Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang unik, artinya tidak ada satu individu pun yang
persis sama dengan individu yang lain. Salah satu perbedaan yang sering kita
jumpai adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan individu dalam memecahkan
suatu masalah atau persoalan yang dihadapi. Untuk memecahkan masalah atau
persoalan yang sama, ada individu yang mampu dengan cepat memecahkannya,
namun di lain pihak ada pula individu yang lambat bahkan mungkin tidaka
mampu memecahkannya.

Hal itulah yang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau inteligensi
itu memang ada, dan berbeda-beda antara satu individu dengan individu yang lain.
Individu yang memiliki inteligensi tinggi akan mudah memecahkan suatu
persoalan, dan sebaliknya individu yang inteligensinya rendah hanya mampu
memecahkan maslah yang mudah.

Sebagai ilustrasi, seorang mahasiswa yang menghadapi soal-soal ujian yang


sama, ada yang mampu dengan cepat dan benar menyelesaikan soal tersebut dan
sebaliknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan inteligensi dan kreativitas ?
2. Apa saja faktor-faktor yang menentukan inteligensi ?
3. Apa saja unsure-unsur dari kreativitas ?
4. Apakah hubungan dari inteligensi dan kreativitas ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari inteligensi dan kreativitas
2. Mengetahui faktor-faktor dari inteligensi
3. Menjelaskan hubungan inteligensi dan kreativitas

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Inteligensi

Istilah inteligensi atau dalam bahasa inggris “intelligence” berasal dari kata
“inteliligere” yang artinya menghubungkan atau menyatukan satu sama lain.
Beberapa pengertian tentang inteligensi, sebagaimana dikemukakan oleh para ahli
sebagai berikut.

Menurut Terman, “ inteligensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak”


(Sukardi,1997).

Ebbinghaus mendefinisikan “inteligensi sebagai kemampuan untuk


membuat kombinasi” (Notoatmodjo,1997)

Thorndike mengatakan bahwa “inteligensi adalah hal yang dapat dinilai


sebagai kemampuan untuk menentukan ketidaklengkapan kemungkinan-
kemungkinan dalam perjuangan hidup individu. “( Notoatmodjo,1997).

Menurut Binet, sebagaimana dikutip oleh Winkel (1987) menyebutkan


bahwa “inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan
suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu
dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri” (Sukardi,1997).

Pendapat David Wechler yang dikutip oleh Sarlito Wirawan Sarwono


(2000) menyebutkan bahwa “inteligensi adalah kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan
secara efektif”.

Menurut Sukardi (1997), “inteligensi pada hakekatnya merupakan suatu


kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang
mengandung beberapa komponen”.

B. Faktor yang Menentukan Inteligensi


Ada 3 faktor penting, yaitu :
a. Herediter (pembawaan),merupakan faktor utama dan terpenting dalam
menentukan inteligensi.
Contoh:
Dalam mengerjakan soal ujian akhir semester, mahasiswa tingkat 1
akper, dsengan soal yang sama, materi yang sama, waktu yang sama,
kenapa ada yang cepat selesai, ada yang lambat, ada yang nilainya
bagus, dan ada yang nilai nya yang jelek?

2
b. Kematangan, menyangkut pertumbuhan fisik dan perkembangan
psikologis yang dipengaruhi faktor internal.
Contoh :
Anak usia 6 tahun apabila diberi soal penjumlahan dan pengurangan
sampai dengan 100 mungkin masih mampu karena faktor kematangan
untuk itu sudah dimiliki. Namun, apabila ia dihadapkan pada soal
matematika untuk anak SLTP, seperti 2x+10=2, berapa x ? jelas anak
tersebut akan kesulitan karena belum matang untuk berpikir abstrak.

c. Pembentukan, yaitu perkembangan individu yang dipengaruhi faktor


lingkungan.
Contoh:
Anak yang normal dan telah berumur 12 tahun, pada umumnya sudah
mengenal dengan baik perhitungan yang menyangkut
penambahan,pengurangan,pembagian dan perkalian. Yang menjadi
pertanyaan kita, apakah setiap anak yang normal dan berumur 12 tahun
pasti sudah mengenal hal itu? (apabila anak tersebut di daerah
terpencil, tidak sekolah, tidak ada yang mengajari). Walaupun anak itu
sudah matang untuk itu, tetapi karena tidak dibentuk oleh lingkingan,
akhirnya tidak dapat mengerjakan.

C. Teori Inteligensi
Terdapat beberapa teori inteligensi, antara lain:
a. Teori Daya (Faculty theories)
Teori ini dipengaruhi oleh psikologi daya yang dikemukakan oleh
Thorndike. Menurut Thorndike bahwa dalam otak manusia terdapat
daya-daya jiwa khusus. Teori ini menyebutkan bahwa “Inteligensi
adalah integrasi daya-daya jiwa yang khusus”. Oleh karena itu,
pengukuran inteligensi dilakukan dengan cara mengukur daya-daya
jiwa khusus, misalnya: daya mengamati, daya mereproduksi, daya
berpikir, daya ingatan, daya fantasi dan daya penalaran.

b. Teori Pragmatis
Dikemukakan oleh Boring, yang mengatakan bahwa “Inteligensi
adalah hal yang diuji oleh tes inteligensi”.

c. Teori Faktor
1. Two Faktor Theories – dikembangkan oleh Spearman, dengan
menyelidiki dan mencari sifat hakekat inteligensi mempergunakan

3
teknik analisis faktor, yang mengatakan bahwa kecakapan
intelektual manusia dimungkinkan karena adanya 2 faktor, yaitu:
 Faktor Umum/ kecakapan umum (general factor/ general
ability, dilambangkan dengan faktor “g”).
 Faktor khusus/ kecakapan khusus (special factor/ special
ability, dilambangkan dengan faktor “s”).

Faktor “g” dan “s” tersebut, bekerjasama menjadi satu kesatuan. Kemampun
seseorang bertindak dalam setiap situasi sangat bergantung pada kemampuan
umum (faktor “g”) maupun kemampuan khusus (faktor”s”), yang memberi
sumbangan pada setiap tingkah laku yang inteligen. Pada tingkah laku yang
berbeda, berfungsi faktor “g” yang ditambah faktor “s” yang khusus untuk tingkah
laku yang bersangkutan.

Tenyata, faktor “g” berkaitan dengan herediter, sedangkan faktor “s” dipengaruhi
oleh lingkungan (pengalaman dan pendidikan).

2. Multiple Factor Theories – dikembangkan oleh Thorndike, yang


menyatakan bahwa “Inteligensi ada pertalian actual dn potensial
yang khusus antara stimulus dan respon”.
Ada 4 atriburt inteligensi, yaitu: tingkatan, rentang, daerah, dan
kecepatan.

d. Primary Mental Ability Theory


Teori ini dikembangkan oleh Thurston, yang mengatakan bahwa
“Inteligensi tidak terdiri dari dua faktor maupun multi faktor, tetapi
terdiri dari sejumlah kecakapan-kecakapan mental yang primer.
Fktor primer dari inteligensi adalah kemampuan verbal,kefasihan kata-
kata, faktor bilangan, relasia ruang, faktor ingatan, kecepatan persepsi
dan faktor induksi.

e. Teori Struktur Intelek (structure of intellect model)


Teori ini dikembangkan oleh Guilford, yang mengatakan bahwa
“Inteligensi memiliki tiga dimensi, yang masing-masing terdiri dari
kecakapan intelek, yaitu : operasi, isi, dan produk.
1. Dimensi isi atau materi kegiatan intelektual (figural, simbolik,
semantic dan behavioral).
2. Dimensi operasi atau tindakan (kognitif, memori, berpikir,
divergen, berpikir konvergen dan evaluasi).
3. Dimensi produk (satuan, kelas, hubungan, system, transformasi
dan implikasi).

4
f. Teori Hierarkis
Teori ini dikembangkang oleh Vernon, yang memadukan faktor
umum(“g”) dan faktor spesifik (“s’) dan faktor “(c)” yang terletak
antara faktor “g” dan “s”. Vernon berusaha menggambarkan skema
organisasi faktor-faktor kecakapan intelek dan member gambaran
secara hierarkis hubungan antar faktor intelek yang bersifat umum
sampai yang bersifat khusus.

D. Pengukuran Inteligensi
Prinsip pengkuran inteligensi adalah membandingkan individu
yang di tes dengan norma tertentu. Inteligensi dapat diukur, dan ukuran
kapasitasnya disebut IQ (Inteligensi Quatent), biasanya berbentuk angka-
angka dan penjabaran secara relative hasil pelaksanaan satu tes. IQ
membandingkan prestasi seseorang dengan orang lain yang umurnya
sama.
Bahasa IQ dikenalkan oleh Binet tahun 1857- 1911. Skala Binet
yang rumusnya:

MA DIKALI 100
CA
Ket: M.A = Usia Mental
C.A =Usia kronologi

IQ orang bisa berubah disaat tertentu namun naik angkanya


relative kecil dan cenderung stabil. IQ dipengaruhi oleh faktor-faktor
herediter, lingkungan, kematangan, time atau maturation.
Inteligensi atau kecerdasan diartikan juga sebagai menghubungkan atau
menyatukan satu sama lain, dapat merespon dengan baik adanya stimulus.

Therman (1958) mengartikan intelegency sebagai ability atau


berhubungan dengan hal-hal yang abstrak, konkrit atau kecakapan.
Menurut Therman intelegency adalah:
1. General ability / kecakapan umum (faktor G)
2. Special ability / kecakapan khusus ( faktor S)
Rumusnya :
P= G + S

Thurston intelegency merupakan G faktor yaitu:

5
 Spatial Relation / S
 Perceptual speed / P
 Verbal Comphrehencial / V
 Word Fluency / W
 Number Facility / N
 Associative memory / M
 Induktion / I

Menurut Therstone, faktor-faktor itu berkombinasi satu sama lainnya hingga


menghasilkan tindakan atau perbuatan yang inteligensi.

Sperman : Intelegency ditentukan oleh G dan S faktor.

Inteligensi seseorang juga sangat dipengaruhi oleh cara berpikir, ingatan atau
nuraninya dan juga dipengaruhi oleh pengalaman, sikap dan kepribadiannya.

Karateristik umum inteligensi :

a. Kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman


b. Kemampuan untuk berpikir atau menalar atau abstrak
c. Kemampuan untuk beradaptasi terhadap hal-hal yang timbul dari
perubahan dan ketidakpastian lingkungan
d. Kemampuan untuk memotivasi diri guna menyelesaikan sexara tepat
tugas-tugas yang perlu diselesaikan.

Kreativitas
A. Pengertian
Kreativitas adalah suatu kemampuan memecahkan persoalan yang
memberikan orang tersebut menciptakan ide-ide asli/murni/adaptif fungsi
kegunaannya secara penuh berkembang.
Kretivitas berhubungan erat dengan motivasi dan pengalaman.
Kreativitas ini dipengaruhi oleh inteligensia seseorang, cara berpikir dan
ingatannya. Kreativitas itu dicirikan dengan adanya sesuatu hasil yang
baru.
Kreativitas dapat mati bersamaan dengan matinya alam pikir
seseorang, lingkungan banyak menentukan pola krativitas tersebut.
Kreativitas akan mati atau tidak berkreatif lagi bila seseorang itu di drill,
di dikte tidak diberi kesempatan menyumbangkan akan pikirnya.
Kreativitas ini banyak dipengaruhi oleh minat dan emosi seseorang. Bila

6
dalam kondisi Dis Stress tentu kreativitas seseorang akan susah untuk
muncul. Kerja dari STM ke LTM untuk dimunculkan kembali dalam
bentuk kreativitas melakukan(baik Rehensal / Retrieval) harus baik.
Kreativitas dapat dilihat pula lewat hasil atau output/ keluaran yang
sudah diwujudkan. Kreativitas juga dapat terjadi karena syarat ide dan
penuh kendala, sehingga seseorang dipacu untuk segera berkreativitas.

B. Unsur-unsur Kreativitas
Unsure-unsur yang terkandung dalam kreativitas adalah pengetahuan,
imajinasi dan evaluasi

C. Cara Memotivasi Kreativitas


a. Menguasai teori problem solving
b. Memancing agar seseorang menjadi ingin tau
c. Introspeksi diri
d. Tanggung jawab

D. Karakteristik Individu yang Mendukung Kreativitas


Menurut James R.Evans (1994), ada 14 karakteristik individu yang
mendukung kreativitas, yaitu:
a. Kesadaran dan kepekaan (sensitivitas) terhadap masalah – Individu
yang kreatif memiliki kesadaran tinggi dan kepekaan yang tajam
terhadap lingkungan dimana ia berada, dibanding dengan individu lain.
b. Ingatan ( memori) –Individu yang kreatif memiliki daya ingat yang
menonjol, ingatan jangka panjang yang baik, menyimpan banyak
informasi untuk menghasilkan ide-ide kreatif.
c. Kelancaran – Individu yang kreatif tempat kemampuan untuk
membangkitkan sejumlah ide besar dengan mudah.
d. Fleksibilitas – Individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk
membangkitkan banyak ide.
e. Disiplin dan kete guhan diri – Individu yang kreatif tidak saja
mengembangkan ide-ide baru, tetapi bekerja keras dan teguh untuk
mengembangkannya,
f. Keaslian – Individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk
menghasilkan ide-ide luar biasa, menggunakan hal-hal atau situasi
dalam cara yang luar biasa.
g. Kemampuan penyesuaian diri (adaptasi) – Individu yang kreatif
terbuka terhadap pengalaman baru.
h. Permainan intelektual – Individu yang kreatif memiliki kesukaan
menggali ide-ide untuk kepentingan mereka sendiri.

7
i. Humor – individu kreatif memiliki kemampuan untuk bereaksi secara
spontan terhadap kejanggalan makna atau pelaksanaan.
j. Nonkonformitas – individu yang kratif memiliki dorongan yang
berbeda, berani mengambil resiko atas kegagalan, dibanding individu
yang konformitas.
k. Toleran terhadap ambiguitas - Individu yang kreatif secara aktif
mengusahakan ketidakpastian kompleksitas dan ketidak aturan, baik
untuk tantangan yang hadir maupun demi kepuasan yang akan
dihasilkan, bilamana situasi ini dpat dipecahkan.
l. Kepercayaan diri – Individu yang kreatif memiliki kepercayaan diri
dari dalam dirinya yang berharga terhadap karya mereka dan sebuah
pengertian tentang misi atau keharusan.
m. Skeptisime – Individu yang kreatif, skeptic terhadap ide-ide yang
diterima dan sering memainkan devils advokat (pembelaan yang
menentang apa yang dianggap baik) serta mempersoalkan fakta-fakta
dan dugaan-dugaan.
n. Inteligensi – Individu yang kreatif memiliki IQ diatas rata-rata.

E. Hubungan Inteligensi dan Kreativitas


Kreativitas berkembang karena dipengaruhi faktor dominan
inteligensi. Orang yang kreatif, umumnya memiliki inteligensinya tinggi,
atau orang yang inteligensinya tinggi, pada umumnya memiliki kreativitas
tinggi pula sehingga dapat dikatakan bahwa antara kretifitas dan
inteligensi itu memiliki hubungan sangat erat.
Kedua hal tersebut tentu erat hubungannya dan terkait tanpa dapat
dipisahkan. Kreativitas berkembang karena faktor dominan inteligensia.
Mereka kaum Debil, Embisil, Idiot tentu kreativitasnya tidak setinggi
kaum yang ber IQ 129-140 (jenius).
Faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap kreativitas adalah
kecakapan itu sendiri, bakat, sikap, minat, serta perasaan kepribadian.
Motivasi kreativitas seseorang dengan menguasai teori pemecahan
(problem solving) serta rasa ingin tau yang besar.
Persepsi / tanggapan dan ingatan tentu akan mempertajam lajunya
aktivitas.

8
F. Ukuran-ukuran IQ (Intelegency Quantent)
Tokoh lain yang juga mengukur inteligensi adalah Wechsler (WAIS)
Wachsler Adult Intelegency Scale.
Ukuran inteligensi adalah sebagai berikut :
0 – 25 idiot
25 – 50 debil
50 – 75 embisil
75 – 90 boderlin.
90 – 100 rata-rata.
100 – 115 rata normal
115 – 129 diatas rata-rata
129 – 140 superior / genius
140 keatas sangat jenius

Menurut Harriman : klasifikasi IQ adalah :


Very Superior = 130 – keatas IQ
Superior = 120 – 129 IQ
Bright Normal = 110 – 116 IQ
Average = 90 – 109 IQ
Dull Normal = 80 – 89 IQ
Borderline = 70 – 79 IQ
Mental Defectif = 69 – kebawah IQ

G. Halangan Untuk Kretivitas


Halangan untuk bertingkah laku kreatif secara umum karena faktor
kebiasaan (habit). Namun menurut James L.Adam yang dikutip oleh
James R.Evans (1994) menyebutkan ada 4 macam halangan terhadap
kreativitas, yaitu :
a. Halangan persepsual, yaitu halangan yang mncegah individu
pemecah masalah untuk menerima secara jelas masalah itu
sendiri atau informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah tersebut.
b. Halangan emosional, yaitu halangan karena:
 Takut membuat kesalahan atau mengambil resiko
 Ketidakmampuan mentoleransi ambiguitas, kebutuhan
akan keamanan dan keteraturan.
 Acuan menilai ide-ide daripada membangkitkan dan
mengembangkannya.
 Ketidakmampuan bersifat santai dan melupakan
masalah untuk sementara waktu.

9
 Kurang tantangan
 Terlalu bermotivasi untuk berhasil dengan cepat.
 Kurangnya control imajinatif.
 Ketidakmampuan membedakan realitas dan fantasi

c. Halangan budaya dan lingkungan, yaitu halangan yang


diperoleh dari unsure- unsure dan pola – pola budaya yang
hidup ditengah-tengah masyarakat, yang kadang-kadang dalam
bentuk larangan atau tabu.
d. Halangan intelektual dan ekspresi, yang vberkaitan dengan
pilihan taktik mental yang tidak efisien atau kurangnya bahan
intelektual.

H. Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi dan Kreativitas.


a. Faktor intrinsic – Inteligensi, bakat, minat, kepribadian, dan perasaan.
b. Faktor entrinsik – Adat istiadat, social-budaya, pendidikan dan
lingkungan.

I. Penerapan Teori Inteligensi dan Kreativitas Terhadap Perawat dan


Keperawatan.
Dengan memahami teori inteligensi dan kreativitas, seorang perawat dapat
mengintropeksi diri, sejauh mana inteligensi dan kreativitas yang dimiliki
dirinya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang memiliki
keunikan, inteligensi dan kreativitas yang berbeda-beda, hendaknya
masalah inteligensi dan kreativitas pasien perlu dipahami agar asuhan
keperawatan yang diberikan betul-betul dapat memuaskan pasien.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Inteligensi berarti berbicara tentang kecakapan umum inteligensi sendiri


merupakan kemampuan bertindak dalam menetapkan tujuan untuk berpikir
secara rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungan sekitar, ada
yang berpendapat bahwa inteligensi itu merupakan kecakapan dasar.
Yang hendak diukur dalam tes kognitif/inteligensi adalah perilaku yang
berbobot kecerdasan dan disimbolkan dalam bentuk IQ/inteligensi quatent.
Berbicara inteligensi dan pengukurannya tentu harus pula berbicara
kreativitas. Seseorang yang inteligensinya tinggi belum tentu kreativitasnya
tinggi pula. Kreativitas merupakan kemampuan memecahkan persoalan
yang memberikan orang tersebut menciptakan ide-ide yang adaptif fungsi
kegunaannya secara penuh berkembang.
Faktor yang berpengaruh terhadap kreativitas adalah inteligensi itu
sendiri,bakat, minat, kepribadian serta sikapnya. Hal ini tentu faktor
intrinsik.
Tes inteligensi pada dasarnya sangat ditentukan oleh reliabilitas dan
validitas dari pada tes tersebut. Atau terukur keterandalannya dan
keakuratannya daripada tes tersebut.

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini begitu banyak kekuranagan dari


segi penulisan maupun materi yang disajikan, oleh karna itu kami
mengharapkan kritik dan sarannya agar makalah ini kedepan jauh lebih baik
lagi. Dan harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembacanya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Widayatun,T.R. 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta: C.V.Sagung Seto.

Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai