Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME


(TINGKAH LAKU DAN LINGKUNGAN)

KATA PENGATAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Psikologi Belajar dan
PembelajaranTteori Belajar Behaviorisme (tingkah laku dan lingkungan)" dengan
tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi
Belajar. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pengertian, konsep dasar, faktor yang mempengaruhi, karakteristik dalam teori
psikologi belajar dan pembelajaran. . Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kesalahan yang pembaca
temukan dalam makalah ini. Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PEDAHULUAN..........................................................................................1
1.1Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3.Tujuan Masalah........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1.TEORI BELAJAR BEHAVIORISME....................................................3
2.1.1. Pengertian Teori Belajar Behavioristik................................................3
2.1.2. Tokoh Tokoh Aliran Behaviorisme dan Pandangannya Dalam Teori
Belajar............................................................................................................4
2.1.3. Prinsip-Prinsip Belajar Behaviorisme Teknik.....................................7
2.1.4. Penerapan Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran Siswa................8
2.1.5. Ciri Ciri Teori Behavioristik................................................................9
2.1.6. Tujuan Teori Belajar Behavioristik...................................................10
2.1.7. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behaviorisme...............................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
3.1.KESIMPULAN.......................................................................................15
3.2.SARAN...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum psikologi merupakan untuk mendisiplinkan ilmu
berpacu pada perilaku dan berbagai proses mental serta bagaimana
perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh situasi mental
organisme dan lingkungan eksternal(Fahyuni dan Istikomah 2014). Secara
harfiah psikologi dapat diartikan “Psyche” dengan arti kata lain yang
berdekatan, seperti pada kata “Anemos” dalam bahasa Yunani berarti
angin, sedangkan dalam bahasa Latin kata “animus” dan “anima”
memiliki arti jiwa dan nyawa. Kemudian dalam bahasa Arabnya “ruh”
artinya jiwa, nyawa ataupun angin. Dengan demikian, ada hubungannya
antara apa yang bernyawa dengan apa yang bernafas (angin). Jadi
psikologi adalah ilmu tentang sesuatu yang bernyawa(Ahmadi 1991).
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku
induvidu. Belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus dijalani
oleh setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, dengan pendidkan seseorang bisa
membedakan mana boleh dan mana yang tidak boleh, dengan pendidikan
juga sesorang bisa merumuskan tujuan hidup. Belajar yang dilakukan oleh
masing-masing induvidu bisa di lakukan dengan banyak gaya. Penggunaan
gaya di maksudkan agar tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Dalam
hal ini teori juga bisa di kategorikan dalam gaya belajar seseorang serta
melibatkan sejumlah aspek yaitu guru, peserta didik, metode dan strategi
belajar bahkan media pembelajaran. Ada banyak teori yang berbicara
tentang belajar yang salah satunya adalah teori belajar behaviorisme.
Perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik merupakan
masalah penting dalam psikologi pendidikan perilaku peserta didik agar
dapat menguasi atau dapat memahami sesuatu merupakan upaya diri
peserta didik sesuai dengan pengertian bahwa peserta didik adalah proses

1
pendewasaan ( dari ketidak dewasaan menjadi dewasa ) adapun pendidik
berupaya agar dapat memahami atau dikuasi oleh peserta didik yang
dewasa.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu teori belajar behavioristik?

1.3. Tujuan Masalah


2. Untuk mengetahui apa itu teori belajar behavioristik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. TEORI BELAJAR BEHAVIORISME


2.1.1. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang menyatakan
bahwa perilaku terbentuk melalui hubungan kausalitas antara stimulus dan
respons. Teori behaviorisme merupakan teori yang menjelaskan mengenai
pembelajaran dalam kaitannya dengan peristiwa- peristiwa lingkungan. Teori
behaviorisme memberikan penekanan pada keadaan lingkungan yang
berkaitan erat dalam proses pembelajaran ( Schunk, 2012). Menurut ( Nahar,
2016) teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang menuntun
seorang guru memberikan rangsangan sebagai stimulus kepada anak dan hasil
dari stimilus tersebut dapat diamati dan diukur berdasarkan tujuan untuk
melihat ada tidaknya perubahan tingkah laku yang signifikan.
Teori belajar behaviorisme merupakan teori psikologi yang materi
kajiannya adalah perilaku yang tidak berhubungan dengan kesadaran atau
struktur mental. Teori ini adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam
yang bersifat eksperimental dan objektif dengan tujuan meramalkan dan
mengontrol perilaku. Teori belajar behaviorisme menjelaskan bahwa belajar
merupakan perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara
kongkret. Perubahan tersebut terjadi melalui rangsangan atau stimulus yang
menghasilkan hubungan perilaku reaktif dan respon. Stimulus tersebut berupa
lingkungan belajar anak baik internal maupun ekternal yang mrenjadi
penyebab belajar, sedangkan respon merupakan akibat berupa reaksi fisik
terhadap rangsangan atau stimulus tersebut. Jadi, teori belajar behaviorisme
merupakan penguatan ikatan hubungan, sifat dan hasil stimulus- respon
( Fadhoil 2015) .

3
2.1.2. Tokoh Tokoh Aliran Behaviorisme dan Pandangannya Dalam Teori
Belajar
Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku, tidak lain
adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulis dan respon. Atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang
dialami oleh siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan
respons. Menurut Andriyani, 205 belajar didefinisikan sebagai akibat
adanya interaksi antara stimulus (S) dengan respons (R). Menurut teori ini,
dalam belajar yang penting adalah adanya input berupa stimulus dan
output yang berupa respon. Seseorang dianggap telah belajar jika dapat
menunjukkan perubahan perilaku (Zulhammi, 2015). Teori ini
memandang individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah dan
mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan
perasaan individu dalam kegiatan belajar. Hal ini menurut Sujanto
(2009:118), teori belajar behaviorisme objek ilmu jiwa harus terlihat,
dapat di indera, dan dapat diobservasi.
Menurut para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain :
1. Ivan Petrovich Pavlov ( 1849- 1936)
Ia mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan
oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Pavlo mengadakan percobaan laboraties terhadap anjing. Dalam
percobaan ini anjing diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi
bersyarat pada anjing. Contoh situasi perconaan tersebut pada manusia
adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari
menyebapkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyiaan
yang berbeda dari pedagan makan,bel masuk,dan antri di bank. Dari
contoh tersebut strategi Pavlo ternyata inuvidu dapat dikendalikan

4
melalui cara menganti stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang dinginkan.
Sementara induvidu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari
luar. Maka belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.
Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan
dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi
secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
2. John B. Watson
Menurut Desmita(2009:44), behavioristik adalah sebuah aliran
dalam pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh
John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika pada
tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Pandangan
Watson mengenai belajar (dalam Putrayasa, 2013:46), yaitu proses
interaksi antara stimulus dan respons, stimulus dan respons yang
dimaksud harus dapat diamati dan dapat diukur. Oleh sebab itu
seseorang mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
selama proses belajar. Watson adalah seorang behavioris murni,
kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi
biologi atau fisika yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik
yaitu sejauh dapat diamati dan diukur. Watson berasumsi bahwa hanya
dengan cara demikianlah akan dapat diramalkan perubahan-perubahan
yang terjadi setelah seseorang melakukan tindak belajar.
Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari
aliran behaviorisme:
1) Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science.
Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga
introspeksi tidak punya tempat di dalamnya
2) Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati
diri sebagai natural science. Salah satu halangannya adalah
keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek

5
psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus dihapus dari
ruang lingkup psi.
3) Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku
nyata(Asfar, Asfar, dan Halamury 2019).
3. Edwin Ray Guthrie (1886 – 1959)
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti yaitu
Contiguity dapat diartikan sebagai rangkaian peristiwa, hal-hal atau
benda-benda yang terus saling berkait antara satu dengan lainnya.
Teori ini dikembangkan oleh Edwin Ray Guthrie (1886-1956). Guthrie
menegaskan bahwa kombinasi stimulus yang muncul bersamaan
dengan satu gerakan tertentu, sehingga belajar adalah konsekuensi dari
asosiasi antara stimulus dan respon tertentu (Hitipew, 2009).
Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon
untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena
gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan
tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya
melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan
mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan
respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta
didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus
dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya
bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam
proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi
stimulus respon secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa
yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh
memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak(Asfar, Asfar,
dan Halamury 2019).

6
2.1.3. Prinsip-Prinsip Teknik Belajar Behaviorisme
Teknik Behaviorisme telah digunakan dalam pendidikan untuk
waktu yang lama untuk mendorong perilaku yang diinginkan dan
untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
 Stimulus dan Respons Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada siswa misalnya alat peraga, gambar
atau charta tertentu dalam rangka membantu belajarnya.
Sedangkan respons adalah reaksi siswa terhadap stimulus
yang telah diberikan oleh guru tersebut, reaksi ini haruslah
dapat diamati dan diukur.
 Reinforcement (penguatan)
Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat
perilaku disebut penguatan (reinforcement) sedangkan
konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah
perilaku disebut dengan hukuman (punishment).
1) Penguatan positif dan negatif Pemberian stimulus positif
yang diikuti respon disebut penguatan positif. Sedangkan
mengganti peristiwa yang dinilai negatif untuk memperkuat
perilaku disebut penguatan negatif
2) Penguatan primer dan sekunder Penguat primer adalah
penguatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
fisik. Sedangkan penguatan sekunder adalah penguatan
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non fisik.
3) Kesegeraan memberi penguatan (immediacy) Penguatan
hendaknya diberikan segera setelah perilaku muncul karena
akan menimbulkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik
dari pada pemberian penguatan yang diulur-ulur waktunya.
4) Pembentukan perilaku (Shapping) Menurut skinner
untuk membentuk perilaku seseorang diperlukan langkah-
langkah berikut :

7
a. Mengurai perilaku yang akan dibentuk menjadi tahapan-
tahapan yang lebih rinci;
b. menentukan penguatan yang akan digunakan;
c. Penguatan terus diberikan apabila muncul perilaku yang
semakin dekat dengan perilaku yang akan dibentuk.
5) Kepunahan (Extinction) Kepunahan akan terjadi apabila
respon yang telah terbentuk tidak mendapatkan penguatan
lagi dalam waktu tertentu(Asfar, Asfar, dan Halamury
2019)

2.1.4. Penerapan Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran Siswa


Teori belajar behaviorisme cenderung membawa siswa
untuk berfikir. Pandangan teori belajar behavioristik merupakan
proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai target
tertentu, sehingga menjadikan siswa yang tidak bebas berkreasi
dan berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar
behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga
belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Hal yang paling
penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan
keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus
dan respons dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan diukur. Dengan demikian yang dapat
diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja
yang diberikan oleh guru dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa
semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk
melihat terjadinya perubahan tingkah laku (Crystallography 2016).
Jika yang menjadi titik tekan dalam proses terjadinya
belajar pada diri siswa adalah timbulnya hubungan antara stimulus
dengan respons, di mana hal ini berkaitan dengan tingkah laku apa
yang ditunjukkan oleh siswa, maka penting kiranya untuk

8
memperhatikan hal-hal lainnya di bawah ini, agar guru dapat
mendeteksi atau menyimpulkan bahwa proses pembelajaran itu
telah berhasil. Hal yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Guru hendaknya paham tentang jenis stimulus apa yang tepat
untuk diberikan kepada siswa.
2) Guru juga mengerti tentang jenis respons apa yang akan
muncul pada diri siswa.
3) Untuk mengetahui apakah respons yang ditunjukkan siswa ini
benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan, maka guru
harus mampu :
a) Menetapkan bahwa respons itu dapat diamati
(observable)
b) Respons yang ditunjukkan oleh siswa dapat pula
diukur (measurable)
c) Respons yang diperlihatkan siswa hendaknya dapat
dinyatakan secara eksplisit atau jelas kebermaknaannya
(eksplisit)
d) Agar respons itu dapat senantiasa terus terjadi atau
setia dalam ingatan/tingkah laku siswa, maka
diperlukan sekali adanya semacam hadiah (Litalisdiana
2017).

2.1.5. Ciri Ciri Teori Behaviorisme


Teori belajar behaviorisme ditinjau dari tingkat laku
manusia dapat ditelusuri dari bentuk refleks. Dalam psikologi teori
belajar behaviorisme disebut juga dengan teori pebelajaran yang
berdasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisian
lingkungan. Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan
lingkungan. Hal ini dilihat secara sistematis dapat dilihat dengan
tidak mempertimbangkan keseluruhan kondisi mental (Miguel et
al. 1992).

9
Menurut Ahmadi (2003:46), teori belajar behavioristik
mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut :
1. Aliran behaviorisme mempelajari perbuatan manusia dengan
cara mengamati perbuatan dan tingkah laku yang
berdasarkan kenyataan bukan dari kesadarannya.
2. Aliran ini memandang segala perbuatan dikembalikan
kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang
paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan
kesadaran.yang dinamakan refleks (reaksi yang tidak
disadari terhadap suatu pengarang).
3. Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan
semua orang adalah sama. Menurut behaviorisme
pendidikanlah yang akan mengubah seseorang.

2.1.6. Tujuan Teori Belajar Behaviorisme


Tujuan pembelajaran menurut teori behaviorisme
ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar
sebagai aktivitas meniru yang menuntut pembelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam
bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.
a. Berkomunikasi atau transfer perilaku adalah pengambaran
pengetahuan dan kecakapan peserta didik (tidak
mempertimbangkan proses mental
b. Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari
peserta didik yang dimunculkan dari stimulus
c. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon
sebaik mungkin pada kondisi respon diciptakan (Riyanto
Yatim. 2009).

10
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa tujuan teori
belajar behaviorisme adalah untuk berkomukasi dalam
menyampaikan pelajaran dan pengetahuan. Pengajaran itu dapat
memperoleh keinginan respon dari siswa yang memunculkan
stimulus. Dengan begitu peserta didik harus dapat mengetahui cara
memperoleh respon sebaik mungkin pada kondisi respon
diciptakan.
Teori behaviorisme memandang bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku, ciri yang paling mendasar dari aliran
behaviorisme adalah perubahan perilaku berdasarkan paradigma S-
R (stimulus-respon), yaitu proses yang memberikan respons
tertentu pada sesuatu yang datang dari luar. Proses tersebut atas
beberapa unsur dorongan, yaitu: (Muhammad Soleh Hapudin,
2021)
1. Kebutuhan seseorang yang merasakan adanya kebutuhan akan
sesuatu yang terdorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Rangsangan atau stimulus, seseorang diberi stimulus yang akan
menimbulkan pemberian respon.
3. Respon, pemberian reaksi atas stimulus yang diterima dengan
melakukan suatu tindakan yang diamati.
4. Penguatan, pemberian kekuatan agar merasakan kebutuhan
untuk memberikan respon.
Tujuan pembelajaran menurut teori behaviorisme
ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar
sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut peserta didik untuk
mengulas kembali pelajaran yang telah dipelajari dapat dalam
bentuk laporan, kuis, dan tes (Muhammad Soleh Hapudin, 2021).
Sehingga pembelajaran mengikuti urutan dari bagian ke
keseluruhan dan mengikuti urutan kurikulum secara ketat.
Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran

11
berdasarkan teori sebagai berikut: (Zulqarnain, M. Shoffa Saifillah
Al-Faruq, dan Sukatin, 2022).
1. Menentukan tujuan dan indikator pembelajaran.
2. Menganalisis lingkungan belajar dan mengidentifikasi
pengetahuanawal peserta didik.
3. Menentukan materi pembelajaran.
4. Menguraikan materi pembelajaran menjadi bagian-bagian,
meliputi topik, pokok pembahasan, sub-pokok bahasan dan
sebagainya.
5. Menyajikan pembelajaran.
6. Memberi stimulus pada peserta didik.
7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan peserta didik.
8. Memberikan penguatan baik positif maupun negatif.
9. Memberi stimulus ulang.
10. Mengamati dan mengkaji respon dari peserta didik.
11. Memberi penguatan.
12. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik.
Model-model pembelajaran yang berlandaskan teori behavioristik
antara lain:
(Zulqarnain, M. Shoffa Saifillah Al-Faruq, dan Sukatin, 2022)
1. Model Pembelajaran Reasoning dan Problem Solving.
2. Model Pembelajaran Problem-Based on Instruction.
3. Model Pembelajaran Perubahan Konseptual.
4. Model Pembelajaran Grup Investigation. 5. Model Pembelajaran
Inquiri(Mardiyani 2022).

2.1.7. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behaviorisme


Tidak ada sesuatu apa pun yang sempurna di muka bumi
ini. Teori belajar selalu terlahir seperti dua sisi mata uang, satu sisi
memiliki kelebihan dan sisi lainnya memiliki keterbatasan. Oleh

12
kerenanya perlu menyampaikan kekurangan dan kelebihan teori
behavioristik dalam bahasan yang khusus.
1. Kelebihan Teori Behaviorisme
a. Pendidik tidak hanya memberikan ceramah, namun
melalui instruksi singkat yang diikuti dengan beberapa
contoh, baik yang dilakukan sendiri maupun secara
simulasi. Inti teori ini adalah contoh perilaku yang bisa
dilihat dan diperhatikan oleh peserta didik. Jadi,
pendidik hanya memberikan contoh dalam
pembelajarannya. Dengan demikian, peserta didik akan
lebih paham.
b. Bahan pelajaran disusun secara hierarki, dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Susunan materi
dijalankan secara hierarki dari yang mudah sampai yang
kompleks dan tidak bisa dijadikan secara kebalikan atau
random. Hal ini dilakukan sedemikian rupa, sehingga
peserta didik mampu belajar secara bertahap dan
menyerap pelajaran dari yang mudah sampai yang sulit.
c. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian yang
kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
keterampilan (perilaku) tertentu. Dengan demikian,
pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur
dan diamati berupa perubahan sikap, jika ada kesalahan
bisa segara diperbaiki.
d. Pengulangan dan Latihan digunakan sebagai upaya
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
(habit)

2. Kekurangan Teori Behaviorisme


Selain memiliki kelebihan, teori behaviorisme tentunya
memiliki beberapa kekurangan yang ada sebagai berikut:

13
a. Teori ini memandang belajar sebagai kegiatan yang
dialami langsung melalui perubahan sikap atau
tingkah laku (Muhammad Soleh Hapudin, 2021).
Padahal, belajar adalah kegiatan yang ada dalam
otak manusia yang tidak terlihat berupa kognisi
manusia melalui perkembangan pola piker, cara
pandang, dan lainnya.
b. Proses belajar dipandang otomatis-mekanis
sehingga terkesan seperti robot, padahal manusia
memiliki control sendiri bersifat kognitif, sehingga
dengan kemampuan ini manusia mampu menolak
kebiasaan yang tidak sesuai dengan dirinya.
c. Proses belajar dalam teori behaviorisme
dianologikan dengan hewan, hal ini terlihat
beberapa penelitian yang menjadikan hewan sebagai
makhluk percobaan dalam teori behaviorisme
analogi ini kurang diterima, karena antara hewan
dan manusia memiliki perbedaan yang sangat
kontras dan mencolok (Muhammad Soleh Hapudin,
2021).

14
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang mengemukakan bahwa
perilaku manusia terbentuk melalui hubungan kausal antara stimulus dan
respons. Teori ini menekankan peran lingkungan dalam proses pembelajaran,
di mana guru memberikan stimulus kepada anak dan mengukur perubahan
perilaku yang terjadi sebagai respons terhadap stimulus tersebut.
Behaviorisme memfokuskan kajiannya pada perilaku yang dapat diamati dan
diukur secara objektif, tanpa memperhatikan kesadaran atau struktur mental
individu. Teori ini bersifat eksperimental dan bertujuan untuk meramalkan dan
mengontrol perilaku dengan memahami hubungan antara stimulus dan respons
dalam konteks pembelajaran.
Dengan demikian, behaviorisme adalah teori psikologi yang menyoroti
pentingnya hubungan stimulus-respons dalam pembelajaran, mengabaikan
aspek kesadaran dan struktur mental, dan menekankan peran lingkungan
dalam membentuk perilaku.

3.2. SARAN
Pada saat pembuatan makalah ini penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penyusun
mengharapkan kritik serta saran yang membangun mengenai pembahasan
makalah ini yang nantinya sangat penting bagi kami untuk memperbaiki
kesalahan dalam penyusunan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Riyanto Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Pranada Media


Group
Soleh Hapudin, Muhammad. Teori Belajar dan Pembelajaran: Menciptakan
Pembelajaran yang Kreaatif dan Efektif. Jakarta: Kencana, 2021.
Ahmadi. 1991. Psikologi Belajar.
Asfar, A M Irfan Taufan, A M Iqbal Akbar Asfar, dan Mercy F Halamury. 2019.
“Teori Behaviorisme.
https://www.researchgate.net/publication/331233871_TEORI_BEHAVIORI
SME_Theory_of_Behaviorism.” Theory of behaviorism (February): 1–33.
Crystallography, X-ray Diffraction. 2016. “済無 No Title No Title No Title.” : 1–
23.
Fahyuni, E F, dan Istikomah. 2014. “Kunci Sukses Guru dan Peserta didik dalam
Interaksi Edukatif Page i.”
Litalisdiana, Reia. 2017. “Penerapan Teori Belajar Dalam Pendidikan Dasar Kelas
II SDN Panggang.” Pendidikan Guru Sekolah Dasar 10: 1–12.
Mardiyani, Kiki. 2022. “Tujuan Dan Penerapan Teori Behaviorisme Dalam
Pembelajaran.” Jurnal Ilmu Pendidikan dan Kearifan Lokal 2(5): 260–71.
http://jipkl.com/index.php/JIPKL/article/view/30.
Miguel, J. F.San et al. 1992. “Lymphoid subsets and prognostic factors in multiple
myeloma.” British Journal of Haematology 80(3): 305–9.

16

Anda mungkin juga menyukai