BAB II
1. Pengertian Kecerdasan
pelajaran darinya, menjadi lebih beradab dan menjadi bijak, semua itu
terukur oleh test kecerdasan (IQ). Yang perlu ditekankan di sini bahwa
diantaranya :
efektif.
1
Ali. M, Asrori. M. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara, 27
2
Saodih, Nana. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung, 30
3
harus memiliki lebih banyak hubungan stimulus dan respon dan hal
Orang itu intelegen kalau dapat berpikir secara abstrak yang baik.
3
Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 106
4
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 89
5
Ibid. Ahmadi, Abu, 90
4
yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Tes kecerdasan hanya
bangku pendidikan.8
3. Teori-teori Intelegensi
Teori tentang intelegensi sangat banyak dan tiap teori bertolak dari
berbuat dengan cara yang cerdas, kurang cerdas, atau tidak cerdas
sama sekali.
dan tepat. Cepat dan tepat dalam memahami hubungan antar unsur
a. Faktor Tunggal
tertentu.
b. Dua Faktor
9
Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo, 86
10
Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 107
11
Sarwono, Sarlito. 2013. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers, 93
7
sebagai berikut :
orang lain, mampu bekerja sama dengan orang lain dan jadi
dsb.
memainkan memori itu menjadi suatu hal yang baru, indah atau
atau senirupa.
d. Triachic of Intelligence
kata lain, tingkah laku intelegen itu merupakan produk (hasil) dari
12
Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 109
11
c) Knowledge-Acquisition Componen
secara efektif
solusi baru dalam proses yang rutin dan dapat dilakukan tanpa
3) Adapting to environment
Tabel 2.1.3
Elemen-elemen Teori Triathic
ELEMEN KEMAMPUAN
Contetextual Intelligence Mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan dan mengubah dunia (lingkungan) untuk
mengoptimalkan peluang-peluang serta mampu
memecahkan masalah.
Experiential Intelligence Mampu merumuskan gagasan-gagasan baru dan
mengkombinasikan fakta-fakta yang tidak berhubungan
serta mampu mengatasi masalah baru secara otomatis
(cepat).
Componential Intelligence Mampu berpikir abstrak, memproses informasi dan
menentukan kebutuhan-kebutuhan apa yang akan
dipenuhi.
satu alat ukur terpadu untuk melihat tingkat kemampuan yang ada
yang sempurna. Dalam hal ini diketahui bahwa ebilitas mental yang
diklasipikasikan menjadi :
13
M,Asrori, dan M, Ali. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara, 228
13
b. Bahasa atau verbal, bukan bahasa atau non verbal atau perbuatan
tingkat sekolah
IQ = MA X 100
CA
MA = usia mental
CA = usia kronologi
14
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 93
14
Jalannya Percobaan :
ada satu atau lebih pertanyaan yang dijawab salah, maka diajukan
Tanda - = salah
15
c. Mental Tes
d. Scholastic Test
dengan cepat dan baik. Tes ini berguna untuk mengganti ulangan
5. Penyebaran Inteligensi
Tabel 2.1.6.1
Tingkatan Inteligensi
50 – 69 Terbelakang (Moron/Debil
49 ke bawah Terbelakang
(imbecile/Idiot)
diurus oleh orang lain. Anak idiot tinggal di tempat tidur seumur
15
Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 111
18
sekolah-sekolah biasa.
(IQ: 50 – 69)
jenjang SLTA.
populasi penduduk.
Kelompok ini berada dalam semua ras dan bangsa, dalam semua
oleh Allah SWT hanyalah sejenis manusia saja. Oleh sebab itu
Dari ayat ini berisi perintah Allah supaya semua malaikat dan iblis
Jika ditelaah ayat di atas dapat dipahami bahwa pada diri Adam
dengan kecerdasan anak cucu Adam hingga datang hari kiamat. Anak
individu dari anak cucu Adam yang ulul albab, ulul abshar atau
ulinnuha.19
Mujadalah: 11.
18
Ibid, Departemen Agama
19
http://lppbi-fiba.blogspot.co.id/2009/03/kecerdasan-akal-menurut-al-quran.html,
diakses pada hari Jum’at, 9-9-2016
23
Semua itu atas karunia Allah, menurut pernyataan Allah ilmu yang
diberikan kepada manusia itu baru sedikit, termaktub dalam QS. Al-
Isra: 85.
makanan yang lezat, bila malam hari terang benderang karena ada
lampu listrik, bila mau bepergian kemana saja ada kendaraan mewah,
bila ingin tahu peristiwa yang terjadi di pelosok mana saja di belahan
bumi ini dalam hitungan detik sudah dapat disaksikan langsung dengan
rata-rata.
sopan santun, lebih gugup dan mudah cemas, lebih impulsif dan
1. Pengertian Emosi
22
Hude, Darwis. 2006. Emosi (Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam
Al-Qur’an. Jakarta : Erlangga, 16
23
Goleman, Daniel. 2015. Emotional Intelligence, Mengapa EI Lebih Tinggi daripada IQ. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama, Terjemahan, 409
24
Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 114
25
Syaodih, Nana. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung, 78
26
yang kuat.
karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik. Ketika emosi meledak-
2. Pengelompokan Emosi
dalam bentuk: (a) rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu
26
Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 117
27
sebagainya.
maupun kerohanian.
kebencian patologis.
maniak.
27
Goleman, Daniel. 2015. Emotional Intelligence, Mengapa EI Lebih Tinggi daripada IQ. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama, Terjemahan, 409
29
h. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib.
inti yang ditunjukkan oleh ekspresi wajah tertentu (takut, marah, sedih
budayanya masing-masing.
dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan
tahun 1990 oleh Peter Salovey dan Jack Mayer dari Harvard
semua sifat seperti: (1) kesadaran diri, (2) manajemen suasana hati, (3)
tanpa gairah.
kecerdasan emosi tidak terikat dengan faktor genetis, tidak juga hanya
30
Shapiro, E. Lawrence. 2003. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 5
31
Patton. 2002. EQ Perkembangan Sukses Lebih Bermakna. Jakarta: Mitra Media, 72
32
Goleman, Daniel. 2015. Kecerdasan emosional (Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ).
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 45
31
orang lain dengan baik, serta mampu mengelola emosi tersebut secara
33
Goleman, Daniel. 2015. Kecerdasan emosional (Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ).
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 36
32
mati dan statis, akan tetapi merupakan sesuatu yang bersifat dinamis,
antara lain:
diusulkan oleh para praktisi dan penulis. Salah satu yang terbaik
1) Membuka Hati
34
Nggermanto, Agus. 2003. Quantum Quotient-Kecerdasan Quantum (Cara Praktis Melejitkan IQ,
EQ, dan SQ yang Harmonis). Bandung: Nuansa, 100
33
3) Mengambil Tanggungjawab
itu saja tidak cukup. Ketika suatu masalah terjadi antara penulis
Tidak ada tempat lain dimana kaitan antara kedua konsep itu
mereka.
a) Menentukan batas-batas
b) Menentukan sasaran
nilai-nilai keluarga
6) Jadilah Teladan
banyak kata-kata.
penelitian yang dilakukan oleh para ahli tentang apa yang disebut teori
mengubah diri sesuai dengan apa yang telah kita serap. Kecerdasan
berbeda.
a. Lingkungan Keluarga
36
Stein & Book. 2002. Ledakan EQ (15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses).
Bandung: Kaifa, 40
37
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 5
38
Goleman, Daniel. 2015. Kecerdasan emosional (Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ).
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 48
39
dikemudian hari.
a. Perubahan Jasmani
39
Ali, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara, 69
40
perkembangan emosinya.
seperti itu bila diterapkan pada remaja, justru hal itu dapat
tuanya.
pengawasan orang tua. Mereka tidak pernah merasa puas jika sama
remaja jika tidak diikuti dengan bimbingan dari orang tua atau
sendiri.
atau bahkan mendapat predikat kurang baik. Hal ini juga dapat
a. Kesadaran Diri
b. Mengelola Emosi
amarah
ruang kelas
berkelahi
keluarga
c. Motivasi Diri
jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka
kerjakan.
cam, peniruan secara fisik atas beban orang lain, yang kemudian
lain
pergaulan.
hubungan
persengketaan
hubungan
kelompok
bahasa yang indah dalam Al-Qur’an dan Hadis. Emosi lain yang lebih
23
41
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2006. Surabaya : Pustaka Agung
42
Hasan, Purwakania, Aliah. 2008. Psikologi Perkembangan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 161
43
Ibid, Departemen Agama
49
bersedih ketika apa yang dimilikinya hilang. Karena semua yang ada
di dunia ini hanyalah milik Allah SWT. Hal ini diungkapkan pula oleh
pengendalian diri.
1. Pengertian Spiritualitas
kata dasarnya “spirit” yang berarti: “roh, jiwa, semangat”. Kata spirit
sendiri berasal dari kata Latin “spiritus” yang berarti: luas atau dalam
(vigor) dan kehidupan. Kata sifat spiritual berasal dari kata Latin
44
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 264
50
seseorang.45
abadi dan sudah ada sejak keberadaan manusia itu sendiri, untuk
terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dan lebih dapat diandalkan
daripada ego kita sendiri, dengan kata lain keterhubungan kita dengan
jiwa kita, dengan sesama kita, dengan kancah sejarah dan alam,
kita, imajinasi kita, intuisi kita, keimanan kita, visi kita akan menjadi
menggapai orang yang kita cintai atau mengejar tujuan yang kita
45
Hasan, Purwakania, Aliah. 2008. Psikologi Perkembangan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 288
46
Cooper, Cary & Makin, Peter. 1995. Psikologi untuk Manajer. Jakarta: Arcan, 50
47
Zohar, Danah & Marshall, Ian. 2007. SQ, Kecerdasan Spiritual. Bandung: PT. Mizan Pustaka
51
yakini. Dalam dunia spirit, kita tidak dipandu, kita adalah pemandu
a. Meaning (Makna)
b. Values (Nilai-nilai)
c. Transcendence (Transendensi)
seseorang.
d. Connecting (Bersambung)
e. Becoming (Menjadi)
mengetahui.
pengalaman pribadi.
dalam pandangan hidup seseorang dan lebih daripada hal yang bersifat
duniawi. Salah satu aspek dari menjadi spiritual adalah memiliki arah
dari gagasan salah yang berasal dari alat indra, perasaan dan pikiran.
yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan
lain.
49
Hasan, Purwakania, Aliah. 2008. Psikologi Perkembangan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 289
50
Agustian, Ginanjar, Ari. 2001. ESQ, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual, Jilid 1. Jakarta: PT Arga Tilanta, 14
54
sekali diantara kita yang saat ini menjalani hidup yang penuh luka dan
berantakan. Kita merindukan apa yang disebut oleh penyair T.S. Eliot
hanya sedikit sumber yang kita temukan dalam batasan ego kita atau di
diri yang dalam berhubungan dengan kearifan di luar ego atau pikiran
51
Nggermanto, Agus. 2003. Quantum Quotient-Kecerdasan Quantum (Cara Praktis Melejitkan IQ,
EQ, dan SQ yang Harmonis). Bandung: Nuansa, 118
52
Zohar, Danah & Marshall, Ian. 2007. SQ, Kecerdasan Spiritual. Bandung: PT. Mizan Pustaka, 8
55
1990-an, dan penelitian yang lebih baru pada tahun 1997 oleh
55
Zohar, Danah & Marshall, Ian. 2007. SQ, Kecerdasan Spiritual. Bandung: PT. Mizan Pustaka,
10
57
bahwa cuping itu juga aktif pada orang normal. “Titik Tuhan”
makna.
adalah sesuatu yang unik pada manusia, suatu aktivitas yang pada
sampai yang suci secara spiritual. Hal ini bukan dinilai oleh
56
Hasan, Purwakania, Aliah. 2008. Psikologi Perkembangan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 308
60
materialistik.
Pada tahap ini ada tiga hal yang menjadi bahaya, yaitu:
timbul ketika mereka yang berada pada tahap ini, ingin orang
orang yang berada pada tahap ini memiliki emosi yang matang,
dalam dirinya.
begitu saja. Mereka tidak lagi mengalami rasa takut dan tidak
orang lain cahaya jiwa dan melindungi orang lain dari bahaya
Allah, dan hanya keilahian yang ada, dan setiap indra manusia
ada orang yang dapat mengubah paradigma yang mereka miliki tanpa
fleksibilitas internal.57
(berpandangan holistik)
57
Hasan, Purwakania, Aliah. 2008. Psikologi Perkembangan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 313
58
Zohar, Danah & Marshall, Ian. 2007. SQ, Kecerdasan Spiritual. Bandung: PT. Mizan Pustaka,
14
66
spiritual yang sudah bekerja secara efektif atau yang sudah bergerak
Pertama, memiliki prinsip dan pegangan hidup yang jelas dan kuat;
kerangka dan bingkai yang lebih luas dan bermakna. Dengan motivasi
yang luhur dan suci, atau dalam bahasa agama dengan niat yang ihklas
demi dirinya atau demi kemanusiaan, bagi orang yang tidak beragama
kebutuhan fisiknya dan hal inilah maka manusia sering kali melakukan
D. Perilaku Sosial
61
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2006. Surabaya : Pustaka Agung
62
Ibid, Departemen Agama
69
diantaranya:
dengan maksud atau tujuan agar dapat bermanfaat bagi orang lain.
63
Gerungan. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama, 26
64
Krech et.al.1962. Individual in Society. Tokyo : McGraw-Hill Kogakasha
65
Sears, David. O. 2009. Psikologi Sosial 2. Jakarta: Erlangga, 91
66
Martini , Otin. 2004. Pengembangan Program Bimbingan Perkembangan Perilaku Sosial Anak
Usia Dini di Kelompok Bermain. Tesis. UPI Bandung. Tidak diterbitkan
70
dengan yang lain.67 Dengan kata lain setiap situasi yang menyebabkan
seseorang, yaitu :
67
Gerungan. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama, 78
68
Ibrahim, Rusli. 2001. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media dan
Aplikasinya. Semarang: PT. Raja Grafindo Persada
71
b. Proses kognitif
benar.
c. Faktor lingkungan
terjadi
Tabel. 2.4.3.
Perkembangan Perilaku Sosial Individu
Tahap Ciri-ciri
Kanak-kanak awal (0-3 tahun): masa Segala sesuatu dilihat berdasarkan
Subjektif pandangan sendiri
Kritis I (3-4 tahun): masa Trozt Alter Pembantah, keras kepala
Kanak-kanak akhir (4-6 tahun): masa Mulai bisa menyesuaikan diri dengan aturan
subjektif menuju masa objektif
Anak sekolah (6-12 Tahun): masa objektif Membandingkan dengan aturan-aturan
Kritis II (12-13 tahun): masa pra puber Perilaku coba-coba, serba salah, ingin diuji
Remaja awal (13-16 tahun): masa subjektif Menyadari adanya kenyataan yang berbeda
menuju masa objektif dengan sudut pandangnya
Remaja akhir (16-18 tahun): masa objektif Berperilaku sesuai dengan tuntutan
masyarakat dan kemampuan dirinya
69
Syamsuddin, Abin. 2003. Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
73
atau masukan.
70
Krech et.al.1962. Individual in Society. A textbook of Social Psychology. Tokyo : Mc Graw-Hill
Kogakasha, 106
74
sosial, mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain, pasif
yaitu:
orang lain.
jahat. Naluri baik manusia sebagai makhluk sosial itulah yang disebut
fitrah, dan naluri jahat apabila tidak dituntun dengan fitrah serta agama
makhluk sosial dan tujuan dari penciptaan naluri. Terdapat dalam QS.
Az-Zukhruf: 32
71
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2006. Surabaya : Pustaka Agung
77
ibadah dan perilaku sosial yang akan membentuk karakter Islami yang
ada sentuhan tauhid dan ibadah serta nilai-nilai sosial Islam. Hal ini
banyak yang datang dari golongan rendah (miskin). Seperti Salman al-
Dalam majelis itu juga hadir para bangsawan. Mereka melihat para
Saw.
78
bersama dengan rakyat miskin ini. Mayarakat Arab tahu dan mengenal
apabila mereka melihat kami duduk satu majelis dengan rakyat biasa."
kami.”
72
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2006. Surabaya : Pustaka Agung
79
amalnya."
QS. Al-Kahfi: 28
73
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 2006. Surabaya : Pustaka Agung
81