormati agar tidak murka dan menimbulkan bencana.
c. Selalu memohon perlindungan dan keselamatan kepada roh atau makhluk gaib dalam
setiap kegiatan harian yang mereka lakukan.
d. Merasa bergantung terhadap kekuatan roh yang dapat mengabulkan semua permintaan,
seperti membuat hasil panen meningkat, perburuan berhasil, atau menang dalam
peperangan.

Menjalankan ritual yang dipimpin oleh pawang dalam melakukan

2. Dinamisme
Kepercayaan lain yang dianut oleh masyarakat praaksara adalah dinamisme. Istilah
dinamisme berasal dari kata dunamos dari bahasa Yunani yang diserap menjadi dynamic ke dalam
bahasa Inggris. Maknanya sendiri meliputi daya, khasiat, dan kekuatan.

Jika ditelisik lebih jauh, dinamisme berarti kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap
memiliki kekuatan gaib. Benda-benda yang dimaksud dapat berasal dari berbagai unsur, meliputi air,
api, bebatuan, pohon, bahkan bagian-bagian dari hewan. Masyarakat penganut dinamisme percaya
jika benda-benda tertentu bisa memberikan manfaat maupun sebaliknya, menjadi penyebab mara
bahaya.

Dari kepercayaan ini, muncul benda-benda yang dianggap keramat, seperti tanduk hewan,
batu mulia, atau senjata seperti kapak dan mata tombak. Masyarakat penganut dinamisme akan
merasa aman dan tenang jika berada di dekat benda yang dikeramatkan. Mereka pun memiliki rasa
ketergantungan sehingga merasa harus melakukan pemujaan terhadap benda-benda tersebut.

Karakteristik masyarakat yang menganut paham ini:

a. Meyakini kesaktian benda-benda dari berbagai unsur.


b. Merasa bergantung terhadap daya dan kekuatan benda-benda yang muncul di luar pribadi
manusia.
c. Meyakini bahwa benda-benda tertentu serta zat-zat di dalamnya memiliki kekuatan gaib
luar biasa sehingga mereka merasa harus menyembah dan berharap terhadap benda-benda
tersebut.
d. Menganggap sejumlah senjata sebagai pusaka yang harus dikeramatkan dan dipuja karena
bisa memberikan manfaat. Sebaliknya, jika pusaka diperlakukan sembarangan, mereka
khawatir akan timbulnya bahaya dan bencana.
e. Ketika memiliki benda atau pusaka yang dikeramatkan, masyarakat penganut dinamisme
akan selalu berada di dekat benda tersebut atau membawanya ke mana saja. Mereka akan
merasa tenang dan nyaman setiap waktu karena dianggap telah dilindungi oleh benda
tersebut.
3. Politeisme
Politeisme merupakan pandangan yang mempercayai banyak allah. Kata itu berasal dari dua
kata Yunani, “poli" yang berarti “banyak,” dan “teisme” yang berarti "Allah."Politeisme merupakan
kepercayaan terhadap beberapa dewa yang umumnya dirakit menjadi sebuah panteon dari dewa dan
dewi. Ada beberapa agama yang menerima politeisme dengan menganggap bahwa berbagai dewa dan
dewi adalah representasi kekuatan alam.
Politeisme adalah jenis teisme yang sangat kontras dengan monoteisme, yaitu kepercayaan
pada Tuhan yang Tunggal. Kaum yang memiliki kepercayaan ini tidak menyembah semua dewa
secara setara dan dapat menjadi henoteis atau menyembah dewa tertentu saja.Di zaman sekarang,
aliran politeisme dipraktikkan oleh beberapa agama, mulai dari Toisme, Shenisme, Shinto, Santeria,
dan Neopagan.

Dalam politeisme, terdapat beberapa aliran, antara lain:

a. Politeisme Keras
Politeisme keras merupakan keyakinan bahwa banyak dewa dan dewi yang muncul
sebagai makhluk berbeda dan bertentangan satu sama lain. Adapun contoh dari aliran ini
adalah mitologi Sumeria, Mesir, Yunani, dan Romawi Kuno.

b. Politeisme Lembut
Aliran politeisme berikutnya adalah politeisme lembut. Dalam aliran ini, dewa dan
dewi dianggap sebagai manifestasi dari satu Tuhan, bukan entitas yang berbeda sepenuhnya.

c. Monolatrisme
Monolatrisme adalah keyakinan adanya banyak dewa, namun hanya konsisten
menyembah satu dewa. Dalam aliran ini tegas dikatakan bahwa hanya ada satu dewa yang
layak disembah meskipun masih ada dewa lainnya.

d. Kathenoteisme
Kathenoteisme merupakan keyakinan akan adanya banyak dewa, namun hanya
terdapat satu dewa di satu waktu yang harus disembah. Dengan kata lain, setiap dewa
mempunyai gilirannya masing-masing.

e. Diteisme
Diteisme berarti bahwa keyakinan terhadap dua dewa yang memiliki kekuatan sama.
Adapun contohnya adalah agama mistik awal Gnostisisme yang menganggap Tuhan adalah
penipu yang jahat, namun terdapat dewa kebajikan sejati yang pantas dianggap sebagai
Tuhan.

4. Henoteisme
Henoteisme adalah suatu pemahaman bahwa hanya ada satu dewa yang berkuasa di dalam
dunia tanpa memungkiri akan keberadaan dewa-dewa lainnya.Henoteisme juga dipahami sebuah
tahap keagamaan yang berada di antara politeisme ke monoteisme.Tahap keagamaan yang dimaksud
adalah Tahap perubahan keyakinan dari keyakinan bahwa ada banyak dewa yang berkuasa
(politeisme] sampai keyakinan bahwa hanya ada satu dewa berkuasa (monoteisme).
Henoteisme mempunyai secara sederhana dipahami sebagai pemahaman yang tentang satu
dewa yang berkuasa, tetapi tetap mengakui keberadaan dewa-dewa lain. Namun, ada banyak sudut
pandang tentang pengertian henoteisme.Salah satunya adalah sudut pandang yang melihat bahwa
henoteisme adalah sebuah pemahaman yang menyatakan bahwa ada satu dewa yang berkuasa di dunia
ini.Akan tetapi, penguasa di satu tempat berbeda dengan penguasa di tempat lain.
Henoteisme merupakan jenis kepercayaan yang bersifat kesukuan atau kebangsaan. Dewa
agung hanya dimiliki oleh satu dewa saja bagi satu suku atau satu bangsa. Perannya sebagai
kekuasaan tertinggi di antara dewa-dewa yang lainnya. Satu dewa agung hanya dipercaya oleh suatu
suku atau bangsa tertentu. Sementara suku lainnya tidak memuja dewa tersebut.

5. Monoteisme
Monoteisme” berasal dari dua kata Yunani: mono (satu, tunggal, sendiri) dan theos (tuhan).
Secara terminologi, monoteisme berarti kepercayaan kepada satu tuhan. Dengan demikian,
monoteisme merupakan kepercayaan kepada keesaan Tuhan. Esensi monoteisme adalah meyakini dan
menyembah hanya satu Tuhan sambil menafikan (menyangkal) adanya tuhan (dewa) selain Allah
SwT.
Tiga agama monoteistik utama dunia adalah Kristen, Yudaisme, dan Islam yang memiliki
banyak kesamaan. Akan tetapi, konsep “Tuhan yang Maha Esa” menurut tiga agama tampaknya tidak
sama, berbeda satu sama lain, karena sumber keyakinannya berbeda.
Tiga agama tersebut mempercayai Tuhan Maha Pencipta, Pengatur alam semesta, Maha
Kasih Sayang, Maha Pengampun, dan sebagainya. Tiga agama ini mengikuti dan melanjutkan ajaran
Nabi Ibrahim AS, yang menyerukan ajaran tauhid sejati. Karena itu, Ibrahim AS kerap disebut Bapak
Monoteisme.
a. Konsepsi monoteisme dalam agama yahudi(Yudaisme)

