Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Animisme
Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh
di sini menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau
dikembangkan, animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan
terhadap adanya makhluk halus atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik
benda hidup atau benda mati sekalipun. Tidak hanya percaya, mereka bahkan
memuliakan roh-roh tersebut. Penghormatan ini dilakukan agar tidak
mendapat gangguan mereka tetapi justru mendapat keberuntungan dari
mereka dengan adanya penghormatan. Karena roh-roh ini dapat memberi
banyak manfaat dalam keyakinan mereka dan dapat dimintai pertolongan.
Sedangkan pengertian roh dalam masyarakat primitif tidak sama dengan
pengertian roh pada masyarakat modern. Masyarakat primitif belum bisa
membayangkan roh yang bersifat immateri. Karenanya, roh terdiri atas materi
yang sangat halus sekali. Sifat dari roh ini adalah memiliki bentuk, umur, dan
mampu makan. Hal ini dapat diketahui dari sesajen yang diberikan
masyarakat primitif sebagai bentuk hadiah pada roh-roh tersebut.
Teori animisme ini, pertama kali dikemukakan oleh taylor, seorang
sarjana aliran evolusionisme bangsa Inggris yang mengatakan bahwa segala
seuatu yang ada di dunia ini semuanya bernyawa memiliki roh. Dan roh-roh
ini ada yang melekat pada diri manusia yang disebut jiwa, ada juga yang tidak
melekat pada diri manusia atau terpisah dari badan, seperti lelembut atau
hantu, genderuwo dan lainnya. Kepercayaan animisme ini merupakan asas
kepercayaan agama manusia primitif.
Meskipun masih belum diakui sepenuhnya sebagai agama, menurut Tylor
ada empat tahap proses yang dilalui animisme untuk bisa diakui sebagai
agama primitif. Tahap pertama, masyarakat primitif mengkhayalkan adanya
hantu jiwa ghost-soul orang mati yang mengunjungi orang hidup. Hantu jiwa
inilah yang mengganggu orang-orang yang masih hidup. Tahap kedua, jiwa
menampakkan diri. Tahap ketiga, timbul kepercayaan dalam masyarakat
tersebut bahwa segala sesuatu berjiwa. Tahap keempat, dari yang berjiwa itu
ada yang menonjol, seperti pohon besar atau batu yang aneh. Akhirnya, yang
paling menonjol dari kesemuanya itu disembah.
E.B Tylor berpendapat bahwa agama primitif timbul dari animisme.
Maka dapat dikatakan bahwa animisme adalah cikal bakal agama. Karena
sesuai dasar pertama dalam agama yakni iman atau percaya, maka hal ini
dirasa benar adanya. Lebih lanjut Tylor menjelaskan karakteristik yang
dimiliki semua agama, baik besar maupun kecil, kuno atau modern adalah
kepercayaan pada roh yang berpikir, bertindak, dan merasa seperti pribadi
manusia. Inilah yang menjadi titik persamaannya dengan animisme, yakni
percaya pada roh.
Apabila ditinjau dari bentuknya, animisme memiliki beberapa sifat yang
menyerupai sifat agama, misalnya dalam animisme orang mempercayai
barang yang gaib dan barang-barang ruhaniah, memuja kekuatan dan
kekuasaan yang maha tinggi untuk mendapatkan limpahan kasih saying dan
kebahagiaan hidupnya, insyaf akan kelemahan manusia sehingga mereka
dengan rela dan patuh menyandarkan diri pada kekuatan gaib.
Dalam kepercayaan animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan.
Kepercayaan-kepercayaan tersebut dikelompokkan menjadi empat.
1. Kepercayaan dan penyembahan kepada alam Naturewonship.
Seperti penyembahan pada api, matahari, bintang dan lainnya.
2. Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda
folishworship. Dalam anggapan mereka siapa saja yang memakai
atau menggunakan benda-benda tersebut akan terhindar dari
malapetaka dan kesengsaraan hidup. Seperti kepercayaan pada
batu akik, besi buat jimat, air buat obat, api untuk membakar
mayat dan lainnya
3. Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang
animalworship. Binatang-binatang ini dipuja karena dianggap
memberikan keselamatan dan kemanfaatan. Seperti sapi di Bali,
Lembu di Mesir, ular di india, buaya dan lainnya.
4. Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang
ancestor-worship. Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-
orang yang sudah mati masih hidup dan dapat diminta
pertolongannya. Maka tidak jarang lagi orang yang mengadakan
peringatan bagi si mati selama tiga atau tujuh hari, seratus hari
dan seterusnya. Ditambah dengan pemberian sesajen kepada roh-
roh btersebut. Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil oleh orang-
orang tertentu untuk dimintai doa restu dan lainnya.
2. Pengertian Dinamisme
Secara etimologis, dinamisme berasal dari kata Yunani dynamis atau
dynaomos yang artinya kekuatan atau tenaga. Dari sini dapat diambil kata
kunci dari dinamisme yaitu kekuatan atau tenaga. Jika dikembangkan dalam
sebuah pengertian tentang aliran akan didapatkan sebagai kepercayaan
(anggapan) akan adanya kekuatan atau gaib yang terdapat pada berbagai
barang, baik yang hidup atau mati di mana kuatan gaib ini memancarkan
pengaruhnya secara gaib pula pada apa yang ada di sekitarnya.
Dalam Kamus Ilmiah Populer yang disusun Tim Pustaka Agung
Harapan, dinamisme diartikan sebagai kepercayaan primitif di mana semua
benda mempunyai kekuatan yang bersifat gaib. Orang primitif dengan
pengetahuannya yang minim mempercayai hal ini sebagi jawaban dari
ketidakmampuannya dalam mengungkap dan memahaminya lebih dalam.
Sementara hal-hal tersebut dengan berbagai kegunaannya tidak pernah lepas
dari kehidupan. Dan kepercayaan akan kekuatan gaib di dalamnya mungkin
menjadi satu-satunya cara mereka menjelaskan dan memahami berbagai
kejadian dalam menghapus rasa penasaran yang selalu memburunya.
Sebagai kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam
dinamisme dilakukan klasifikasi benda-benda yang memancarkan kekuatan
gaib menjadi tiga bagian yaitu:
1. Benda-benda keramat, yang dimaksud benda-benda keramat bagi
orang primitif ialah benda yang memiliki kekuatan luar biasa dan
jarang ditemukan bandingnya sehingga bagi mereka terkesan gaib,
seperti logam mas, perak, besi dan lainnya. Dan untuk menyatakan
kekeramatannya, ada berbagai kriteria dengan masing-masing bagian
mempunyai kesaktiannya sendiri-sendiri. Misalnya ada kebiasaan di
Goa untuk menimbang sepotong rantai dari emas pada tiap-tiap
tahun. Kalau beratnya bertambah ada harapan baik bagi kerajaan.
Sebaliknya jika berkurang maka berarti malapetaka.
2. Binatang-binatang keramat, pada kepercayaan bangsa primitif,
terdapat suatu anggapan terhadap beberapa jenis binatang yang
keramat. Binatang-binatang ini dilarang diburu kecuali pada waktu
suci. Bahkan ada binatang yang dianggap dapat menurunkan
manusia. Selain itu, binatang ini dilarang dianiaya, diburu sewenang-
wenang dan dimakan dagingnya dengan sembarangan. Dan hanya
dengan upacara-upacara resmi saja diadakan penyembelihan hewan-
hewan ini. Seperti buaya, harimau, perkutut dan lainnya.
3. Orang-orang keramat, dalam masyarakat primitif ada kepercayaan
bahwa beberapa manusia ada yang dianggap suci, bertuah, keramat
dan sebagainya. Mereka dihormati lebih dari yang lainnya, baik
karena keturunannya maupun karena ilmunya. Menurut mereka,
orang-orang tersebut memiliki kekuatan gaib. Misalnya dalam
pewayangan. Krisna dan Rama dianggap penjelmaan Wisnu.
