Anda di halaman 1dari 6

DILEMATIK REMAJA AKAN IDENTITAS DIRI

ESSAY
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori-teori Konseling yang
diampu oleh :
Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd
Dr. Ilfiandra, M.Pd.

Disusun oleh:

Dini Anggraeni 1805234


Ikrar Fadhilah Muharam 1807534
Yuni Nur Rohman 1800400
Kelompok 1
PPB-A 2018

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
Dilematik Remaja akan Identitas Diri

PENDAHULUAN
Masa remaja itu kiranya dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu
periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang semenjak
berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datangnya awal masa dewasanya. Secara
tentatif pula para ahli umumnya sependapat bahwa rentangan masa remaja itu
berlangsung dari sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender
seseorang. Masa remaja adalah salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang
kehidupan manusia yang unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan
dan harapan. Salah satu tantangan dan permasalahan yang seringkali dialami oleh
remaja adalah kebingungan identitas. Remaja tidak mengetahui dirinya itu seperti
apa, dirinya siapa, bagaimana ia berperan dalam lingkungannya, dll. Yang
kemudian kebingungan identitas itu menyebabkan remaja menjadi tidak bisa
memutuskan sesuatu yang tepat dan baik untuk mereka kedepannya.
Maka dari itu kami tertarik untuk membuat tulisan tentang permasalahan
kriris identitas yang dialami oleh remaja ini. Kami ingin mengulas lebih dalam,
memahami, dan mencari jalan keluar yang tepat dari permasalahan ini. Karena
menurut pandangan kami, masalah krisis identitas yang dialami oleh remaja ini
adalah permasalahan yang memerlukan penanganan segera karena mengingat
semakin banyaknya remaja yang mengalami permasalahan ini dan juga dampak
yang ditimbulkan dari krisis identitas. Sehingga kerap terjadi hal-hal negatif
dikalangan remaja yang diakibatkan oleh krisis identitas yang mereka alami, yang
pada akhirnya membuat mereka tidak dapat menyelesaikan tugas perkembangan
selanjutnya dengan baik.

ISI
Masa remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa yang ditandai dengan adanya berbagai perubahan. Pada masa remaja
banyak terjadi perubahan-perubahan seperti perubahan jasmani, rohani, pikiran,
perasaan dan sosial yang membuatnya menunjukan sikap dan perilaku berbeda dari
masa sebelumnya (masa kanak-kanak). Pada masa ini, remaja ingin menampilkan
dirinya sebagai sosok individu mandiri yang tidak menginginkan adanya campur
tangan orangtua atau orang dewasa yang lain, tetapi disatu pihak juga mereka ingin
mendapatkan perhatian dan juga pelayanan penuh dari orangtua maupun orang
dewasa disekitarnya. Dalam bersikap pula terkadang, remaja bersikap kekanak-
kanakan, manja, minta dilayani, sementara pada saat lain remaja dapat berperilaku
dan bersikap seolah-olah seperti orang dewasa yang ingin menunjukkan tanggung
jawab, membuat keputusan sendiri tanpa ada campur tangan orangtua atau orang
dewasa lainnya.
Situasi-situasi tersebut dapat menimbulkan konflik, yang pada akhirnya
konflik tersebut akan memicu timbulnya permasalahan pada remaja. Masalah-
masalah itu biasanya seperti masalah yang berhubungan dengan kondisi rumah,
sekolah, fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas yang berfokus untuk
persiapan memasuki masa dewasa, dll. Akibat permasalahan-permasalahan yang
terjadi, mengakibatkan remaja menghadapi suatu ketidakberdayaan dan
ketidakseimbangan yang dihadapkan pada suatu situasi yang disebut krisis. Dan
salah satu krisis yang banyak sekali dialami oleh remaja yaitu krisis identitas.
Krisis identitas adalah tahap untuk membuat keputusan terhadap
permasalahan-permasalahan penting yang berkaitan dengan pertanyaan mengenai
identitas dirinya. Krisis identitas yang terjadi pada remaja menimbulkan keinginan
remaja untuk mencari identitas dirinya, sehingga remaja melewati proses
pembentukan identitas diri. Menurut Erikson, identitas diri adalah kesadaran
individu untuk menempatkan diri dan memberikan arti pada dirinya dengan tepat
didalam konteks kehidupan yang akan datang sehingga menjadi sebuah kesatuan
gambaran diri yang utuh dan berkesinambungan untuk menemukan jati dirinya.
Identitas tersebut meliputi identitas karir, identitas politik, identitas hubungan
dengan orang lain, identitas intelektual, identitas seksual, identitas etnik, identitas
minat, identitas kepribadian, identitas fisik dan identitas agama.
Namun ketika mereka sedang mencari identitas dirinya atau dengan kata
lain ketika mereka ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan orang lain, terkadang
mereka mengalami dilematik atau kebingungan akan identitas yang dicarinya itu.
Padahal identitas diri bagi remaja itu sangatlah penting, karena akan berguna untuk
mengarahkan remaja dalam memilah-milah dan mengidentifikasikan masa kanak-
kanaknya untuk membangun arah atau jalan yang baik menuju dewasanya, akan
dapat mengarahkan tingkah laku dan sikap yang lebih baik terhadap lingkungan
sekitar, serta berpengaruh pada performa kerjanya. Atau identitas diri yang sudah
terbentuk dengan baik dan maksimal, akan menimbulkan dampak yang positif bagi
kelangsungan hidup remaja.
Selanjutnya keberhasilan dalam merestrukturisasi identitas diri sebagai
sosok individu remaja akan sangat membantu untuk mengambil peran yang tepat
dalam kehidupannya dan yang terpenting adalah pembentukan identitas diri juga
akan berperan untuk membuat remaja itu bisa menerima diri sendiri sebagai pribadi
yang utuh, berkesinambungan dan unik. Selain itu, keberhasilan dalam menghadapi
krisis identitas diri atau dilematik yang dialaminya, akan meningkatkan dan
mengembangkan kepercayaan dirinya, sehingga ia mampu untuk mewujudkan jati
dirinya (self-identity).
Namun ketika remaja tidak berhasil atau gagal dalam menghadapi krisis
ketika mencari identitas dirinya, ia akan mengalami kebingungan identitas atau
yang biasa disebut Erikson sebagai identity confusion. Kebingungan identitas diri
pada remaja dapat menyebabkan penarikan diri, mengisolasi diri dari teman sebaya
dan keluarga, merasa tidak mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, tidak
percaya diri, sehingga pada akhirnya akan membuat remaja tersebut menjadi
pesimis menghadapi masa depannya. Selain itu, ketika remaja tidak berhasil
menghadapi krisis identitas, mereka cenderung akan melakukan tindakan-tindakan
desktruktif, yang rentang dengan kenakalan remaja. Hal ini disebabkan karena
beberapa faktor yaitu: lemahnya kepribadian, dinamika relasi khas antara faktor
psikis dan fisik yang kurang menguntungkan remaja, kurang pengalaman karena
faktor usia, pengertian yang salah, kurang religius, pengaruh pergaulan remaja yang
buruk, ekses negatif dari keadaan sekolah, dll.
Selain itupun, ketika remaja gagal dalam mencari identitas dirinya atau
mengalami kebingungan identitas, mereka tidak akan menghadapi dan
menyelesaikan tugas perkembangan selanjutnya dengan baik. Maka dari itu,
kebingungan identitas pada remaja seharusnya dicegah agar tidak terjadi karena
akan terdapat banyak sekali dampak yang akan diterima oleh remaja.
Untuk mencegah hal tersebut, salah satu caranya adalah dukungan atau
pengaruh dari orangtua. Menurut hasil penelitian Cooper mengenai pengaruh
keluarga terhadap identitas, mengungkapkan bahwa pembentukan identitas diri
remaja didorong oleh hubungan keluarga yang mendukung remaja untuk
mengembangkan pandangannya sendiri, dan juga hubungan yang mengikat yang
memberikan landasan aman bagi remaja untuk mengeksplorasi dunia sosialnya.
Karena jika remaja tidak didukung untuk berekplorasi secara luas, remaja tidak
memiliki banyak alternatif yang akan ia tentukan sehingga remaja tidak dapat
membentuk identitas dirinya dengan baik.

PENUTUP
Jelas rasanya, ketika seseorang memasuki masa remaja akan mengalami
banyak perubahan, perubahan-perubahan itu akan menimbulkan sesuatu yang
dinamakan konflik, yang pada akhirnya konflik tersebut akan memicu timbulnya
permasalahan pada remaja. Akibat dari permasalahan yang ada, maka remaja akan
mengalami krisis yaitu ketidakberdayaan atau ketidakseimbangan. Ketika remaja
ingin keluar dari krisisnya, saat itu pula mereka mengalami dilematik akan
identitasnya. Keberhasilan dalam menghadapi krisis identitas diri, akan
meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan dirinya, sehingga ia mampu
mewujudkan jati dirinya (self-identity). Namun hal yang tidak diinginkan bisa
terjadi ketika remaja tidak berhasil dalam menghadapi krisisnya, ia akan mengalami
kebingungan identitas (identity confusion), mereka tidak akan menghadapi dan
menyelesaikan tugas perkembangan selanjutnya dengan baik. Tetapi terdapat
banyak cara agar kebingungan identitas itu tidak terjadi pada remaja, salah satunya
adalah dengan adanya dukungan atau pengaruh dari orangtua yang membantu
remaja untuk mengekplorasi dunianya secara lebih luas,
REFERENSI

Andayani, R. O. (2017). Status Identitas Diri Remaja (Studi Kasus Tunggal pada
Remaja dari Keluarga Disharmonis). 1-39.
H.Blocher, D. (1966). Developmental Counseling. Minnepolis: John Wiley & Sons.
Mitasari, R. A. (2017). Strategi Pembentukan Identitas Diri Remaja Di Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Malang. 1-33.
N. H., & Huriati. (2016). Krisis Identitas Diri pada Remaja: "Identity Crisis of
Adolescences". 49-60.
Nurihsan, A. J., & M. A. (2013). Dinamika Perkembangan Anak & Remaja:
Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai