Anda di halaman 1dari 33

PSIKOLOGI UMUM

INTELEGENSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Psikologi Umum
yang diampu oleh :
Prof. Dr. H. Cece Rakhmat, M.Pd
Dra. Setiawati, M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 6
Faisal Ahmad Aziz Rizaldi (1803740)
Monica Surya Lestari Boreel (1807300)
Rt Almira Artha Salsyabila (1801087)
Yuni Nur Rohman (1800400)

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .........................................................................................................i


BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................2
1.3 Tujuan ..............................................................................................................2
BAB II KONSEP TENTANG INTELEGENSI ....................................................4
2.1 Definisi ...........................................................................................................4
2.1.1 Intelegensi ...............................................................................................4
2.1.2 Definisi Intelegensi Menurut Beberapa Ahli ..........................................4
2.2 Karakteristik atau Ciri-ciri Intelegensi ............................................................5
2.3 Penelitian tentang Intelegensi ..........................................................................5
2.3.1 Macam-macam Intelegensi .....................................................................6
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelegensi .......................................8
2.3.3 Teori-teori Intelegensi ..........................................................................10
2.3.4 Tes Intelegensi ......................................................................................18
2.3.5 Perkembangan tes Intelegensi ..............................................................18
2.3.6 IQ (Intelligence Quotient) ....................................................................21
2.3.7 Tujuan tes Intelegensi ...........................................................................22
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................23
3.1 Perbandingan Teori-teori Intelegensi ............................................................23
3.2 Sinopsis Video Intelegensi ............................................................................26
3.3 Sinopsis Permainan Intelegensi .....................................................................26
BAB IV PENUTUP .............................................................................................29
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................29
4.2 Saran ..............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Apakah makna intelegensi yang sesungguhnya ? Masyarakat umumnya
mengenal intelegensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran
ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Gambaran
tentang anak yang berintelegensi tinggi adalah gambaran mengenai siswa yang
pintar, siswa yang selalu naik kelas dengan nilai baik atau siswa yang jempolan di
kelasnya. Bahkan gambaran ini meluas pada citra fisik, yaitu citra anak yang
wajahnya bersih, berpakaian rapi,matanya bersinar atau berkacamata. Sebaliknya
gambaran anak yang berintelegensi rendah membawa citra seseorang yang lamban
berfikir, sulit mengerti, prestasi belajarnya rendah dan mulutnya lebih banyak
menganga disertai tatapan mata bingung.Pengertian awam seperti itu sudah sedikit
menggambarkan apa itu intelegensi dan umumnya tidak berbeda jauh dari
pengertian intelegensi.Intelegensi adalah suatu sifat atau karakter yang ada didalam
diri seseorang yang didapat dari sebuah penalaran atau tanggapan terhadap sesuatu
hal. Bisa juga dikatakan sebagai kemampuan untuk mengambil keuntungan dari
sebuah pengetahuan berfikir, bertindak berdasarkan alasan tertentu atau beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi dilingkungan sekitar (Wade dan Carol, 2007).
Intelegensi bisa disebut saja sebagai suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.
Sering juga disebut sebagai orang yang tergolong pandai (yang punya intelegen)
dan ada juga yang tergolong bodoh (yang tidak punya intelegen). Manusia dapat
melakukan aktivitas dan pusat kreativitas inovasinya berdasarkan derajat
intelegensi yang diatur di otak (Fitriyah. Dkk, 2014).
Istilah inteligensi sangat akrab dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Hal
ini disebabkan karena pendidikan dihadapkan pada anak-anak dengan berbagai
kemampuan inteligensi. Pendidik harus memahami keragaman inteligensi anak
didik. Pemahaman keragaman diperlukan untuk dapat memberikan layanan yang
tepat untuk mencapai tujuan pendidikan. Manusia dapat mempertahakan
kelangsungan hidup dan mengembangkan diri karena mempunyai sejumlah
kemampuan. Menurut Sukmadinata (2003 : 92), kemampuan atau kecakapan dapat
dibagi menjadi dua. Pertama, kecakapan potensial (potential ability) atau kapasitas
(capacity). Kecakapan potensial merupakan kecakapan yang masih tersembunyi,
belum termanifestasikan dan dibawa dari kelahirannya. Kecakapan ini dapat dibagi
menjadi dua yaitu inteligensi (intelligence) dan bakat (aptitude). Inteligensi
merupakan kapasitas umum, sedang bakat merupakan kapasitas khusus. Kedua,
kecakapan nyata (actual ability) atau prestasi (achievement). Kecakapan nyata
merupakan kecakapan yang sudah terbuka, termanifestasikan dalam berbagai aspek
kehidupan dan perilaku. Kecakapan ini berpangkal pada kecakapan potensial.
Kecakapan terbentuk karena pengaruh lingkungan. Inteligensi merupakan salah
satu kemampuan manusia. Kemampuan inteligensi bersifat potensial dan
merupakan kecakapan umum. Kecakapan ini dapat terwujud menjadi kecakapan
nyata karena bantuan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan intelegensi dan pengertiannya menurut para
ahli ?
2. Bagaimana ciri-ciri intelegensi ?
3. Apa saja macam-macam intelegensi ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi ?
5. Bagaimana teori model intelegensi dan perbandingannya dengan teori
intelegensi lain
6. Apakah tes intelegensi itu ?
7. Bagaimana perkembangan tes intelegensi ?
8. Apa yang dimaksud dengan IQ dan bagaimana cara penghitungannya ?
9. Bagaimana tujuan tes intelegensi dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian intelegensi dan pengertian intelegensi
menurut para ahli
2. Untuk mendeskripsikan ciri-ciri intelegensi
3. Untuk mendeskripsikan macam-macam intelegensi
4. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
5. Untuk menjelaskan teori model intelegensi dan perbandingannya dengan
teori intelegensi lain
6. Untuk mendeskripsikan tes intelegensi
7. Untuk mendeskripsikan perkembangan tes intelegensi
8. Untuk mendeskripsikan IQ dan bagaimana cara perhitungannya
9. Untuk menjelaskan tujuan tes intelegensi dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
KONSEP TENTANG INTELEGENSI

2.1 Definisi
2.1.1 Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa inggris " intelligence "yang juga berasal dari
bahasa latin yaitu "intellectus dan intelegentia atau intellegere". Intelegensi berasal
dari bahasa latin,yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktifitas atau
perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami
sesuatu.
Teori tentang intelegensi pertama kali di kemukakan oleh spearman dan Wynn
Jones poll pada tahun 1951. Jadi intelegensi adalah aktifitas atau perilaku yang
merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu. Meskipun
semua orang tahu apa yang dimaksud dengan intelegensi atau kecerdasan, namun
sukar sekali untuk mendefinisikan hal ini secara tepat. Para ahli sepakat dalam
memandang inteligensi sebagai kemampuan umum seseorang. Kemampuan umum
tersebut sering disebut juga dengan general factor (g factor).
Istilah intelegensi dapat diartikan dengan dua cara, yaitu:
2.1.1.1 Arti luas
kemampuan untuk mencapai prestasi yang di dalamnya berpikir
memegang peranan. Prestasi itu dapat diberikan dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti pergaulan, sosial, tekhnis,perdagangan, pengaturan
rumah tangga dan belajar di sekolah.
2.1.1.2 Arti sempit
kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang di dalamnya
berpikir memegang peranan pokok. Intelegensi dalam arti ini, kerap
disebut “kemampuan intelektual” atau ”kemampuan akademik”
2.1.2 Definisi Intelegensi menurut beberapa ahli
Mengenai hakikat intelegensi, belum ada kesesuaian pendapat antara para ahli.
Variasi dalam pendapat nampak bila pandangan ahli yang satu dibanding dengan
pendapat ahli yang lain. Pendapat-pendapat itu antara lain :
2.1.2.1 Terman: intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak.
2.1.2.2 Thorndike: intelegensi adalah kemampuan individu untuk
memberikan respon yang tepat (baik) terhadap stimulasi yang
diterimanya, misalnya orang mengatakan “meja”, bila melihat
sebuah benda berkaki empat dan mempunyai permukaan datar.
Maka makin banyak hubungan (koneksi) semacam itu yang
dimiliki seseorang, makin intelegenlah orang itu.
2.1.2.3 Wechlsler: intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak
dengan mencapai suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional
dan untuk berhubungan dengan lingkungan secara efektif.
Sedangkan Breckenridge dan Vincent berpendapat bahwa
“intelegensi adalah kemampuan seseorang untuk belajar,
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah baru”

2.2 Karakteristik atau Ciri-ciri Intelegensi


Berikut ini ciri-ciri kecerdasan menurut para ahli:
a. Mampu menerima pemikiran dan informasi lebih cepat.
b. Mampu memahami sesuatu lebih cepat.
c. Mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
d. Memiliki daya imajinasi yang tinggi.
e. Memiliki kemampuan mengingat cepat dan tahan lama.
f. Mampu bersikap optimis dan tidak takut gagal.
g. Memiliki kemampuan mengamati dan menarik kesimpulan dari hasil
pengamatan cukup tepat.
h. Memiliki motivasi yang tinggi

2.3 Penelitian tentang Intelegensi


Intelegensi berasal dari bahasa inggris " intelligence "yang juga berasal dari
bahasa latin yaitu "intellectus dan intelegentia atau intellegere". Intelegensi berasal
dari bahasa latin,yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktifitas atau
perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami
sesuatu.
Teori tentang intelegensi pertama kali di kemukakan oleh spearman dan Wynn
Jones poll pada tahun 1951. Jadi intelegensi adalah aktifitas atau perilaku yang
merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu. Meskipun
semua orang tahu apa yang dimaksud dengan intelegensi atau kecerdasan, namun
sukar sekali untuk mendefinisikan hal ini secara tepat. Para ahli sepakat dalam
memandang inteligensi sebagai kemampuan umum seseorang. Kemampuan umum
tersebut sering disebut juga dengan general factor (g factor).
2.3.1 Macam-Macam Intelegensi
2.3.1.1 Inteligensi keterampilan verbal
Yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan
menggunakan bahasa untuk mengungkapkan makna27. Contohnya:
seorang anak harus berpikir secara logis dan abstrak untuk menjawab
sejumlah pertanyaan tentang bagaimana beberapa hal bisa menjadi
mirip.
Contoh pertanyaannya “Apa persamaan Singa dan Harimau”?.
Cenderung arah profesinya menjadi: (penulis, jurnalis, pembicara).
2.3.1.2 Inteligensi keterampilan matematis
Yaitu kemampuan untuk menjalankan operasi matematis. Peserta
didik dengan kecerdasan logical mathematical yang tinggi
memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi.Mereka
sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka
menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka
juga suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung. Cenderung
profesinya menjadi: (ilmuwan, insinyur, akuntan)
2.3.1.3 Inteligensi kemampuan ruang
Yaitu kemampuan untuk berpikir secara tiga dimensi. Cenderung
berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (Internal
imagery) sehingga cenderung imaginaif dan kreatif. Contohnya seorang
anak harus menyusun serangkaian balok dan mewarnai agar sama
dengan rancangan yang ditunjukan penguji. Koordinasi visual-motorik,
organisasi persepsi, dan kemampuan untuk memvisualisasi dinilai
secara terpisah. Cenderung menjadi profesi arsitek, seniman, pelaut.
2.3.1.4 Inteligensi kemampuan musikal
Yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme, dan
mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasikan kata-kata
menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka
pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai
menggunakan kosa kata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan,
melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi music.
2.3.1.5 Inteligensi Keterampilan kinestetik tubuh
Yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek dan mahir sebagai
tenaga fisik. Senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki control
pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam
bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.
Cenderung berprofesi menjadi ahli bedah, seniman yang ahli, penari.
2.3.1.6 Inteligensi Keterampilan intrapersonal
Yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dengan efektif
mengarahkan hidup seseorang. Memiliki kepekaan perasaan dalam
situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu
mengendalikan diri dalam konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat
dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan social.
Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat
memerlukan. Cenderung berprofesi menjadi teolog, psikolog.
2.3.1.7 Inteligensi keterampilan interpersonal
Yaitu kemampuan untuk memahami dan secara efektif berinteraksi
dengan orang lain. Pintar menjalin hubungan social, serta mampu
mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka
juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan
orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.
2.3.1.8 Inteligensi keterampilan naturalis
Yaitu kemampuan untuk mengamati pola di alam serta memahami
system buatan manusia dan alam. Menonjol ketertarikan yang sangat
besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, diusia yang sangat
dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan
fenomena alam, misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul
binatang, peumbuhan tanaman, dan tata surya.
2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi
Seseorang memiliki intellegensi yang berbeda-beda, perbedaan intellegensi
ini dapat dilihat dari tingkah laku dan perbuatnnya. Adanya perbedaaan ini
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
2.3.2.1 Faktor pembawaan
Faktor pembawaan merupakan faktor pertama yang berperan di
dalam intelegensi. Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak
lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam
memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh
karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak
pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan
pelatihan yang sama. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa
individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak
saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang
yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak
yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – + 0,20 ).
2.3.2.2 Faktor minat dan pembawaan yang khas
Faktor minat ini mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat
dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi
dengan dunia luas, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat
memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
2.3.2.3 Faktor pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan
antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di sekolah dan
pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam
disekitarnya.
2.3.2.4 Faktor kematangan
Di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis,
dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang
hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu
mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat
SD, karena soalsoal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ
tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk
menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan
umur.
2.3.2.5 Faktor kebebasan
Faktor kebebasan artinya manusia dapat memilih metode tertentu
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan
memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai
dengan kebutuhannya.
2.3.2.6 Stabilitas intelegensi dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum
tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes
intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari
intelegensi). Stabilitas inyelegensi tergantung perkembangan organik
otak.
2.3.3 Teori-Teori Intelegensi
2.3.3.1 Teori Uni Faktor
Dikemukakan oleh William Stern pada tahun 1911, teori ini
membahas tentang kemampuan umum atau kemampuan tunggal. Oleh
sebab itu kemampuan umum hanya menyangkut dirinya sendiri dalam
berbagai situasi pemecahan masalah, baik yang melibatkan memori,
ruang atau mekanik. Reaksi atau tindakan seseorang dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau memecahkan suatu
masalah merupakan bersifat umum. Kapasitas umum itu timbul dari
pertumbuhan fisiologis atau dari belajar. Setiap orang lahir dengan
jumlah kemampuan umum yang berbeda, jadi tidak pernah ada
seseorang yang berpikir, bertindak, dan memecahkan masalah persis
sama dengan orang lain. Efisiensi dalam menerapkannya tergantung
pada lingkungan mereka masing-masing. Contohnya, Monica lahir
dengan jumlah kapasitas umum lebih kecil daripada Yuni. Tetapi
Monica memiliki kemampuan memecahkan persoalan matematika
lebih baik dari Yuni, karena Monica memiliki lingkungan yang lebih
banyak memberikan stimulus dalam memecahkan masalah matematika
daripada Yuni. Hal ini akan terjadi demikian terus, atau Yuni diberikan
kesempatan untuk memiliki lingkungan yang sama dengan Monica,
yaitu dengan diberikan latihan-latihan terus-menurus, sampai akhirnya
Yuni melebihi Monica dalam bidang matematika. Teori ini merupakan
teori yang paling sederhana karena hanya memiliki satu faktor.
2.3.3.2 Teori Dua Faktor
Teori ini dikemukakan oleh Charles Edward Spearman , seorang ahli
psikologi berkebangsaan Inggris pada tahun 1904. Teori Spearman ini
berawal dari penelitian yang dilakukannya tentang analisis korelasional
terhadap skor seperangkat tes yang mempunyai tujuan dan fungsi ukur
yang berlainan. Penelitian awalnya ini diperoleh dari tes-tes terhadap
36 siswa pada beberapa subyek akademik (mata pelajaran) seperti
pelajaran Latin, Bahasa Inggris dan Matematika. Dari penelitiannya
tersebut, Spearman menemukan adanya interkorelasi positif diantara
berbagai tes tersebut. Interkorelasi positif ini terjadi karena masing-
masing tes tersebut mengukur suatu faktor umum yang sama, faktor
umum ini disebut sebagai faktor ‘g’ atau general factor. Tetapi
korelasi-korelasi yang terjadi antara berbagai tes tersebut tidaklah
sempurna. Korelasi-korelasi tidak sempurna ini dikarenakan masing-
masing tes tersebut selain mengukur faktor umum yang sama, masing-
masing tes tersebut juga mengukur komponen tertentu yang bersifat
spesifik bagi masing-masing tes. Faktor yang bersifat spesifik yang
hanya diungkap oleh tes tertentu saja ini disebut sebagai faktor ‘s’.

Spearman dalam teori dua faktornya ini menerangkan bahwa dua tes
akan berkorelasi tinggi satu sama lain hanya jika masing-masing
mengandung faktor ‘g’ dalam proporsi besar. Hal ini dapat diartikan
semakin besar korelasi suatu tes dengan ‘g’, maka akan semakin besar
pulalah korelasinya dengan tes lain yang juga mengandung ‘g’. Namun
demikian, beberapa tes tersebut dapat berkorelasi melebihi korelasi
masing-masing dengan ‘g’. Hal ini dapat terjadi jika terdapat suatu
kemampuan khusus yang sama-sama diukur oleh tes-tes tersebut atau
adanya kemiripan pada item dalam tes-tes tersebut. Menurut Spearman,
interkorelasi yang melebihi korelasi tes dengan ‘g’ ini dikatakan
sebagai faktor kelompok (group factor).

Charles Spearman menggambarkan sebuah konsep yang disebut


sebagai kecerdasan umum yang disebut sebagai faktor ‘g’. Menurutnya,
faktor ini terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu dengan
yang lainnya, jadi faktor ‘g’ ini mendasari semua perilaku/performance
orang. Faktor ini umumnya berhubungan dengan kemampuan
menyelesaikan masalah atau tugas-tugas secara umum.

Sedangkan faktor ‘s’ atau special factor, merupakan faktor yang


khusus mengenai bidang tertentu atau berfungsi pada perilaku-perilaku
khusus saja. Jadi, jumlah faktor ‘s’ ini bisa saja banyak. Sehingga
seseorang akan menonjol dalam bidang tertentu jika seseorang tersebut
memiliki faktor ‘s’ pada bidang tertentu. Biasanya contoh dari faktor
‘s’ ini dapat kita lihat dari kemampuannya menyelesaikan masalah atau
tugas yang sifatnya spesifik atau khusus.

Setiap performance seseorang merupakan gabungan antara adanya


faktor ‘g’ dan faktor ‘s’. Menurutnya, faktor ‘g’ ini tergantung pada
dasarnya, sedangkan faktor ‘s’ dipengaruhi oleh pengalaman. Kedua
faktor ini bekerja bersama-sama sebagai suatu kesatuan. Semua faktor
yang spesifik akan bersama-sama membentuk single common
factor yaitu faktor ‘g’. Kemampuan seseorang bertindak dalam setiap
situasi sangat bergantung pada kemampuan umum maupun
kemampuan khusus. Jadi keduanya memberikan sumbangan pada
setiap perilaku yang intelegen.

Menurut Spearman, definisi inteligensi mengandung dua komponen


kualitatif yang penting. Dua komponen kualitatif itu adalah komponen
eduksi relasi (eduction of relation) dan komponen eduksi korelasi
(eduction of correlate). Dua komponen tersebut dijelaskan sebagai
berikut :

1. Eduksi relasi adalah kemampuan untuk menemukan suatu hubungan


dasar yang berlaku atau terjadi di antara dua hal yang dipaparkan.
Eduksi relasi ini contohnya seperti dalam menemukan hubungan
yang terdapat di antara dua kata ‘pandai-pintar’. Hubungan relasi
antara dua kata ‘pandai-pintar’ ini adalah hubungan padanan kata
atau sinonim.

2. Eduksi korelasi adalah kemampuan untuk menerapkan hubungan


dasar yang telah ditemukan dalam proses eduksi relasi sebelumnya
ke dalam situasi baru. Eduksi korelasi ini contohnya jika telah
diketahui bahwa hubungan antara kata ‘pandai’ dan ‘pintar
merupakan hubungan padanan kata atau sinonim, maka hubungan
ini dapat diterapkan dalam pertanyaan ‘gembira-...’.

Saat ini, konsep Spearman ini disebut sebagi proses enkoding


(encoding), proses penyimpulan (inference) dan aplikasi (application).
Menurut Spearman, inilah proses penalaran dengan menggunakan
analogi yang merupakan salah satu indikator faktor ‘g’ yang terbaik.

Dalam beberapa referensi juga disebutkan bahwa konsep Spearman


ini tidak hanya terdiri dari dua proses, akan tetapi terdiri dari tiga proses
yaitu apprehension of experience, eduction of
relationships, dan eduction of correlates.

Dalam teorinya tersebut, Spearman juga menyatakan bahwa terdapat


lima prinsip kuantitatif dalam kognisi. Lima prinsip kuatitatif tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Energi mental, bahwa setiap fikiran cenderung untuk menjaga total


output kognitif simultannya dalam kuantitas yang tetap meski
bagaimanapun variasi kualitatifnya.

2. Kekuatan menyimpan (retentivity), bahwa terjadinya peristiwa


kognitif dapat menimbulkan kecenderungan untuk terulang lagi.

3. Kelelahan, bahwa terjadinya peristiwa kognitif dapat menimbulkan


kecenderungan untuk melawan terulangnya peristiwa atau kejadian
tersebut.

4. Kontrol konatif, bahwa intensitas kognisi dapat dikendalikan oleh


konasi (motivasi).

5. Potensi primordial, bahwa setiap manifestasi keempat prinsip


kuantitatif terdahulu akan ditimbun di atas potensi awal individu
yang bervariasi.
2.3.3.2.1 Kelebihan dan Kelemahan Teori Inteligensi Spearman

Teori inteligensi Spearman ini memiliki peranan penting


bagi perkembangan dan penelitian pada bidang inteligensi. Tidak
hanya mendatangkan pujian dan sambutan hangat dari beberapa
kalangan atas kelebihan-kelebihannya, akan tetapi teori inteligensi
Spearman dengan faktor 'g' nya ini juga tidak luput menuai kritikan
demi kritikan.

Dalam perkembangannya selama beberapa puluh tahun


bahkan sampai sekarang ini, konsep faktor ‘g’ yang dikemukakan
oleh Spearman ini dijadikan dasar empiris teori-teori
inteligensi. Teori Spearman ini dijadikan rujukan penting dalam
kebanyakan penelitian-penelitian selama lebih dari sembilan puluh
tahunan. Jika kita perhatikan, teori yang dikemukakan oleh Charles
Edward Spearman ini memiliki beberapa kelebihan-kelebihan.
Beberapa kelebihan-kelebihan two-factors theory yang
dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Two-factors theory ini memiliki basis riset atau penelitian yang


mendukung.

2. Inteligensi atau kecerdasan umum menurut Spearman ini dapat


terukur dalam tes inteligensi.

3. Teori ini menekankan pentingnya faktor ‘g’ yang mampu


mewakili semua tes yang memiliki kesamaan. Hal inipun
memberikan implikasi pada efisiensi pengukuran.

4. Beberapa ahli menyatakan bahwa inteligensi atau kecerdasan


umum ini dimiliki oleh setiap individu dan dapat diaplikasikan
untuk memprediksi kesuksesan atau prestasi yang bersifat
akademis dan pekerjaan.
5. Dalam bidang pendidikan, pengukuran yang valid terhadap
faktor ‘g’ dapat dipergunakan sebagai dasar perencanaan,
pengaturan, dan perlakuan pendidikan yang tepat bagi peserta
didik agar peserta didik dapat berhasil dalam bidang akademik
secara optimal.

6. Dalam kehidupan sosial, pengukuran yang valid terhadap faktor


‘g’ pada individu-individu ini dapat dijadikan dasar berinteraksi
dengan lingkungan sosial dengan tujuan agar individu-individu
tersebut dapat mendapatkan kenyamanan sosial dalam
menjalankan kehidupannya.

Namun demikian, teori dua faktor yang dikemukakan oleh


Spearman ini juga tidak luput dari kritikan-kritikan. Beberapa
tokoh dan ahli yang meneliti inteligensi memberikan kritikan dan
mengemukakan kelemahan-kelemahan teori Spearman ini.
Beberapa kelemahan-kelemahan two-factors theory yang
dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Teori ini dipandang terlalu sempit dalam memaknai inteligensi


karena lebih menekankan pada faktor ‘g’ yang mencakup
kemampuan berbahasa, logika dan matematis. Padahal
inteligensi mencakup konsep yang lebih kompleks dan luas

2. Kurangnya perhatian pada faktor ‘s’ atau inteligensi yang


bersifat spesifik pada masing-masing individu.

3. Beberapa ahli, seperti Sternberg, menyatakan bahwa inteligensi


yang terukur ini hanyalah satu bagian dari inteligensi yang
sesungguhnya dan bagian ini hanya terlihat pada mereka yang
memiliki kecerdasan akademik. Padahal masih banyak bagian-
bagian inteligensi yang lainnya yang tidak kalah penting
perannya.
2.3.3.3 Teori Multi Faktor
Teori yang di kembangkan oleh Edgar Lee Thorndike ini muncul
sekitar tahun 1905, 1914, dan 1926. Teori ini mengatakan bahwa
intelegensi terdiri dari bentuk hubungan hubungan neural antara
stimulus dan respons. Hubungan neural khusus ini yang mengarahkan
tingkah laku individu. Dalam intelegensi seseorang berisi multi-prosses
khusus. Aktivitas mental merupakan jumlah yang tidak tentu dan
merupakan kombinasi hubungan syaraf yang tidak terhingga
jumlahnya. Jumlah hubungan syaraf tidak pernah sama antara tingkah
laku mental yang satu dengan tingkah laku mental yang lainnya. Hal ini
menggambarkan bahwa ada tingkat-tingkat kesulitan dalam tingkah
laku mental.
Dalam teori multi faktor terdapat tiga macam intelegensi yaitu:
a. Intelegensi sosial yaitu hubungan antara manusia, kemampuan
untuk meng hadapi orang lain di sekitar diri sendiri dengan cara-
cara yang efektif.
b. Intelegensi konkret / mekanik yaitu berhubungan dengan benda,
kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan alat-alat mekanis
dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan
aktivitas indra gerak.
c. Intelegensi abstrak yaitu yang berkaitan dengan simbol verbal dan
matematik, kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan
gagasan atau simbol-simbol.
2.3.3.4 Teori Kemampuan Mental Primer
Teori kemampuan mental primer dikemukakan oleh Thelma Gwinn
Thurstone pada tahun 1983, awal mula teori ini karena Thurstone tidak
sepakat dengan teori Spearman dan telah menyelenggarakan 56 tes
dengan hasil tidak ada faktor intelegensi umum. Thurstone mengambil
kesimpulan bahwa tidak ada faktor umum dalam intelegensi.
Berdasarkan teori ini faktor dalam intelegensi adalah sejumlah
kemampuan mental yang bersifat primer. Penelitiannya menunjukkan
bahwa kemampuan mental dapat dikelompokkan menjadi 7 faktor,
sebagai berikut:
a. Kemampuan di bidang angka, yaitu kecepatan dan ketepatan dalam
perhitungan aritmatika sederhana.
b. Kemampuan dan kelancaran kata, yaitu kecepatan menyebutkan
kata-kata dalam kategori tertentu, misalnya menyebutkan nama
makanan yang berawal dari huruf s.
c. Kemampuan dalam ingatan asosiatif, yaitu keterampilan dalam
tugas-tugas yang menuntut ingatan, misalnya belajar
mengasosiasikan pasangan item-item yang tidak berhubungan.
d. Kemampuan dalam penalaran induktif, yaitu kemampuan
menemukan hukum-hukum.
e. Kemampuan dalam penguasaan ruang, yaitu memvisualisasikan
bagaimana objek tiga dimensi dapat tampak jika dirotasikan atau
dipecah-pecahkan.
f. Kemampuan dalam pemahaman verbal, yaitu kemampuan dalam
jumlah kosa kata, pemahaman bacaan, dan analogi verbal.
g. Kecepatan perseptual, yaitu kemampuan dalam tugas-tugas klerikal
sederhana, seperti memeriksa kesamaan dan perbedaan detail
visual.
2.3.3.5 Teori Intelegensi Guilford
Teori ini diperkenalkan pada tahun 1967 oleh Joy Paul Guilford,
teori ini menerangkan tentang intelegensi yang diartikan sebagai
kemampuan seseorang dalam menjawab melalui situasi sekarang untuk
semua peristiwa masa lalu dan mengantisipasi masa yang akan datang.
Dalam konteks ini maka belajar adalah termasuk berpikir, atau
berupaya berpikir untuk menjawab segala masalah yang dihadapi.
Konsepnya memang kompleks, karena setiap masalah akan berbeda
cara penanganannya bagi setiap orang. Teori ini mengungkapkan
kekompleksan intelegensi dan menolak teori faktor kemampuan umum
dan kemampuan spesifik. Walaupun demikian teori ini memberikan
beberapa manfaat.
2.3.4 Tes Intelegensi
Masing masing individu berbeda beda segi intelegensinya karena individu
satu dengan yang lain tidak sama kemampuannya dalam memecahkan masalah
yang dihadapi. mengenai perbedaan soal intelegensi ini adanya pandangan yang
menekankan perbedaan kualitatif dan pandangan yang menekankan pandangan
kuantitatif. Pandangan pertama berpendapat bahwa perbedaan intelegensi setiap
individu terletak pada kualitasnya atau pada dasarnya berbeda. Sedangkan yang
memberatkan pada padangan kuantitatif berpendapat, bahwa perbedaan
intelegensi satu sama lainnya hanyalah bersifat kuntitatif, semata mata karena
perbedaan materi yang diterima atau karena perbedaan dalam proses
belajarnya.Perbedaan proses belajar akan membawa perbedaan dalam segi
intelegensinya, baik pandangan pertama maupun yang kedua. Keduanya
mengakui bahwa individu satu dan yang lain berbeda dalam segi intelegensinya.
Persoalan yang timbul ialah bagaimana dapat mengetahui taraf intelegensi
tersebut. Salah satu cara ialah dengan menggunakan alat tes yang disebut tes
intelegensi. Tes intelegensi adalah tes yang bertujuan mengukur intelegensi dan
intelegensi adalah apa yang diukur oleh tes intelegensi. Untuk menghasilkan
kualitas tes yang baik, tes tersebut harus valid. Artinya, tes itu harus mengukur
apa yang mesti diukur.
Model-model dalam pengukuran tes intelegensi pun berbeda beda, yaitu
seperti: Mengukur intelegensi dengan menggunakan bilangan-bilangan,
Mengukur kecepatan dalam pengamatan, Mengukur pemahaman tentang
hubungan-hubungan, Mengukur daya hayal, dan lain-lain.
2.3.5 Perkembangan Tes Intelegensi
Dalam buku-buku teks psikologi, Alfred Binet sering disebut-sebut sebagai
orang yang berjasa menemukan tes intelegensi pertama kali. Namun,
sebetulnya orang pertama yang berupaya mengembangkan tes untuk menilai
kemampuan intelektual ini adalah Sir Francis Galton, satu abad yang lalu.
Galton tertarik pada berbagai perbedaan individu dari teori evolusi sepupunya,
Charles Darwin.
Sebagai ahli naturalis dan ahli matematika, galton yakin bahwa keluarga
tertentu secara biologis adalah unggul- lebih kuat dan lebih cerdas
dibandingkan dengan keluarga lain. Intelegensi, menurutnya adalah masalah
keterampilan sensorik-preseptual yang luar biasa , yang diturunkan dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Karena semua informasi didapatkan melalui
indra, semakin sensitive dan akurat alat presepsi seseorang, semakin cerdas
orang tersebut.
Galton mendasarkan tes intelegensinya pada asumsi bahwa keunggulan
intelegensi seseorang tercermin dalam keunggulan kekuatan fisiknya. Dengan
demikian ,variable yang diukur dalam tes intelegensinya adalah ukuran batok
kepala, ketajaman penglihatan, ingatan terhadap bentuk visual, kemampuan
bernapas, dan kekuatan genggaman tangan. Ia merasa sangat kecewa, karena
ternyata pada cendekiawan yang tersohor diinggris saat itu, tidak dapat
dibedakan dengan orang biasa, atas dasar ukuran batok kepala dan kuatnya
genggaman tangan. Meskipun tes yang dibuat Galton tidak begitu bermanfaat,
setidaknya ia telah meletakkan tonggak dalam sejarah tes intelegensi.
Bagaimanapun, Galton (1884) tercatat telah menerapkan koefisien korelasi
yang memiliki peranan penting dalam psikologi.
Sementara itu, tes pertama yang mendekati tes intelegensi kontemporer
diajukan oleh seorang dokter kebangsaan Prancis, Alfred Binet. Ia kemudian
dibantu oleh sejawatnya, Theophile Simon, sehingga tesnya terkenal dengan
nama tes Binet-Simon. Seri tes Binet-Simon ini, pertama kali diumumkan
antara tahun 1908-1911, yang diberi nama Chelle matrique de I’inteligence
atau skala pengukur intelegensi. Tes intelegensi Binet-Simon ini hingga
sekarang masih digunakan dalam bentuk revisi dan kadang-kadang untuk
tujuan yang sama. Sedemikian besarnya pengaruh Binet dan Simon dalam
pengetesan ini, sehingga sampai sekarang, banyak ahli yang berpendapat
bahwa segala taraf kemajuan dapat dicapai dengan kecerdasan yang cukup
tinggi.
Pengetesan intelegensi, pada awalnya merupakan cara untuk menyeleksi
anak anak untuk Pendidikan yang berbeda-beda jenisnya, dan terutama sudah
digunakan untuk tujuan tersebut. Tidak mengherankan jika tes intelegensi
berkaitan dengan prestasi dan kemampuan sekolah yang berguna untuk
keberhasilan akademis di dunia Barat.
Binet merancang tes tersebut dengan cara memperhatikan anak-anak
memecahkan berbagai persoalan yang berbeda dan membentuk serangkaian
pertanyaan atau item yang tipikal dari presentasi anak-anak yang usianya
berbeda-beda dan yang membedakan anak-anak yang cemerlang dan bodoh.
Binet mengeluarkan skala soal tes dengan kesulitan yang meningkat, yang
mengukur jenis-jenis perubahan intelegensia, yang itu dengan menjawab soal
secara tepat, semakin tinggi usia mental (MA; Mental Age ) anak itu. Konsep
usia mental adalah penting dalam metode Binet. Dengan menggunakan metode
ini, kita dapat membandingkan MA anak dengan usia kronologis ( CA ;
chronological age ) anak tersebut, yang ditentukan dari tanggal lahirnya.
Butir soal tes yang pada umumnya dikembangkan oleh Binet , kemudian
diadaptasi untuk anak sekolah Amerika oleh Lewis Terman di Stanford
University. Terman membakukan pemberian tes dan mengembangkan norma
tingkat usia, dengan memberikan tes kepada ribuan anak. Pada tahun 1916, ia
memublikasikan revisi Stanford dari tes Binet, yang kemudia dikenal dengan
nama Stanford-Binet Intellegence Scale ; dan direvisi lagi pada tahun 1937,
1960, 1972 dan terakhir pada 1986.
Lewis Terman tetap mempertahankan konsep Binet mengenai usia mental.
Setiap butir tes disesuaikan dengan usia pada tingkat yang sebagian besar anak
menempuhnya. Usia mental anak didapatkan dengan menjumlahkan banyak
butir soal yang dijawab secara tepat pada tingkat usia. Disamping itu, terman
menerapkan indeks praktis, yang disarankan oleh ahli psikologi Jerman,
William Stem. Indeks ini adalah intelligence quotient, yang lazim dikenal
sebagai IQ.
2.3.6 IQ (Intelligence Quotient)
Istilah IQ (Intelligence Quotient) pertama kali dipopulerkan oleh ilmuwan
Jerman untuk menunjukkan tingkat inteligensi seseorang. IQ adalah petunjuk
dalam bentuk angka-angka yang menggambarkan atau menjabarkan secara
relative hasil pelaksanaan satu tes. IQ membandingkan prestasi seseorang
dengan orang lain yang umurnya sama. IQ juga dapat diukur dengan berbagai
cara. Terman menggunakan istilah IQ untuk menggambarkan hubungan antara
tingkat mental dengan umur kronologis. Untuk mengukur tinggi rendahnya
tingkat intelegensi adalah dengan menerjemahkan hasil tes intelegensi ke
dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat
kecerdasan seseorang bila dibandingkan dengan orang lain. Secara
konvensional hasil tes intelegensi dinyatakan dalam bentuk rasio yang
dinamakan IQ. Rumus yang digunakan untuk mengukur intelegensi seseorang
yaitu :

Dari hasil tes intelegensi tersebut menyebabkan adanya tingkat-tingkat


kecerdasan intelektual (IQ) sebagai berikut :
IQ (Intelligence Quotient) Deskripsi Verbal
0 – 19 Idiot
20 – 49 Embicile
50 – 69 Moron
70 – 79 Inferior
80 – 89 Bodoh
90 – 109 Normal
110 – 119 Pandai
120 – 129 Superior
130 – 139 Sangat Superior
140 – 179 Gifted
180 keatas Genius

2.3.7 Tujuan Tes Intelegensi


a. Digunakan menempatkan siswa pada jurusan tertentu.
b. Untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki IQ di atas normal.
c. Digunakan untuk mendiagnosa kesukaran pelajaran dan
mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan setara.
d. Digunakan untuk memprediksi hasil siswa dimasa yang akan datang, dan
juga sebagai media untuk mengawali proses konseling.
e. Digunakan siswa untuk mengenali dan memahami dirinya sendiri dengan
lebih baik, serta mengetahui kemampuannya.
f. Untuk mengukur kemampuan verbal, mencakup kemampuan yang
berhubungan dengan simbol numerik dan simbol-simbol abstrak lainnya.
g. Alat prediksi kinerja yang efektif dalam banyak bidang pekerjaan serta
aktivitas-aktivitas lain dalam hidup sehari-hari
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perbandingan Teori-Teori Intelegensi


Teori Teori Teori Teori Teori
Intelegensi Uni Intelegensi Intelegensi Intelegensi Intelegensi
Faktor Dua Faktor Multi Faktor Mental Primer Guilford
1.Dikemukakan 1.Dikemukaka 1.Dikembangk 1.Teori ini 1.Dikemukakan
oleh William n oleh Charles an oleh Edgar menjelaskan oleh Thelma
Stern pada tahun Spearman pada Lee Thorndike faktor dalam Gwinn
1911 tahun 1904 ini muncul intelegensi Thurstone pada
sekitar tahun adalah sejumlah tahun 1983
1905, 1914, kemampuan
dan 1926 mental yang
bersifat primer
2.Teori ini 2.Teori ini 2.Konsepsi 2.Mampu 2.Dalam
membahas membahas Thorndike memahami pembelajaran,
tentang tentang setiap didasarkan bahan verbal, teori ini
kemampuan orang memiliki pada perspektif berpikir verbal memberikan
umum atau kemampuan teoritis, bukan dan menangkap implikasi positif
kemampuan umum dan pada metode hubungan antara berupa
tunggal kemampuan faktor analisis konsep pembelajaran
khusus yang kreatif
3.Teori yang 3.Memiliki 3.Teori ini 3.Mampu untuk 3.Teori ini
paling sederhana basis riset atau mengatakan mengingat hal- meliputi bidang-
karena hanya penelitian yang bahwa hal yang dialami bidang fungsi
memiliki satu mendukung intelegensi atau yang intelektual yang
faktor terdiri dari dipelajari terlokalisasi
bentuk sebelumnya. dengan sedikit
hubungan sekali terwakili
hubungan oleh tes-tes
neural antara intelegensi
stimulus dan standar.
respons
4.Reaksi atau 4.Teori ini 4.Mampu untuk 4.Teori ini
tindakan menekankan memecahkan mendapatkan
seseorang dalam pentingnya permasalahan penerimaan luas
menyesuaikan faktor ‘g’ yang permasalahan dari penerimaan
diri terhadap mampu secara logik, luas dari para
lingkungan atau mewakili kemampuan pendidik dan
memecahkan semua tes yang membuat beberapa pihak
suatu masalah memiliki abstraksi dan yang memiliki
merupakan kesamaan. kemampuan pandangan
bersifat umum menangkap kurang
perhubungan menyenangkan
diantara dua hal. terhadap faktor
‘g’ Spearman
5.Dalam 5.Mampu untuk
bidang mengutarakan
pendidikan, ide yang ada di
pengukuran pikiran dengan
yang valid kata-kata
terhadap faktor
‘g’ dapat
dipergunakan
sebagai dasar
perencanaan,
pengaturan dan
perlakuan
pendidikan
yang tepat bagi
peserta didik
agar peserta
didik dapat
berhasil dalam
bidang
akademik
secara optimal.

6.Dalam
kehidupan
sosial,
pengukuran
yang valid
terhadap faktor
‘g’ pada
individu-
individu ini
dapat dijadikan
dasar
berinteraksi
dengan
lingkungan
sosial dengan
tujuan agar
individu-
individu
tersebut dapat
mendapatkan
kenyamanan
sosial dalam
menjalankan
kehidupannya
3.2 Sinopsis Video Intelegensi
Film The Imitation Game
Pada tahun 1939, agen intelijen Inggris yang baru dibuat MI6 merekrut alumni
matematika Cambridge Alan Turing (Benedict Cumberbatch) untuk memecahkan
kode Nazi, termasuk Enigma - yang menurut para ahli cryptanalis tidak dapat
dipecahkan. Tim Turing, termasuk Joan Clarke (Keira Knightley), menganalisis
pesan-pesan Enigma ketika dia membangun mesin untuk menguraikannya. Turing
dan tim akhirnya berhasil dan menjadi pahlawan, tetapi pada tahun 1952, jenius
yang tenang menghadapi aib ketika pihak berwenang mengungkapkan bahwa dia
gay dan mengirimnya ke penjara.
The Imitation Game adalah film tentang kesuksesan memecahkan sandi
bernama ENIGMA buatan Nazi Jerman yang digambarkan luar biasa susahnya
untuk dipecahkan di film ini. Selain itu, Melalui alur ceritanya, The Imitation Game
sukses menangkap dua sisi kehidupan manusia bernama Alan Turing yaitu dirinya
sebagai seorang monster yang hanya peduli dengan dirinya sendiri bukan orang lain
dan sisi lainnya adalah tentang seseorang yang sangat kesepian dan selalu mendapat
perlakuan tidak baik dari manusia lainnya hingga ia menjadi depresi

3.3 Sinopsis Permainan Intelegensi


Mahasiswa akan diberikan 5 soal tentang intelegensi, berupa soal yang
berbentuk angka, hubungan dua kalimat, logika, dan lain-lain. Setelah itu kami
kelompok penyaji akan mempersilahkan siapa saja yang ingin maju kedepan untuk
menjawab soal yang kami berikan. Kami akan membuat sistem permainan seperti
teori behaviouristik yaitu reward dan punishment. Jika mahasiswa menjawab benar
akan kami berikan reward dan jika mahasiswa salah akan kami berikan punishment.
Sistemnya jika yang maju kedepan adalah perempuan dan ketika dia salah dia harus
menunjuk satu orang teman laki-lakinya dan anak perempuan tersebut harus
mengungkapkan rasa kekagumannya kepada laki-laki tersebut. Dan jika yang maju
kedepan laki-laki dan dia salah maka dia harus menunjuk satu orang teman
perempuannya dan harus mengungkapkan rasa kekagumannya kepada perempuan
tersebut. Dan ketika mahasiswa dapat menjawab benar kita akan memberikan
reward berupa hadiah.
Soal- soal untuk Permainan
1. Siang : Malam =
A. Datang : Pulang
B. Panjang : Lebar
C. Terbit : Petang
D. Sore : Subuh
E. Peduli : Acuh
2. Ibu guru membagikan buku untuk lima siswa berprestasi sesuai
dengan buku favorit mereka. Hanya tersedia satu buah untuk setiap jenis
buku. Berikut ini adalah jenis buku favorit tiap siswa. Tita menyukai
kamus dan buku agama. Sinta menyukai buku sains, kamus, agama, dan
sastra. Reni menyukai buku agama saja. Qila menyukai buku agama,
sastra dan sejarah.
Buku yang harus diberikan kepada Tita adalah…..
A. Sains
B. Kamus
C. Agama
D. Sastra
E. Sejarah
3. Jika x = 21875 - (2/3)21875 dan y= 21875/3 maka pernyataan yang
benar adalah….
A. x dan y tak bisa ditentukan
B. x-y = 0
C. x > y
D. y > x
E. x/y = 1/3
4. 1,4,15,2,5,14,3,6,13,…,…,…
A. 4,7,12
B. 5,8,13
C. 4,8,12
D. 4,7,11
E. 5,6,13
5. 2,4,8,11,22,26,52,…
A. 104
B. 57
C. 56
D. 54
E. 41
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Belum ada kesepakatan tentang definisi inteligensi. Inteligensi dapat diberikan
arti sempit dan luas. Dalam arti sempit, inteligensi adalah prestasi di sekolah. Dalam
arti luas, inteligensi adalah prestasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Teori intelegensipun dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat berperan
besar, seperti : Faktor pembawaan, Faktor minat dan pembawaan yang khas, Faktor
pembentukan, Faktor kematangan, Faktor kebebasan, dan Stabilitas intelegensi dan
IQ.
Teori inteligensi terus mengalami perkembangan dan semakin banyak
dipergunakan. Perkembangan teori dimulai dari Sir Francis Galton ,Alfred Binet,
Theophile Simon, Lewis Terman, dan sampai pada akhirnya terbentuklah sebuah
tes pengukuran intelegensi.
Inteligensi diukur menggunakan tes inteligensi. Ukuran yang biasa digunakan
adalah IQ sehingga tes inteligensi biasa dikenal sebagai tes IQ. Ukuran IQ adalah
rasio antara umur kecerdasan dengan umur kalender.

4.2 Saran
Meski para ahli tidak sepakat mengenai konsep inteligensi, namun mereka
sepenuhnya sepakat bahwa inteligensi merupakan konsep yang penting untuk
dipahami, khususnya dalam dunia pendidikan. Pemahaman yang baik mengenai
inteligensi akan membantu memberikan pelayanan yang optimal dalam pendidikan.
Oleh karenanya kajian mengenai inteligensi sangat penting untuk terus
dikembangkan.
Kepentingan untuk melakukan kajian mengenai inteligensi berhubungan
dengan usaha memahami konsep dan cara pengukurannya. Pengukuran inteligensi
yang memadai memang masih menyisakan kontroversi karena sulitnya diperoleh
kesepahaman dalam konsep. Konsep yang berbeda akan menghasilkan perbedaan
dalam cara melakukan pengukurannya. Cara pengukuran inteligensi akan terus
berkembang sejalan perkembangan konsepnya. Meski belum diperoleh kesekatan
dalam cara mengukur inteligensi, mengingat pentingnya peranan inteligensi dalam
pendidikan, maka usaha-usaha untuk mengidentifikasi inteligensi harus dilakukan
melalui proses pengukuran. Hal itu diperlukan agar data inteligensi mempunyai
landasan yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (1996). Psikologi Intelegensi. 8-21.


Purwanto. (2010). Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya. 480-484.
Sobur, A. (2016). Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sujanto, A. (1993). Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Suryabrata, S. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai