2. Erna Juwita (1300125) 3. Widya Refmita (1300126) 4. Elsa Gustiandari (1300127) KONSEP, DIMENSI DAN KEMMPUAN UMUM ANAK BERBAKAT A. Talenta, Kemampuan Intelektual Dan Keberbakatan Talenta merujuk kepada penguasaan yang luar biasa (superior mastery) dan merupakan kemampuan/keterampilan ataupun pengetahuan yang dibentuk secara sistematis dalam satu bidang tertentu yang juga menempatkan mereka termasuk diantara 10% terbaik diantara teman sebayanya yang menggeluti bidang yang sama. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang inherent dalam diri seseorang, dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otak. Biasanya kemampuan itu dikaitkan dengan inteligensi. Kemampuan intelektual merupakan ekspresi dari apa yang disebut inteligensi. Dapat diartikan inteligensi sebagai hasil perkembangan semua hasil otak manusia. keberbakatan seseorang merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir secara amaliah. Sedangkan factor lingkungan adalah wahana yang menunjang pengembangan keberbakatan, sehingga anak berbakat sangat berperan didalamnya. Prestasi yang tinggi, kemampuan yang unggul dihasilkan dari interaksi yang sering terjadi terus-menerus secara fungsional antara kemampuan, bakat, karakteristik individu yang dibawa sejak lahir dan yang didapat selama berinteraksi dengan lingkungannya dimana individu tersebut berada. Cattel (1971, dalam clark 1986), mengembangkan pengertian inteligensi sebagai kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk pemahaman terhadap hubungan yang kompleks ; semua proses yang terlibat dalam berfikir abstrak; kemampuan penyesuaian dalam pemecahan masalah dan kemampuan untuk memperoleh kemampuan baru. Ini berarti manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk meningkatkan diri sendiri, dengan menggunakan kemampuannya seoptimal mungkin dalam struktur yang dimilikinya.
B. Perubahan konsep inteligensi dari konsep tunggal sampai dengan multiple intelligence 1. Dari terman sampai Guilford Terman meneliti keberbakatan yang mencakup sekitar 1500 orang menggunakan alat ukur IQ, ternyata dalam perkembangannya IQ ini memiliki banyak keterbatasan sebagai skor umum tunggal (overall single score), yang oleh anatsi (1990) dianggap bukan memaksimalkan kemampuan individu dalam ekspresinya, melainkan meminimalkannya. Charles spearman, menemukan adanya dua faktor utama, yaitu faktor g (general) dan faktor s (specifik). Menurut spearman inteligensi terdiri dari dua faktor, yaitu (1) faktor g yang mencakup semua kegiatan intelektual yang dimiliki oleh setiap orang dalam berbagai derajat tertentu dan (2) faktor s yang mencakup berbagai faktor khusus tertentu yang relevan dengan tugas tertentu. Menurut spearman, faktor g lebih banyak mewakili segi genetis dan faktor s lebih banyak diperoleh melalui latihan dan pendidikan. Konsep spearman ini segera diperbaiki oleh thurstone dengan perubahan teori tentang faktor jamak (multiple factor). Jadi, faktornya ada lebih dari dua, yaitu jamak yang mencakup primary abilities (kemampuan utama), yang dijelaskan sebagai berikut : verbal comprehension (V) yang berarti pengertian verbal yang bisa diukur melalui subtes paham baca dan perbendaharaan kata ; number (N) yang diukur melalui soal soal berhitung ; spatial relation (S), yang diukur melalui manipulasi lambang geometris ; work fluency (W) yang diukur melalui respon cepat kata kata ; memory (M) yang diukur melalui ingatan kata kata yang saling berhubungan dan reasoning (R) yang diperoleh melalui tes berbagai analogi atau seri melengkapi kalimat atau pola tertentu (Khatena, 1992). Atas dasar temuan ini guilford melalui teori struktur intelek mengembangkan konsep bahwa manusia pada hakikatnya memiliki 120 kemampuan
2. Struktur intelek guilford dan multiple intelligence gardner
Struktur Intelek Guilford Sumber : Khatena. J. 1992, Gifted : Challenge and response for education Guilford mengembangkan model yang bersifat teoretis dan berpola psikometrik serta merupakan dasar pemrosesan informasi (information processing based). Sebenarnya teori ini perluasan yang komprehensif dari faktor jamak yang berbentuk tiga dimensional dan terdiri dari lima operasi mental (kognisi, ingatan, produksi divergen, produksi konvergen dan evaluasi) serta enam produk (unit, kelas, relasi, sistem, transformasi, dan implikasi) dan empat konten (figural, simbolik, semantik, prilaku) ; segi divergen membuka halaman baru bagi pengukuran keberbakatan yang terkait dengan kreativitas seseorang. Struktur kemampuan intelek yang selruhnya terdiri dari 120 (5 x 6 x 4) kemampuan intelektual, akhirnya oleh guilford (1982) dijadikan 150 kemampuan dengan memisahkan konten figural dari dimensi auditoris (khatena, 1992). Seperti dikatakan, struktur itu memiliki tiga parameter yaitu operasi, hasil produk, dan konten. Operasi mencakup lima aspek kreativitas intelektual utama yang terlibat dalam memproseskan materi mental informasi yang semuanya berarti mengetahui, dan terletak dalam kawasan kognitif. Dalam kaitan dengan psikologi informasi proses, kognisi mencakup kontruksi item informasi atau kode operasi memori menyimpan dan mengeluarkan informasi dari otak. Operasi produksi divergen dan produksi konvergen demikian juga tergantung dari penyimpanan dan produksi informasi dari otak. Bila respon dari produksi konvergen terbatas pada yang bersifat tunggal dan konvensional, sebaliknya respon dari produksi divergen mencakup berbagai alternative yang meskipun logis merupakan variasi ide yang tidak biasa. Sementara itu operasi evaluasi mencakup perbandingan dan penilaian yang relative sesuai dengan kriteria tertentu. Produk memiliki enam bentuk organisasional produk dalam informasi yang diperoses oleh individu yaitu unit yang merupakan item tunggal informasi ; kelas merupakan kelompok item yang memiliki sifat sifat sama ; relasi merupakan keterkaitan antara informasi yang merupakan kesamaannya ; sistem merupakan koleksi item informasi, kompleksitas bagian yang saling berhubungan ; transformasi merupakan perubahan atau modifikasi maupun redifinisi informasi serta implikasi informasi yang merupakan saran dari informasi item yang lain. Konten digambarkan sebagai kelompok atau tipe informasi seperti berikut ini : a. Berwujud ( visual, auditori dan kinestetik), yaitu berbentuk konkret atau gambaran . b. Simbolik, yaitu informasi dalam bentuk lambang tertentu (seperti kata kata, surat, angka dan not musik). c. Semantik yaitu konten yang mempunyai makna tertentu. d. Menggambarkan perilaku dan merupakan interaksi non verbal individu yang diperolehnya melalui penginderaan, ekspresi muka, suara atau pilihan kata teretentu. Selain itu gardner juga mengembangkan teori tentang multiple intelligence, yaitu suatu teori faktor jamak bahwa inteligensi manusia memiliki tujuh dimensi yang semi dan otonom, yaitu (1) linguistik, (2) musik, (3) matematik-logis, (4) visual spasial, (5) kinestetik fisik, (6) sosial interpersonal dan (7) intrapersonal. Gardner (1993) dengan teorinya Multiple Intelligence memaparkan bahwa kompetensi kognitif manusia merupakan serangkaian kemampuan, talenta atau keterampilan mental. Semua individu memiliki keterampilan mental dalam belajar tertentu. Individu berbeda dalam belajar keterampilannya dan dalam corak kombinasinya. 3. Dampak teori faktor terhadap pengembangan keberbakatan Ada beberapa implikasi yang sangat penting yang berkaitan dengan teori faktor inteligensi. Apabila menggunakan faktor tunggal, ini berarti keberbakatan sinonim dengan orang yang memiliki inteligensi tinggi sebagaimana diukur oleh skor tunggal umum intelegensi yang disebut IQ. Apabila menggunakan faktor jamak, keberbakatan berarti keunggulan dalam keberbakatan tertentu yang berbeda-beda dan menunjukkan pada superioritas dalam berbagai bidang dengan kemungkinan kinerja rata-rata atau dibawah rata-rata dibidang lain. Model guilford menunjukkan kreatifitas adalah komponen kehidupan intelektual dan menjadi dasar dari perkembangan tujuan instruksional khusus dalam tes kemampuan belajar learning abilities test, (meeker, 1971 dalam kitano dan kirby, 1986).
C. Konsep dan dimensi keberbakatan menurut beberapa teori Pada awal abad ke 20 dimana tes inteligensi mengalami perkembangan yang cepat dan dimana orang mulai memperhatikan perbedaan perbedaan individual dalam kemampuan prestasi. Anak gifted diartikan sebagai anak yang memiliki IQ yang sangat tinggi. IQ di pandang sebagai satu satunya patokan dari giftedness (pendekatan Unidimensional). Istilah gifted child menjadi sinonim dengan anak IQ tinggi. Sejak tahun 1960 nampak kecenderungan untuk memberi arti yang lebih luas pada konsep giftedness. Makin disadari bahwa giftedness harus ditinjau secara multidimensional, yaitu meliputi bermacam macam dimensi kemampuan dan prestasi. Diakui ada bermacam macam tipe giftedness. Muncul aneka ragam istilah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul, seperti the superior and talented the able ambitious, the able learner, atau the academically talented. Biasanya seseorang disebut punya bakat apabila orang tersebut menghasilkan karya, keterampilan, kemampuan, kapasitas dan sebagainya. Bakat (aptitude) diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potensial ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan (ability) adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukan bahwa suatu tindakan dapat di laksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat di lakukan di masa yang akan datang. Kapasitas diartikan kemampuan yang dapat di kembangkan sepenuhnya dimasa mendatang apabila kondisi latihan dilakukan secara optimal (Semiawan, 1984: 2). Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan relatif bisa bersifat umum (bakat intelektual umum) atau (bakat akademis khusus) atau disebut juga talent. konsep keberbakatan sudah dikenal cukup bervariasi bergantung pada nilai-nilai yang dianggap ideal oleh masyarakatnya. Konsep keberbakatan zaman Yunani, misalnya berkaitan dengan kepandaian berpidato. Sedangkan pada zaman Romawi keberbakatan dikaitkan dengan kepandaian berperang. Terman L.E.dkk (1925) memberi perspektif lain dengan mengaitkan keberbakatan pada aspek kecerdasan (IQ) yang tinggi. Hampir setengah abad konsep Terman mengenai keberbakatan mendominasi psikologi dan pendidikan. Namun kemudian Tyler (1950) dan Torrance (1965) meyakini keberbakatan berkaitan dengan konteks yang lebih luas dari sekedar Kecerdasan (IQ). Mengingat dimensi kreativitas sangat penting dalam menentukan performansi individu, Torrance mengusulkan keberbakatan mencakup kreativitas. Konsep keberbakatan terus berkembang menjadi lebih multidimensional ketimbang sekedar inteligensi. Sifat multidimensional keberbakatan dikemukakan oleh Renzuli (1979) melalui teorinya yang disebut Three Dimensional Model atau Three-Ring Conception tentang keberbakatan. 1. Konsep keberbakatan menurut Renzulli Menurut Renzulli, Berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Renzulli (1978) merumuskan konsep pemikiran bahwa keberbakatan ittu terbentuk dari hasil Interaksi 3 kluster aspek penting yang merupakan konsep awal dan yang penting dalam perkembangan identifikasi keberbakatan yang dikenal dengan the tree ring theory yaitu : kecakapan diatas rata-rata, komitmen tugas yang tinggi, kreativitas.
Masing masing pemikiran konsep tersebut memiliki peran yang sama menentukan : a. seseorang dikatakan memiiki bakat intelektual bila ia mempunyai inteligensi tinggi atau kemampuan diatas rata-rata dalam bidang intelelektual (meliputi daya abstraksi, penalaran dan kemampuan memecahkn masalah). Akan tetapi kecerdaan yang tinggi belum menjamin keberbakatan seseorang. b. kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Kemampuan untuk memberikan gagasan yang baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan hubungan baru antara unsur - unsur yang sudah ada sebelumnya, memiliki peran yang sama pentingnya dengan cirri pertama dalam menentukan keberbakatan seseorang. c. pengikatan diri tehadap tugas ditunjukan dengan ketekunan dan keuletan seseorang dalam melakukan sesuatu walaupun menghadapi macam-macam hambatan ; melakukan dan memyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya atas kehendaknya sendiri. 2. Menurut Monks Mengkaji model three ring concept dari Renzulli, Monks mengembangkan konsep keberbakatan dengan memperhatikan intraktif alamiah perkembangan manusia dan proses dinamika perkembangan. Monks (1992) memodifikasi three ring concept menjadi model Triadis atau Triadic independence model.
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa factor eksternal sangat penting dalam perkembangan dan aktualisasi keberbakatan yang dimiliki peserta didik. Faktor eksternal tersebut adalah lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan teman sebaya. Perkembangan aktualisasi peserta didik berbakat akan terlihat dalam prestasi belajar jika ditunjang oleh faktot eksternal baik secara alamiah jika berada pada lingkungan yang menguntungkan maupun lingkungan yang sengaja dimodifikasi guna memberikan stimulus agar potensi yang dimiliki peserta didik berbakat teraktualisasikan dalam prestasi belajar. Monks menjelaskan bahwa "giftedness" adalah suatu potensi bawaan yang memerlukan pembinaan guna mencapai prestasi sesuai dengan potensi, dapat merupakan kombinasi dari beberapa bidang keterampilan : a) kognitif atau prestasi intelektual b) bidang kreatifitas atau produk kreatifitas c) bidang artistik (seni dan musik) d) bidang sosial (kemampuan kepemimpinan). 3. Konsep Keberbakatan Sanford J Cohn Keberbakatan menurut Cohn tidak hanya berkaitan dengan aspek kemampuan intelektual, tetapi juga mencakup motivasi untuk menggambarkan kemampuan tersebut. Cohn menyodorkan suatu pendekatan multidimensional. Ia beranjak dari tiga klasifikasi kawasan, yaitu intelektual, artistik dan sosial. Tiga kawasan itu ditambah lagi dengan kawasan kemanusiaan yang lain. Setiap kawasan tersebut terideferensiasikan lagi dalam berbagai aspek. Demikian juga kawasan intelektual terbagi lagi dalam aspek kuantitatif, verbal, spasial dan beberapa dimensi khusus lainnya. Kawasan artistik mencakup aspek seni rupa,seni pertunjukan dan dimensi khusus artistik tertentu. Kawasan sosial mencakup altruistik dan empati, kepemimpinan dan dimensi khusus tertentu lainnya. Kawasan tambahan lainnya mencakup kemampuan kemanusiaan yang lain yang terbagi dalam berbagai kekhususan. 4. Konsep Keberbakatan Francois Gagne Konsep keberbakatan Gagne amat membedakan keberbakatan intelektual (gifted) dan perolehan hasil belajar skolastik. Sementara keberbakatan lainnya (talented) menurut Gagne terkait dengan kualitas kepemimpinan,kinerja mekanik, ketrampilan manipulatif dan ekspresi seni musik, literatur serta hubungan kemanusiaan dan kemajuan kemanusiaan lainnya (Khatena, J.1992) Dengan demikian Giftedness adalah serasi dengan kompetensi atau aptitude di atas ratarata dalam berbagai kemampuan manusia, sedangkan talent adalah situasi tampilnya kinerja atau kemampuan diatas rata- rata dalam berbagai aktivitas. Aptitude terbagi dalam empat kategori, yaitu intelektual, kreatif, sosioafektif dan sensorimotorik sedangkan talent terbagi dalam lima kategori yaitu akademik, teknik artistik, inter-personal dan atlentik, (Gagne,F dalam Colangelo & Davis,l991). Aptitude banyak menunjuk pada proses terwujudnya sesuatu sevagai ciri seseorang dan banyak dipengaruhi oleh potensi herediter,sedangkan talent menunjuk Krreativitas Intuisi Perasaan Talen cipta (bakat) Rasio pada hasil daripada suatu kegiatan manusia yang diwarnai oleh konteksnya dan setelah dilatih dan dididik memperlihatkan aktualisasi. Aptitude sebaiknya diidentifikasi melalui tes psikologi sedangkan talent ditandai melalui kinerja atau pertunjukan tertentu (Gagne dalam Colangelo, Davis,l991) D. Beberapa pengkajian dimensi kreatif 1. Clark : dimensi kreatif dalam konsep keberbakatan. Keberbakatan banyak ditentukan oleh struktur otak. Otak merupakan pusat berfikir, prilaku dan emosi manusia yang mencerminkan seluruh dirinya (selfhood), kebudayaan, kejiwaan serta bahasa dan ingatan. Belahan otak kanan menguasai belahan kiri badan, sedangkan belahan kiri otak menguasai belahan kanan badan. Belahan kiri, berfungsi untuk berfikir rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik (seperti untuk belajar membaca, bahasa, aspek berhitung dari matematika). Belahan otak kanan berfungsi iuntuk berfikir holistik, spasial, metaphorik dan lebih banyak menyerap konsep matematika, sintesis, mengetahui sesuatu secara intuitif, elaborasi, dan variabel serta dimensi humanistik mistik. Kreatifitas dikaitkan dengan fungsi dasar manusia, yaitu berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic function thinking, feeling, sensing, and intuiting ; jung, 1964 dalam clark, 1986). Muncul suatu konsep kreativitas menurut Clark:
Dimensi Kreatif dalam Konsep Keberbakatan Sumber : Clark, B, 1986, Growing up Gifted Menurut Clark fungsi otak menjadi sangat penting, inteligensi dianggap sebagai hasil perkembangan semua fungsi otak. Semua bagian otak mempunyai fungsi yang berbeda- beda, termasuk belahan otak kiri dan kanan. Fungsi otak menurut Clark, dalam Widjaya(1996:7) ada empat yaitu: Fungsi kognitif, afektif, fisik, dan intuitif. a. Fungsi kognitif (linear dan spasial) mencakup belahan otak kiri dan kanan. Inteligensi yang lebih tinggi menumbuhkan kegiatan sinapsis yang di percepat dan dendrite yang lebih pada sehingga memungkinkan jaringan fikiran yang lebih rumit. Dengan merangsang lingkungan maka kemampuan untuk membuat generalisasi, konseptualisasi dan berfikir abstrak dapat ditingkatkan. Perkembangan bahasa lebih maju, luwes, ide-ide dan penyelesaian masalah yang orisinil. b. Fungsi afektif (emosional dan social). Fungsi ini dinyatakan dalam emosi dan perasaan yang mempengaruhi semua bagian otak. Fungsi ini tidak hanya menunjang proses-proses berfikir saja tetapi menyediakan jalan untuk memajukan atau membatasi fungsi kognitif yang lebih tinggi. Maka programprogram akademik yang penting akan mengintegrasi pertumbuhan emosional. Humor, idealisme, rasa keadilan yang sudah muncul sejak dini. c. Fungsi fisik (indera dan gerak) mencakup gerakan dan semua indera yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan perasa. Akses ke lingkungan di lakukan melalui gerak dan indera fisik. Kemampuan intelektual, bahkan pandangan tentang kenyataan tergantung pada cara otak kita mengorganisir dan memproses keterangan-keterangan. Anak yang berbakat mempunyai kemampuan besar untuk menyerap pengetahuan dari lingkungannya dan memproses keterangan ini sehingga dapat memperluas pandangan mereka tentang realitas. Namun seringkali anak berbakat mengutamakan kemampuan kognitif dan dapat mengabaikan pertumbuhan fisik dan perkembangan yang akhirnya juga akan membatasi pertumbuhan kognitif yang sangat mereka hargai. d. Fungsi Intuitif. Fungsi ini ada pada semua orang, namun di gunakan dalam taraf berlainan. Fungsi ini merupakan cara lain untuk mengetahui sesuatu, misalnya kita merasa bahwa kita tahu tetapi tidak dapat menerangkan bagaimana kita tahu. Ini merupakan suatu penginderaan, mengerti keseluruhan, seringkali secara langsung dan segera mendapat konsep. Pada umumnya orang mengabaikan fungsi ini karena di anggap tidak rasional. 2. Berfikir kritis kreatif Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut : a) Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan. b) Mencari alasan. c) Berusaha mengetahui informasi dengan baik. d) Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya. e) Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan. f) Berusaha tetap relevan dengan ide utama g) Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar. h) Mencari alternatif. i) Bersikap dan berpikir terbuka. j) Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu. k) Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan. l) Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah. Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1 adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan 12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bisa berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9 adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan. Menurut Alvino (dalam Cotton, 1991), kreatif adalah melakukan suatu kegiatan yang ditandai oleh empat komponen, yaitu : fluency (menurunkan banyak ide), flexibility (mengubah perspektif dengan mudah), originality (menyusun sesuatu yang baru), dan elaboration (mengembangkan ide lain dari suatu ide). Kemampuan berpikir kreatif dan produktif, bahwa bakat ini merupakan kemampuan menghasilkan ide-ide baru dengan menyatukan elemen-elemen yang ada dan bakat untuk mengembangkan makna-makna baru yang berarti bagi masyarakat. Karakteristik siswa kreatif dan produktif mencakup keterbukaan terhadap pengalaman, menetapkan standar personal untuk evaluasi, kemampuan memainkan ide-ide, keinginan untuk menghadapi resiko, kesukaan terhadap kompleksitas, toleran terhadap ambiguitas, image diri yang positif, dan kemampuan menyatu dengan tugas. Siswa kreatif dan produktif diiedntifikasi melalu penggunaan tes seperti Torrance Test of Creative Thinking atau melalui penampilan kreatif.
BERPIKIR KRITIS vs KREATIF i in nt te er rp pr re et ta as si i ( (m me en na af fs si ir rk ka an n) ) O Or ri is si in na al l/ /b ba ar ru u A An na al li is sa a, , s si in nt te es sa a i in ni is si ia at ti if f = = i id de e e ev va al lu ua as si i = = p pe en ni il la ai ia an n f fl le ek ks si ib be el l ( (l lu uw we es s; ; m mu ud da ah h d da an n c ce ep pa at t m me en ny ye es su ua ai ik ka an n d di ir ri i) ) m me en ny yi im mp pu ul lk ka an n e el la ab bo or ra as si i = =p pe en ng ge em mb ba an ng ga an n m me en nj je el la as sk ka an n k ke em mu un ng gk ki in na an n M Me en n- -c ch he ec ck k d di ir ri i s se en nd di ir ri i T Ti id da ak k u um mu um m D Di ia al lo og g/ /b be er rt ta an ny ya a B Be er rt ta an ny ya a: : i if f , , w wh hy y, , h ho ow w l lo og gi is s N Na ak ka al l , , P Pa an nn ni in ng g f fo or r g go ol ld d O Ou ut t o of f t th he e b bo ox x, , b br re ea ak k t th he e r ru ul le e
E. Berbagai kemampuan umum anak berbakat 1. Inteligensi dan tingkat kreatifitas Terdapat tiga tingkat kreativitas sebagai kemampuan umum anak berbakat, yang dikemukakan oleh gowan dan dikaji kembali oleh treffinger : tingkat 1 ditandai dengan fungsi-fungsi divergen yang mencakup ciri-ciri originalitas, kelancaran, keluwesan, perluasan, kognisi dan ingatan, sedangkan segi afektif ditandai oleh rasa ingin tahu, kemauan untuk memberi respon, berani mengambil resiko, peka terhadap masalah, toleransi terhadap makna ganda dan percaya diri. Tingkat II ditandai oleh berfiir kompleks ; demikian proses afektif yang memilki ciri keterbukaan terhadap perasaan kompleks dan perkembangan nilai. Ada rasa aman dalam arti psikologis yang dihayati seseorang pada tingkat ini ; juga kehidupan khayal tinggi. Pada segi kognitif kehidupan ini ditandai oleh kemampuan analisis, aplikasi sintesis, evaluasi, keterampilan metodologi dan riset, transformasi, serta terampil membuat kiasan dan analogi. Tingkat III ditandai oleh internalisasi nilai, komitmen pada hidup produktif dan aktualisasi diri dalam kehidupan afektif. 2. Inteligensi versus kreativitas Mc Nemer (1969) menambahkan, IQ tidak menjamin kreativitas, sebaliknya mereka yang ber IQ rendah tidak mungkin kreatif (khatena, 1992). Alfred Binet menyatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk menilai, memahami, dan mempertimbangkan. Garner mengemukakan teori multiple intelligent yang mencakup tujuh macam inteligensi yang berlainan yaitu: Linguistik, musik, logika-matematika, spasial, bodilykinesthetic, interpersonal, dan intrapersonal (Widjaja, 1996: 10). Inteligensi seseorang ditentukan oleh bawaan atau keturunan, juga faktor lingkungan, termasuk pengalaman dan pendidikan yang di peroleh individu. Inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir, belajar, dan menyesuaikan diri, yang saling berkaitan. Inteligensi seseorang biasanya dinyatakan dengan IQ (Intelligence Quotient). IQ berpusat di otak, dan otak merupakan organ yang paling penting yang perlu diketahui fungsinya. Menurut Clark fungsi otak menjadi sangat penting, inteligensi dianggap sebagai hasil perkembangan semua fungsi otak. Fungsi otak sebelah kiri sebagai pusat belajar matematik, verbal, berfikir rasional, analisis, berurutan, linier, saintifik (belajar berhitung, membaca dan bahasa). Fungsi otak sebelah kanan: berfikir holistik, spasial, metaporik, sintesa, intuitif, elaborasi, dan dimensi humanistik. Secara umum kreatifitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu hasil yang baru, walaupun tidak selalu harus baru semuanya, mungkin saja hasil karya gabungan dari yang bekas sebagai unsur-unsurnya. Pandangan Clark tentang kreativitas adalah inteligensi plus. Sedangkan menurut Pames kreatifitas adalah fungsi dari pengetahuan, imajinasi, dan evaluasi. Proses yang terkait mencari informasi, ide, maslah, pengakuan, dan pemecahan masalah. Sedangkan menuru pendapat Munandar (1985: 47) kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas (berfikir kreatif atau berfikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Lingkungan keluarga dan masyarakat sangat berpengaruh terhadap kreativitas seseorang. Keluarga propersional atau para ahli sangat dominan berpengaruh terhadap kreativitas. Penelitian Torrance dalam Widjaja (1996: 13) Menunjukan bahwa faktor-faktor budaya sangat mempengaruhi perkembangan kreativitas. Pengaruh budaya sangat berperan bahwa anak-anak dari lingkungan budaya yang lebih maju menunjukan ide dan kretivitas yang lebih tinggi dibanding dengan anak dari lingkungan budaya yang kurang maju. Menunjukkan kreativitas yang tinggi , diindikasikan dengan: a. Kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam berpikir b. Keterbukaan terhadap pengalaman, reseptif terhadap yang baru, dan berbeda dalam pkiran, tindakan, dan produk dirinya sendiri dan orang lain. c. Ingin tahu, spekulatif, dan berpetualangan, kinginan untuk menghadapi resiko baik dalam pikiran maupun dalam tindakan. d. Sensitif terhadap karakteristik ide, sessuatu yang rinci, dan estetik, keinginan untuk bertindak dan bereaksi terhadap stimulasi eksternal, ide-ide dan perasaannya sendiri. e. Sikap berani mengambil langkah atau keputusan menurut orang awam berisiko tinggi. 3. Kemampuan potensial dalam keberbakatan kemampuan potensial dalam beberapa bidang, baik yang sifatnya kemampuan tunggal maupun kemampuan jamak, atau kombinasi di antara bidang-bidang itu di antaranya: kemampuan intelektual umum, bakat akademik spesifik, kemampuan produktif atau kreatif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan bidang seni visual dan pertunjukan, dan kemampuan motorik. 1) Kemampuan kepemimpinan: bakat akademis spesifik Kemampuan kepemimpinan, bahwa kepemimpinan dapat diidentifikasi sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu atau kelompok untuk sampai kepada keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang menampilkan kemampuan keberbakatan bidang kepemimpinan menggunakan keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam situasi yang sulit. Beberapa guru mengenal kepemimpinan melalui minat yang sungguh sungguh dan keterampilan dalam pemecahan masalah. Karakteristik kepemimpinan mencakup kepercayaan diri, tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan beradaptasi dengan mudahnya terhadap situasi yang baru. Siswasiswa ini dapat diidentifikasi melalui instrumen seperti the Fundamental Interpersonal Realtions Orientation Behavior. 2) Kemampuan berpikir kreatif dan produktif bahwa bakat ini merupakan kemampuan menghasilkan ide-ide baru dengan menyatukan elemen-elemen yang ada dan bakat untuk mengembangkan makna-makna baru yang berarti bagi masyarakat. Karakteristik suswa kreatif dan produktif mencakup keterbukaan terhadap pengalaman, menetapkan standar personal untuk evaluasi, kemampuan memainkan ide-ide, keinginan untuk menghadapi resiko,kesukaan terhadap kompleksitas, toleran terhadap ambiguitas, image diri yang positif, dan kemampuan menyatu dengan tugas. Siswa kreatif dan produktif diiedntifikasi melalu penggunaan tes seperti Torrance Test of Creative Thinking atau melalui penampilan kreatif. 3) Kemampuan intelektual umum bahwa orang umum seperti juga pendidik selalu mendefinisikan ini berkenaan dengan skor tes inteligensi yang tinggi yang biasanya di atas 2 standar deviasi. Orangtua dan guru sering mengenal siswa yan g memiliki kemampuan intelektual umum di atas rata-rata yang diindikasikan dengan tingkat perbendahaan kata yang tinggi, ingatan, dan penguasaan kata-kata abstrak, dan pemikiran abstrak. Bakat akademik khusus, bahwa siswa dengan bakat akademik khusus diidentifikasi dengan penampilan yang unggul pada tes prestasi atau tes bakat dalam satu atau lebih dari satu bidang, seperti: prestasi matematika, sains. 4) Seni visual dan pertunjukan bahwa siswa berbakat bidang seni menunjukkan keberbakatan khususnya bidang seni visual, musik, tari, drama atau bidang-bidang terkait lainnya. 5) Kemampuan psikomotorik bahwa kemampuan ini mencakup kemampuan motorik kinestetik, seperti keterampilan praktik, spasial, mekanikal, dan fisikal. Kemampuan ini jarang digunakan sebagai suatu kriteria dalam program bagi anak berbakat.
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita