Anda di halaman 1dari 15

1.

Yuni Inhilia Pratiwi (1300128)


2. Erna Juwita (1300125)
3. Widya Refmita (1300126)
4. Elsa Gustiandari (1300127)
KONSEP, DIMENSI DAN KEMMPUAN UMUM ANAK BERBAKAT
A. Talenta, Kemampuan Intelektual Dan Keberbakatan
Talenta merujuk kepada penguasaan yang luar biasa (superior mastery) dan
merupakan kemampuan/keterampilan ataupun pengetahuan yang dibentuk secara
sistematis dalam satu bidang tertentu yang juga menempatkan mereka termasuk diantara
10% terbaik diantara teman sebayanya yang menggeluti bidang yang sama. Bakat adalah
kemampuan yang merupakan sesuatu yang inherent dalam diri seseorang, dibawa sejak
lahir dan terkait dengan struktur otak. Biasanya kemampuan itu dikaitkan dengan
inteligensi. Kemampuan intelektual merupakan ekspresi dari apa yang disebut inteligensi.
Dapat diartikan inteligensi sebagai hasil perkembangan semua hasil otak manusia.
keberbakatan seseorang merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir secara amaliah.
Sedangkan factor lingkungan adalah wahana yang menunjang pengembangan
keberbakatan, sehingga anak berbakat sangat berperan didalamnya. Prestasi yang tinggi,
kemampuan yang unggul dihasilkan dari interaksi yang sering terjadi terus-menerus
secara fungsional antara kemampuan, bakat, karakteristik individu yang dibawa sejak
lahir dan yang didapat selama berinteraksi dengan lingkungannya dimana individu
tersebut berada.
Cattel (1971, dalam clark 1986), mengembangkan pengertian inteligensi sebagai
kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk pemahaman terhadap
hubungan yang kompleks ; semua proses yang terlibat dalam berfikir abstrak;
kemampuan penyesuaian dalam pemecahan masalah dan kemampuan untuk memperoleh
kemampuan baru. Ini berarti manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk
meningkatkan diri sendiri, dengan menggunakan kemampuannya seoptimal mungkin
dalam struktur yang dimilikinya.




B. Perubahan konsep inteligensi dari konsep tunggal sampai dengan multiple
intelligence
1. Dari terman sampai Guilford
Terman meneliti keberbakatan yang mencakup sekitar 1500 orang
menggunakan alat ukur IQ, ternyata dalam perkembangannya IQ ini memiliki banyak
keterbatasan sebagai skor umum tunggal (overall single score), yang oleh anatsi
(1990) dianggap bukan memaksimalkan kemampuan individu dalam ekspresinya,
melainkan meminimalkannya.
Charles spearman, menemukan adanya dua faktor utama, yaitu faktor g
(general) dan faktor s (specifik). Menurut spearman inteligensi terdiri dari dua faktor,
yaitu (1) faktor g yang mencakup semua kegiatan intelektual yang dimiliki oleh setiap
orang dalam berbagai derajat tertentu dan (2) faktor s yang mencakup berbagai faktor
khusus tertentu yang relevan dengan tugas tertentu. Menurut spearman, faktor g lebih
banyak mewakili segi genetis dan faktor s lebih banyak diperoleh melalui latihan dan
pendidikan.
Konsep spearman ini segera diperbaiki oleh thurstone dengan perubahan teori
tentang faktor jamak (multiple factor). Jadi, faktornya ada lebih dari dua, yaitu jamak
yang mencakup primary abilities (kemampuan utama), yang dijelaskan sebagai
berikut : verbal comprehension (V) yang berarti pengertian verbal yang bisa diukur
melalui subtes paham baca dan perbendaharaan kata ; number (N) yang diukur
melalui soal soal berhitung ; spatial relation (S), yang diukur melalui manipulasi
lambang geometris ; work fluency (W) yang diukur melalui respon cepat kata kata ;
memory (M) yang diukur melalui ingatan kata kata yang saling berhubungan dan
reasoning (R) yang diperoleh melalui tes berbagai analogi atau seri melengkapi
kalimat atau pola tertentu (Khatena, 1992).
Atas dasar temuan ini guilford melalui teori struktur intelek mengembangkan
konsep bahwa manusia pada hakikatnya memiliki 120 kemampuan







2. Struktur intelek guilford dan multiple intelligence gardner

Struktur Intelek Guilford
Sumber : Khatena. J. 1992, Gifted : Challenge and response for education
Guilford mengembangkan model yang bersifat teoretis dan berpola
psikometrik serta merupakan dasar pemrosesan informasi (information processing
based). Sebenarnya teori ini perluasan yang komprehensif dari faktor jamak yang
berbentuk tiga dimensional dan terdiri dari lima operasi mental (kognisi, ingatan,
produksi divergen, produksi konvergen dan evaluasi) serta enam produk (unit, kelas,
relasi, sistem, transformasi, dan implikasi) dan empat konten (figural, simbolik,
semantik, prilaku) ; segi divergen membuka halaman baru bagi pengukuran
keberbakatan yang terkait dengan kreativitas seseorang.
Struktur kemampuan intelek yang selruhnya terdiri dari 120 (5 x 6 x 4)
kemampuan intelektual, akhirnya oleh guilford (1982) dijadikan 150 kemampuan
dengan memisahkan konten figural dari dimensi auditoris (khatena, 1992). Seperti
dikatakan, struktur itu memiliki tiga parameter yaitu operasi, hasil produk, dan
konten.
Operasi mencakup lima aspek kreativitas intelektual utama yang terlibat dalam
memproseskan materi mental informasi yang semuanya berarti mengetahui, dan
terletak dalam kawasan kognitif. Dalam kaitan dengan psikologi informasi proses,
kognisi mencakup kontruksi item informasi atau kode operasi memori menyimpan
dan mengeluarkan informasi dari otak. Operasi produksi divergen dan produksi
konvergen demikian juga tergantung dari penyimpanan dan produksi informasi dari
otak. Bila respon dari produksi konvergen terbatas pada yang bersifat tunggal dan
konvensional, sebaliknya respon dari produksi divergen mencakup berbagai
alternative yang meskipun logis merupakan variasi ide yang tidak biasa. Sementara itu
operasi evaluasi mencakup perbandingan dan penilaian yang relative sesuai dengan
kriteria tertentu.
Produk memiliki enam bentuk organisasional produk dalam informasi yang
diperoses oleh individu yaitu unit yang merupakan item tunggal informasi ; kelas
merupakan kelompok item yang memiliki sifat sifat sama ; relasi merupakan
keterkaitan antara informasi yang merupakan kesamaannya ; sistem merupakan
koleksi item informasi, kompleksitas bagian yang saling berhubungan ; transformasi
merupakan perubahan atau modifikasi maupun redifinisi informasi serta implikasi
informasi yang merupakan saran dari informasi item yang lain.
Konten digambarkan sebagai kelompok atau tipe informasi seperti berikut ini :
a. Berwujud ( visual, auditori dan kinestetik), yaitu berbentuk konkret atau
gambaran .
b. Simbolik, yaitu informasi dalam bentuk lambang tertentu (seperti kata kata,
surat, angka dan not musik).
c. Semantik yaitu konten yang mempunyai makna tertentu.
d. Menggambarkan perilaku dan merupakan interaksi non verbal individu yang
diperolehnya melalui penginderaan, ekspresi muka, suara atau pilihan kata
teretentu.
Selain itu gardner juga mengembangkan teori tentang multiple intelligence,
yaitu suatu teori faktor jamak bahwa inteligensi manusia memiliki tujuh dimensi yang
semi dan otonom, yaitu (1) linguistik, (2) musik, (3) matematik-logis, (4) visual
spasial, (5) kinestetik fisik, (6) sosial interpersonal dan (7) intrapersonal.
Gardner (1993) dengan teorinya Multiple Intelligence memaparkan bahwa
kompetensi kognitif manusia merupakan serangkaian kemampuan, talenta atau
keterampilan mental. Semua individu memiliki keterampilan mental dalam belajar
tertentu. Individu berbeda dalam belajar keterampilannya dan dalam corak
kombinasinya.
3. Dampak teori faktor terhadap pengembangan keberbakatan
Ada beberapa implikasi yang sangat penting yang berkaitan dengan teori
faktor inteligensi. Apabila menggunakan faktor tunggal, ini berarti keberbakatan
sinonim dengan orang yang memiliki inteligensi tinggi sebagaimana diukur oleh skor
tunggal umum intelegensi yang disebut IQ. Apabila menggunakan faktor jamak,
keberbakatan berarti keunggulan dalam keberbakatan tertentu yang berbeda-beda dan
menunjukkan pada superioritas dalam berbagai bidang dengan kemungkinan kinerja
rata-rata atau dibawah rata-rata dibidang lain.
Model guilford menunjukkan kreatifitas adalah komponen kehidupan
intelektual dan menjadi dasar dari perkembangan tujuan instruksional khusus dalam
tes kemampuan belajar learning abilities test, (meeker, 1971 dalam kitano dan kirby,
1986).

C. Konsep dan dimensi keberbakatan menurut beberapa teori
Pada awal abad ke 20 dimana tes inteligensi mengalami perkembangan yang
cepat dan dimana orang mulai memperhatikan perbedaan perbedaan individual dalam
kemampuan prestasi. Anak gifted diartikan sebagai anak yang memiliki IQ yang sangat
tinggi. IQ di pandang sebagai satu satunya patokan dari giftedness (pendekatan
Unidimensional). Istilah gifted child menjadi sinonim dengan anak IQ tinggi. Sejak
tahun 1960 nampak kecenderungan untuk memberi arti yang lebih luas pada konsep
giftedness. Makin disadari bahwa giftedness harus ditinjau secara multidimensional, yaitu
meliputi bermacam macam dimensi kemampuan dan prestasi. Diakui ada bermacam
macam tipe giftedness. Muncul aneka ragam istilah anak yang mempunyai kemampuan
yang unggul, seperti the superior and talented the able ambitious, the able learner,
atau the academically talented.
Biasanya seseorang disebut punya bakat apabila orang tersebut menghasilkan
karya, keterampilan, kemampuan, kapasitas dan sebagainya. Bakat (aptitude) diartikan
sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potensial ability) yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih. Kemampuan (ability) adalah daya untuk melakukan suatu
tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukan bahwa
suatu tindakan dapat di laksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan
pendidikan agar suatu tindakan dapat di lakukan di masa yang akan datang. Kapasitas
diartikan kemampuan yang dapat di kembangkan sepenuhnya dimasa mendatang apabila
kondisi latihan dilakukan secara optimal (Semiawan, 1984: 2).
Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau
keterampilan relatif bisa bersifat umum (bakat intelektual umum) atau (bakat akademis
khusus) atau disebut juga talent.
konsep keberbakatan sudah dikenal cukup bervariasi bergantung pada nilai-nilai
yang dianggap ideal oleh masyarakatnya. Konsep keberbakatan zaman Yunani, misalnya
berkaitan dengan kepandaian berpidato. Sedangkan pada zaman Romawi keberbakatan
dikaitkan dengan kepandaian berperang. Terman L.E.dkk (1925) memberi perspektif lain
dengan mengaitkan keberbakatan pada aspek kecerdasan (IQ) yang tinggi. Hampir
setengah abad konsep Terman mengenai keberbakatan mendominasi psikologi dan
pendidikan. Namun kemudian Tyler (1950) dan Torrance (1965) meyakini keberbakatan
berkaitan dengan konteks yang lebih luas dari sekedar Kecerdasan (IQ). Mengingat
dimensi kreativitas sangat penting dalam menentukan performansi individu, Torrance
mengusulkan keberbakatan mencakup kreativitas. Konsep keberbakatan terus
berkembang menjadi lebih multidimensional ketimbang sekedar inteligensi. Sifat
multidimensional keberbakatan dikemukakan oleh Renzuli (1979) melalui teorinya yang
disebut Three Dimensional Model atau Three-Ring Conception tentang keberbakatan.
1. Konsep keberbakatan menurut Renzulli
Menurut Renzulli, Berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar
manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di
atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas
yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam
mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan
yang bernilai.
Renzulli (1978) merumuskan konsep pemikiran bahwa keberbakatan ittu
terbentuk dari hasil Interaksi 3 kluster aspek penting yang merupakan konsep awal
dan yang penting dalam perkembangan identifikasi keberbakatan yang dikenal dengan
the tree ring theory yaitu : kecakapan diatas rata-rata, komitmen tugas yang tinggi,
kreativitas.





Masing masing pemikiran konsep tersebut memiliki peran yang sama
menentukan :
a. seseorang dikatakan memiiki bakat intelektual bila ia mempunyai
inteligensi tinggi atau kemampuan diatas rata-rata dalam bidang intelelektual
(meliputi daya abstraksi, penalaran dan kemampuan memecahkn masalah). Akan
tetapi kecerdaan yang tinggi belum menjamin keberbakatan seseorang.
b. kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Kemampuan untuk memberikan gagasan yang baru yang dapat diterapkan dalam
pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan hubungan
baru antara unsur - unsur yang sudah ada sebelumnya, memiliki peran yang sama
pentingnya dengan cirri pertama dalam menentukan keberbakatan seseorang.
c. pengikatan diri tehadap tugas ditunjukan dengan ketekunan dan keuletan
seseorang dalam melakukan sesuatu walaupun menghadapi macam-macam hambatan
; melakukan dan memyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya atas
kehendaknya sendiri.
2. Menurut Monks
Mengkaji model three ring concept dari Renzulli, Monks mengembangkan
konsep keberbakatan dengan memperhatikan intraktif alamiah perkembangan manusia
dan proses dinamika perkembangan. Monks (1992) memodifikasi three ring concept
menjadi model Triadis atau Triadic independence model.







Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa factor eksternal sangat penting
dalam perkembangan dan aktualisasi keberbakatan yang dimiliki peserta didik. Faktor
eksternal tersebut adalah lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan teman sebaya.
Perkembangan aktualisasi peserta didik berbakat akan terlihat dalam prestasi
belajar jika ditunjang oleh faktot eksternal baik secara alamiah jika berada pada
lingkungan yang menguntungkan maupun lingkungan yang sengaja dimodifikasi guna
memberikan stimulus agar potensi yang dimiliki peserta didik berbakat
teraktualisasikan dalam prestasi belajar.
Monks menjelaskan bahwa "giftedness" adalah suatu potensi bawaan yang
memerlukan pembinaan guna mencapai prestasi sesuai dengan potensi, dapat
merupakan kombinasi dari beberapa bidang keterampilan :
a) kognitif atau prestasi intelektual
b) bidang kreatifitas atau produk kreatifitas
c) bidang artistik (seni dan musik)
d) bidang sosial (kemampuan kepemimpinan).
3. Konsep Keberbakatan Sanford J Cohn
Keberbakatan menurut Cohn tidak hanya berkaitan dengan aspek kemampuan
intelektual, tetapi juga mencakup motivasi untuk menggambarkan kemampuan tersebut.
Cohn menyodorkan suatu pendekatan multidimensional. Ia beranjak dari tiga klasifikasi
kawasan, yaitu intelektual, artistik dan sosial. Tiga kawasan itu ditambah lagi dengan
kawasan kemanusiaan yang lain. Setiap kawasan tersebut terideferensiasikan lagi dalam
berbagai aspek. Demikian juga kawasan intelektual terbagi lagi dalam aspek kuantitatif,
verbal, spasial dan beberapa dimensi khusus lainnya. Kawasan artistik mencakup aspek
seni rupa,seni pertunjukan dan dimensi khusus artistik tertentu. Kawasan sosial
mencakup altruistik dan empati, kepemimpinan dan dimensi khusus tertentu lainnya.
Kawasan tambahan lainnya mencakup kemampuan kemanusiaan yang lain yang terbagi
dalam berbagai kekhususan.
4. Konsep Keberbakatan Francois Gagne
Konsep keberbakatan Gagne amat membedakan keberbakatan intelektual (gifted)
dan perolehan hasil belajar skolastik. Sementara keberbakatan lainnya (talented)
menurut Gagne terkait dengan kualitas kepemimpinan,kinerja mekanik, ketrampilan
manipulatif dan ekspresi seni musik, literatur serta hubungan kemanusiaan dan
kemajuan kemanusiaan lainnya (Khatena, J.1992) Dengan demikian Giftedness adalah
serasi dengan kompetensi atau aptitude di atas ratarata dalam berbagai kemampuan
manusia, sedangkan talent adalah situasi tampilnya kinerja atau kemampuan diatas rata-
rata dalam berbagai aktivitas. Aptitude terbagi dalam empat kategori, yaitu intelektual,
kreatif, sosioafektif dan sensorimotorik sedangkan talent terbagi dalam lima kategori
yaitu akademik, teknik artistik, inter-personal dan atlentik, (Gagne,F dalam Colangelo
& Davis,l991). Aptitude banyak menunjuk pada proses terwujudnya sesuatu sevagai ciri
seseorang dan banyak dipengaruhi oleh potensi herediter,sedangkan talent menunjuk
Krreativitas
Intuisi
Perasaan
Talen
cipta
(bakat)
Rasio
pada hasil daripada suatu kegiatan manusia yang diwarnai oleh konteksnya dan setelah
dilatih dan dididik memperlihatkan aktualisasi. Aptitude sebaiknya diidentifikasi
melalui tes psikologi sedangkan talent ditandai melalui kinerja atau pertunjukan
tertentu (Gagne dalam Colangelo, Davis,l991)
D. Beberapa pengkajian dimensi kreatif
1. Clark : dimensi kreatif dalam konsep keberbakatan.
Keberbakatan banyak ditentukan oleh struktur otak. Otak merupakan pusat
berfikir, prilaku dan emosi manusia yang mencerminkan seluruh dirinya (selfhood),
kebudayaan, kejiwaan serta bahasa dan ingatan. Belahan otak kanan menguasai belahan
kiri badan, sedangkan belahan kiri otak menguasai belahan kanan badan. Belahan kiri,
berfungsi untuk berfikir rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik (seperti untuk
belajar membaca, bahasa, aspek berhitung dari matematika). Belahan otak kanan
berfungsi iuntuk berfikir holistik, spasial, metaphorik dan lebih banyak menyerap
konsep matematika, sintesis, mengetahui sesuatu secara intuitif, elaborasi, dan variabel
serta dimensi humanistik mistik.
Kreatifitas dikaitkan dengan fungsi dasar manusia, yaitu berfikir, merasa,
menginderakan dan intuisi (basic function thinking, feeling, sensing, and intuiting ;
jung, 1964 dalam clark, 1986).
Muncul suatu konsep kreativitas menurut Clark:





Dimensi Kreatif dalam Konsep Keberbakatan
Sumber : Clark, B, 1986, Growing up Gifted
Menurut Clark fungsi otak menjadi sangat penting, inteligensi dianggap sebagai hasil
perkembangan semua fungsi otak. Semua bagian otak mempunyai fungsi yang berbeda-
beda, termasuk belahan otak kiri dan kanan.
Fungsi otak menurut Clark, dalam Widjaya(1996:7) ada empat yaitu: Fungsi kognitif,
afektif, fisik, dan intuitif.
a. Fungsi kognitif (linear dan spasial) mencakup belahan otak kiri dan kanan.
Inteligensi yang lebih tinggi menumbuhkan kegiatan sinapsis yang di percepat dan
dendrite yang lebih pada sehingga memungkinkan jaringan fikiran yang lebih rumit.
Dengan merangsang lingkungan maka kemampuan untuk membuat generalisasi,
konseptualisasi dan berfikir abstrak dapat ditingkatkan. Perkembangan bahasa lebih
maju, luwes, ide-ide dan penyelesaian masalah yang orisinil.
b. Fungsi afektif (emosional dan social). Fungsi ini dinyatakan dalam emosi dan
perasaan yang mempengaruhi semua bagian otak. Fungsi ini tidak hanya menunjang
proses-proses berfikir saja tetapi menyediakan jalan untuk memajukan atau membatasi
fungsi kognitif yang lebih tinggi. Maka programprogram akademik yang penting akan
mengintegrasi pertumbuhan emosional. Humor, idealisme, rasa keadilan yang sudah
muncul sejak dini.
c. Fungsi fisik (indera dan gerak) mencakup gerakan dan semua indera yaitu
penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan perasa. Akses ke lingkungan di
lakukan melalui gerak dan indera fisik. Kemampuan intelektual, bahkan pandangan
tentang kenyataan tergantung pada cara otak kita mengorganisir dan memproses
keterangan-keterangan. Anak yang berbakat mempunyai kemampuan besar untuk
menyerap pengetahuan dari lingkungannya dan memproses keterangan ini sehingga
dapat memperluas pandangan mereka tentang realitas. Namun seringkali anak berbakat
mengutamakan kemampuan kognitif dan dapat mengabaikan pertumbuhan fisik dan
perkembangan yang akhirnya juga akan membatasi pertumbuhan kognitif yang sangat
mereka hargai.
d. Fungsi Intuitif. Fungsi ini ada pada semua orang, namun di gunakan dalam taraf
berlainan. Fungsi ini merupakan cara lain untuk mengetahui sesuatu, misalnya kita
merasa bahwa kita tahu tetapi tidak dapat menerangkan bagaimana kita tahu. Ini
merupakan suatu penginderaan, mengerti keseluruhan, seringkali secara langsung dan
segera mendapat konsep. Pada umumnya orang mengabaikan fungsi ini karena di
anggap tidak rasional.
2. Berfikir kritis kreatif
Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara
beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa
yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir
kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
a) Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
b) Mencari alasan.
c) Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
d) Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
e) Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
f) Berusaha tetap relevan dengan ide utama
g) Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
h) Mencari alternatif.
i) Bersikap dan berpikir terbuka.
j) Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
k) Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
l) Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan
masalah.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1
adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Indikator yang diturunkan
dari aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no.
2, 6, dan 12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang
diturunkan dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bisa
berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas
kritis no. 5 dan 9 adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil
sebagai suatu keputusan.
Menurut Alvino (dalam Cotton, 1991), kreatif adalah melakukan suatu kegiatan
yang ditandai oleh empat komponen, yaitu : fluency (menurunkan banyak ide),
flexibility (mengubah perspektif dengan mudah), originality (menyusun sesuatu yang
baru), dan elaboration (mengembangkan ide lain dari suatu ide). Kemampuan berpikir
kreatif dan produktif, bahwa bakat ini merupakan kemampuan menghasilkan ide-ide
baru dengan menyatukan elemen-elemen yang ada dan bakat untuk mengembangkan
makna-makna baru yang berarti bagi masyarakat. Karakteristik siswa kreatif dan
produktif mencakup keterbukaan terhadap pengalaman, menetapkan standar personal
untuk evaluasi, kemampuan memainkan ide-ide, keinginan untuk menghadapi resiko,
kesukaan terhadap kompleksitas, toleran terhadap ambiguitas, image diri yang positif,
dan kemampuan menyatu dengan tugas. Siswa kreatif dan produktif diiedntifikasi
melalu penggunaan tes seperti Torrance Test of Creative Thinking atau melalui
penampilan kreatif.

BERPIKIR KRITIS vs KREATIF
i in nt te er rp pr re et ta as si i ( (m me en na af fs si ir rk ka an n) ) O Or ri is si in na al l/ /b ba ar ru u
A An na al li is sa a, , s si in nt te es sa a i in ni is si ia at ti if f = = i id de e
e ev va al lu ua as si i = = p pe en ni il la ai ia an n f fl le ek ks si ib be el l ( (l lu uw we es s; ; m mu ud da ah h
d da an n c ce ep pa at t m me en ny ye es su ua ai ik ka an n
d di ir ri i) )
m me en ny yi im mp pu ul lk ka an n e el la ab bo or ra as si i = =p pe en ng ge em mb ba an ng ga an n
m me en nj je el la as sk ka an n k ke em mu un ng gk ki in na an n
M Me en n- -c ch he ec ck k d di ir ri i s se en nd di ir ri i T Ti id da ak k u um mu um m
D Di ia al lo og g/ /b be er rt ta an ny ya a B Be er rt ta an ny ya a: : i if f , , w wh hy y, , h ho ow w
l lo og gi is s N Na ak ka al l , ,
P Pa an nn ni in ng g f fo or r g go ol ld d O Ou ut t o of f t th he e b bo ox x, , b br re ea ak k t th he e
r ru ul le e

E. Berbagai kemampuan umum anak berbakat
1. Inteligensi dan tingkat kreatifitas
Terdapat tiga tingkat kreativitas sebagai kemampuan umum anak berbakat,
yang dikemukakan oleh gowan dan dikaji kembali oleh treffinger : tingkat 1 ditandai
dengan fungsi-fungsi divergen yang mencakup ciri-ciri originalitas, kelancaran,
keluwesan, perluasan, kognisi dan ingatan, sedangkan segi afektif ditandai oleh rasa
ingin tahu, kemauan untuk memberi respon, berani mengambil resiko, peka terhadap
masalah, toleransi terhadap makna ganda dan percaya diri.
Tingkat II ditandai oleh berfiir kompleks ; demikian proses afektif yang
memilki ciri keterbukaan terhadap perasaan kompleks dan perkembangan nilai. Ada
rasa aman dalam arti psikologis yang dihayati seseorang pada tingkat ini ; juga
kehidupan khayal tinggi. Pada segi kognitif kehidupan ini ditandai oleh kemampuan
analisis, aplikasi sintesis, evaluasi, keterampilan metodologi dan riset, transformasi,
serta terampil membuat kiasan dan analogi.
Tingkat III ditandai oleh internalisasi nilai, komitmen pada hidup produktif
dan aktualisasi diri dalam kehidupan afektif.
2. Inteligensi versus kreativitas
Mc Nemer (1969) menambahkan, IQ tidak menjamin kreativitas, sebaliknya
mereka yang ber IQ rendah tidak mungkin kreatif (khatena, 1992).
Alfred Binet menyatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk menilai,
memahami, dan mempertimbangkan. Garner mengemukakan teori multiple intelligent
yang mencakup tujuh macam inteligensi yang berlainan yaitu: Linguistik, musik,
logika-matematika, spasial, bodilykinesthetic, interpersonal, dan intrapersonal
(Widjaja, 1996: 10). Inteligensi seseorang ditentukan oleh bawaan atau keturunan,
juga faktor lingkungan, termasuk pengalaman dan pendidikan yang di peroleh
individu. Inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir, belajar, dan menyesuaikan
diri, yang saling berkaitan. Inteligensi seseorang biasanya dinyatakan dengan IQ
(Intelligence Quotient). IQ berpusat di otak, dan otak merupakan organ yang paling
penting yang perlu diketahui fungsinya. Menurut Clark fungsi otak menjadi sangat
penting, inteligensi dianggap sebagai hasil perkembangan semua fungsi otak. Fungsi
otak sebelah kiri sebagai pusat belajar matematik, verbal, berfikir rasional, analisis,
berurutan, linier, saintifik (belajar berhitung, membaca dan bahasa). Fungsi otak
sebelah kanan: berfikir holistik, spasial, metaporik, sintesa, intuitif, elaborasi, dan
dimensi humanistik.
Secara umum kreatifitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan
sesuatu hasil yang baru, walaupun tidak selalu harus baru semuanya, mungkin saja
hasil karya gabungan dari yang bekas sebagai unsur-unsurnya. Pandangan Clark
tentang kreativitas adalah inteligensi plus. Sedangkan menurut Pames kreatifitas
adalah fungsi dari pengetahuan, imajinasi, dan evaluasi. Proses yang terkait mencari
informasi, ide, maslah, pengakuan, dan pemecahan masalah. Sedangkan menuru
pendapat Munandar (1985: 47) kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.
Kreativitas (berfikir kreatif atau berfikir divergen) adalah kemampuan
berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Lingkungan keluarga dan masyarakat sangat
berpengaruh terhadap kreativitas seseorang. Keluarga propersional atau para ahli
sangat dominan berpengaruh terhadap kreativitas. Penelitian Torrance dalam Widjaja
(1996: 13) Menunjukan bahwa faktor-faktor budaya sangat mempengaruhi
perkembangan kreativitas. Pengaruh budaya sangat berperan bahwa anak-anak dari
lingkungan budaya yang lebih maju menunjukan ide dan kretivitas yang lebih tinggi
dibanding dengan anak dari lingkungan budaya yang kurang maju.
Menunjukkan kreativitas yang tinggi , diindikasikan dengan:
a. Kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam berpikir
b. Keterbukaan terhadap pengalaman, reseptif terhadap yang baru, dan berbeda
dalam pkiran, tindakan, dan produk dirinya sendiri dan orang lain.
c. Ingin tahu, spekulatif, dan berpetualangan, kinginan untuk menghadapi resiko
baik dalam pikiran maupun dalam tindakan.
d. Sensitif terhadap karakteristik ide, sessuatu yang rinci, dan estetik, keinginan
untuk bertindak dan bereaksi terhadap stimulasi eksternal, ide-ide dan
perasaannya sendiri.
e. Sikap berani mengambil langkah atau keputusan menurut orang awam berisiko
tinggi.
3. Kemampuan potensial dalam keberbakatan
kemampuan potensial dalam beberapa bidang, baik yang sifatnya kemampuan
tunggal maupun kemampuan jamak, atau kombinasi di antara bidang-bidang itu di
antaranya: kemampuan intelektual umum, bakat akademik spesifik, kemampuan
produktif atau kreatif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan bidang seni visual dan
pertunjukan, dan kemampuan motorik.
1) Kemampuan kepemimpinan: bakat akademis spesifik
Kemampuan kepemimpinan, bahwa kepemimpinan dapat diidentifikasi
sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu atau kelompok untuk sampai
kepada keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang menampilkan kemampuan
keberbakatan bidang kepemimpinan menggunakan keterampilan kelompok dan
bernegosiasi dalam situasi yang sulit. Beberapa guru mengenal kepemimpinan
melalui minat yang sungguh sungguh dan keterampilan dalam pemecahan
masalah. Karakteristik kepemimpinan mencakup kepercayaan diri, tanggung
jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan
beradaptasi dengan mudahnya terhadap situasi yang baru. Siswasiswa ini dapat
diidentifikasi melalui instrumen seperti the Fundamental Interpersonal Realtions
Orientation Behavior.
2) Kemampuan berpikir kreatif dan produktif
bahwa bakat ini merupakan kemampuan menghasilkan ide-ide baru
dengan menyatukan elemen-elemen yang ada dan bakat untuk mengembangkan
makna-makna baru yang berarti bagi masyarakat. Karakteristik suswa kreatif dan
produktif mencakup keterbukaan terhadap pengalaman, menetapkan standar
personal untuk evaluasi, kemampuan memainkan ide-ide, keinginan untuk
menghadapi resiko,kesukaan terhadap kompleksitas, toleran terhadap
ambiguitas, image diri yang positif, dan kemampuan menyatu dengan tugas.
Siswa kreatif dan produktif diiedntifikasi melalu penggunaan tes seperti
Torrance Test of Creative Thinking atau melalui penampilan kreatif.
3) Kemampuan intelektual umum
bahwa orang umum seperti juga pendidik selalu mendefinisikan ini
berkenaan dengan skor tes inteligensi yang tinggi yang biasanya di atas 2
standar deviasi. Orangtua dan guru sering mengenal siswa yan g memiliki
kemampuan intelektual umum di atas rata-rata yang diindikasikan dengan
tingkat perbendahaan kata yang tinggi, ingatan, dan penguasaan kata-kata
abstrak, dan pemikiran abstrak. Bakat akademik khusus, bahwa siswa dengan
bakat akademik khusus diidentifikasi dengan penampilan yang unggul pada tes
prestasi atau tes bakat dalam satu atau lebih dari satu bidang, seperti: prestasi
matematika, sains.
4) Seni visual dan pertunjukan
bahwa siswa berbakat bidang seni menunjukkan keberbakatan khususnya
bidang seni visual, musik, tari, drama atau bidang-bidang terkait lainnya.
5) Kemampuan psikomotorik
bahwa kemampuan ini mencakup kemampuan motorik kinestetik, seperti
keterampilan praktik, spasial, mekanikal, dan fisikal. Kemampuan ini jarang
digunakan sebagai suatu kriteria dalam program bagi anak berbakat.

Anda mungkin juga menyukai