Monoteisme Yahudi mempercayai Tuhan mereka itu YHWH (Yahweh). Salah satu benteng
Yudaisme adalah keyakinan bahwa orang Yahudi memiliki perjanjian atau kesepakatan
khusus dengan Tuhan. Mereka meyakini kesepakatan bahwa mereka itu umat pilihan Tuhan.
Mereka mengikuti perintah dan hukum Tuhan dan secara eksklusif menyembah-Nya
sebagaimana diajarkan dalam Taurat.

b. Konsepsi monoteisme dalam agama Kristen

Kekristenan lahir dari Yudaisme. Kitab suci Kristen termasuk kitab suci Yahudi, disebut
Perjanjian Lama. Perjanjian Lama adalah bayangan dari Perjanjian Baru. Yesus adalah
penggenapan dari semua nubuah mesiah dalam Perjanjian Lama. Yudaisme berakhir di
Perjanjian Lama. Tetapi Kekristenan berlanjut dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Akan
tetapi, monoteisme Kristen telah mengalami distorsi, dari tauhid murni menjadi trinitas (tuhan
bapa, tuhan anak/Jesus, dan roh kudus).

c. Konsepsi monoteisme dalam agama Islam

Monoteisme Islam tercermin dalam syahadat tauhid: La ila illa Allah, tiada tuhan selain
Allah. Ketauhidan itu biasanya dipertegas dengan pernyataan: wahdahu la syarika lahu, Dia
Maha Esa, tidak memiliki sekutu (mitra, pembantu). Monoteisme (tauhid) dalam Islam
merupakan akidah para Nabi dan Rasul, dari sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad
SAW. Semua mendakwahkan akidah tauhid kepada umatnya. Karena ajaran tauhid itu
memang sesuai dengan fitrah teologis manusia.
Narasi paling indah
dari monoteisme dalam
perspektif al- Qur’an
adalah firman Allah
dalam surat al- Ikhlas:

(1).”Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.”(2).Allah tempat meminta


segala sesuatu.(3).(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.(4).Dan tidak ada
sesuatu yang setara dengan Dia.”(QS. Al-Ikhlas/112:1-4).
Dengan ikhlas, tulus, autentik, dan murni tanpa embel-embel, monoteisme itu tauhid sejati
dalam beribadah dan memohon pertolongan kepada Allah SwT.

C. Konsep Tuhan dalam beragama


Relasi antara Tuhan dengan manusia menimbulkan pemikiran-pemikiran yang secarafilosofis
cenderung imanen pada satu sisi dan transenden pada sisi yang lain, bahkan menimbulkan pemikiran
yang menganggap bahwa Tuhan itu imanen sekaligus transenden. Relasi keduanya yang melahirkan
konsep imanensi dan transendensi ini dalam perkembangan berikutnya menimbulkan paham-paham
ketuhanan yang menjadi perdebatan di antara paham-paham tersebut.Konsep tentang Tuhan berbagai
rupa antara lain seperti orang yang percaya pada teisme, tetapi tidak pada deisme atau panteisme
tetapi tidak pada penenteisme. Paham-paham ini antara lain:
1) Paham Teisme adalah aliran atau paham yang mengakui Tuhan sebagai ada yang personal dan
transenden, dan berpartispasi secara imanen dalam penciptaan dunia dari ketiadaan.
2) Deisme, sebuah faham yang menolak asumsi agama yang mengatakan bahwa segala kejadian
di alam raya ini adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa atau yang maha apapun namanya.
3) Panteisme, keyakinan bahwa alam semesta merupakan manifestasi dari tuhan, atau bahwa
segala sesuatu merupakan tuhan, dewa atau dewi imanen yang mencakup segalanya.
Keyakinan panteisme tidak mengakui adanya tuhan pribadi secara spesifik.

Tuhan dianggap sebagai imanen sekaligus Transenden bagi penganut teisme. Tuhan Dianggap
sebagai transenden terhadap alam dan Manusia bagi kaum Deisme. Tuhan dianggap Sebagai yang
imanen bagi kaum panteisme.Oleh sebab itu Teisme Merupakan aliran dalam filsafat ketuhanan Yang
mengandung pengertian bahwa adanya Tuhan bukan hanya sesuatu ide yang terdapat Dalam pikiran
(mind) manusia, akan tetapi Menunjukkan bahwa zat yang dinamakan Tuhan itu berwujud obyektif,
sedangkan Ateisme merupakan antitesis dari konsep Teisme yang berpandangan tentang
Pengingkaran adanya Tuhan yang berarti Menolak terhadap kepercayaan adanya Tuhan.
Pengertian agama dari sudut Bahasa (etimologi) berarti peraturan- peraturan Tradisional,
ajaran- ajaran, kumpulan Kumpulan hukum yang turun temurun dan Ditentukan oleh adat
kebiasaan.Agama asalnya Terdiri dari dua suku kata, yaitu a berarti tidak Dan gama berarti kacau.
Jadi agamamempunyai Arti tidak kacau. Arti ini dapat dipahami dengan Melihat hasil yang diberikan
oleh peraturan-Peraturan agama kepada moral atau materiil Pemeluknya, seperti yang diakui oleh
orang Yang mempunyai pengetahuan.
Dalam perspektif teologi agama Dipandang sebagai sesuatu yang dimulai dari Atas (dari
Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya). Manusia beragama karena Tuhan yang Menanamkan kesadaran
ini. Tuhan Memperkenalkan diri-Nya kepada manusiaMelalui berbagai penyataan, baik yang dikenal
Sebagai penyataan umum, seperti penciptaan Alam semesta, pemeliharaan alam, penciptaan Semua
makhluk dsb. Maupun penyataan Khusus, seperti yang kita kenal melalui firman-Nya dalam kitab
suci, penampakan diri kepada Nabi-nabi, bahkan melalui inkarnasi menjadi Manusia dalam dogma
Kristen.

D. Tuhan menurut beberapa agama

1. Kristen
Tuhan adalah Roh, yang keberadaanNya tidak dapat disamakan atau disetarakan dengan apapun
juga yang dapat dipikirkan dan dilihat oleh manusia (Dimensi transenden Tuhan). Tuhan adalah
Pribadi Yang Mahakuasa, yang keberadaanNya Terungkapkan/tersingkapkan kepada manusia Melalui
medan sejarah (Dimensi imanen Tuhan). Tuhan adalah Roh yang memberi Kehidupan kepada seluruh
yang ada di alam Semesta. Manusia dan makhluk lain adalah Materi yang mendapat bagian di dalam
Roh Kehidupan itu.
Konsep tuhan dalam pemikiran R. P. Chavan, 1965 yang menyatakan bahwa Allah Ada dimana-
mana. Ia ada pada setiap tempat, ia Maha kuasa dan Maha tahu. Ia kudus oleh Sebab itu, oknum yang
ketiga dari Tri Tunggal Sering kali disebut roh kudus, kekudusan ialah Kebenaran Allah yang tak ada
bandingannya. Begtupula yang termatub dalam ktab njl Altab (Yohanes: 3:16) bahwa “Karena Begitu
Besar Kasih Allah Akan Dunia Ini, Sehingga Ia Telah Mengaruniakan Anaknya Yang Tunggal,
Supaya Setiap Orang Yang Percaya Kepada-Nya Tidak Binasa, Melainkan Beroleh Hidup Yang
Kekal”. Pekerjaannya ialah pekerjaan Ilahi, kita harus berbakti kepada-Nya karena ia Adalah Allah.
“Tidak Seorang Pun Yang Pernah Melihat Allah, Tetapi Anak Tunggal Allah, Yang Ada Dipangkuan
Bapa, Dialah Yang Menyatukannya”.(Yohanes; 1:18).
Roh kudus adalah Allah. Ia mempunyai Sifat-sifat Allah sekarang ini roh kudus.Allah Bapa dan
Allah anak tidak terpisah satu dengan Yang lain melainkan saling bergantung di dalam Kitab terdapat
pelbagai macam nama yang di Berikan kepada Allah bapa,Allah anak dan roh Kudus adalah tiga
oknum yang berbeda. Namun Demikian itu, satu Allah adanya sesuai dengan Ajaran al-kitab. Roh
kudus adalah Allah. Ia Mempunyai sifat-sifat Allah sekarang ini roh Kudus. Allah bapa dan Allah
anak tidak terpisah Satu dengan yang lain melainkan saling Bergantung di dalam kitab terdapat
pelbagai Macam nama yang di berikan kepada Allah Bapa, Allah anak dan roh kudus adalah tiga
Oknum yang berbeda. Namun demikian itu, satu Allah adanya sesuai dengan ajaran al-kitab.
Kekekalan Tuhan Allah tidak berarti statis(seperti matahari, bulan dan bintang-bintang) Melainkan
kehadiran Tuhan sejak dahulu kala Itu adalah kehadiran yang aktif di dalam firman Dan karyanya.
Allah ada sebelum ada waktu, Allah Mengatasi waktu, Allah masih ada sesudah Waktu habis, jika
tidak ada waktu lagi Allah Tetap Allah. Ia tidak berawal tiada berakhir, Yang awal dan yang akhir.
Allah sendiri adalah Model bagi keluarga. Namun demikian, orang Kristen percaya bahwa mereka
dijadikan Partisipan di dalam hubungan yang kekal antara Bapa dan Anak, melalui Yesus Kristus.
Orang Kristen menyebut diri mereka anak-anak Allah. Orang Kristen trinitarian (yang selama
berabad-Abad merupakan mayoritas umat Kristen), Allah Bapa bukanlah Allah yang terpisah dari
Sang Anak (dalam hal ini, Yesus adalah Penjelmaan-Nya) dan dari Roh Kudus, yang Ketiganya
merupakan Allah yang esa Ini berarti Mereka selalu hadir sebagai tiga “pribadi” (Yunani: hypostases)
yang berbeda, tetapi Ketiganya adalah satu Allah. Tuhan yang mengambil wujud manusia Dan hidup
di antara manusia agar manusia dapat Mengenal dan menyapaNya.Tuhan Pencipta (Allah Bapa) yang
datang ke dunia melalui Yesus Kristus.
2. Hindu
Konsep dasar Memahami ketuhanan dalam agama hindu Adalah bahwa tuhan itu satu dan dipuja
dengan Berbagai cara dan jalan berdasarkan etika.Tuhan bersifat acintya atau tidak Terpikirkan oleh
manusia, artinya manusia tidak Dapat menggambarkan tuhan dengan sempurna. Sebagai mahkluk
yang dikaruniai akal dan Pikiran manusia memiliki cara untuk Mewujudkan baktinya kepada sang
penguasa Alam semesta dengan berbagai cara berdasarkan Nilai-nilai dharma (kebenaran). Oleh
sebab itu Konsep ketuhanan dalam agama Hindu pada dasarnya adalah Kepercayaan kepada tuhan
yang Esa. Akan Tetapi sistem ketuhanan Hindu ini terkoordinasi Dalam konsep ketuhanan Trimurti.
Dalam Konsep Trimurti ini terbahagi kepada tiga (sifat) Yaitu Brahmana, Wisnu, dan Siwa. Ketiga-
tiga Ini dapat ditafsirkan sebagai berikut:
 Brahmana adalah yang dianggap sebagai Dewa pencipta alam, yang telah
Mewujudkan alam ini dengan segala Isinya. Dalam mengendalikan Kekuasaannya,
dewa Brahmana didampingi Dewi Sakti, yakni Dewi Saraswati (Dewi kesenian dan
Pengetahuan) ; juga memiliki kendaraan Khusus yaitu hewan unggas yang disebut
Hangsa.
 Wisnu adalah dianggap sebagai dewa pemeliharaan alam dengan kekuasaan
mendamaikan umat manusia, memelihara ketertiban serta mewujudkan kedamaian.
Dalam melaksanakan tugasnya, Dewa Wisnu juga didampingi oleh Dewa Sakti Yang
disebut Dewi Sri (Dewi Kebahagiaan. Kendaraan khusus untuk wisnu dilambangkan
dengan burung Rajawali atau Garuda.
 Siwa adalah dianggap sebagai dewa yang Mengubah dari bentuk sekarang ke bentuk
Semula (asal).4 Siwa pun didampingi dewiSakti yang disebut Dewi Durga.
Kendaraan yang dilambangkan dengan Lembu jantan yang disebut Nandi

Dalam agama Hindu pada umumnya,konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebit
dikenal sebagai filsafat adwaita wedanta yag berarti “tak ada duanya”. Selayaknya konsep ketuhanan
dalam agama monoteistik yang ada pada umumnya. Adwaita Wedanta menganggap tuhan merupakan
pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, tuhan dikenal dengan sebutan
Brahman. Dalam keyakinannya Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal namun juga tidak
berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pemusnah alam. Brahman berada dimana-mana dan
mengitari seluruh alam semesta. Dia juga merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di dunia.
Segala sesuatu yang ada di dunia tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam hal ini konsep para
dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan untuk dipuja sebagai tuhan, melainkan dipuji atas jasa
sebagai perantara Tuhan kepada pengikutnya.
3.Islam
Kata Islam dalam Abdulah 2004,Berasal dari kata “salam “yang artinya selamat, Aman sentosa,
sejahtera, yaitu aturan hidup Yang dapat menyelamatkan manusia di dunia Dan di akhirat.kata Islam
juga juga berasal dari kata “aslama’ yang artinya menyerah atau masuk Islam, yaitu agama yang
mengajarkan penyeraha diri kepada Allah, tunduk dan taat kepada hukum Allah tanpa tawar menawar.
Dalam konsep Islam, Ketuhanan disebut dengan menyembah Allah SWT dan meyakini bahwa
Allah sebagai Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang
Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan
sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa.Agama Islam yang diturunkan Allah ta’ala kepada manusia
melalui rasul-rasul-Nya, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah ta’ala,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta.
Konsep ketuhanan dalam Islam artinya adalah meyakini. Menyembah, dan mempertuhankan
Allah SWT, tiada lain selain Dia. Selain itu, Ketuhanan berarti tunduk kepadaNya, merendahkan diri
di hadapanNya.takut dan mengharapkanNya, kepadaNya tempat berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdo’a dan bertawakkal kepadaNya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari
padaNya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatNya dan terpaut cinta kepadaNya.

A. Elmen konsep ketuhanan dalam islam

1. Kepercayaan kepada Allah yang Satu


Ajaran Islam menganut monoteisme ketat (Tauhid). Umat Islam meyakini bahwa hanya ada
satu Allah yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana, dan Maha Pengasih. Tidak ada yang setara
dengan-Nya, dan tidak ada Tuhan selain-Nya. Ini dikenal sebagai Tauhid Rububiyyah
(kepercayaan kepada Allah sebagai Pencipta dan Penguasa semesta).

2. Ketuhanan dalam Ibadah (Tauhid Uluhiyyah)


Konsep ini mengajarkan bahwa semua bentuk ibadah dan penghambaan harus hanya
ditujukan kepada Allah. Umat Islam dilarang menyembah atau mengabdi pada sesuatu selain
Allah, termasuk berhala, patung, atau makhluk lainnya. Ini mencakup shalat, puasa, zakat,
dan ibadah-ibadah lainnya.
3. Sifat-sifat Allah
Islam mengajarkan berbagai sifat dan atribut Allah yang dinyatakan dalam Al-Quran dan
Hadis. Beberapa sifat-sifat tersebut mencakup Rahman (Maha Pengasih), Rahim (Maha
Penyayang), Al-Quddus (Maha Suci), Al-Hakim (Maha Bijaksana), dan sifat-sifat lain yang
menunjukkan kekuasaan, kasih sayang, dan kebijaksanaan Allah.
4. Allah sebagai Pencipta
Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu di alam semesta. Tidak ada
yang ada kecuali karena kehendak-Nya, dan Dia mengatur segala sesuatu dengan sempurna.
1. Pengabadian diri kepada Allah
Konsep ini mencakup pengabdian diri secara penuh kepada Allah dalam segala aspek
kehidupan. Muslim diharapkan untuk hidup sesuai dengan ajaran agama, menjalankan
perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

2. Kepercayaan pada Hari Kiamat


Umat Islam meyakini bahwa ada Hari Kiamat di mana semua manusia akan
dihidupkan kembali dan akan diadili oleh Allah atas perbuatan mereka di dunia. Orang-orang
yang beriman akan mendapatkan pahala, sedangkan yang berdosa akan mendapatkan
hukuman.
Konsep ketuhanan dalam Islam sangat penting karena menjadi dasar bagi seluruh ajaran dan
praktik keagamaan. Keimanan kepada Allah, pengabdian kepada-Nya, dan mengikuti ajaran-
Nya adalah prinsip-prinsip utama dalam hidup seorang Muslim. Selain itu, konsep ketuhanan
dalam Islam juga mencerminkan hubungan yang mendalam antara manusia dan Allah, di
mana manusia mencari petunjuk, pengampunan, dan rahmat-Nya dalam hidup mereka.

a. Tuhan Yang benar menurut Al-Qur’an


Surah Thaha ayat 14

‫ِاَّنِنْٓي َاَنا ُهّٰللا ٓاَل ِاٰل َه ِآاَّل َاَن۠ا َفاْع ُبْد ِنْۙي َو َاِقِم الَّص ٰل وَة ِلِذ ْك ِرْي‬
“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah
salat untuk mengingat Aku.”
Tauhid adalah ajaran islam yang menjelaskan bahwa Alloh adalah satu-satunya tempat
bergantung semua kehidupan, ‘menusia, jin, malaikat, zat, partikel, benda-benda) semua
Ciptaan Allah baik yang makro maupun kikro yang ghaib maupunyang nyata, yang hidup
maaupun yang mati bergantung kepada Alloh, Dia-lah tempat bermula dan kembali .
Perkataan Allah nama Tuhan yang sesungguhnya disebutkan dalam al-Ogur’an senyak 2,500
kali

b. Pembuktian wujud Tuhan


Surah Al isra ayat 85

‫َو َيْس َٔـُلْو َنَك َع ِن الُّر ْو ِۗح ُقِل الُّر ْو ُح ِم ْن َاْم ِر َر ِّبْي َوَم ٓا ُاْو ِتْيُتْم ِّم َن اْلِع ْلِم ِااَّل َقِلْياًل‬

“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk
urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.
Karena keterbatasan ilmu manusia maka Allah melarang memikirkan ZatNya, tetapi justru
Allah menyuruh memikirkan ciptaanNya.Karena dengan memikirkan ciptaannya maka secara
implisit manusia dituntut untuk selalu meningkatkan kecerdasan potensialnya (rasional dan
emosional) yaitu menemukan kebenaran(alhaqq), kebaikan (al-husn), keindahan (aljamil),
yang semuanya ada pada sifat-sifat Allah.Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan
dan rahasianya yang pelik pasti ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya.

Kesimpulan
Ditehaui bahwa manusia, sejak mula pertama pemikiran, sudah mengetahui adanya kekuatan-
kekuatan yang mengatasi manusia, suatu yang dianggap Maha Kuasa, dan mendatangkan kebaikan
maupun keburukan serta dapat mengabulkan doa dan ke inginan manusia. Akan tetapi hal tersebut
belum dinamai Tuhan. Tetapi baru diberikan nama-nama seperti mana, numia, dewa, dan
sebagainya.Masing-masing manusa memaknaituhan menurut kehendak manusianya oleh sebab itu
Tuhan dapat disimbolkan melaluiberbagai wujud dan keberadaaannya. Pengkajian tentang agama
secara reflektif sangat erat kaitannya dengan pemahaman akan sejarah spiritualitas manusia. Hal mana
dipertegas oleh Titus, Noland, Smith 1984 bahwa kenyataan sejarah spiritualitas manusia dapat
dibuktikan bahwa kehadiran agama pasti dimotori oleh pengalaman atau dibarengi religiusitas yang
ada dalam kehidupan manusia itu sendiri, maka dapat diinterpretasikan bahwa keterkaitan agama
dengan spiritulitas-religiusitas adalah karena dihubungkan oleh adanya sesuatu yang dianggap “suci“
yaitu Tuhan kemudian yang di dalamnya penuh dengan unsur kepercayaan.

Anda mungkin juga menyukai