Sehingga mereka diyakini sakti, berhak memerintak kerajaan dan
mendapat kedudukan tinggi dalam masyarakat. Selain itu, dalam
zaman sekarang ada kiai dalam masyarkat pedesaan yang selalu
didewakan seakan tidak pernah salah. Hal ini merupakan sisa-sisa
dinamisme.
a. Sejarah Lahirnya Paham Animisme dan Dinamisme
Keberadaan paham atau aliran animisme dan dinamisme ini tidak
terlepas dari sejarah bangsa Indonesia. Sebagaimana telah diketahui
bersama bahwa Hindu dan Budha telah hadir lebih awal dalam
peradaban nusantara. Masyarakat kita telah mengenal kedua agama
budaya dari pada agama Islam. Namun, sebelumnya ada periode khusus
yang berbeda dengan zaman Hindu-Buddha. Masa itu adalah masa pra-
sejarah. Zaman ini disebut sebagai zaman yang belum mengenal
tulisan. Pada saat itu, masyarakat sekitar hanya menggunakan bahasa
isyarat sebagai alat komunikasi. Di zaman itulah, masyarakat belum
mengenal agama. Mereka belum mengerti tentang baik dan buruk.
Mereka juga belum mengerti tentang aturan hidup karena tidak ada
kitab suci atau undang-undang yang menuntun kehidupan mereka.
Tidak ada yang istimewa pada zaman ini kecuali kepercayaan primitif
mereka tentang animisme dan dinamisme. Disebutkan oleh para
sejarawan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari kawasan
tengah benua Asia. Ada yang mengatakan bahwa mereka bersebelahan
dengan masyarakat Tiongkok. Ada juga yang menyebut nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari kawasan selatan Mongol. Yang pasti,
para sejarawan tersebut sepakat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari kawasan Asia. Menurut sejarah, diceritakan bahwa nenek
moyang bangsa Indonesia tersebut berpindah-pindah mengikuti aliran
sungai di India. Sampai pada abad ke-40 SM, mereka pindah dan
kemudian menetap di kawasan nusantara. Mereka tersebar di sepanjang
pesisir pulau Sumaterera dan Jawa. Ada juga yang menempati daerah
pedalaman Kalimantan dan Sulawesi. Penyebaran ini tidak terjadi
dengan proses yang cepat. Pertumbuhan masyarakatnya pun tidak
begitu pesat. Hal ini disebabkan karena sedikitnya alat transportasi
untuk menghubungkan satu pulau dengan pulau yang lain. Ditambah
dengan tidak adanya bahasa yang disepakati antara mereka sehingga
menyulitkan mereka dalam berkomunikasi dengan pihak luar. Nenek
moyang bangsa Indonesia ini tidak hanya membawa barang-barang
kuno sebagai perbekalan hidup mereka. Di samping itu, mereka juga
membawa budaya, tradisi, ataupun kepercayaan yang sebelumnya telah
mereka dapati dari bangsa lain di luar nusantara. Menurut sejarah,
banyak terjalin interaksi di antara manusia saat itu. Mereka yang dulu
mendiamai bumi nusantara telah menjalin interaksi dengan bangsa
Tiongkok, Mongol, Aria, dan suku-suku di kawasan India. Dari
interaksi inilah, nenek moyang Indonesia banyak mengadopsi
pemikiran dan kepercayaan dari bangsa luar, seperti Cina dan India.
Walaupun Hindu dan Buddha belum menguasai bumi nusantara,
banyak di antara mereka yang sudah melakukan proses ritual-ritual
tertentu. Kepercayaan animisme dan dinamisme telah tumbuh dan
berkembang pesat di sekitar lingkungan mereka. Dari kepercayaan
inilah, mereka membangun sebuah masyarakat. Mereka mengangkat
seorang kepala adat sebagai pemimpin. Baik pemimpin kemasyarakatan
ataupun pemimpin dalam proses-proses ritual. Kepercayaan animisme
dan dinamisme itu didapat dari pengaruh bangsa lain yang telah
menjalin interaksi dengan mereka. Ada juga yang mengatakan bahwa ia
lahir dari ajaran bangsa Aria. Yang pasti, saat itu masyarakat awal
Indonesia sudah mengenal istilah dewa, roh jahat dan roh baik, dan
kesaktian atau kekuatan luar biasa. Misalnya, mereka sudah percaya
pada kekuatan matahari dan bulan atau disebut dengan kepercayaan
pada Adityachandra. Tidak hanya itu, masyarakat awal Indonesia juga
sudah mengenal tentang bagaimana cara menghormati orang yang
sudah mati. Kepercayaan bahwa manusia yang hidup masih bisa
menjalin komunikasi dengan para leluhur mereka yang sudah mati.
