Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI KECERDASAN GANDA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar

Yang diampu oleh Ibu Nia Kustianti dan Ibu Sri Usodoningtyas

Disusun oleh:

Agnessa Rida C.D.S. (20050634051)

Diajeng Elok setiti (20050634048)

Elma Catarina Davy (20050634071)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA RIAS

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, rahmat,
dan hidayah-Nya akhirnya kami selaku penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Teori Kecerdasan Ganda” ini.

Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu agenda kegiatan
akademis. Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan,
dukungan, serta do’a dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima
kasih dengan penuh rasa hormat serta dengan segala ketulusan hati kepada Bapak/Ibu Dosen
dan juga teman-teman yang selalu senantiasa mendukung dan memberi semangat di dalam
proses pembuatan makalah ini.

Pada saat pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dan kesalahan oleh sebab itu penulis menghrapkan adanya kritik atau saran yang
membangun. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi setiap pembaca.

17 Februari 2020

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap anak di dunia ini memiliki berbagai kecerdasan dalam tingkat dan indikator
yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa semua anak, pada hakikatnya, adalah cerdas.
Perbedaan terletak pada tingkatan dan indikator kecerdasannya. Perbedaan tersebut
ditentukan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah rangsangan yang diberikan pada saat
anak masih berusia dini. Perbedaan kecerdasan di antara anak didik menuntut cara berpikir
pendidik yang adil dan eksistensialis. Oleh sebab itu, pendidik perlu bertanya pada diri
sendiri berkaitan dengan kecerdasan anak didiknya. Pendidik yang baik mampu mendeteksi
kecerdasan anak dengan cara mengamati perilaku, kecenderungan, minat, cara dan kualitas
anak saat bereaksi terhadap stimulus yang diberikan. Semua indikator kecerdasan dapat
dikenali pendidik untuk kemudian dibuat profil kecerdasannya. Oleh karena itu, sebaiknya
setiap pendidik anak usia dini mengetahui cara mengembangkan kecerdasan anak didiknya,
dengan cara mengidentifikasi setiap indikator kecerdasan anak dan menyadari pentingnya
pengembangan semua kecerdasan yang dimiliki anak.

Temuan kecerdasan menurut paradigma multiple intelligences, telah mengalami


perkembangan sejak pertama kali ditemukan. Pada bukunya Frame of The Mind (1983)
Howard Gardner pada awalnya menemukan tujuh kecerdasan. Setelah itu, berdasarkan
kriteria kecerdasan di atas, Gardner menemukan kecerdasan yang ke-8, yakni naturalis. Dan
terakhir Howard Gardner memunculkan adanya kecerdasan yang ke-9, yaitu kecerdasan
eksistensial. Menurut Gardner kecerdasan dalam multiple intelligences meliputi kecerdasan
verbal-lingustik (cerdas kata), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan visual-
spasial (cerdas gambar-warna), kecerdasan musikal (cerdas musik-lagu), kecerdasan
kinestetik (cerdas gerak), kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), kecerdasan intrapersonal
(cerdas diri), kecerdasan naturalis (cerdas alam), kecerdasan eksistensial (cerdas hakikat).
Setiap kecerdasan dalam multiple intelligences memiliki indikator tertentu. Kecerdasan
majemuk anak diidentifikasi melalui observasi terhadap perilaku, tindakan, kecenderungan
bertindak, kepekaan anak terhadap sesuatu, kemampuan yang menonjol, reaksi spontan,
sikap, dan kesenangan.
Setelah Horward Gardner mengumumkan teori Multiple Intelligencesnya, anak-anak
dengan kecerdasan nonlinguistik dan matematis mendapat perhatian. Cap-cap negatif
terhadap anak diterjemahkan ulang sebagai gaya atau kecenderungan belajar. Anak yang
banyak gerak, banyak bicara, suka menyentuh benda-benda, berani berdekatan dengan
hewan, suka menyendiri tidak lagi diidentifikasi sebagai anak nakal atau berkelainan, tetapi
justru ditengarai sebagai anak yang cerdas. Hampir semua aktivitas yang dahulu dinilai
“nakal” dijelmakan menjadi indikator kecerdasan. Akibatnya, definisi cerdas-tidak cerdas
pun tertebas, dan muncullah pengertian setiap anak cerdas, dan memiliki berbagai cara untuk
menjadi cerdas. Lebih lanjut Gardner bahkan mengatakan bahwa cara mudah mengetahui
kecerdasan anak adalah dengan memperhatikan “kenakalankenakalan mereka”, yakni
perilaku menonjol yang sangat dinikmati anak (Gardner, 1993; Armstrong, 1993).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang tepat dalam makalah ini adalah:

1. Apakah itu teori kecerdasan ganda?


2. Apa saja jenis-jenis kecerdasan?
3. Bagaimana urgensi teori kecerdasan ganda di dalam pendidikan.

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan yang sesuai adalah:

1. Mengetahui tentang pengertian teori kecerdasan ganda.


2. Mengetahui tentang jenis-jenis kecerdasan.
3. Mengetahui tentang urgensi teori kecerdasan ganda di dalam pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligence)

Kecerdasan (inteligensi) pada hakikatnya merupakan suatu kemampuan dasar yang


bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen.1
Banyak teori yang berkembang tentang kecerdasan atau inteligensi, namun kita akan
memfokuskan pembahasan pada teori kecerdasan ganda (multiple intelligence). Teori
kecerdasan ganda yang telah dikembangkan selama lima belas tahun terakhir oleh psikolog
Howard Gardner menantang kenyataan lama tentang makna cerdas. Gardner berpendapat
dalam Armstrong bahwa kebudayaan kita telah terlalu banyak memusatkan perhatian pada
pemikiran verbal dan logis, kemampuan yang secara tipikal dinilai dalam tes kecerdasan, dan
mengesampingkan pengetahuan lainnya.Ia menyatakan sekurang-kurangnya ada tujuh
kecerdasan yang patut diperhitungkan secara sungguh-sungguh sebagai cara berpikir yang
penting.

Menurut pendekatan psikometris, kecerdasan dipandang sebagai sifat psikologis yang


berbeda pada setiap individu. Kecerdasan dapat diperkirakan dan diklasifikasi berdasarkan
tes inteligensi. Tokoh pengukuran inteligensi Alfred Binet mengatakan bahwa kecerdasan
adalah kemampuan yang terdiri dari tiga komponen, yakni (1) kemampuan untuk
mengarahkan pikiran atau tindakan, (2) kemampuan untuk mengubah arah pikiran atau
tindakan, dan (3) kemampuan untuk mengkritisi pikiran dan tindakan diri sendiri atau
autocritism. Menurutnya, inteligensi merupakan sesuatu yang fungsional sehingga tingkat
perkembangan individu dapat diamati dan dinilai berdasarkan kriteria tertentu. Apakah
seorang anak cukup inteligen atau tidak, dapat dinilai berdasarkan pengamatan terhadap cara
dan kemampuan anak melakukan tindakan dan kemampuan mengubah arah tindakan apabila
diperlukan.

Teori Multiple Intelligences adalah teori kecerdasan yang membedakan kecerdasan


menjadi lebih spesifik, dibandingkan dengan sebelumnya yang melihat kecerdasan sebagai
kemampuan umum, sehingga sering disebut sebagai “factor g”. Sehingga sistem pendidikan
secara umum lebih condong ke penerapan model linguistik dan penilaian sampai ke batas
yang lebih rendah, menuju modalitas logika-matematika juga. Akan tetapi menurut Gardner
kecerdasan adalah sembilan kemampuan khusus yang saling berbeda. Menurutnya individu
memiliki memiliki kesembilan kecerdasan tersebut, yang membedakan adalah jumlah
proporsi masing-masing kecerdasan tersebut. Gardner menegaskan adanya perbedaan
tantangan sistem pendidikan yang mengasumsikan setiap orang dapat mempelajari materi
pelajaran yang sama dengan cara yang sama dan bahwa keseragaman dapat digunakan untuk
pembelajaran siswa.

B. Jenis-Jenis Kecerdasan
1) Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan Linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata.Dikatakan


dalam Armstrong bahwa kecerdasan linguistic yaitu“The capacity to use words
effectively, whether orally or in writing”. Yaitu suatu kapasitas untuk menggunakan
kata-kata secara efektif, apakah dengan lisan atau tulisan.Ini merupakan kecerdasan
para jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara.Orang yang cerdas dalam bidang ini
dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur, dan mengajar dengan efektif
lewat kata-kata yang diucapkannya.

2) Kecerdasan Logis-Matematis

Kecerdasan logis-matematis berkaitan dengan nalar dan


matematika.Kecerdasan logis-matematis berhubungan dengan dan mencakup
kemampuan ilmiah.Menurut Gardner dalam Hoerr Kecerdasan logis-matematis
(logical-mathematical intelligence) adalah “the ability to handle chains of reasoning
and to recognize patterns and order” . Yaitu kemampuan untuk menangani
kejadian/alasanalasan yang berantai/terkait dan menghargai pola-pola dan keteraturan.

3) Kecerdasan Spasial

Kecerdasan spasial adalah jenis kecerdasan yang ketiga, mencakup berpikir


dalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan
kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Kecerdasan ini merupakan
kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin. Kecerdasan
spasial ini dicirikan, antara lain dengan memberikan gambaran visual yang jelas
ketika menjelaskan sesuatu, mudah membaca peta atau diagram, menggambar sosok
orang atau benda persis aslinya.

4) Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musikal adalah jenis kecerdasan keempat. Ciri utama kecerdasan


ini adalah kemampuan untuk menyerap, menghargai, dan menciptakan irama dan
melodi. Kecerdasan musikal dimiliki orang yang peka nada, dapat menyanyikan lagu
dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dan yang mendengarkan berbagai karya
musik dengan tingkat ketajaman tertentu. Mereka juga lebih mudah mengingat
sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.

5) Kecerdasan Kinestetik-Jasmani

Kecerdasan kinestetik-jasmani adalah kecerdasan fisik yang mencakup bakat


dalam mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. Atlet,
pengrajin, montir, dan ahli bedah mempunyai kecerdasan kinestetik-jasmani tingkat
tinggi. Mereka adalah orang-orang yang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak
bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.

6) Kecerdasan Antar-Pribadi

Kecerdasan antar-pribadi (inter-personal) adalah kemampuan untuk


memahami dan bekerjasama dengan orang lain. Kecerdasan ini terutama menuntut
kemampuan untuk menyerap dan tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan
hasrat orang lain. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini menyukai dan menikmati
bekerja secara berkelompok (bekerja kelompok), belajar sambil berinteraksi dan
bekerja sama, juga kerap merasa senang bertindak sebagai penengah atau mediator
dalam perselisihan dan pertikaian baik di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu,
mereka dapat menjadi networker, perunding dan guru yang ulung.

7) Kecerdasan Intra-Pribadi

Kecerdasan yang terakhir adalah kecerdasan intra-pribadi atau kecerdasan


dalam diri sendiri. Orang yang kecerdasan intrapribadinya sangat baik dapat dengan
mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi,
dan menggunakan pemahamanya sendiri untuk memperkaya dan membimbing
hidupnya. Contoh orang yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli teologi,
dan wirausahawan.

C. Urgensi Teori Multiple Intelligences dalam Pendidikan

Sejak Gardner mengusulkan teori Multiple Intelligences dalam bukunya Frames of


Mind pada tahun 1983, sebagian besar pendidik telah menerapkannya dalam pendidikan.
Mereka telah mempertimbangkan gagasan beberapa kecerdasan sebagai solusi untuk
kekurangan yang ada dalam sistem pendidikan. Apakah mereka menggunakannya sebagai
pengajaran pendekatan, metode atau strategi atau sebagai alat penilaian, mereka sepakat
bahwa instruksi harus disesuaikan dengan Multiple Intelligences siswa. Mereka menyarankan
untuk mempertimbangkan kekuatan dari siswa yang mungkin ada di daerah lain selain
logika-matematika dan verbal-linguistic daerah. Akal sehat mengatakan kepada kita bahwa
itu sangat sulit untuk menyangkal pentingnya “non-akademis” kecerdasan seperti kegiatan
musik, kemampuan spasial kesadaran diri, atau visual (Shearer, 1989).

Pada bagian berikut, ada sebuah ilustrasi dari titiktitik yang memberikan nilai dan
pentingnya penerapan teori Multiple Intelligences di pengaturan pendidikan. Titik-titik ini
menunjukkan keuntungan dari teori Multiple Intelligences di bidang pendidikan dan
mendorong semua guru di seluruh dunia untuk menggunakannya dalam pengajaran mereka
dengan cara yang sesuai dengan materi pelajaran yang mereka ajarkan dan kondisi
pendidikan yang sedang dihadapi.

a. Teori Multiple Intelligences sebagai alat untuk mencapai kesuksesan


Guru sangat termotivasi untuk membantu semua siswa untuk belajar.
Oleh karena itu, mereka telah menjelajahi teori MI sebagai alat yang membuat
anakanak lebih belajar dan berhasil. Sebagian ruang kelas yang ditandai
dengan adanya pemenang. Teori MI penting disini karena mengajarkan kita
bahwa semua anak-anak yang cerdas, dan bahwa mereka berbeda hanya dalam
cara di mana mereka pintar. Dengan demikian, semua anak memiliki potensi
dan menggunakan MI meningkatkan kesempatan bagi siswa untuk belajar dan
berhasil, memberikan orang dewasa lebih banyak cara untuk berkembang
secara profesional dan pribadi (Hoerr, 2000).
b. Multiple Intelligences membuat belajar lebih menyenangkan
Siswa belajar lebih baik jika mereka menyukai apa yang mereka
pelajari dan menikmati. Sulit bagi siswa untuk belajar tanpa dorongan. Ketika
siswa belajar tidak seperti apa yang mereka pelajari, mereka merasa bosan dan
lelah bahkan jika mereka tidak mampu belajar dengan baik dan berhasil dalam
ujian akhir. Oleh karena itu, lebih baik untuk membuat suasana kelas yang
menyenangkan dimana siswa seperti apa yang mereka pelajari dan
menikmatinya. Menggunakan teori Multiple Intelligences di kelas dapat
membantu pendidik untuk menciptakan suasana menggembirakan.
c. Multiple Intelligences peduli perbedaan individu dalam pembelajaran
Teori Gardner mendukung pemahaman tentang keanekaragaman dan
multikulturalisme. Howard Gardner menciptakan istilah Multiple Intelligences
sebagai hasil penelitiannya mempelajari potensi manusia. Ia juga
mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan memecahkan masalah atau
memahami masalah dalam satu atau lebih setting sertasituasi budaya (Gardner,
1993; Strassers, J & Seplocha, H, 2005).
d. Multiple Intelligences berbasis instruksi
Teori MI dan aplikasi dalam pengaturan pendidikan yang berkembang
begitu pesat. Banyak pendidik mulai menadopsi instruksi MI berbasis sebagai
cara untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dengan siswa sebagai
hasil dari masing-masing perbedaan dan gaya belajar mereka. Kesulitan-
kesulitan ini mungkin diwakili dalam ketidakmampuan mereka untuk
mencapai sebagian besar siswanya. Sebagai akibat, mereka menjadi frustrasi
dan siswa mereka kehilangan minat dalam pengajaran guru yang prosesnya
secara keseluruhan. Kesulitan-kesulitan ini dapat disebabkan oleh cara yang
seragam dimana mereka mengajar , karena saat ini ribuan pengajar Multiple
Intelligences dan sepuluh ribuan siswa menjalani Multiple Intellihgences
dalam instruksi di kelas (Campbell, 1997).
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Teori Multiple Intelligences adalah teori kecerdasan yang membedakan kecerdasan menjadi
lebih spesifik, dibandingkan dengan sebelumnya yang melihat kecerdasan sebagai
kemampuan umum. Jenis-jenis kecerdasan adalah Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Logis-
Matematis, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Kinestetik-Jasmani,
Kecerdasan Antar-Pribadi, Kecerdasan Intra-Pribadi. Kecerdasan ganda akan dapat
digunakan sebagai alat untuk mencapai kesukesan, agar pembelajaran lebih menyenangkan,
peduli perbedaan individu dalam pembelajaran, berbasis instruksi.

Saran

Kecerdasan ganda sangatlah penting di dalam proses belajar mengajar karena dapat
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara lebih maksimal. Dalam penulisan
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan, baik dari segi struktur penulisan maupun isi
penulisan. Saran dan kritik selalu kami terima untuk upaya perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusumawati, Analisis Tes Psikologis Teori dan
Praktik dalam Penyelenggaraan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2009), hlm. 15.

Julia Jasmine, Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk, (Bandung: Nuansa, 2007),
hlm. 14.

Linda Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis
Multiple Intelligence, (Depok: Intuisi Press, 2006), hlm. 10.

Moch.Masykur Ag dan Abdul HalimFathani, Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih


Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008) hlm. 106

Sri Weni Utami. 2019. Multiple Intelligences: Platform Global Paling Efektif Untuk
Pendidikan Abad Ke-21 Dalam Pendidikan Dan Pembelajaran. Program Studi Psikologi,
Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang

Tadkirotaun Musfiroh, M.Hum. Hakikat Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences).


Modul Pengembangan Kecerdasan Majemuk

Thomas Armstrong, 7 Kinds of Smart; Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda


Berdasarkan Teori Multiple Intelligence, terj. T. Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002), hlm. 3.

Thomas Armstrong, 7 Kinds of Smart; Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda


Berdasarkan Teori Multiple Intelligence, terj. T. Hermaya, hlm. 3.

Thomas R. Hoerr, Becoming a multiple intelligences school, (Alexandria: Association for


Supervision and Curriculum Development, 2000) hlm. 4.

Anda mungkin juga menyukai