Abstrak: Intelegensi merupakan kemampuan yang bersifat umum dan potensial. Para ahli tidak mencapai
kesepakatan dalam banyak hal mengenai intelegensi. Definisi-definisi yang dikemukakan menunjukkan
batasan yang tidak serupa. Mereka juga tidak sepaham dalam melihat apakah intelegensi merupakan
heriditas atau modifikasi. Beberapa mencoba menghubungkan intelegensi dengan bakat, kreativitas,
dan prestasi. Para ahli juga berbeda dalam melihat komponen-komponen yang terdapat dalam intelegensi.
Hal itu tampak dalam teori-teori yang mereka ajukan. Beberapa ahli yang mengajukan teorinya mengenai
intelegensi, di antaranya adalah Terman, Spearman, Sternberg, Thurstone, Guilford, dan Gardner.
Intelegensi diukur menggunakan tes intelegensi dan diskala menggunakan ukuran yang dikenal dengan
IQ. Skor IQ diinterpretasikan dengan membandingkan IQ seseorang dengan kelompok sebaya atau
kelompok norma.
Kata kunci: kemampuan, potensial, teori intelegensi, IQ, dan kelompok sebaya.
Abstract. Intelligence is a common and potential capability. Theorist have not agreed in its concept yet.
Their definitions are not identical. They also do not agree with factors which contribute to intelligence.
They try to correlate intelligence with talent, creativity and achievement. Their theories contain different
elements. Some theorist are Lewis Terman, Charles Spearman, Sternberg, Louis Thurstone, James P
Guilford and Howard Gardner. Intelligence is measured by a test and scaled in IQ. IQ score is interpreted
by comparing one’s IQ with his peer or norm group.
Key words : capability, potential, intelligence theory, IQ, and peer group.
477
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 2010
478
Purwanto, Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya
Tabel 1. Korelasi inteligensi dengan berbagai secara genetik lebih superior dari ras lainnya.
keterkaitan genetik
Menurut Haviland (1999 : 192), pandangan yang
No Hubungan Korelasi menyatakan bahwa IQ seseorang sampai batas
1 Kembar identik tertentu dapat diwariskan adalah pendapat yang
a Dibesarkan bersama 0,86
b Dibesarkan terpisah 0,72 sesat. Tes-tes yang diadakan oleh para peneliti
2 Kembar fraternal kulit putih untuk orang kulit putih dan hitam sering
Dibesarkan bersama 0,60 menunjukkan bahwa orang kulit putih mendapat
3 Saudara kandung nilai lebih tinggi. Apa yang diperlihatkan oleh tes-
a Dibesarkan bersama 0,47
b Dibesarkan terpisah 0,24 tes itu adalah bahwa dalam situasi sosial tertentu
4 Orang tua dan anak 0,40 orang kulit putih berprestasi lebih baik daripada
5 Orang tua angkat dan anak 0,31 orang kulit hitam. Tes tidak mengukur inteligensi
6 Sepupu 0,15 tapi mengukur kemampuan orang-orang tertentu
yang dibesarkan dalam kebudayaan tertentu
Dari data tersebut terlihat adanya hubungan
untuk menjawab masalah-masalah yang
antara heriditas dan inteligensi. Misalnya, anak
terpengaruh oleh kondisi sosial tertentu. Tes
kembar identik mempunyai korelasi yang lebih
dibuat oleh orang kulit putih mestinya untuk
tinggi (0,86) dibandingkan anak kembar fraternal
sesama orang kulit putih. Adalah tidak realistis
(0,60). Orang tua dan anak berkorelasi lebih tinggi
mengharap orang-orang yang tidak terbiasa
(0,40) dibandingkan orang tua angkat dan anak dengan nilai-nilai dan sifat-sifat orang kulit putih
(0,31). dapat menjawab mas alah-masal ah yang
Pe nd apat kedua menyatakan bahwa didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan tersebut.
inteligensi merupakan hasil modifikasi lingkungan. Hasil penelitian mendukung bahwa tidak
Pe nd apat ini didas arkan pada bukti yang relevan menghubungkan inteligensi dengan ras.
ditunjukkan oleh Frohn (Purwanto, 2003:52) Sebuah penelitian dilakukan di Israel mengenai
bahwa daya pikir anak-anak yang telah mendapat anak-anak yang tinggal di pemukiman (kibbutzim)
didikan dari sekolah menunjukkan sifat-sifat yang (Atkinson, Atkinson, Smith dan Bem, t.th : 190 –
lebih baik daripa da a nak-anak yang tidak 196). Israel me nghadapi mas alah adanya
bersekolah. Pendapat bahwa inteligensi dapat perbedaan yang besar pada inteligensi dan latar
dimodifikasi dapat pula diambil dari kesimpulan belakang pendidikan di antara orang Yahudi dari
penelitian Head Start Program (Atkinson, Atkinson, berbagai budaya. Rata-rata ke mampua n
Smith dan Bem, 2003 : 187 – 190). Anak keluarga intelektual Yahudi keturunan Eropa lebih tinggi
kurang mampu di AS cenderung tertinggal dalam dibandingkan dengan orang-orang Yahudi dari
perke mbangan kognit if dan pemerintah negara-negara Arab. Dalam program, anak-anak
menyelenggarakan program yang diberi nama dibesarkan dalam pemukiman tertentu, tidak
Head Start Program. Guru khusus mengunjungi tinggal dengan orang tuanya, di rumah di bawah
anak di rumah beberapa kali setiap minggu untuk pengawasan para wanita yang terlatih khusus
bermain dengan mereka, melibatkan anak dalam mengasuh anak. Hasilnya, inte ligensi a nak
aktivitas menyusun balok, melihat gambar, cenderung tidak berhubungan dengan negara
menyebutkan warna dan sebagai nya. Guru asalnya.
memberikan rangsa ng an int elektual yang
biasanya didapatkan anak-anak dari kalangan Inteligensi : hubungannya dengan bakat,
atas. Hasil dari program, anak-anak yang berperan kreativitas, dan prestasi
serta dalam program memiliki nilai yang lebih tinggi Dalam diri manusia terdapat tiga kemampuan
pada tes Stanford – Binet atau WISC, lebih yang berhubungan yaitu inteligensi, bakat dan
percaya diri dan cakap secara sosial dibandingkan kreativitas. Inteligensi merupakan kemampuan
anak-anak yang tidak memperoleh perhatian potensial umum (general potential ability). Bakat
khusus. merupakan kemampuan potensial khusus (specific
Pendapat yang menyatakan bahwa inteligensi potential ability). Sedang kreativitas berhubungan
merupakan hasil modifikasi juga dihubungkan dengan kemampuan dan pola mendekati masalah
dengan ras. Menurutnya, tidak terdapat ras yang dengan cara yang berbeda.
479
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 2010
Inteligensi berhubungan dengan bakat. Anak Bem, t.th: 167), nilai tes inteligensi sangat
yang berbakat adalah anak yang sangat cerdas berkorelasi dengan berbagai parameter prestasi
atau mempunyai inteligensi yang sangat tinggi. akad emik (ni lai, kelangsungan di sekolah,
Kemampuan intelektual menjadi salah satu ukuran kemungkinan lulus, dan sebagainya). Anak yang
keberbakatan. Menurut Semiawan (1997:24), satu mencapai nilai lebih tinggi pada tes seperti
persen dari populasi total penduduk Indonesia Stanford-Binet dan Wechler Intelligence Scale
yang rentangan IQ 137 ke atas merupakan mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih menikmati
manusia berbakat tinggi (highly gifted), sedang sekolah, lebih mampu mengikuti pelajaran di
mereka yang rentang IQ berkisar antara 120 – se kolah, dan dalam kehi dup an sel anj utnya
137 merupakan berbakat sedang (moderately cenderung mendapatkan keberhasilan kerja yang
gifted). Mereka mempunyai keberbakatan lebih besar.
intelektual (academic talented). Walaupun inteligensi berhubungan dengan
Bakat berhubungan dengan kreativitas. prestasi, inteligensi hanya salah satu faktor yang
Kreativitas telah menjadi dimensi baru untuk menentukan prestasi. Faktor inteligensi akan
mengidentifikasi keberbakatan. Keberbakatan dapat meramalkan lebih baik prestasi apabila
selain mencakup kemampuan intelektual tinggi dilakukan bersama faktor lain. Menurut Purwanto
juga menunjuk pada kemampuan kreatif. Bakat (2003:59), inteligensi memberi kemungkinan
dalam pengertian baru mengandung dimensi untuk berkembang. Kemungkinan dapat direali-
kreatif. Menurut Clark, kreativitas merupakan sasikan tergantung pula kepada pribadi dan
ekspresi tertinggi dari keberbakatan (Semiawan, kesempatan yang ada.
1997:50).
Inteligensi sering dihubungkan kreativitas. Perkembangan teori inteligensi
Orang yang mempunyai IQ tinggi belum tentu Beberapa ahli mencoba memberikan penjelasan
kreatif, tapi orang kreatif pasti mempunyai IQ teoretik mengenai inteligensi. Beberapa di antara
tinggi. Oleh karenanya apabila tes inteligensi mereka adalah Lewis Terman, Charles Spearman,
digunakan untuk mengidentifikasi anak berbakat, Sternberg, Louis L Thurstone, JP Guilford dan
sekitar 70% anak yang kreativitasnya tinggi Howard Gardner. Teori -teori mereka dapat
ditinggalkan (Morse dan Wingo, 1970:262). Hal dijelaskan berikut.
itu disebabkan karena kreativitas berhubungan 1. Lewis Terman (1900)
dengan IQ tapi tes IQ tidak secara langsung
Terman melanjutkan kerja yang dilakukan oleh
mengukur kreativitas (Good dan Brophy, 1990 :
Binet dalam melakukan pengukuran inteligensi
617). Terman (Guilford, 1971:138 – 139) me-
dengan mempertahankan konsep Binet mengenai
nunjukkan bukti bahwa tes inteligensi tidak
usi a mental. Menurut Terman, inteligensi
mampu mendiskriminasikan kreativitas. Dia
merupakan satu ke mampuan tunggal yang
melakukan penelitian atas tujuh orang anak yang
disebut usia mental (mental age). Usia mental
pandai dan tujuh orang anak yang bodoh. Hasil
adalah kemampuan yang seharusnya dimiliki rata-
penelitiannya menyimpulkan bahwa anak yang rata anak pada usia tertentu. Dia mendefinisikan
mempunyai IQ tinggi dapat memperoleh hasil inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir
yang tinggi atau rendah dalam tes produksi abstrak (Winkel, 1996:139). Dia yakin bahwa
divergen. Dengan dasar ini maka kemampuan inte ligensi merupakan faktor tunggal ya ng
produksi divergen telah keluar dari domain tes dan merupakan kemampuan individu dalam verbalisasi
konsep inteligensi. Oleh karenanya, kreativitas dan berpikir abstrak. Menurut Thornburg (1984:
sebagai salah satu dimensi keberbakatan harus 179), inteligensi merupakan monogenetik karena
dicari di luar batasan IQ. didasarkan pada faktor umum tunggal (general,
Ba nyak ahl i se pakat bahwa inteli ge nsi disingkat g) yang diwarisi.
berhubungan dengan prestasi. Oleh karenanya Di samping usia mental, dikenal pula konsep
variasi dala m pres tasi dap at diramalkan usia kronologis (chronological age). Usia kronologis
berdasarkan variasi dalam inteligensi. Menurut adalah usia anak menurut perhitungan kalender.
Barrett dan Depinet (Atkinson, Atkinson, Smith dan Ukur an int eligensi (int elli ge nce quotient )
480
Purwanto, Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya
481
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 2010
312 – 313) faktor meliputi : (1) penalaran verbal bersifat independen. Menurut Atkinson, Atkinson,
(verbal comphrehension, disingkat V), kelacaran Smith dan Bem (2003: 181), tiap inteligensi
kata (word fluency, disingkat W), angka (number, merupakan “modul terbungkus” di dalam otak
disingkat N), ruang (space, disingkat S), memori yang bekerja menurut aturan dan prosedurnya
asosiatif (associative memory, disingkat M), sendiri. Cedera otak tertentu dapat mengganggu
kecepatan perseptual (perceptual speed, disingkat salah satu jenis inteligensi dan tidak memiliki
P), dan induksi atau penalaran umum (general rea- pengaruh pada inteligensi lain. Independensi
soning, disingkat R). kemampuan-kemampuan juga dijelaskan oleh
Winkel (1996:140). Menurutnya, independensi
5. JP Guilford (1967) kemampuan d idasarkan adanya b ukti: (1)
Me nurut Guilfo rd, faktor yang me mbentuk kerusakan otak pada bagian tertentu tidak
inteligensi bukan hanya satu faktor (Terman), dua mengakibatkan gangguan pada bagian lain, (2)
faktor (Spearman), tiga faktor (Sternberg) atau orang sering menyolok pada suatu inteligensi tapi
tujuh faktor (Thurstone), melainkan 120 faktor. tidak pada inteligensi yang lain.
Berdasarkan analisis faktor, Guilford mengusulkan
model berbentuk kubus yang disebut model Pengukuran inteligensi
struktur intelektual dengan 120 faktor. Pengukuran inte ligens i adalah pro se dur
Sejumlah 120 faktor itu merupakan kombinasi pengukuran yang meminta pese rta untuk
dari tiga dimensi. Ketiga dimensi inteligensi itu menunjukkan penampilan maksimum, sehingga
adalah dimensi operasi/proses, dimensi isi/materi/ pengukuran inteligensi dilakukan menggunakan
konten, dan dimensi hasil/produk (Guilford, 1971: tes yang dikenal dengan tes inteligensi. Tes
61 – 62). Operasi mempunyai lima faktor yaitu inteligensi awalnya dikembangkan oleh Sir Francis
kognisi, memori, berpikir konvergen, berpikir Galton. Dia tertarik dengan perbedaan individu
divergen dan evaluasi. Konten mempunyai empat dari teori evolusi Charles Darwin.
faktor yaitu figural, simbolik, semantik dan D ilihat dari segi pel aksanaannya tes
perilaku. Sedang produk mempunyai enam faktor inteligensi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi yaitu tes individual dan kelompok. Termasuk dalam
dan implikasi. Secara keseluruhan inteligensi tes individual adalah skala Stanford-Binet dan
mempunyai 5 x 4 x 6 = 120 faktor. Wechler. Tes kelompok diberikan kepada sejumlah
siswa dengan jawaban tertulis. Tes ini pertama
6. Howard Gardner (1983) kali digunakan di Amerika Serikat selama Perang
Menurut Gardner, inteligensi bukanlah satu Dunia I berupa Army Alpha Test dan Army Beta
kemampuan sebagaimana disampaikan oleh Test. Army Alpha Test digunakan untuk menyeleksi
Terman, Spearman, Sternberg, Thurstone, dan calon prajurit yang dapat membaca, menulis dan
Guilford. Inteligensi merupakan kemampuan berbahasa Inggris. Army Beta Test digunakan
ganda (multiple intelligence). Kemampuan ganda untuk menyeleksi calon prajurit yang buta huruf
dalam konsep inteligensi menurut Gardner, terdiri dan tidak bisa berbahasa Inggris (Abror, 1993:
dari sembilan kemampuan (Suparno, 2004: 19). 53 – 57).
Kesembilan kemampuan itu adalah (1) linguistik, Inteligensi diramalkan berhubungan dengan
(2) matematis – logis, (3) ruang, (4) kinestetik – prestasi, baik dalam kehidupan maupun di
badani, (5) musikal, (6) interpersonal, (7) sekolah. Oleh karenanya prestasi yang hendak
intrapersonal, (8) lingkungan / naturalis, dan (9) diramalkan oleh tes inteligensi dapat bersifat
eksistensial. umum d an khusus. Prest asi umum a dala h
Masing-masing kemampuan dalam inteligensi keberhasilan hidup secara umum. Secara khusus
menurut Gardner bersifat independen. Gardner prestasi adalah prestasi dalam bidang tertentu
(Good dan Brophy, 1990: 595) menyatakan bahwa di sekolah, misalnya matematika, bahasa, dan
inteligensi bukanlah tunggal tetapi jamak, yang sebagainya. Oleh karenanya Winkel (1996:142)
masing-masing penting untuk bidangnya dan membagi tes inteligensi menjadi tes inteligensi
independen satu sama lain. Tiap-tiap kemampuan umum (general ability test) dan tes inteligensi
482
Purwanto, Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya
khusus (specific ability test). Tes inteligensi umum yaitu tes verbal dan tes perbuatan (performance).
terdiri dari butir soal dalam berbagai bidang Tes verbal terdiri dari enam macam yaitu tes
penggunaan seperti bahasa, bilangan, ruang, dan informasi, tes pemahaman umum, tes penalaran
sebagainya. Tes inteligensi khusus mengarah berhitung, tes analogi, tes lamanya mengingat
untuk menyelidiki siswa yang mempunyai bakat angka, dan tes perbendaharaan kata sebanyak
khusus dalam bidang studi tertentu seperti 40 buah kata yang disusun menurut urutan
bahasa, matematika, dan sebagainya. Tes-tes kesulitan. Tes perbuatan terdiri dari lima macam
inteli gensi biasanya mengac u pada kons ep yaitu tes simbol-angka yang meminta subjek
inteligensi sebagai inteligensi umum. Terdapat untuk menjodohkan simbol dengan angka, tes
bermacam-macam tes inteligensi yang dapat menyempurnakan gambar, tes potongan balok,
digunakan, di antaranya tes Stanford-Binet dan tes menyusun gambar, dan tes pemasangan
Wechler. objek.
Tes pertama yang merupakan tes inteligensi Inteligensi ditetapkan dalam ukuran yang
moderen d ikembangkan oleh ahli psi kolo gi disebut intelligence quotient (IQ). Ukuran IQ adalah
Perancis Alfred Binet pada tahun 1881. Pada saat nisbah atau rasio antara umur kecerdasan (men-
itu pemerintah Perancis mengeluarkan Undang- tal age, disingkat MA) dengan umur kalender (chro-
undang yang mewajibkan semua anak masuk nological age, disingkat CA) (Suryabrata, 2002 :
se ko lah. Pemerinta h memint a Bi net untuk 152). MA diperoleh dari tes psikologi dan CA
membuat tes guna mendeteksi anak-anak yang dihitung dari tanggal kelahiran peserta tes. IQ
terlambat intelektualnya (Atkinson, Atkinson, dihitung dengan rumus berikut :
Smith dan Bem, t.th: 152). Tes-tes inteligensi
kemudian banyak mengacu pada tes yang telah MA
IQ x100
dikembangkan oleh Binet. Tes inteligensi Binet CA
mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir
IQ dapat dihitung dengan langkah-langkah:
adalah revisi yang dikerjakan bersama Terman dari
(1) menghitung CA. CA dihitung atas dasar kartu
Universitas Stanford yang dikenal dengan tes
kelahirannya, (2) menghitung MA. MA dihitung
inteligensi Stanford-Binet. Tes terdiri dari 17
dengan memberikan terlebih dulu tes inteligensi.
subtes yang dikelompokkan dalam empat area
Awalnya tes diberikan dengan tes untuk umur
teore tik yaitu pe na lara n verbal , pe nalaran
yang paling rendah (paling mudah), bertahap
kuantitatif, penalaran abstrak-visual, dan ingatan
makin sukar sampai testi tidak dapat menyelesai-
jangka pendek (Good dan Brophy, 1990: 588).
kan sama sekali, (3) menghitung IQ menggunakan
Wechler menyusun tes inteligensi karena
rumus. Cara perhitungan IQ dapat diberikan
beberapa kelemahan yang terdapat pada tes
contohnya sebagai berikut.
intekegensi Stanford-Binet. Kelemahan itu: 1) tes
Seorang anak bernama A berumur 5 tahun
Stanford-Binet tidak dapat digunakan untuk
mengikuti tes inteligensi yang terdiri dari enam
mengukur inteligensi orang dewasa; 2) tes
butir soal tes inteligensi. Hasil yang diperoleh A
Stanford-Bi ne t terlal u tergantung pada
dalam tes disajikan dalam tabel berikut:
kemampuan bahasa (Atkinson, Atkinson, Smith
dan Bem, t.th: 157). Wechler menyusun tiga tes
Tabel 2. Contoh hasil uji inteligensi
inteligensi yaitu 1) the Wechler Preschool and Pri-
mary Scale of Intelligence (WPPI). Tes ini digunakan Butir untuk Butir ke
umur 1 2 3 4 5 6
untuk mengukur inteligensi anak prasekolah atau
3;0 x x x x x x
pada umur 4 – 5 tahun, 2) the Wechler Intelligence 4;0 x x x x x x
Scale for Children (WISC). Tes ini digunakan untuk 5;0 x x x x x x
6;0 x x x x x x
mengukur inteligensi anak-anak umur 5 – 15
7;0 x x x - - -
tahun, dan 3) the Wechler Adult Intelligence Scale 8;0 - - - - - -
(WAIS). Tes ini digunakan untuk orang dewasa di
Keterangan : butir dapat dijawab benar (x), butir tidak
atas umur 15 tahun. Menurut Abror (1993: 56),
dapat dijawab (-).
skala Wechler dibagi menjadi dua kelompok subtes
483
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 4, Juli 2010
Dari data tersebut inteligensi A dapat dihitung heriditas, namun beberapa hasil penelitian lain
sebagai berikut: (1) CA = 5 tahun, (2) MA = 6 tahun juga me nunjukkan bahwa inteligensi dapat
+ 3/6 tahun = 6,5 tahun, (3) IQ = (MA/CA) x 100 = dimo di fi kasi . Banyak yang se pakat ba hwa
(6,5/5) x 100 = 130. inteligensi merupakan kombinasi antara heriditas
IQ dapat diinterpretasikan dengan mem- dan modifikasi.
bandingkan antara CA dengan MA. Individu Int eligensi berhubungan dengan bakat,
dengan inteligensi normal mempunyai MA yang kreativitas dan prestasi. Inteligensi berhubungan
sama dengan CA. Mereka yang mempunyai MA di dengan bakat karena anak yang berbakat adalah
atas CA mempunyai inteligensi di atas rata-rata, anak dengan inteligensi sangat tinggi. Inteligensi
sedang yang mempunyai MA di bawah CA berhubungan de ngan kreat ivitas wal aupun
mempunyai inteligensi di bawah rata-rata. kreativitas tidak dapat diidentifikasi menggunakan
IQ juga dapat diinterpretasikan dengan tes inteligensi. Inteligensi juga berhubungan
membandingkan dengan skor kelompok norma. dengan prestasi. Variasi dalam prestasi dapat
Asumsinya, pada populasi, inteligensi mempunyai diramalkan dari variasi dalam inteligensi.
distribusi normal. Pada sampel yang representatif, Teori inteligensi terus mengalami perkem-
inteligensi mempunyai distribusi normal sebagai- bangan. Perkembangan teori dimulai dari Lewis
mana populasinya. Sebagai sebuah distribusi Terman, Charles Spearman, Sternberg, Lewis L
normal, inteligensi dapat dibagi-bagi dalam Thurstone, James P Guilford hingga Howard
daerah-daerah kurva normal. Skor seseorang Gardner.
dalam tes inteligensi dapat diinterpretasikan Inteligensi diukur menggunakan tes inte-
mengacu kepada daerah-daerah dalam kurva ligensi. Ukuran yang biasa digunakan adalah IQ
normal. Penggolongan daerah-daerah dapat sehingga tes inteligensi biasa dikenal sebagai tes
mengikuti klasifikas i IQ yang dibuat o le h IQ. Ukuran IQ adalah rasio antara umur
Woodworth dan Marquis (Suryabrata, 2002 : 157) kecerdasan dengan umur kalender.
sebagai berikut:
Saran
Tabel 3. Klasifikasi IQ
Meski para ahli tidak sepakat mengenai konsep
Skor IQ Kategori inteligensi, namun mereka sepenuhnya sepakat
Di atas 140 Luar biasa (genius)
120 – 139 Cerdas sekali (very superior) bahwa inte ligensi merupakan konsep yang
110 – 119 Cerdas (superior) penting untuk dipahami, khususnya dalam dunia
90 – 109 Sedang (average) pendidikan. Pemahaman yang baik mengenai
80 – 89 Bodoh (dull average)
70 – 79 Anak pada batas (border line) int eligensi a kan membantu memberika n
50 – 69 Debil (moron) pelayanan yang optimal dalam pendidikan. Oleh
30 – 49 Ambisil (embicile) karenanya kajian mengenai inteligensi sangat
Di bawah 30 Ideot
penting untuk terus dikembangkan.
Kepenti ngan unt uk mel akukan kajian
Simpulan dan saran mengenai inteligensi berhubungan dengan usaha
Simpulan memahami konsep dan cara pengukurannya.
Belum ada kesepakat an tentang d efinisi Pengukuran inteligensi yang memadai memang
inteligensi. Inteligensi dapat diberikan arti sempit masih menyisakan kontroversi karena sulitnya
dan luas. Dalam arti sempit, inteligensi adalah diperoleh kesepahaman dalam konsep. Konsep
prestasi di sekolah. Dalam arti luas, inteligensi yang berbeda akan menghasilkan perbedaan
adal ah prest asi dala m be rbagai bidang dalam cara melakukan pengukurannya. Cara
kehidupan. pengukuran inteligensi akan terus berkembang
484
Purwanto, Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya
usaha-usaha untuk mengidentifikasi inteligensi itu diperlukan agar data inteligensi mempunyai
harus dilakukan melalui proses pengukuran. Hal landasan yang kuat.
Pustaka Acuan
Abror, Abd Rachman. 1993. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Anastasi, Anne dan Urbina, Susana. 1997. Psychological testing. Seventh edition. Upper Saddle River,
NJ: Prentice Hall, Inc
Atkinson, Rita L; Atkinson, Richard C; Smith, Edward E dan Bem, Daryl J. 2003. Pengantar psikologi.
Terjemahan oleh Widjaja Kusuma. Batam Centre: Interaksara
Good, Thomas L dan Brophy, Jere E. 1990. Educational psychology a realistic approach. New York:
Longman
Guilford, JP. 1971. The nature of human intelligence. London: McGraw Hill
Haviland, William A. 1999. Antropologi. Terjemahan oleh RG Sukidjo. Edisi keempat. Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Morse, William C dan Wingo, G Max. 1970. Psychology and teaching. Glenview, Illinois: Scott, Foresman
and Company
Purwanto, M Ngalim. 2003. Psikologi pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Semiawan, Conny. 1997. Perspektif pendidikan anak berbakat. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Suparno, Paul. 2004. Teori inteligensi ganda dan aplikasinya di sekolah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Thornburg, Hershel D. 1984. Introduction to educational psychology. St Paul: West Publishing Company
Winkel, WS. 1996. Psikologi pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Woolfolk, Anita E dan Nicolich, Lorraine McCune (1984). Educational psychology for teachers.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Inc
485