BAGAIMANA MANUSIA
BERTUHAN
OLEH :
KELOMPOK 1
DEWI SIRSAN (
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Konsep
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
Universitas Negeri Makassar. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan………………………………………………..............................……2
BAB II PEMBAHASAN
Tuhan …………………………………………………………………………….15
B. Saran …………………………………………...…………………….…….23
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kompleks dan tua. Pada mulanya orang memecahkan secara wajar yang kemudian
kajian dari tokoh agama dan moral, dari ilmuan dan filosof. Didalam ide
ketuhanan manusia menemukan diri sendiri maupun penciptanya dalam ide ini
kita bisa mengetahui sumber kebaikan dan kesempurnaan, sumber eksistensi dan
gerak karena Allah adalah sumber yang segala yang ada, sebab dari segala-gala
dan tujuan puncak. Sementara itu dalam islam, masalah ketuhanan juga
B. Rumusan Masalah
Konsep Ketuhanan?
Tuhan?
5. Mendeskripsikan Esensi dan Urgesi Visi Ilahi untuk Membangun Dunia
yang Damai?
C. Tujuan
Konsep Ketuhanan
Tuhan
yang Damai
BAB II
PEMBAHASAN
dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral dan rasa memiliki. Spritualitas
memberi arah dan arti pada kehidupan. Spritualitas adalah kepercayaan akan
adanya kekuatan non-fisik yang lebih besar daripada kekuatan diri kita, suatu
kesadaran yang menghubungkan kita langsung kepada Tuhan atau sesuatu unsur
yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita. (pendidikan agama islam
atau spiritus yang berarti napas. Adapun kerja spirare yang berarti untuk bernapas.
Berangkat dari pengertian etimologis ini, maka untuk hidup adalah untuk untuk
bernapas, dan memiliki napas artinya memiliki spirit (Aliah B. Purwakania, 2006:
288). Spirit dapat juga diartikan kehidupan, nyawa, jiwa, dan napas (Hasan
Dalam pengertian yang lebih luas spirit dapat diartikan sebagai: 1) kekuatan
immateril seperti peri, hantu dan sebagainya; 3) sifat kesadaran, kemauan, dan
kepandaian yang ada dalam alam menyeluruh; 4) jiwa luhur dalam alam yang
1984: 3278).
dan kegiatan roh kudus (s. spiritus) dalam setiap orang beriman dan seluruh gereja.
dalam cara berfikir, merasa, berdo’a dan berkarya (Hasan Shadily: 3279).
rohaniah dalam dimensi yang cukup luas. Secara garis besarnya spiritualitas
merasa, berdoa, dan berkarya (Hasan Shadily: 3728). Seperti yang dinyatakan
William Irwin Thomson, bahwa spiritual bukan agama. Namun demikian ia tidak
Inti spiritualitas :
Jika kita bisa menerima bahwa kita adalah makhluk spiritual yang hidup
Yang paling penting, spiritualitas adalah tentang menciptakan realitas kita sendiri,
Allah SWT.
Spiritual diri kita adalah diri sejati, bukan tubuh kita. Tubuh hanya sebagai
membantu jiwa kita berkembang, kearah mana yang akan di tempuh dalam
bukan agama. Akan tetapi, ia memiliki hubungan dari segi nilai-nilai keagamaaan
yang tidak dapat dipisahkan. Titik singgung antara spiritualitas dan agama
nilai-nilai moral. Adapun nilai-nilai moral itu tergolong pada katagori nilai utama
(summum bonum) dalam setiap agama. Dorongan untuk berpegang pada nilai-
nilai moral ini sudah ada dalam diri manusia. Menurut Murthada Muthahhari,
dorongan tersembunyi dalam diri manusia. Dalam konsep ajaran islam, nilai-nilai
moral itu disebut akhlak yang baik atau husn al-akhlaq (Muthada Muthahhari: 55).
potensi batini manusia. Sebagai potensi yang memberikan dorongan bagi manusia
spiritualitas ini senantiasa diposisikan sebagai nilai utama dalam setiap ajaran
agama. Dalam agama Hindu, misalnya spiritualitas itu terlukis dari pernyataan
“ Yesus menjelmakann sekaligus cinta Allah kepada kita dan martabat luhur dari
manusia yang paling hina sekalipun. Katanya: “ Segalasesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dariku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk
Aku “ (Matius 25, 31-46). Ini hakiki agama Kristen: Allah mencintai kita, Dia
orang lain bukan saja merupakan kewajiban setiap orang itu adalah salah satu
kesenangan yang paling baik dan luhur dalam kehidupan. Jangkauan cinta
seseorang harus sedemikian luas dan inklusif, sehingga ada ruang di dalamnya
bagi setiap orang. Cinta semacam itu dapat membuat orang merasa, bahwa segala
spiritualitas. Nilai-nilai agung ini harus dibentuk dalam rangkain proses yang
orang lain di luar diri. Dalam konteks ini dijumpai sejumlah pesan-pesan suci
yang termuat dalam Al-qur’an, antara lain: “ Hai orang-orang beriman, janganlah
suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-
cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian
Lebih dari itu manusia juga didasarkan akan latar belakang historis
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
49:13).
spirituallitas tidak hanya terbatas dalam hubungan antar manusia saja, melainkan
mencakup kawasan yang lebih luas. Meliputi hubungan antar makhluk. Dijelaskan
oleh sang Maha Pencipta: “ Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan
nilai-nilai hakiki. Padahal nilai-nilai hakiki yang mutlak itu termuat dalam ajaran
agama. Spiritualitas itu sendiri berada pada hati nurani agama. Oleh sebab itu,
menurut Nurcholis Madjid: “ jika seorang memahami hati nurani agama, dialog
antar agama menjadi mudah,”. Dengan nilai-nilai spiritualitas sejatinya kedamaian
lintas ras, lintas bangsa, maupun lintas geografis. Jelasnya, spiritualitas merupakan
nilai-nilai, moral dan rasa memiliki. Spiritualitas memberi arah dan arti pada
kehidupan. Spiritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan non fisik yang
lebih besar daripada kekuatan diri kita; suatu kesadaran yang menghubungkan kita
langsung kepada Tuhan, atau apapun yang kita namakan sebagai sumber
dan autentik. Pengalaman bertuhan dapat menjadi bagian yang sangat erat dan
modern saat ini, orientasi kehiduan yang lebih menekankan aspek fisik- material
pinggiran. Modernisasi disegala bidang sebagai akibat dari kemajuan ilmu dan
dan kedamaian.
Ada enam alasan mengapa kita membutuhkan spiritualitas untuk tetap
1. Untuk menjaga integritas diri kita di tengah realita dunia yang fana dan tak
menentu.
Tuhan.
kenyataan hidup.
Menurut Carl Gustav Jung, manusia modern mengalami keterasingan diri dari
diri sendiri dan lingkungan sosial, bahkan jauh dari tuhan. Dan kegagalan
memaknai hidup mengakibatkan jauh dari rasa aman damai dan tentram.
Agar manusia kembali memiliki etika moral dan sentuhan manusiawi dalam
olah rasa (tadzawwuq), olah jiwa (riyadhah) dan olahraga (rihlah wa jihad).
Menurut Syahrin Harahao jika manusia memiliki kesadaran dan kecerdasan
spiritualis, maka rohanya akan kuat karena bimbingan maksimal dari hati nurani
tersebut yang menjadikannya lebih dinamis, kreatif, etos kerja tinggi dan lain-lain.
Setiap orang memiliki pengalaman yang khas dalam hal merasakan kehadiran
Tuhan. Pengalaman bertuhan dapat menjadi bagian yang sangat erat dan
modern saat ini, orientasi kehidupan yang lebih menekankan aspek fisik-material
pinggiran. Modernisasi di segala bidang sebagai akibat dari kemajuan ilmu dan
ketercerabutan manusia dari akar tradisi (sesuatu yang sakral Tuhan) sehingga
maka ia akan mengalami kehilangan makna hidup dan disorientasi tujuan hidup.
Disorientasi tujuan hidup sering kali membuat manusia modern terjebak pada
budaya instan dan jalan pintas untuk mengejar kesenangan materi dan fisik. Wajar
spiritualitas ini secara filosofis dikatakan sebagai penguatan visi Ilahi, potensi
bertuhan, atau kebertuhanan. Untuk mencapai visi Ilahi yang kokoh, diperlukan
proses pengaktualisasian akhlak Tuhan yang ada dalam diri setiap manusia. Untuk
memberdayakan seluruh potensi yang diberikan Tuhan untuk melihat segala hal
secara holistik sehingga kita mampu untuk menemukan hakikat (kesejatian) dari
setiap fenomena yang kita alami. Dalam bahasa yang sedikit berbeda Syahirin
kehidupan dengan panduan hati nurani. Rohani, yang kuat karena bimbingan
maksimal hati nurani tersebut, akan membuat orang lebih dinamis, kreatif,
memiliki etos kerja tinggi, dan lebih peduli, serta lebih santun.
Berikut diuraikan berbagai tesis, teori, argument, baik yang bersifat paikologis,
secara ilmiah. Ada dua perspektif yang berbeda tentang potensi bertuhan yaitu
Spiritual menyangkut roh yang merupakan karunia langsung dari Allah SWT
sejak lahir. Sedangkan neurosains adalah bakat bertuhan dapat dicari jejaknya
dan pemikiran kita. Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung
selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an
katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man
2. Sosiologis
baik sebagai individu maupun kelompok. Oleh karena itu, setiap perilaku yang
diperankan akan terkait dengan sistem keyakinan dari ajaran Agama yang dianut.
3. Filosofi
Banyak filsuf islam yang menjelaskan hakikat tuhan sehingga kita diharuskan
bertuhan, dan terdapat tiga argumen filsafat untuk menjelaskan hal tersebut, yaitu:
diperkenalkan oleh al-Kindi (w. 866), yang kedua oleh Ibn Sina (w.1037), dan
diciptakan tidak tanpa Pencipta. Dan Pencipta sesuatu yang amat besar alam
semesta ini pastilah hanya Allah, Tuhan yang maha esa. Tuhan menjadi sebab
budi, yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang
yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan
akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk
Tuhan.
4. Teologis
dan Tuhan.
penciptaan semua makhluk, maupun pernyataan khusus, seperti yang kita kenal
atas prakarsa manusia, tetapi terjadi atas dasar wahyu Allah SWT. Tanpa inisiatif
harus dicarikan penjelasannya dari sesuatu yang dianggap sakral dan dikultuskan
karena dimulai dari atas (dari Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya). Artinya,
kesadaran tentang Tuhan, baik-buruk, cara beragama hanya bisa diterima kalau
penciptaan semua makhluk, maupun pernyataan khusus, seperti yang kita kenal
Iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari seluruh iman yang
tergabung dalam rukun iman. Karena iman kepada Allah SWT merupakan pokok
dari keimanan yang lain, maka keimanan kepada Allah SWT harus tertanam
a.Bersifat Ijmali : Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat ijmali
maksudnya adalah, bahwa kita mepercayai Allah SWT secara umum atau secara
garis besar.
wajib percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat yang
(http://miemande.blogspot.com/2019/03/makalah-lengkap-bagaimana-
manusia.html?m=1)
Orang yang beriman kepada tuhan adalab orang yang berkarakter berketuhanan
(https://www.cram.com/flashcards/agama-bagaimana-manusia-bertuhan-8110690)
Nya. Manusia hanya mampu merespon dan mempersepsi tajalliyāt Tuhan. Dari
interaksi antara tajalliyāt Tuhan dan respon manusia, lahirlah keyakinan tentang
Tuhan agar manusia dapat menangkap sinyal dan gelombang ketuhanan. Dengan
(tajalliyāt) dari-Nya. Dengan kata lain, meyakini atau memercayai Tuhan artinya
pengikatan dan pembatasan terhadap Wujud Mutlak Tuhan yang gaib dan
transenden yang dilakukan oleh subjek manusia melalui kreasi akalnya, menjadi
Tajallī Tuhan yang esa akan ditangkap oleh segala sesuatu (termasuk
masing-masing memiliki keadaan dan sifat yang khas dan unik. Karena
pengetahuan hamba, maka keyakinan dan keimanan pun berbeda satu dengan
yang lain.
Berbicara tentang keimanan, maka ia memiliki dua aspek, yaitu keyakinan
dan indikator praktis. Apabila mengacu pada penjelasan di atas, keyakinan dapat
dimaknai sebagai pembenaran terhadap suatu konsep (dalam hal ini konsep
tentang Tuhan) sehingga ia menjadi aturan dalam hati yang menunjukkan hukum
sebab akibat, identitas diri, dan memengaruhi penilaian terhadap segala sesuatu,
Adapun indikator praktis keimanan dapat ditengarai dari sikap dan perilaku
yang dilakukan manusia. Orang yang memiliki keimananan kepada Allah harus
dibuktikan dengan amal saleh, yang menjadi indikator praktis tentang iman
tersebut. Indikator keimanan yang praktis dan terukur inilah yang bisa dijadikan
patokan bagiseseorang untuk menilai orang lain, apakah ia termasuk orang baik
atau tidak baik. Nabi mengisyaratkan bahwa indikator keimanan minimal ada 73,
dari yang paling sederhana seperti menyingkirkan duri di jalan umum sampai
indikator yang abstrak seperti lebih mencintai Allah dan rasul-Nya daripada yang
lain.
sinyal handphone. Ada kalanya seseorang dapat mencapai tingkat keimanan yang
tinggi seperti sinyal handphone yang baru di-charge, namun ada kalanya
ngedrop.
hanya tinggal segaris saja, ia tetap dikatakan beriman. Meskipun dikatakan masih
beriman, ia memiliki juga indikator-indikator kekufuran. Apabila si pendosa ini
ketika itu ia dikatakan telah terjerumus dalam kekufuran (yang bersifat mutlak).
Sejalan dengan penjelasan di atas, maka menilai seseorang kafir atau tidak
kafir, bukan dilihat dari keyakinannya, sebab keyakinan tidak bisa dilihat. Yang
amalnya, sebagai indikator praktis yang bisa diukur. Oleh karena itu, kita tidak
boleh dengan gampang menuduh orang kafir, apalagi penilaian tersebut hanya
Iman terbentuk karena peran Tuhan dan manusia. Peran Tuhan dalam
kebertuhanan yang disebut dengan roh. Karena adanya akal dan roh inilah,
tersebut harus dipersepsi dengan cara tertentu sehingga menjadi keyakinan, maka
pengalaman, dan indoktrinisasi yang dilakukan oleh guru, orang tua, orang-orang
di lingkungan sekitar, dan kebiasaan sosial juga bisa menjadi faktor lain yang
adalah bentuk jiwa yang darinya muncul sikap dan perilaku secara spontanitas dan
disertai dengan perasaan nikmat dan enjoy ketika melakukannya. Oleh karena itu,
orang beriman kepada Tuhan atau memiliki karakter bertuhan adalah seseorang
mengidentikkan diri dengan cara banyak meniru akhlak Tuhan dalam bersikap dan
Negeri Makassar)
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Visi Ilahi untuk Membangun Dunia yang
Damai
kebenaran. Namun di sisi lain, keberadaan unsur materi dan ragawi dalam dirinya
tetap konsisten dalam kebaikan dan kebenaran Tuhan, maka manusia dituntut
untuk membangun relasi yang baik dengan Tuhan. Oleh karena itu, sisi
mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap gerak dan sikapnya. Apabila
kehadiran Tuhan, maka ia akan dapat melihat segala sesuatu dengan visi Tuhan
(Ilahi).
Visi Ilahi inilah yang saat ini dibutuhkan oleh umat manusi sehingga setiap
tindak tanduk dan sikap perilaku manusia didasari dengan semangat kecintaan
menyingkirkan-batu-di-jalanan-sampai-indikator-yang-abstrak/)
Tuhan karena dalam dirinya telah ditiupkan salah satu tajalli Tuhan yaitu roh.
Ketika manusia masih menjaga dan memelihara fithrah-nya itu, manusia hidup
dekat dengan Tuhan. Dengan kata lain, manusia lebih bisa mendengar dan
Namun, karena godaan materi, yang dalam kisah Adam disimbolkan dengan
syajarah al-khuldi (pohon keabadian), maka manusia sedikit demi sedikit mulai
Tuhan (diibaratkan dalam kisah Adam sebagai ketergelinciran manusia dari Surga
yang luhur dan suci ke dunia yang rendah dan penuh problematika). Ketika
manusia makin jauh dari Tuhan, maka ia semakin jauh dari kebenaran dan
Agar manusia dapat tetap konsisten dalam kebaikan dan kebenaran Tuhan,
maka manusia dituntut untuk membangun relasi yang baik dengan Tuhan.
Manusia tidak akan mampu membangun relasi yang harmonis dengan Tuhan
apabila hidupnya lebih didominasi oleh kepentingan ragawi dan bendawi. Oleh
karena itu, sisi spiritualitas harus memainkan peran utama dalam kehidupan
manusia sehingga ia mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap gerak dan
dapat merasakan kehadiran Tuhan, maka ia akan dapat melihat segala sesuatu
Visi Ilahi inilah yang saat ini dibutuhkan oleh umat manusia sehingga setiap
tindak tanduk dan sikap perilaku manusia didasari dengan semangat kecintaan
pelayanan kepada sesama ciptaan Tuhan. Dengan begitu akan terciptanya dunia
yang damai.
masyarakat Banjarmasin yang terlihat pada tradisi Baayun Maulid. Baayun asal
(https://www.scribd.com/document/361203488/Makalah-Agama-Bab-2)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
besar daripada kekuatan diri kita, suatu kesadaran yang menghubungkan kita
langsung kepada Tuhan atau sesuatu unsur yang kita namakan sebagai sumber
keberadaan kita.
manusia secara ilmiah. Ada dua perspektif yang berbeda tentang potensi bertuhan
budi, yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang
yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan
dan Tuhan.
Ada dua cara beriman kepada Allah SWT yaitu bersifat ijmali dan bersifat
tafshili. Visi Ilahi inilah yang saat ini dibutuhkan oleh umat manusia sehingga
setiap tindak tanduk dan sikap perilaku manusia didasari dengan semangat
serta pelayanan kepada sesama ciptaan Tuhan, dengan begitu akan terciptanya
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Mataram
http://miemande.blogspot.com/2019/03/makalah-lengkap-bagaimana-
manusia.html?m=1
https://www.cram.com/flashcards/agama-bagaimana-manusia-bertuhan-8110690
https://www.coursehero.com/file/p3ealcq/sederhana-seperti-menyingkirkan-batu-
di-jalanan-sampai-indikator-yang-abstrak/
https://www.scribd.com/document/361203488/Makalah-Agama-Bab-
2https://www.scribd.com/presentation/345941518/BAGAIMANA-MANUSIA-
BERTUHAN-pptx
https://www.academia.edu/36716024/Bagaimana_manusia_bertuhan_kelompok