Untuk itulah, mereka melakukan ritual-ritual tertentu dalam rangka
menghormati arwah para leluhur dan menjauhkan diri dari roh jahat.
Setiap benda yang dianggap ajaib atau mengesankan, maka mereka
akan menganggapnya sebagai benda yang memiliki kesaktian. Matahari
dipercaya sebagai dewa, bulan diyakini sebagai dewi, langit dianggap
sebagai kerajaan, bumi beserta segala isinya disebut sebagai pelindung
atau pengawal manusia. Jika ditelusuri, kepercayaan semacam ini tidak
hanya berkembang di Indonesia. Di Jepang atau Cina misalnya, masih
banyak masyarakat setempat yang menganut paham animisme dan
dinamisme. Begitupun dengan masyarakat India. Bahkan, sebagian
masyarakat Eropa dan Asia Barat pun masih percaya pada animisme
dan dinamisme. Warga Jepang masih menganut paham Shinto. Mereka
sangat menghormati matahari. Masyarakat Cina menganut Konghucu,
mereka menyembah para dewa langit dan bumi. Yang dan Ying
disebut-sebut sebagai Tuhan. Di India, setiap binatang tertentu seperti
sapi memiliki kekuatan. Sapi adalah binatang suci bagi masyarakat
India, bahkan pemerintah setempat melarang penyembelihan sapi. Di
kawasan Jazirah Arab, sebagian masyarakat masih percaya pada
kekuatan sungai Nil atau kesaktian padang Sahara. Fir'aun masih
diyakini sebagi sosok yang masih memiliki kekuatan walaupun
jasadnya telah rusak. Bahkan di Eropa, kepercayaan terhadap dewa-
dewa Yunani atau roh-roh jahat seperti vampir dan zhombie, masih
ramai diyakini oleh mereka. Dari semua penelusuran ini dapat
disimpulkan bahwa lahirnya kepercayaan animisme dan dinamisme di
Indonesia adalah berasal dari pengaruh bangsa lain.
b. Teori-Teori Animisme dan Dinamisme
Banyak para pemikir atau kalangan intelektual yang berbicara tentang
teori-teori animisme dan dinamisme. Mereka menjadikan paham atau
aliran ini sebagai bahan perbincangan dan penelitian sehingga
animisme dan dinamisme mendapatkan perhatian di tingkat akademisi
seperti perguruan tinggi. Walau tidak ada mata kuliah khusus yang
menjadikan animisme dan dinamisme sebagai pembelajaran, namun
pembahasan tentang hal ini marak dibicarakan.
c. Sinkretisme agama dan sisa-sisa animisme-dinamisme
Animisme dan dinamisme adalah kepercayaan kuno yang tumbuh lebih
awal sebelum kedatangan Islam di nusantara. Walaupun pada
hakikatnya, agama Islam adalah kepercayaan yang pertama kali ada
dalam kehidupan manusia. Nabi Adam adalah manusia pertama yang
menganut Islam. Oleh karena itu, animisme dan dinamisme tidak lain
adalah salah satu bentuk dari penyelewengan ajaran Allah. Namun
bagaimanapun juga, penyebaran Islam di nusantara memang tidak bisa
dipungkiri akan adanya perpaduan atau percampuradukan antara
ajarannya yang agung dengan kepercayaan animisme dan dinamisme.
Dampak dari adanya sinkretisme agama ini terlihat nyata di sekeliling
kita. Sebagai contoh, adanya penghormatan khusus terhadap roh nenek
moyang yang menjadi leluhur kita. Atau adanya pemujaan khusus
terhadap Ratu Pantai Selatan. Atau bahkan menyebarnya cerita-cerita
khurafat yang berkembang di tengah-tengah masyarakat muslim. Selain
itu, menyebarnya praktik sihir dan perdukunan adalah produk asli dari
animisme dan dinamisme. Terlebih, sinkretisme telah melegalkan
bahwa praktik perdukunan adalah ajaran Islam juga. Hal ini terlihat
dengan meluasnya praktik-praktik sihir yang dilakukan oleh orang-
orang yang bertitel kyai. Semua ini adalah realita yang nyata akibat
sinkretisme agama. Sebenarnya, banyak beberapa sisa-sisa animisme
dan dinamisme, terutama di nusantara, baik ajaran tersebut masih murni
ataupun telah ada pembauran dengan Islam. Berikut beberapa contoh
sisa-sisa animisme dan dinamisme:
1. Upacara dan Ritual Adat
Banyak masyarakat kita yang masih mempertahankan beberapa
macam upacara atau ritual yang masih murni berkaitan dengan
animisme dan dinamisme atau telah mengalami pembauran dengan
Islam. Salah satu contohnya dalah upacara kelahiran dan kematian.
Hampir di setiap daerah nusantara menggelar upacara kelahiran dan
kematian dengan ritual-ritual berbeda. Contoh, di Aceh terdapat
upacara Peugot Tangkai. Upacara ini adalah perajahan
barang/benda dengan membacakan mantera untuk dipakai pada
wanita hamil empat bulan. Tentang acara ritual kematian dalam
adat masyarakat Aceh yang sampai sekarang ini masih diamalkan
seperti, apabila ada kematian di sebuah keluarga, maka semua
pakaian dan kain-kain yang menyelimuti mayat tadi disimpan pada
suatu tempat. Kain-kain ini disebut dengan reuhab. Biasanya
disimpan di atas tempat tidur untuk selama empat puluh hari atau
empat puluh empat hari. Setelah selesai upacara penguburan tadi,
mulai malam pertama sampai dengan malam ketiga diadakan
samadiah atau tahlil. Masih banyak lagi ritual-ritual aneh seperti
membakar kemenyan pada malam jum’at kliwon dan selasa kliwon.
Menyediakan sesaji pada hari kelahiran bayi. Di kamar bayi yang
baru lahir digantungkan keris dan kain merah. Atau sesaji di bawah
pohon beringin.
2. Kesenian Budaya
Di bumi nusantara ini, masih terdapat beberapa macam kesenian
yang jelas berasal dari budaya animisme dan dinamisme. Satu
contoh seperti Tarian Kuda Lumping di Jawa Barat. Biasanya,
sebelum pertunjukkan dimulai, para peserta wajib dibekali mantera-
mantera tertentu oleh sang dukun sebagai pengendali acara. Setelah
itu, sang penari kuda kesurupan dan bertingkah aneh layaknya
orang gila. Para penari itu terlihat lincah memainkan kuda mainan
dan bahkan mereka makan pecahan kaca atau beberapa ekor ayam
yang masih hidup. Para penari tidak merasakan sakit akibat pecahan
kaca yang mereka makan atau merasa jijik dengan daging ayam
yang dimakan hidup-hidup, semuanya karena ada roh lain yang
merasuk dalam diri mereka. Roh itulah jin yang mengendalikan si
penari.
3. Mitos
Cerita-cerita mitos yang menyesatkan memang masih merebak luas
di tengah masyarakat. Masih banyak yang percaya bahwa ruh orang
yang mati terbunuh akan menjelma menjadi hantu. Ada yang
menyebutnya dengan istilah pocong, genderewo, dan lain-lain.
Yang pasti, hantu tersebut akan gentayangan ke setiap tempat untuk
membalas dendam. Jika yang mati adalah orang jahat, maka ia akan
menjelma menjadi babi atau kera. Jelmaan ini akan mengganggu
warga sekitar yang masih hidup. Lebih lanjut, terdapat pula sisa-
sisa animisme dan dinamisme yang berkembang. Seperti, mitos
bulan Safar yang dianggap membawa sial. Mitos ini sangat dikenal
oleh masyarakat kita, terutama masyarakat muslim. Adanya mitos
demikian, sehingga terdapat ritual tertentu yang dijalankan untuk
menolak bala di bulan Safar. Di masyarakat Jawa, tersebar mitos-
mitos yang berkembang sesuai dengan perkembangan budayanya.
Dalam konsep ketuhanan orang Sunda sebelum Hindu, Hyang
(sanghyang, sangiang) diyakini sebagai Sang Pencipta (Sanghyang
Keresa) dan Yang Esa (Batara Tunggal) yang menguasai segala
macam kekuatan, kekuatan baik ataupun kekuatan jahat yang dapat
mempengaruhi roh-roh halus yang sering menetap di hutan, sungai,
pohon, atau di tempat-tempat dan benda-benda lainnya. Ketika
muncul proses Islamisasi di Nusantara, istilah sembahyang pun
lahir dari tradisi menyembah.
3. Bukti-Bukti Peninggalan Hindu-Buddha
peninggalan hindu buddha di Indonesia yaitu:
1. Candi adalah bangunan pada masa hindu dan buddha yang biiasanya
terbuat dari batu maupun batu bata yang mana bangunan ini erat kaitannya
dengan keagamaan. Dalam agama hindu candi digunakan untuk
memuliakan orang yang telah meniggal dunia, kususnya para raja yang
biasanya dihubungkan dengan roh nenek moyang. Pada agama budha
candi digunakan sebagaitempat pemujaan dewa. Candi dapat digunakan
sebagai bukti sejarah yang sampai sekarang masih dapat dilihat bentuk
dan coraknya. Contoh candi yang ada di Indonesia:
a. Ciri-Ciri Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri
dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk
bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain
situ tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa. Candi ini
terletak di magelang, jawa tengah. Candi ini adalah peninggalan
bercorak agama buddha.
b. Candi prambanan Cerita dibalik candi ini adalah kisah Bandung
Bondowoso dari Kerajaan Pengging yang ingin memperistri dara
cantik bernama Roro Jonggrang. Si putri menolak dengan halus
dengan mempersyaratkan 1000 candi yang dibuat hanya dalam waktu
semalam. Bandung yang memiliki kesaktian serta merta
menyetujuinya. Seribu candi itu hampir berhasil dibangun bila akal
licik sang putri tidak ikut campur, karena takut bandung dapat
menyelesaikan pembangunan 1000 candi sebelum ayam berkokok,
maka roro jonggrang menyuruh kaum perempuan disekitar sana untuk
menumbuk lesung dengan alu agar ayam berkokok. Jin-jin yang
membantu Bandung dalam pembangunan candi tersebut
lari. Bandung yang kecewa lalu mengutuk Roro Jonggrang menjadi
arca, yang diduga menjadi arca Batari Durga di salah satu candi.
c. Candi Mendut memiliki ciri khas yaitu terdapat hiasan berselang
seling yang dihiasi dengan ukiran bidadara dan bidadari, dua ekor
kera dan seekor garuda. Berikut adalah daftar candi-candi yang ada di
Indonesia:
1. Candi Prambanan
2. Candi Panataran
3. Candi Jago
4. Candi Gunung Sari
5. Candi Borobudur
6. Candi Mendut.
7. Candi Ngawen
8. Candi Lumbung
9. Candi Muara Takus
2. Prasasti adalah peninggalan kerajaan hindu-buddha yang berbentuk tulisan
di atas batu biasanya dengan huruf palawa berbahasa sangsekerta dan
melayu kuno yang biasanya berisi suatu kisah, peringatan raja, dan atau
silsilah suatu kerajaan. Perasasti sering disebut sebagai batu bersuara
karena dapat memberikan informasi mengenai suatu kerajaan pada masa
lalu. Beberapa prasasti yang pernah ditemukan di nusantara sebagai bukti
peninggalan hindu buddha :
a. Prasasti yupa adalah prasasti yang ditemukan pada tahun ke 5 M.
Prasasti ini adalah bukti adanya kerajaan kuati di tenggarong, kutai
karta Negara. Prasasti tersebut berisi tentang raja-raja yang telah
memegang kekuasaan di kerajaan kutai. Selain itu, prasasti ini juga
berisi tentang kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan oleh raja
Mulawarman pada masa itu. Prasasti ini adalah peninggalan sejarah
bercorak agama buddha.
b. Prasasti ciaruten adalah bukti otentik adanya kerajaan Tarumanegara
sebagai kerajaan hindu tertua di pulau jawa. Prasasti ini memiliki ciri
khas, yaitu terdapat lukisan laba-laba dan telapak kaki. Prasasti ini
ditemukan di sungai ciaruten yang bermuara di sungai cisadane.
Prasasti ini berisikan pujian kepada raja purnawarman yang gagah
berani yang dianggap sebagia dewa wisnu.
c. Prasasti tugu adalah prasasti yang ditemukan sebagai bukti kerajaan
tarumanegara. Prasasti ini adalah prasasti terpanjang. Prasasti ini
menceritakan tentang upacara keselamatan yang disertai dengan 1000
ekor sapi yang dihadiahkan.
d. Prasasti keduakan bukit sebagai bukti peninggalan kerajaan sriwijaya.
Prasasti ini ditemukan di sungai tatang. Prasasti ini berisi peringatan
berdirinya kerajaan sriwijaya atau sebagai peringatan mengenai
kemenangan kerajaan sriwijaya atas kerajaan melayu. Berikut adalah
prasasti yang pernah ditemukan di nusantara:
1. Prasasti Kebonkopi
2. Prasasti Pasir
3. Prasasti Lebak
4. Prasasti Talang Tuo
5. Prasasti Telaga Batu
6. Prasasti Kota Kapur
7. Prasasti Karang Berahi
3. Buku dan kitab-kitab Beberapa kitab peninggalan hindu-buddha sebagai
berikut:
a. Kitab arjuna wiwaha ini berisi tentang perjuangan Air langga dalam
mempertahankan kerajaan Kediri. Kitab ini ditulis oleh mpu Kanwa.
b. Kitab Negara kartagama ini merupakan bukti sejarah kerajaan
singasari dan majapahit. Di dalam kitab muncul istiah pancasila.
Dikarang oleh mpu prapanca.
c. Kitab baratayudha dikarang oleh mpu sedah dan mpu panulah.
d. Kitab Smaradahana dikarang oleh mpu darmaja.
e. Kitab Hariwangsa ditulis oleh Mpu Panuluh.
f. Kitab Sutasoma, ditulis oleh Mpu Tantular. Kitab ini berisi tentang
hukum dan dijadikan dasar hukum di Kerajaan Majapahit. Dalam kitab
ini menekankan prinsip keadilan dan tidak membedakan rakyat biasa
dengan bangsawan.
4. Arca dan Patung adalah tiruan bentuk orang yang dibuat dari batu, kayu,
atau bahan lain. Beberapa patung atau arca sebagai bukti peninggalan
hindu-buddha di nusantara:
1. Patung gajah mada
2. Patung Prajna Paramita
3. Patung budha
4. Patung dewa dewi
5. Patung batarakala
6. Arca Aksobhya (arca yang menghadap timur) dengan sikap
bumisparca-mudra yaitu sikap tangan menyentuh bumi sebagai saksi.
7. Arca Ratnasambhawa (Arca menghadap selatan) dengan sikap wara-
mudra, yaitu sikap tangan memberi anugerah. Arca menghadap
selatan.
8. Arca Amithaba (Arca menghadap ke barat) dengan sikap dhyana-
mudra, sikap tangan bersemadi. Arca menghadap ke barat.
9. Arca Amogashidi (Arca menghadap ke barat) sikap abhaya-mudra,
sikap tangan menenteramkan. Arca menghadap utara.
10. Arca Wairicana, sikap dharmacaraka-mudra, sikap tangan memutar
rodadharma. Arca tersembunyi dalam stupa.

patung kendedes
patung kendedes

prasasti tugu

4. perubahan dinamisme dan animism ke Hindu-Buddha


Sebelum budaya India masuk, di indonesia telah berkembang
kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan
itu bersifat animisme dan dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan
terhadap roh atau jiwa sedangkan dinamisme merupakan satu kepercayaan
bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan
india, penduduk nusantara secara berangsur-angsur memeluk agma hindu dan
buddha, awali oleh lapisan elite para raja dan keluarganya. Agama hindu dan
buddha yang berkembang di indonesia sudah mengalami perpaduan dengan
kerpacayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami
sinkretisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi yang berarti
perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama
hindu dan buddha yang berkembang di indonesia, berbeda dengan agama
hindu-buddha yang dianut oleh masyarakat india. Perbedaan-perbedaan
tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat hindu
bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat hindu di india.
Kedatangan bangsa gujarat ke nusantara.
DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama Wisata Pemikiran Dan Kepercayaan Manusia,


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009.

Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan, (2003), Kamus Cerdas Bahasa Indonesia
Terbaru, Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan.

Tylor, E.B. 1958. Religion in Primitive Culture. New York: Harper & Row.
KONSEP ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DASAR

DISUSUN OLEH:

Destriani (2018143382)

DOSEN PEMBIMBING: NUR ANISA M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai