Anda di halaman 1dari 9

Purwanto, Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya

Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya

Purwanto
STAIN Surakarta

Abstrak: Intelegensi merupakan kemampuan yang bersifat umum dan potensial. Para ahli tidak mencapai
kesepakatan dalam banyak hal mengenai intelegensi. Definisi-definisi yang dikemukakan menunjukkan
batasan yang tidak serupa. Mereka juga tidak sepaham dalam melihat apakah intelegensi merupakan
heriditas atau modifikasi. Beberapa mencoba menghubungkan intelegensi dengan bakat, kreativitas, dan
prestasi. Para ahli juga berbeda dalam melihat komponen-komponen yang terdapat dalam intelegensi. Hal itu
tampak dalam teori-teori yang mereka ajukan. Beberapa ahli yang mengajukan teorinya mengenai
intelegensi, di antaranya adalah Terman, Spearman, Sternberg, Thurstone, Guilford, dan Gardner. Intelegensi
diukur menggunakan tes intelegensi dan diskala menggunakan ukuran yang dikenal dengan IQ. Skor IQ
diinterpretasikan dengan membandingkan IQ seseorang dengan kelompok sebaya atau kelompok norma.

Kata kunci: kemampuan, potensial, teori intelegensi, IQ, dan kelompok sebaya.

Abstract. Intelligence is a common and potential capability. Theorist have not agreed in its concept yet. Their
definitions are not identical. They also do not agree with factors which contribute to intelligence. They try to
correlate intelligence with talent, creativity and achievement. Their theories contain different elements. Some
theorist are Lewis Terman, Charles Spearman, Sternberg, Louis Thurstone, James P Guilford and Howard
Gardner. Intelligence is measured by a test and scaled in IQ. IQ score is interpreted by comparing one’s IQ
with his peer or norm group.
Key words : capability, potential, intelligence theory, IQ, and peer group.

Pendahuluan prestasi (achievement). Kecakapan nyata merupakan


Istilah inteligensi sangat akrab dalam dunia kecakapan yang sudah terbuka, termanifestasikan
pendidikan dan pembelajaran. Hal ini disebabkan dalam berbagai aspek kehidupan dan perilaku.
karena pendidikan dihadapkan pada anak-anak Kecakapan ini berpangkal pada kecakapan potensial.
dengan berbagai kemampuan inteligensi. Pendidik Kecakapan terbentuk karena pengaruh lingkungan.
harus memahami keragaman inteligensi anak didik.
Pemahaman keragaman diperlukan untuk dapat Inteligensi merupakan salah satu kemam-puan
memberikan layanan yang tepat untuk mencapai manusia. Kemampuan inteligensi bersifat potensial
tujuan pendidikan. dan merupakan kecakapan umum. Kecakapan ini
Manusia dapat mempertahakan kelang-sungan dapat terwujud menjadi kecakapan nyata karena
hidup dan mengembangkan diri karena mempunyai bantuan lingkungan.
sejumlah kemampuan. Menurut Sukmadinata (2003 : Meski inteligensi sangat penting dalam
92), kemampuan atau kecakapan dapat dibagi pendidikan, rentang pemahaman mengenai konsep
menjadi dua. Pertama, kecakapan potensial ( ini sangat bervariasi. Akibatnya timbul perdebatan
potential ability) atau kapasitas (capacity) . konsep inteligensi dalam pelaksanaan pendidikan.
Kecakapan potensial merupakan kecakapan yang Tulisan ini membuat kajian teoritik mengenai
masih tersembunyi, belum termanifestasikan dan inteligensi, khususnya inteligensi sebagai
dibawa dari kelahirannya. Kecakapan ini dapat dibagi kemampuan intelektual. Kajian berangkat dari
menjadi dua yaitu inteligensi (intelligence) dan bakat masalah: 1) Bagaimana konsep inteligensi? 2)
(apti-tude). Inteligensi merupakan kapasitas umum, Apakah inteligensi merupakan heridititas atau
sedang bakat merupakan kapasitas khusus. Kedua, modifikasi? 3) Bagaimana hubungan inteligensi
kecakapan nyata ( actual ability) atau dengan bakat, kreativitas dan prestasi? 4) Bagaimana
perkembangan teori inteligensi? dan
477
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 2010

5) Bagaimana melakukan pengukuran inteligensi? luas, inteligensi adalah kemampuan mencapai


Oleh karenanya tujuan kajian ini adalah untuk prestasi dalam berbagai bidang kehidupan. Sedang
mengetahui: 1) konsep inteligensi, 2) inteligensi dalam arti sempit, inteligensi adalah kemampuan
merupakan heriditas atau modifikasi, 3) hubungan untuk mencapai prestasi di sekolah. Inteligensi
inteligensi dengan bakat, kreativitas dan prestasi, dalam pengertian sempit mempunyai pengertian
4) perkembangan teori inteligensi, 5) cara yang sama dengan kemampuan intelektual atau
melakukan pengukuran inteligensi. kemampuan akademik. Suryabrata (2002 : 124 – 134)
mengelompokkan beragam definisi menjadi lima
Kajian Literatur
kelompok, yaitu: 1) Konsepsi yang bersifat
Pengertian inteligensi spekulatif. Konsepsi ini memandang inteligensi
Para ahli belum sepakat mengenai berbagai hal sebagai taraf umum dari sejumlah besar daya
tentang inteligensi. Konsensus mengenai arti khusus; 2) Konsepsi yang bersifat pragmatis .
inteligensi hampir tidak mungkin. Tahun 1921 Menurut konsepsi ini, inteligensi adalah apa yang
diadakan simposium tentang inteligensi yang dites oleh tes inteligensi (intelligence is what the
dilaporkan dalam Journal of Educational Psychol- tests test); 3) Konsepsi yang didasarkan pada
ogy. Dari 12 orang psikolog yang diminta analisis faktor. Menurut konsepsi ini, penyelidikan
pandangannya, terdapat 12 pandangan yang berbeda dan pencarian sifat hakikat inteligensi harus
(Woolfolk dan Nicolich, 1984 : 130). mempergunakan teknik analisis faktor; 4) Konsepsi
Dalam hal definisi, terdapat banyak definisi yang yang bersifat operasional. Menurut konsepsi ini,
dikemukakan oleh para ahli dengan beberapa variasi faktor-faktor yang mendukung sifat dan hakikat
perbedaan. Definisi Thornburg, Freeman dan inteligensi sudah diketahui. Pengujian dimaksudkan
Robinson & Robinson mempunyai banyak kesamaan. untuk mencari letak faktor; 5) Konsepsi yang
Menurut Thornburg (1984 : 179), inteligensi adalah didasarkan pada analisis fungsional. Menurut
ukuran bagaimana individu berperilaku. Inteligensi konsepsi ini, sifat dan hakikat inteligensi disusun
diukur dengan perilaku individu, interaksi berdasarkan bagaimana berfungsinya inteligensi.
interpersonal dan prestasi. Inteligensi dapat
didefinisikan dengan beragam cara: (1) kemampuan
Heriditas atau modifikasi
berpikir abstrak,
Perdebatan mengenai inteligensi tidak berhenti
(2) kemampuan mempertimbangkan, memahami dan
menalar, (3) kemampuan beradaptasi dengan dalam definisi. Pandangan mengenai faktor-faktor

lingkungan, dan (4) kemampuan total individu untuk yang memberi kontribusi terhadap inteligensi juga

bertindak dengan sengaja dan secara rasional dalam masih kontroversi. Kontroversi terjadi dalam

lingkungan. Menurut Freeman (Abror, 1993:43), memandang apakah inteligensi merupakan heriditas
inteligensi mempunyai pengertian: 1) inteligensi yang dibawa secara genetik sejak lahir atau
adalah adaptasi atau penyesuaian individu dengan modifikasi dari lingkungan.
keseluruhan lingkungan, 2) inteligensi adalah Pendapat pertama menyatakan bahwa inteligensi
kemampuan untuk belajar, dan 3) inteligensi adalah dipengaruhi oleh heriditas. Menurut pandangan ini,
kemampuan berpikir abstrak. Sedang menurut inteligensi adalah kemampuan yang dibawa sejak
Robinson dan Robinson (Woolfolk dan Nicolich, 1984 lahir yang memungkinkan seseorang berbuat
: 130), inteligensi didefinisikan sebagai: 1) kapasitas sesuatu dengan cara tertentu. Waterink (Purwanto,
untuk belajar; 2) total pengetahuan yang dicapai 2003:52) menyatakan bahwa belum dapat dibuktikan
seseorang; dan 3) kemampuan beradaptasi secara bahwa inteligensi dapat diperbaiki atau dilatih. Bukti
sukses dengan situasi baru dan lingkungan pada yang mendukung sifat penurunan inteligensi
umumnya. ditunjukkan oleh Bouchard (Atkinson, Atkinson,
Smith dan Bem, 2003:185) dengan meng-korelasikan
Winkel dan Suryabrata membuat pengelom-
inteligensi dengan berbagai keterkaitan genetik. Hasil
pokkan definisi dengan cara yang berbeda. Menurut
korelasi tersebut disajikan berikut :
Winkel (1996:138), inteligensi dapat diberikan
pengertian luas dan sempit. Dalam arti

478
Purwanto, Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya

Tabel 1. Korelasi inteligensi dengan berbagai secara genetik lebih superior dari ras lainnya.
keterkaitan genetik Menurut Haviland (1999 : 192), pandangan yang
menyatakan bahwa IQ seseorang sampai batas
No Hubungan Korelasi
tertentu dapat diwariskan adalah pendapat yang
1 Kembar identik
a Dibesarkan bersama 0,86 sesat. Tes -tes yang diadakan oleh para peneliti kulit
b Dibesarkan terpisah 0,72 putih untuk orang kulit putih dan hitam sering
2 Kembar fraternal menunjukkan bahwa orang kulit putih mendapat nilai
Dibesarkan bersama 0,60
3 Saudara kandung lebih tinggi. Apa yang diperlihatkan oleh tes-tes itu
a Dibesarkan bersama 0,47 adalah bahwa dalam situasi sosial tertentu orang
b Dibesarkan terpisah 0,24 kulit putih berprestasi lebih baik daripada orang kulit
4 Orang tua dan anak 0,40
hitam. Tes tidak mengukur inteligensi tapi mengukur
5 Orang tua angkat dan anak 0,31
kemampuan orang-orang tertentu yang dibesarkan
6 Sepupu 0,15
dalam kebudayaan tertentu untuk menjawab
Dari data tersebut terlihat adanya hubungan antara
masalah-masalah yang terpengaruh oleh kondisi
heriditas dan inteligensi. Misalnya, anak kembar
sosial tertentu. Tes dibuat oleh orang kulit putih
identik mempunyai korelasi yang lebih tinggi (0,86)
mestinya untuk sesama orang kulit putih. Adalah
dibandingkan anak kembar fraternal (0,60). Orang tua
tidak realistis mengharap orang- orang yang tidak
dan anak berkorelasi lebih tinggi (0,40) dibandingkan terbiasa dengan nilai-nilai dan sifat-sifat orang kulit
orang tua angkat dan anak (0,31). putih dapat menjawab masalah-masalah yang
didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan tersebut.
Pendapat kedua menyatakan bahwa inteligensi
merupakan hasil modifikasi lingkungan. Pendapat ini Hasil penelitian mendukung bahwa tidak relevan
didasarkan pada bukti yang ditunjukkan oleh Frohn menghubungkan inteligensi dengan ras. Sebuah
(Purwanto, 2003:52) bahwa daya pikir anak-anak penelitian dilakukan di Israel mengenai anak-anak
yang telah mendapat didikan dari sekolah yang tinggal di pemukiman ( kibbutzim) (Atkinson,
menunjukkan sifat -sifat yang lebih baik daripada Atkinson, Smith dan Bem, t.th : 190 – 196). Israel
anak-anak yang tidak bersekolah. Pendapat bahwa menghadapi masalah adanya perbedaan yang besar
inteligensi dapat dimodifikasi dapat pula diambil dari pada inteligensi dan latar belakang pendidikan di
kesimpulan penelitian Head Start Program (Atkinson, antara orang Yahudi dari berbagai budaya. Rata-rata
Atkinson, Smith dan Bem, 2003 : 187 – 190). Anak kemampuan intelektual Yahudi keturunan Eropa lebih
keluarga kurang mampu di AS cenderung tertinggal
tinggi dibandingkan dengan orang- orang Yahudi dari
dalam perkembangan kognitif dan pemerintah
negara-negara Arab. Dalam program, anak-anak
menyelenggarakan program yang diberi nama Head
dibesarkan dalam pemukiman tertentu, tidak tinggal
Start Program. Guru khusus mengunjungi anak di
dengan orang tuanya, di rumah di bawah
rumah beberapa kali setiap minggu untuk bermain
pengawasan para wanita yang terlatih khusus
dengan mereka, melibatkan anak dalam aktivitas
mengasuh anak. Hasilnya, inteligensi anak
menyusun balok, melihat gambar, menyebutkan
cenderung tidak berhubungan dengan negara
warna dan sebagainya. Guru memberikan
asalnya.
rangsangan intelektual yang biasanya didapatkan
anak- anak dari kalangan atas. Hasil dari program,
Inteligensi : hubungannya dengan bakat,
anak-anak yang berperan serta dalam program
kreativitas, dan prestasi
memiliki nilai yang lebih tinggi pada tes Stanford –
Binet atau WISC, lebih percaya diri dan cakap secara Dalam diri manusia terdapat tiga kemampuan yang
sosial dibandingkan anak-anak yang tidak berhubungan yaitu inteligensi, bakat dan kreativitas.
memperoleh perhatian khusus. Inteligensi merupakan kemampuan potensial umum
(general potential ability). Bakat merupakan
kemampuan potensial khusus (specific potential
Pendapat yang menyatakan bahwa inteligensi
ability). Sedang kreativitas berhubungan dengan
merupakan hasil modifikasi juga dihubungkan kemampuan dan pola mendekati masalah dengan
dengan ras. Menurutnya, tidak terdapat ras yang cara yang berbeda.

479
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 2010

Inteligensi berhubungan dengan bakat. Anak Bem, t.th: 167), nilai tes inteligensi sangat berkorelasi
yang berbakat adalah anak yang sangat cerdas atau dengan berbagai parameter prestasi akademik (nilai,
mempunyai inteligensi yang sangat tinggi. kelangsungan di sekolah, kemungkinan lulus, dan
Kemampuan intelektual menjadi salah satu ukuran sebagainya) . Anak yang mencapai nilai lebih tinggi
keberbakatan. Menurut Semiawan (1997:24), satu pada tes seperti Stanford-Binet dan Wechler
persen dari populasi total penduduk Indonesia yang Intelligence Scale mendapatkan nilai yang lebih baik,
rentangan IQ 137 ke atas merupakan manusia lebih menikmati sekolah, lebih mampu mengikuti
berbakat tinggi ( highly gifted), sedang mereka yang pelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan
rentang IQ berkisar antara 120 – 137 merupakan
selanjutnya cenderung mendapatkan keberhasilan
berbakat sedang (moderately gifted). Mereka
kerja yang lebih besar.
mempunyai keberbakatan intelektual (academic
talented). Walaupun inteligensi berhubungan dengan
Bakat berhubungan dengan kreativitas. prestasi, inteligensi hanya salah satu faktor yang
Kreativitas telah menjadi dimensi baru untuk menentukan prestasi. Faktor inteligensi akan dapat
mengidentifikasi keberbakatan. Keberbakatan selain meramalkan lebih baik prestasi apabila dilakukan
mencakup kemampuan intelektual tinggi juga bersama faktor lain. Menurut Purwanto (2003:59),
menunjuk pada kemampuan kreatif. Bakat dalam
inteligensi memberi kemungkinan untuk
pengertian baru mengandung dimensi kreatif.
berkembang. Kemungkinan dapat direali-sasikan
Menurut Clark, kreativitas merupakan ekspresi
tergantung pula kepada pribadi dan kesempatan
tertinggi dari keberbakatan (Semiawan, 1997:50).
yang ada.
Inteligensi sering dihubungkan kreativitas. Perkembangan teori inteligensi
Orang yang mempunyai IQ tinggi belum tentu kreatif, Beberapa ahli mencoba memberikan penjelasan
tapi orang kreatif pasti mempunyai IQ tinggi. Oleh teoretik mengenai inteligensi. Beberapa di antara
karenanya apabila tes inteligensi digunakan untuk mereka adalah Lewis Terman, Charles Spearman,
mengidentifikasi anak berbakat, sekitar 70% anak Sternberg, Louis L Thurstone, JP Guilford dan
yang kreativitasnya tinggi ditinggalkan (Morse dan Howard Gardner. Teori-teori mereka dapat dijelaskan
Wingo, 1970:262). Hal itu disebabkan karena berikut.
kreativitas berhubungan dengan IQ tapi tes IQ tidak 1. Lewis Terman (1900)
secara langsung mengukur kreativitas (Good dan Terman melanjutkan kerja yang dilakukan oleh Binet
Brophy, 1990 : 617). Terman (Guilford, 1971:138 – dalam melakukan pengukuran inteligensi dengan
139) me-nunjukkan bukti bahwa tes inteligensi tidak mempertahankan konsep Binet mengenai usia
mampu mendiskriminasikan kreativitas. Dia mental. Menurut Terman, inteligensi merupakan satu
melakukan penelitian atas tujuh orang anak yang kemampuan tunggal yang disebut usia mental
pandai dan tujuh orang anak yang bodoh. Hasil (mental age). Usia mental adalah kemampuan yang
penelitiannya menyimpulkan bahwa anak yang seharusnya dimiliki rata-rata anak pada usia tertentu.
mempunyai IQ tinggi dapat memperoleh hasil yang Dia mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan
tinggi atau rendah dalam tes produksi divergen. untuk berpikir abstrak (Winkel, 1996:139). Dia yakin
Dengan dasar ini maka kemampuan produksi bahwa inteligensi merupakan faktor tunggal yang
divergen telah keluar dari domain tes dan konsep merupakan kemampuan individu dalam verbalisasi
inteligensi. Oleh karenanya, kreativitas sebagai salah dan berpikir abstrak. Menurut Thornburg (1984: 179),
satu dimensi keberbakatan harus dicari di luar inteligensi merupakan monogenetik karena
batasan IQ. didasarkan pada faktor umum tunggal (general,
disingkat g ) yang diwarisi.
Banyak ahli sepakat bahwa inteligensi
berhubungan dengan prestasi. Oleh karenanya Di samping usia mental, dikenal pula konsep

variasi dalam prestasi dapat diramalkan berdasarkan usia kronologis ( chronological age). Usia kronologis
variasi dalam inteligensi. Menurut Barrett dan adalah usia anak menurut perhitungan kalender.
Depinet (Atkinson, Atkinson, Smith dan Ukuran inteligensi (intelligence quotient)
480
Purwanto, Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya

merupakan rasio perbandingan antara usia men-tal 3. Sternberg (1931)


dengan usia kronologis. Jika inteligensi diberikan Menurut Sternberg inteligensi mempunyai tiga
notasi dengan IQ, usia mental dengan MA dan usia bagian sehingga teorinya dikenal dengan teori

kronologis dengan CA, maka dapat disajikan rumus inteligensi triarkhis. Tiga bagian inteligensi itu adalah
konseptual, kreatif dan kontekstual (Good dan
perhitungannya berikut :
Brophy, 1990: 597) . Pertama, konseptual adalah
MA
IQ komponen pemrosesan informasi yang digunakan
dalam inteligensi. Menurut Winkel (1996 : 140),
bagian konseptual mempunyai tiga fungsi yaitu
Dari rumus di atas diketahui bahwa pada anak
komponen pengatur dan pengontrol (metacomponent
yang mempunyai inteligensi normal maka MA = CA
atau metacognition), komponen pelaksanaan
atau MA sama dengan MA rata- rata anak seusianya.
(performance) dan komponen untuk memperoleh
Anak yang mempunyai MA > CA mempunyai
informasi baru (knowledge acquisi-tion). Kedua,
inteligensi di atas rata-rata, dan anak yang
kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk
mempunyai MA < CA mempunyai inteligensi di menghadapi tantangan baru secara efektif dan
bawah rata-rata. mencapai taraf kemahiran dalam berpikir sehingga
2. Charles Spearman (1927) mudah berhasil mengatasi segala permasalahan
Menurut Spearman, inteligensi bukanlah kemampuan yang muncul. Ketiga, kontekstual adalah kemampuan
tunggal, melainkan terdiri dari dua faktor, sehingga untuk menempat-kan diri dalam lingkungan yang
teorinya dikenal sebagai teori inteligensi dwifaktor memungkinkan akan berhasil, menyesuaikan diri
atau bifaktor. Kecerdasan dapat dibagi menjadi dua dengan lingkungan dan mengadakan perubahan
yaitu kecerdasan umum (general ability) dan terhadap lingkungan bila perlu, misalnya memilih
kecerdasan khusus (specific ability), sehingga kasus, menyesuaikan dengan lingkungan kerja baru
inteligensi mempunyai dua faktor. Dua faktor itu adalah dan kelincahan pergaulan sosial.
faktor yang bersifat umum (general factor, disingkat g)
dan yang bersifat khusus (specific factor, disingkat s) . 4. Louis L Thurstone (1938)
Faktor umum mendasari semua tingkah laku, sedang Thurstone memandang inteligensi bersifat
faktor khusus hanya mendasari tingkah laku tertentu. multifaktor. Faktor-faktor yang membentuk
Menurut Suryabrata (2002:128), faktor umum bergantung inteligensi adalah faktor umum (common factors,
kepada keturunan dan faktor khusus bergantung kepada disingkat c) dan faktor khusus (specific factors).
pengalaman (lingkungan, pendidikan). Faktor umum terdiri dari tujuh faktor yang
membentuk perilaku tertentu yang bersifat umum.
Faktor khusus adalah faktor -faktor yang mendasari
Setiap masalah dipecahkan menggunakan
perilaku yang bersifat khusus. Menurut Suryabrata
kombinasi antara inteligensi umum dan spesifik.
(2002:129), tingkah laku dibentuk oleh dua faktor
Menurut Winkel (1996:139), inteligensi adalah hasil
yaitu faktor umum (c) dan faktor khusus
perpaduan antara faktor umum dan sejumlah faktor
(s). Faktor c sebanyak tujuh macam, sedang faktor s
khusus. Perpaduan faktor g dan s bersifat unik untuk
sebanyak tingkah laku khusus yang dilakukan oleh
setiap orang, sehingga ada perbedaan individu satu
manusia yang bersangkutan.
sama lain. Menurut Spearman (Atkinson, Atkinson,
Menurut Thurstone, tidak ada faktor g seperti
Smith dan Bem, t.th:174), semua individu memiliki
faktor inteligensi umum dalam teori Spearman. Kemampuan umum bukanlah
(g) dalam jumlah yang bervariasi. Seseorang dapat faktor g melainkan kombinasi faktor-faktor c. Faktor c

dikatakan secara umum cerdas atau bodoh adalah kemampuan mental utama (primary mental
abilities) yang merupakan kombinasi dari tujuh faktor
tergantung pada jumlah g yang ia miliki. Faktor g
umum. Oleh karenanya teori Thurstone kadang
merupakan determinan utama kemampuan
dikenal sebagai teori kemampuan mental utama
mengerjakan soal tes inteligensi.
(primary mental abili-ties theory). Menurut Anastasi
dan Urbina (1997:

481
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 2010

312 – 313) faktor meliputi : (1) penalaran verbal bersifat independen. Menurut Atkinson, Atkinson,
(verbal comphrehension, disingkat V), kelacaran kata Smith dan Bem (2003: 181), tiap inteligensi
(word fluency, disingkat W), angka ( number, merupakan “modul terbungkus” di dalam otak yang
disingkat N), ruang (space, disingkat S), memori bekerja menurut aturan dan prosedurnya sendiri.
asosiatif (associative memory , disingkat M), Cedera otak tertentu dapat mengganggu salah satu
kecepatan perseptual (perceptual speed, disingkat jenis inteligensi dan tidak memiliki pengaruh pada
P), dan induksi atau penalaran umum (general rea- inteligensi lain. Independensi kemampuan-
soning, disingkat R). kemampuan juga dijelaskan oleh Winkel (1996:140).
5. JP Guilford (1967) Menurutnya, independensi kemampuan didasarkan

Menurut Guilford, faktor yang membentuk inteligensi adanya bukti: (1) kerusakan otak pada bagian

bukan hanya satu faktor (Terman), dua faktor tertentu tidak mengakibatkan gangguan pada bagian

(Spearman), tiga faktor (Sternberg) atau tujuh faktor lain, (2) orang sering menyolok pada suatu
(Thurstone), melainkan 120 faktor. Berdasarkan inteligensi tapi tidak pada inteligensi yang lain.
analisis faktor, Guilford mengusulkan model
berbentuk kubus yang disebut model struktur Pengukuran inteligensi

intelektual dengan 120 faktor. Pengukuran inteligensi adalah prosedur pengukuran


Sejumlah 120 faktor itu merupakan kombinasi yang meminta peserta untuk menunjukkan
dari tiga dimensi. Ketiga dimensi inteligensi itu penampilan maksimum, sehingga pengukuran
adalah dimensi operasi/proses, dimensi isi/materi/ inteligensi dilakukan menggunakan tes yang dikenal

konten, dan dimensi hasil/produk (Guilford, 1971: 61 dengan tes inteligensi. Tes inteligensi awalnya

– 62). Operasi mempunyai lima faktor yaitu kognisi, dikembangkan oleh Sir Francis Galton. Dia tertarik
dengan perbedaan individu dari teori evolusi Charles
memori, berpikir konvergen, berpikir divergen dan
Darwin.
evaluasi. Konten mempunyai empat faktor yaitu
Dilihat dari segi pelaksanaannya tes inteligensi
figural, simbolik, semantik dan perilaku. Sedang
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes
produk mempunyai enam faktor yaitu unit, kelas,
individual dan kelompok. Termasuk dalam tes
hubungan, sistem, transformasi dan implikasi.
individual adalah skala Stanford-Binet dan Wechler.
Secara keseluruhan inteligensi mempunyai 5 x 4 x 6 =
Tes kelompok diberikan kepada sejumlah siswa
120 faktor.
dengan jawaban tertulis. Tes ini pertama kali
6. Howard Gardner (1983) digunakan di Amerika Serikat selama Perang Dunia I
Menurut Gardner, inteligensi bukanlah satu berupa Army Alpha Test dan Army Beta Test. Army
kemampuan sebagaimana disampaikan oleh Terman, Alpha Test digunakan untuk menyeleksi calon
Spearman, Sternberg, Thurstone, dan Guilford. prajurit yang dapat membaca, menulis dan
Inteligensi merupakan kemampuan ganda (multiple berbahasa Inggris. Army Beta Test digunakan untuk
intelligence). Kemampuan ganda dalam konsep
menyeleksi calon prajurit yang buta huruf dan tidak
inteligensi menurut Gardner, terdiri dari sembilan
bisa berbahasa Inggris (Abror, 1993: 53 – 57).
kemampuan (Suparno, 2004: 19). Kesembilan
kemampuan itu adalah (1) linguistik, Inteligensi diramalkan berhubungan dengan
(2) matematis – logis, (3) ruang, (4) kinestetik – prestasi, baik dalam kehidupan maupun di sekolah.
badani, (5) musikal, (6) interpersonal, (7)
Oleh karenanya prestasi yang hendak diramalkan
intrapersonal, (8) lingkungan / naturalis, dan (9)
oleh tes inteligensi dapat bersifat umum dan khusus.
eksistensial.
Prestasi umum adalah keberhasilan hidup secara
Masing-masing kemampuan dalam inteligensi
umum. Secara khusus prestasi adalah prestasi dalam
menurut Gardner bersifat independen. Gardner
bidang tertentu di sekolah, misalnya matematika,
(Good dan Brophy, 1990: 595) menyatakan bahwa
bahasa, dan sebagainya. Oleh karenanya Winkel
inteligensi bukanlah tunggal tetapi jamak, yang (1996:142) membagi tes inteligensi menjadi tes
masing-masing penting untuk bidangnya dan inteligensi umum (general ability test) dan tes
independen satu sama lain. Tiap-tiap kemampuan inteligensi

482
Purwanto, Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya

khusus (specific ability test). Tes inteligensi umum yaitu tes verbal dan tes perbuatan (performance). Tes
terdiri dari butir soal dalam berbagai bidang verbal terdiri dari enam macam yaitu tes informasi,
penggunaan seperti bahasa, bilangan, ruang, dan tes pemahaman umum, tes penalaran berhitung, tes
sebagainya. Tes inteligensi khusus mengarah untuk analogi, tes lamanya mengingat angka, dan tes
menyelidiki siswa yang mempunyai bakat khusus perbendaharaan kata sebanyak 40 buah kata yang
dalam bidang studi tertentu seperti bahasa, disusun menurut urutan kesulitan. Tes perbuatan
matematika, dan sebagainya. Tes-tes inteligensi terdiri dari lima macam yaitu tes simbol-angka yang
biasanya mengacu pada konsep inteligensi sebagai meminta subjek untuk menjodohkan simbol dengan
inteligensi umum. Terdapat bermacam -macam tes angka, tes menyempurnakan gambar, tes potongan
inteligensi yang dapat digunakan, di antaranya tes balok, tes menyusun gambar, dan tes pemasangan
Stanford-Binet dan Wechler. objek.

Tes pertama yang merupakan tes inteligensi Inteligensi ditetapkan dalam ukuran yang
moderen dikembangkan oleh ahli psikologi Perancis disebut intelligence quotient (IQ). Ukuran IQ adalah
Alfred Binet pada tahun 1881. Pada saat itu nisbah atau rasio antara umur kecerdasan (men-tal
pemerintah Perancis mengeluarkan Undang-undang age , disingkat MA) dengan umur kalender (chro-
yang mewajibkan semua anak masuk sekolah. nological age, disingkat CA) (Suryabrata, 2002 : 152).
Pemerintah meminta Binet untuk membuat tes guna
MA diperoleh dari tes psikologi dan CA dihitung dari
mendeteksi anak- anak yang terlambat intelektualnya
tanggal kelahiran peserta tes. IQ dihitung dengan
(Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem, t.th: 152). Tes -
rumus berikut :
tes inteligensi kemudian banyak mengacu pada tes
MA
yang telah dikembangkan oleh Binet. Tes inteligensi IQ x100
Binet mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir
adalah revisi yang dikerjakan bersama Terman dari
IQ dapat dihitung dengan langkah-langkah:
Universitas Stanford yang dikenal dengan tes
(1) menghitung CA. CA dihitung atas dasar kartu
inteligensi Stanford- Binet. Tes terdiri dari 17 subtes
kelahirannya, (2) menghitung MA. MA dihitung
yang dikelompokkan dalam empat area teoretik yaitu
dengan memberikan terlebih dulu tes inteligensi.
penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran
Awalnya tes diberikan dengan tes untuk umur yang
abstrak-visual, dan ingatan jangka pendek (Good dan
paling rendah (paling mudah), bertahap makin sukar
Brophy, 1990: 588).
sampai testi tidak dapat menyelesai-kan sama sekali,
(3) menghitung IQ menggunakan rumus. Cara
Wechler menyusun tes inteligensi karena
perhitungan IQ dapat diberikan contohnya sebagai
beberapa kelemahan yang terdapat pada tes
berikut.
intekegensi Stanford-Binet. Kelemahan itu: 1) tes
Seorang anak bernama A berumur 5 tahun
Stanford-Binet tidak dapat digunakan untuk
mengikuti tes inteligensi yang terdiri dari enam butir
mengukur inteligensi orang dewasa; 2) tes Stanford-
Binet terlalu tergantung pada kemampuan bahasa soal tes inteligensi. Hasil yang diperoleh A dalam tes
(Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem, t.th: 157). disajikan dalam tabel berikut:
Wechler menyusun tiga tes inteligensi yaitu 1) the Tabel 2. Contoh hasil uji inteligensi
Wechler Preschool and Pri-mary Scale of Intelligence
(WPPI). Tes ini digunakan untuk mengukur Butir untuk Butir ke
inteligensi anak prasekolah atau pada umur 4 – 5 umur 1 2 3 4 5 6
3;0 x x x x x x
tahun, 2) the Wechler Intelligence Scale for Children 4;0 x x x x x x
(WISC). Tes ini digunakan untuk mengukur 5;0 x x x x x x
6;0 x x x x x x
inteligensi anak-anak umur 5 – 15 tahun, dan 3) the
7;0 x x x - - -
Wechler Adult Intelligence Scale (WAIS). Tes ini 8;0 - - - - - -
digunakan untuk orang dewasa di atas umur 15 Keterangan : butir dapat dijawab benar (x), butir tidak dapat
tahun. Menurut Abror (1993: 56), skala Wechler
dijawab (-).
dibagi menjadi dua kelompok subtes

483
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 2010

Dari data tersebut inteligensi A dapat dihitung heriditas, namun beberapa hasil penelitian lain juga
sebagai berikut: (1) CA = 5 tahun, (2) MA = 6 tahun + menunjukkan bahwa inteligensi dapat dimodifikasi.
3/6 tahun = 6,5 tahun, (3) IQ = (MA/CA) x 100 = (6,5/5) Banyak yang sepakat bahwa inteligensi merupakan
x 100 = 130.
kombinasi antara heriditas dan modifikasi.
IQ dapat diinterpretasikan dengan mem-
bandingkan antara CA dengan MA. Individu dengan Inteligensi berhubungan dengan bakat,
inteligensi normal mempunyai MA yang sama dengan kreativitas dan prestasi. Inteligensi berhubungan
CA. Mereka yang mempunyai MA di atas CA dengan bakat karena anak yang berbakat adalah
mempunyai inteligensi di atas rata-rata, sedang yang anak dengan inteligensi sangat tinggi. Inteligensi
mempunyai MA di bawah CA mempunyai inteligensi berhubungan dengan kreativitas walaupun
di bawah rata-rata. kreativitas tidak dapat diidentifikasi menggunakan
IQ juga dapat diinterpretasikan dengan tes inteligensi. Inteligensi juga berhubungan dengan
membandingkan dengan skor kelompok norma. prestasi. Variasi dalam prestasi dapat diramalkan
Asumsinya, pada populasi, inteligensi mempunyai dari variasi dalam inteligensi.
distribusi normal. Pada sampel yang representatif, Teori inteligensi terus mengalami perkem-
inteligensi mempunyai distribusi normal sebagai- bangan. Perkembangan teori dimulai dari Lewis
mana populasinya. Sebagai sebuah distribusi Terman, Charles Spearman, Sternberg, Lewis L
normal, inteligensi dapat dibagi-bagi dalam daerah- Thurstone, James P Guilford hingga Howard
daerah kurva normal. Skor seseorang dalam tes Gardner.

inteligensi dapat diinterpretasikan mengacu kepada Inteligensi diukur menggunakan tes inte-ligensi.

daerah-daerah dalam kurva normal. Penggolongan Ukuran yang biasa digunakan adalah IQ sehingga tes
daerah-daerah dapat mengikuti klasifikasi IQ yang inteligensi biasa dikenal sebagai tes IQ. Ukuran IQ
dibuat oleh Woodworth dan Marquis (Suryabrata, adalah rasio antara umur kecerdasan dengan umur
2002 : 157) sebagai berikut: kalender.
Saran
Tabel 3. Klasifikasi IQ Meski para ahli tidak sepakat mengenai konsep
Skor IQ Kategori inteligensi, namun mereka sepenuhnya sepakat
Di atas 140 Luar biasa (genius) bahwa inteligensi merupakan konsep yang penting
120 – 139 Cerdas sekali (very superior)
untuk dipahami, khususnya dalam dunia pendidikan.
110 – 119 Cerdas (superior)
90 – 109 Sedang (average) Pemahaman yang baik mengenai inteligensi akan
80 – 89 Bodoh (dull average) membantu memberikan pelayanan yang optimal
70 – 79 Anak pada batas (border line)
dalam pendidikan. Oleh karenanya kajian mengenai
50 – 69 Debil (moron)
30 – 49 Ambisil (embicile) inteligensi sangat penting untuk terus
Di bawah 30 Ideot dikembangkan.
Kepentingan untuk melakukan kajian mengenai
Simpulan dan saran inteligensi berhubungan dengan usaha memahami
Simpulan konsep dan cara pengukurannya. Pengukuran
Belum ada kesepakatan tentang definisi inteligensi. inteligensi yang memadai memang masih
Inteligensi dapat diberikan arti sempit dan luas. menyisakan kontroversi karena sulitnya diperoleh
Dalam arti sempit, inteligensi adalah prestasi di kesepahaman dalam konsep. Konsep yang berbeda
sekolah. Dalam arti luas, inteligensi adalah prestasi akan menghasilkan perbedaan dalam cara melakukan
dalam berbagai bidang kehidupan. pengukurannya. Cara pengukuran inteligensi akan
terus berkembang sejalan perkembangan konsepnya.
Kesepakatan juga belum diperoleh mengenai
faktor-faktor yang memberi kontribusi terhadap Meski belum diperoleh kesekatan dalam cara

inteligensi. Beberapa hasil penelitian menun-jukkan mengukur inteligensi, mengingat pentingnya peranan

bahwa inteligensi diperoleh secara inteligensi dalam pendidikan, maka

484
Purwanto, Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya

usaha-usaha untuk mengidentifikasi inteligensi itu diperlukan agar data inteligensi mempunyai
harus dilakukan melalui proses pengukuran. Hal landasan yang kuat.

Pustaka Acuan
Abror, Abd Rachman. 1993. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Anastasi, Anne dan Urbina, Susana. 1997. Psychological testing . Seventh edition. Upper Saddle River, NJ:
Prentice Hall, Inc
Atkinson, Rita L; Atkinson, Richard C; Smith, Edward E dan Bem, Daryl J. 2003. Pengantar psikologi.
Terjemahan oleh Widjaja Kusuma. Batam Centre: Interaksara
Good, Thomas L dan Brophy, Jere E. 1990. Educational psychology a realistic approach. New York:
Longman
Guilford, JP. 1971. The nature of human intelligence. London: McGraw Hill
Haviland, William A. 1999. Antropologi. Terjemahan oleh RG Sukidjo. Edisi keempat. Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Morse, William C dan Wingo, G Max. 1970. Psychology and teaching. Glenview, Illinois: Scott, Foresman and
Company
Purwanto, M Ngalim. 2003. Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Semiawan, Conny. 1997. Perspektif pendidikan anak berbakat. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Suparno, Paul. 2004. Teori inteligensi ganda dan aplikasinya di sekolah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Thornburg, Hershel D. 1984. Introduction to educational psychology. St Paul: West Publishing Company
Winkel, WS. 1996. Psikologi pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Woolfolk,
Anita E dan Nicolich, Lorraine McCune (1984). Educational psychology for teachers.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Inc

485

Anda mungkin juga menyukai